Sine Qua Non #16

Sekarang aku menjelma jadi gadis aduhai.”

Semua royalti buku ini akan disumbangkan kepada Yayasan Nusa Membaca. Hebat. Cara berbagi yang hebat. Seingatku, ini adalah buku pertama Penulis senior Marga T yang berhasil kuselesaikan baca. Kubeli 10-Jun-18 kubaca bulan Agustus, baru setahun berselang sempat kuulas. Ini adalah kumpulan cerpen yang pernah terbit di media massa, merentang jauh tahun 1964 (saya belum lahir euy) sampai 2014 saat buku ini pertama terbit. Kubeli di Gramedia Karawang jelang libur Lebaran.

Gaya bahasa dan dialognyanya menyesuaikan zaman, artinya tak ada yang dirubah, sesuai aslinya. Keputusan yang bagus agar otentik, yah walaupun saya juga beberapa sempat mengernyitkan dahi. Selama lima puluh tahun, tulisan ini mewarnai Indonesia. Yakinlah, lima puluh tahun lagi akan tetap ada dan bisa dinikmati anak-cucu kita. Tulisan itu abadi.

Buku dibagi tiga, bagian satu dan dua selesai baca. Bagian tiga saya skip karena versi English dari bagian kedua. Isinya sama, hanya bentuknya English. Mari kita ulas satu per satu.

Bagian Pertama: Di Mana Waktu Membeku (cuplikan masa perantauan)

#1. Kamar 27
Di kamar 27 ada pasien baru tiba, seorang anak bernama Gunadi yang diantar oleh bibinya. Penyakitnya sudah akut sekali, harus segera dioperasi. Saat sang ayah datang, sang dokter Hedy reflek berteriak, “Hardi!” yang membuatnya kaget, walaupun tepat sang ayah kaget juga merasa ga kenal. Ada sesuatu tentunya di sini.

Lalu flash back disajikan, sang dokter ternyata memiliki masa lalu pahit. Saat anaknya lahir, ia malah melanjutkan kuliah kedokteran, anaknya dirampas mertua dan suaminya memusuhi sikap egosentris. “Kejam? Apa artinya kata itu bagimu?

#2. Secercah Sinar Pagi
Berdasarkan kisah nyata. Sang penulis jelas seorang dokter muda yang masih menggebu. Tentang Bandi yang masuk dalam dunia dokter muda. Kisah anak muda yang sedang jatuh hati. Buku-buku buatan Paman Sam setebal sepuluh sentimeter, maka tikus-tikus betina yang tiga ekor ini asyik baca roman-roman buku-saku. Pemikiran yang fresh dan aneh, termasuk cara pandang menangani koruptor. Koruptor akan saya suruh mengunyah dan menelan lembaran-lembaran duit yang mati-matian dikeduknya dari sana-sini, agar mereka kemasukan jutaan kuman, jatuh sakit dan tidak dapat lagi korupsi – tak usah sampai mati, cukup asal bertobat.

Nah ada pasien bernama Subandi yang unik. Penanganan yang tak biasa itu membuat drama para dokter jaga dan perawat. Pasien harus dianggap seperti anggota keluarga. Kalau ibu kita sakit dan menolak makan, bagaimana juga kita pasti akan membujuknya supaya mau makan, bukan? Dan Bandi menjadi kenangan yang tak terlupa.

s.q.a, saya baca pada status. Status qua anno. Artinya keadaan tetap. Tak berubah.

#3. Bila Bapak Mekanika Ngamuk
Apa sih istimewanya dicintai seseorang? Kan lebih hebat kalau kita dikejar-kejar seluruh dunia? Budi dan susi adalah kakak-adik yang terlihat akrab, saling canda dan tawa. Namun kadang kelewatan, sehingga rusuh di kelas mereka sampai keceplosan dan terdengar orang tua. Wah, bisa marah nih. Sampai akhirnya saat salah satu terjatuh, yang satu jelas harus membantu. “Be-bop-a-lu-la she’s my baby…”

#4. Ketika Hati Susi Membeku
Cerita remaja era 1970an, Susi bercerita kepada kakaknya Zita tentang perilaku teman-temannya di kelas. Antara gemas, kesal, bahagia. Hubungan pertemanan menjelma kekasih, antara benci dan cinta. “Kembalilah jadi gadisku.

#5. Hatiku dan Hatimu
Anak-anak kelas Susi menyewa vila di puncak, mereka berlibur, bergembira. Main tebak-tebakan, main hati. Ini semacam lanjutan kisah Susi karena dua karakter utama masih saling sayang-sayangan di ending dengan melihat bintang dalam peluk. Cerita dengan nama-nama karakter Indonesia sekali: Tuti, Budi, Mira, Frans, Kiki. Mungkin kecuali Johnny yang keren.

#6. Gerimis Permulaan Musim
Cerita tentang pasien di kamar ujung ruangan. Adis, anak bungsu, manja. Kecelakaan karena kebut-kebutan, temannya meninggal, ia kini dirawat. Dengan sudut pandang perawat dan dokter yang mengobati. Lalu kisah lain yang saling canda dalam kesedihan ditinggal pergi. “Ditinggal pergi lalu menjadi gila. Semua begitu. Perempuan. Laki-laki. Ditinggal pergi kekasihnya, jadi gila. Sebab apa? Sebab ia tak bisa melupakan.”

