“Kita tak selalu bisa menyingkir dan menghindari semua yang tak menyenangkan dalam kehidupan ini Mr. Whelman! Anda berkata bahwa Anda merasa cinta pada gadis itu. Apakah itu berarti Anda tak yakin?”
Dunia ini memang tak tahu terima kasih, kita melakukan tugas sebaik-baiknya tapi tak dihargai. Awalnya sangat lurus, dan seakan mudah ditebak. Pembaca seolah diberitahu bahwa ini ada seorang gadis aneh yang beruntung mendapat warisan dari tantenya, punya calon suami yang masih saudara yang jelas terlihat tak terlalu menyukainya, lalu saat kunjungan ke rumah tante karena mendapat surat kaleng yang menyatakan bahwa kemungkinan ia tak akan mendapat warisan karena ada tangan lain yang mencoba menjarahnya, ia malah mendapati sang tante meninggal dunia dalam tidurnya yang bahkan pagi itu ia baru akan menulis wasiat. Kematian seseorang yang tanpa surat wasiat yang otomatis akan jatuh ke dia sebagai satu-satunya saudara yang terdata. Uangnya dibagi-bagi kepada pembantu tantenya, perawat, tukang kebun dan anaknya yang jelita, dan pertunangan yang batal mengubah banyak hal. Sampai suatu hari ada kematian lagi, yang ternyata menyeret sang gadis menuju tiang gantungan. Semua plot, alibi, dasar sampai kemungkinan terbuka lebar ialah pelakunya. Tampak sederhana. Namun karena ini kisah detektif, Hercule Poirot turun tangan dan segala yang tampak sederhana itu malah jadi benang kusut karena menyeret nama-nama orang sekitar dan dosa masa lalu. Yup, jelas ini plot Agatha Christie banget. Rata-rata memang beginilah kisahnya. Dan karena sudah beberapa kali melahap kisah detektif, maka kuncinya selalu sama: jangan percaya segala yang tampak luarnya.
Buku dibuka dengan kutipan Shakepeare: “Mari, marilah kematian / Baringkanlah aku di bawah pohon cypress / Terbang, terbanglah nyawa / Aku dibunuh perawan cantik yang kejam / Kain kafanku yang putih, penuh dengan racun / Yang disiapkan / Tak seorangpun yang jujur / Terlihat dalam kematianku ini.”
Kisahnya tentang Miss Elinor Katharine Carlisle, sang karakter utama, pusat segala cerita. Dibuka dengan prolog sidang pembunuhan, ia didakwa menjadi dalang kematian Mary Gerrard pada tanggal 22 Juli. Dengan penuh keraguan ia menyangkal, ia merasa tak melakukan tindak pidana meracuni korban. Lalu kisah ditarik mundur, tentang awal bagaimana kriminal ini dimulai. Dibagi dalam tiga bagian, pertama dengan sudut pandang terdakwa yang menarasikan mula, kedua dari sudut Hercule Poirot yang disewa oleh sang dokter untuk mengungkap fakta, ketiga kembali ke sang main karakter.
Mulanya Elinor mendapat surat kaleng yang ‘mengancam’ ia tak akan dapat warisan jika tante Laura meninggal, ia kini sakit-sakitan. Surat itu disampaikan kepada tunangannya Roddy Welman yang dengan emosi meluap, menghancurkannya. Maka ancaman dari seseorang yang berniat baik itu membuat mereka segera menuju rumah tantenya di pedesaan Hunterbury Maidenford. Kunjungan yang mencoba merekat hubungan walaupun ada udang dibaliknya, disambut banyak karakter. Khas Christie di mana para pelayan dan orang-orang yang membantu dilibatkan, mereka yang tampak sepele malah mendapat peran penting. “Kita tak diperkenankan mengatur dan menyusunnya menurut kemauan sendiri. Kita tak boleh melarikan diri dari hal-hal yang membangkitkan emosi, tak boleh hidup berdasarkan akal dan pikiran saja.”
Dokter Peter Lord yang menangani kesehatan tante Laura merasa tak ada yang perlu dirisaukan, sakitnya hanya bawaan usia. Dokter lajang yang gerak geriknya terpukau sama Elinor ini menjadi penentu nantinya ke arah mana pendulum pembunuh kemungkinan mengarah. Mary Gerrard adalah anak tukang kebun yang jelita, ia menjadi magnet daya pikat. Ada sesuatu bagian teka-teki yang menghilang. Aku yakin bahwa – yang hilang itu – mengenai Mary Gerrard. Tentang gunjingan skandal. Menjadi anak angkat tante Laura yang sangat disayangi, menjadikan cinta pada pandangan pertama Roddy yang mengakibatkan pertunangan putus, bahkan dokter Lord pun harus mengakui ia tertarik. Cinta itu suatu urusan yang hubungan dengan putus asa dan ketegangan. Cinta itu bisa mengubah pengecut menjadi pemberani – dan cinta pula yang bisa menyeret pria baik-baik yang jujur menjadi orang yang hina. Pelayan menjadi begitu dominan mengisahkan karena gosip yang beredar di masyarakat, Perawat O’Brien yang lama mengabdi, perawat Hopkins menjadi kunci karena ia nantinya menjadi saksi sang korban menghembuskan napas terakhir. Karena kebohongan-kebohongan itu bercerita sama banyaknya dengan yang diceritakan oleh kebenaran. Karena dari kebohongan-kebohongan itu kita bisa mendapatkan kebenaran yang lebih banyak.
