“Dengarkan kalian berdua. Aku akan membantu kalian apabila kalian membantuku. Aku akan membantumu melihat jam kepala itu dan aku akan membantu Hannah menemukan harta karunnya, asalkan kalian berdua mau membantuku naik ke kapal itu untuk pergi ke Italia.”
Novel yang biasa. Agak mengecewakan, terutama endingnya. Happily ever after. Kisahnya yhanya berkutat di dalam satu kota, melibatkan tiga anak yang punya kepribadian unik. Nasib menyatukan mereka, dengan motif masing-masing mereka sepakat bersatu. Dengan sebuah mesin jam yang dicipta, lalu legenda kepala perunggu jam yang ajaib, mereka mengalami petualang yang tak terlupa. Sayang sekali, ending-nya terlalu sederhana. Happy untuk semua. Cerita yang bagus harus memberi konflik rumit dengan tantangan nalar, kalau perlu matikan karakter penting. Sayangnya ini buku anak-anak.
Kubaca cepat di bulan Maret, buku yang kubeli di bulan itu juga di Gramedia Karawang karena muncul di beranda media social berkali-kali sehingga memicu untuk memiliki. Banyak cara untuk membuat kita menetukan pilihan, banyak hal yang bisa mengubah pola pikir, mengubah keputusan. Ternyata Tiga anak dan Satu Jam hanya gara-gara kompor teman-teman maya!
Phineas Stroop
Scandentes festini casus subitos patiuntur – Pendaki yang memanjat terburu-buru akan mudah terjatuh. Berusahalah lebih sabar dan ingatlah bahwa aku selalu melakukan nyang terbaik untukmu.
“Kau sering membaca. Aku khawatir kau tidak cukup tidur.”
“Tapi saya telah belajar bahwa dalam banyak situasi. Lebih baik saya menyimpan pendapat itu untuk diri saya sendiri.”
Madame Constance Bernadette Pomeroy.
Mortals coelom ipsum petimus stultitia – kita makhluk fana ini bersedia menyerbu surge untuk mencapai tujuan.
“Berikan kepercayaanmu pada manusia, bukan pada mesin jam. Kepala perunggu itu jarang memberikan jawaban yang didengar penanyanya.”
Kuntumnya yang pucat tampak sebesar mangkuk sup. Hannah merasa tempat itu cukup menarik untuk duduk-duduk, tapi ia langsung sedih ketika membayangkan Alice duduk di situ sendirian.
“Aku tidak dapat memahami manusia seperti itu. Tidak punya istri maupun anak. Mereka menguburnya seorang diri dalam pemakaman Gereja Old Rock.
Yah, silakan saja dia menyimpan uangnya. Tanah dan kompos adalah emasku, dan bunga-bunga ini permataku. Aku lebih kaya daripada para pengusaha itu.
Biola tua itu menjerit dan mengerang. Giuseppe mengernyit mendengar suara taka sing itu dan bertanya-tanya bagaimana dulu ia bisa mendapatkan uang dengan alat seperti itu. Alat music itu seperti teman yang menyebalkan tapi ia sayangi.
Ada kesetiaan di dalamnya. Dan kasih sayang, dan sedikit rasa bersalah karena telah menelantarkan biola tua itu lalu menggantinya dengan biola hijau.
Bocah kecil itu tampak ingin mennagis. Tapi dia memang selalu tampak ingin menangis.
Kota berdenyut itu bangun dan tidur bergiliran, seperti darah yang dipompakan ke otot yang bekerja keras.
Dan selama beberapa saat ia berusaha meyakinkan diri bahwa peristiwa mala mini tidak nyata. Tak mungkin ini terjadi.
Buku the Clockmaker;s Grimoire, buku tentang sihir, ilmu gaib dan mantra. Tapi mesin jam kan tidak melibatkan sihir.
Isaiah Branch
Dan pikiran akan Miss Wool lenyap seiring tiap langkahnya.
Pertunjukan opera berjudul La traviata
Mesin jam tidak bisa berputar melawan arah. Detik, menit dan jam hanya dapat bergerak maju. Sabar, tepat dan tak dihentikan. Kenangan hanyalah sesuatu yang menyenangkan, suatu ilusi yang dapat pecah bagai ombak terkena pendobrak waktu. Masa lalu akan tetap menjadi masa lalu.
“Selamat tinggal kalian, kacang yang lupa kulitnya, dan tak menguacuhkan panggilan waktu.”
“Kau tahu, kau tegar seperti Hannah dalam al Kitab.”
Ia memandangi pria dan wanita yang berangkat kerja, menyiapkan tugas, menyiapkan dagangan. Bagaimana mungkin kehidupan Hannah berhenti begitu mengenaskan namun dunia tak ada yang tahu.
Aku tidak tahu, cagar alam itu dinamai sesuai dengan nama seseorang. Roland McCauley. Dipersembahkan bagi Roland McCauley. Semoga warisannya tetap hidup di dalam mereka yang sepemikiran dnegannya.
“Anak malang. Aku harap aku bisa menolongmu.” Sepertinya kata-kata itu, yang selalu dikatakan orang dewasa.
Kau tidak membuat jam dengan mekanisme sihir.
Tak kusangka dia nyata.
Teman-teman adalah komoditas yang sangat berharga. Kadang-kadang aku berpikir mengumpulkan mereka lebih banyak.
Kehidupan manusia tidaklah penting. Bahwa tak satu pun ciptaan kita kekal. Bahwa kita semua akan menjadi abu. Dan hanya alam raya yang konstan dan abadi.
Cagar alam itu adalah harta karunnya. Cagar alam itu adalah harta karun milik kota, harta karun kehidupan, dan Hannah sudah menemukannya.
Tiga Anak dan Satu Jam | By Matthew Kirby | Diterjemahkan dari The Clockwork Three | copyright 2010 published by arrangement with Scholastic Inc., 557 Broadway, New York, NY 10012, USA | GM 32201140022 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Alih bahasa Julanda Tantani | Desain sampul eMTe | Cetakan pertama, 2014 | ISBN 978-602-03-0815-9 | 448 hlm.; 20 cm | Skor: 3.5/5
Untuk Azure
Karawang, 130319 – 180619 – Peter Cintotti, David Finck, Kenny Washington – Sway
#Day14 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf #11Juni2019