#7. Di Mana Waktu Membeku
Di sebuah rumah sakit di Jerman, Atika, dan cerita bros penuh kenangan. Jadi Atika mendapat hadiah, bunga mawar dan ucapan kasih dari anak seorag pasien. Pemuda aneh yang kadang datang menjenguk ibunya, tak sering mungkin ada masalah. Lalu sebuah fakta mengejutkan diungkap. “Betulkan Frau Seifert akan setuju perhiasannya diberikan kepadaku?!

#8. Dalam Ruang Tunggu
Zurich. Di ruang tunggu yang saling pandang sekilas, saling cuek, sebuah koran dan majalah yang menghiasi masa tahun 1980an. Tarik-ulur baca, di sebuah ruang umum. Ini mungkin cerpen terbaik, sederhana tapi memikat. Zaman itu tak ada HP, teknologi masih ala kadar. Menarik sekali menyaksikan orang-orang menghabiskann waktu dalam antrian. “Yang seperti ini, tidak ada pada zaman muda saya.

#9. Sebuah Noktah di Hati
Dan noktah itu makin melebar dan makin merah. Sengsaranya hati yang mengidap rindu. Tentang masa lalu yang dikenang, tentang cinta yang ke lain hati. Anak kecil yang manja dalam keluarga berada, menyaksikan lika-liku orang kaya. Sayangnya nama-nama karakter sudah kurang Indonesia. “Panggil aku Saudi!”

Bagian Kedua: Lukisan Kehidupan (kenangan dari mereka yang telah berlalu)

#10. Doa Istimewa
Susy dan mamanya yang menanti papanya pulang. Sudah jam lima, jam setengah lima ada bel berbunyi, girang eh ternyata tukang susu. Jam enam tiba. Tak ada yang hadir. Jam tujuh menjelang, makin bete. Ini tentang ulang tahun yang istimewa, Susy ingin mereka kembali bersatu. “Papa, jangan pergi dong.”

#11. Kalau Memang Jodoh
Ini adalah kejadian yang paling hebat dalam hidupku. Romantik banget, deh!” ini kisah dua anak muda yang kasmaran, menghadapi masa depan dengan oprimisme tinggi. Jerry dan Maria dan darah muda yang tertumpah.

#12. Ketika Fajar Berlalu
Kisah keluarga kaya yang anaknya memiliki penyakit berkepanjangan. Jenny dan kisah cinta yang dramatis. Ketika penyakitnya makin mengganas, pasangannya tetap nekad ingin menikahi, dan sebelum terlambat segalanya harus bergegas ijab. Kisah bak drama sinetron.

#13. Lukisan Kehidupan
Fiona yang terkena TBC semasa kecil. Dan ini adalah curhatan orang terkasih akan kehidupan Fiona. Besok dia mau nginap di rumah nenek. Kita bisa menggeratak. Dia kan punya buku harian. Orang bilang, cewek-cewek perasa selalu menumpahkan unek-unek di buku begituan.

#14. Riwayat Masa Lalu
Daniel yang meminta jawab kepada ayahnya, untuk sekadar mendapat kata “Tidak.” Lalu masa lalu diungkap. Anna yang sudah berumur tiga puluh, guru TK yang dianggap gadis tak laku-laku. Namun ada alasan lain yang membuat bimbang keputusan itu. Cinta yang tak padam di rentang lama berselang.

#15. Sepucuk Surat Kelabu
Sahabat pena dari Amerika, Emma yang sudah lama menikah tak kunjung diberi anak. John yang mudah tersinggung dan perkawinan mereka yang mulai retak. Surat terakhir dikirim dari biara. Ah, lika liku kehidupan.

#16. Gaun Sutra Ungu
Dongeng jelang tidur yang dibacakan nenek ke ibunya, ibu ke saya, dan ini adalah salah satu kisah yang dibacakan. Kisah dari negeri Cina. Kisah menyentuh hati tentang gaun dari masa lalu dan pencarian identias. Cerita bagus, yang sayangnya sang aku keburu terlelap sehingga tak tahu akhir dari perjalanan.

#17. Jam Tujuh Tepat
Amir yang menghilang. Para dokter yang mengabdi di pedalaman. Kamal menulisnya dalam diari. Amir yang jatuh hati dan meminta doa restu orang tuanya. Sulit, tapi tak mustahil. “Ia terus mengoceh tentang perkawinan dan bulan purnama.” Setelah dinanti-nanti tak kunjung tiba. Jam tujuh tepat ada sesuatu yang terjadi. Hiks,

Setiap lelaki memiliki kemampuan mencintai seorang gadis, tapi hanya lelaki yang mahahebat yang bisa mencintaiku.

Sine Qua Non: Dancing With The Holy Spirit (1964-2014) | Oleh Marga T | GM 401 01 14 0102 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Desain sampul Fajrin Pratama | Cetakan pertama, 2014 | ISBN 978-602-03-1150-0 | 265 hlm.; 20 cm | Skor: 3.5/5

Karawang, 180619 – Sheila On 7 – Mudah Saja

#Day16 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf #11Juni2019

4 komentar di “Sine Qua Non #16

  1. Ping balik: Buku Yang Saya Baca 2018 | Lazione Budy

Tinggalkan komentar