Setelah tante Laura meninggal dunia tanpa surat wasiat, yang otomatis jatuh ke tangan Elinor, setelah pemakaman yang sunyi dan pembagian warisan kepada orang-orang yang dicinta, mereka harus kembali berkumpul di rumah Huntterbury karena ada masalah lain yang harus diselesaikan. Yang baru datang adalah Elinor, suster Hopkins dan Mary Gerrard. Nah pertemuan segitiga itu menjadi bencana karena kue selai yang dimakan Mary mengandung racun yang mengakibatkannya tewas di tempat. Pertanyaannya jelas siapa pembunuhnya, antara Hopkins dan Elinor. Namun karena semua alibi mengarah kepadanya, maka dia dituntun hukuman mati. Tampak sederhana, bukan? Sampai akhirnya Poirot melacak demi kenyataan yang harus ditegakkan. Dan orang Irlandia gemar berkhayal.
Saya sendiri tak terpancing ikut menebak Elinor, walaupun alibinya kuat, sangat kuat. Justru yang gamblang, terang benderang gini harus dihindari tebakannya. Mary yang ternyata adalah anak diluar nikah tukang kebun, yang ternyata lagi adalah anak kandung Laura jelas menjadi ancaman warisan akan ke mana. Laura yang dikira mati dengan tenang, ternyata setelah makamnya dibongkar, otopsi lanjutan yang dalam penyelidikan menemukan racun. Elinor yang cemburu banget sama Mary, sebab ‘merebut’ Roddy, walau Mary menolak tampak kesal dan menginginkan ia tersingkir. Elinor yang punya kepribadian agak aneh, dengan pikiran nyalang, fantasi liar dan tampak aneh. Segala arah pendulum makin memberatkannya. Sampai akhirnya dokter Peter Lord menghubungi sang detektif. Koran-koran, berita mereka sering kali tidak bisa dipercaya, saya tak mau bertindak berdasarkan berita koran. Ketika kita berbicara dengan seseorang, kita memperoleh kesan tertentu.
Secara keseluruhan, ini munggkin kisah Poirot paling mudah ditebak. Karena hanya menyisakan dua kemungkinan pembunuh, yang walaupun nantinya mencabang ke target lain, tapi jelas ada yang tak mungkin melebar liar. Justru fakta bunga mawar yang tak berduri yang menjadi kunci yang membuatku tertarik. Tak semua tanaman mawar ternyata berduri. Di sini menjadi salah satu klu penting, karena seorang karakter mengaku kena duri saat memetik bunga, dan bekas luka itu tampak aneh, bersamaan dengan hilangnya obat, yang secara garis lurus menyambung dengan suntikan. Bagus. sangat bagus. Poirot sampai mendatangkan seorang ahli botani dalam persidangan untuk meyakinkan juri.
“Pada saat itulah saya melihat – bukan sinar matahari – melainkan secercah cahaya yang kita lihat pertama kali kalau kita berada dalam kereta api yang baru saja keluar dari terowongan. Jadi bukanlah sinar matahari yang melimpah, tetapi sinar matahari yang memberikan janji.”
Kumulai baca tengah malam di Bundaran HI, Jakarta 14 Mei ketika ada pelatihan di Indofood Tower. Nikmat sekali membaca di tengah malam di bawah bintang, di kerumuman riuhnya sepi anak muda yang nongkrong di tengah bundaran jalan. Bersama kopi hitam yang kubeli sama tukang kopi keliling bersepeda, seru. Kuselesaikan seminggu setelahnya di tengah bacaan berat novel Leo Tolstoy dan Water For Elephants. Dan sekalipun kasusnya tak terlampau berat dipecahkan, jelas Sad Cypress menjadi kenangan, pengalaman melahap yang tak terlupa, sungguh menarik. Kebenaran itu bagai pisau bermata dua. Bagaimana kalau saya menemukan kenyataan yang memberatkan gadis itu? Nah inilah misi membuka fakta klasik di tahun 1940an dengan fitur apa adanya, tanpa gadget dan teknologi melimpah, ilmu deduksi yang selalu terlihat istimewa di tangan Hercule Poirot! Kecerdasannya jelas tak bisa menyamai kecerdasanku, mungkin dia tak melihat, tapi Hercule Poirot bisa.
“Saya bisa mencari kebenaran.”
Mawar Tak Berduri | By Agatha Christie | Diterjemahkan dari Sad Cypress | copright 1940 | GM 402 01 13 0007 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Alih bahasa Ny. Suwarni A.S. | Desain & ilustrasi sampul Staven Andersen | Cetakan kedelapan, Mei 2014 | ISBN 978-979-22-9155-1 | 352 hlm.; 18 cm | Skor: 4/5
Untuk Peter dan Peggy Mcleod
Karawang, 100619 – One Direction – Gotta be You
#Day5 #30HariMenulis #ReviewBuku