Pemufakatan Jahat dalam Penjara

The Brethren  by John Grisham

“Momentum adalah binatang aneh dalam politik… Uang mengikuti momentum”

Diluardugaku, ini jadi buku pertama John Grisham yang selesai kubaca tahun ini, padahal tahun lalu dan sebelumnya sangat antusias dan banyak menyelesaikannya. Di rak juga numpuk buku-buku beliau. Untuk kali ini, tak ada twist. Lebih sederhana, tak rumit, dan mengalir tenang. Mungkin karena tokoh utamanya, para kakek-kakek, penghuni penjara yang membentuk majelis kejahatan, sementara di luar sana sedang hiruk pikuk menuju pemililhan Presiden USA. Dan dua tiga kepentingan itu bersinggungan, di tengahnya ada pengacara yang galau, dan terhimpit berbagai masalahnya sendiri.

Kisahnya terfokus pada sebuah majelis dalam penjara, terdiri atas tiga mantan hakim, di mana mereka melakukan kesalahan sehingga terjerumus di dalam jeruji besi. Mereka adalah Joe Roy Spincer, Finn Yarber, dan Hatlee Beech. Mereka melakukan sidang sederhana Pengadilan Rendah North Florida, lebih dikenal engan Majelis di Trumble. Keamanan di sana minimum, tak terlalu ketat sehingga banyak celah untuk melakukan negosiasi persekongkolan.

Dengan pengalaman melimpah, mereka tahu di luar sana ada noda yang bisa dimanfaatkan. Metodenya selalu sama, menjerat lelaki dengan memasang iklan di Koran, memancing lelaki dengan umpan pemuda yang depresi, tampan, dan butuh teman. Memasang kotak surat, dan berikutnya penghubungnya adalah L. Trevor Carson, pengacara dan penasihat hukum. Dia menjual etiknya, normanya, bahkan moralnya demi uang. Setelah terjerat, para korban lalu diancam akan disebarkan identitasnya ke publik bahwa dia gay. Ancaman dan permintaan uang tutup mulut itu lalu diolah oleh Carson, dibagi empat. Dalam sebulan ia memperoleh  sekitar $800.000 dalam bentuk uang gelap bebas pajak. Bisakah kecepatan datangnya uang ini berlanjut? Korban-korban majelis tidak buka mulut karena malu. Mereka tidak melanggar hukum, mereka cuma takut. Mangsanya adalah nafsu manusia dan imbalannya diperoleh dari perasaan takut.

Mereka merencanakan serangan mereka dengan baik, yang selalu merupakan unggulan nereka, karena mereka punya begitu banyak waktu. Tiga pria yang sangat pintar, dengan waktu kosong. Tidak adil memang, tapi begitulah. Gerakan ini menuntut ketelitian dan pengalaman. Sampai akhirnya mereka menemukan korban kelas kakap.

Amerika jelang pemilihan presiden. Direktur CIA Teddy Maynard yang kejam mengatur strategi untuk kemenangan kandidat yang ia pilih, Aaron Lake. Mengupaya segala siasat dengan menebar ancaman terorisme, Amerika butuh dana lebih, membutuhkan anggaran perang plus plus. Lake dimanipulasi untuk menang, maka segala yang mengganggu disingkirkan. “Saya rasa Anda sebaiknya mengumumkan dua hari setelah New Hampshire. Biarkan para pemenang menikmati kemenangannya dan biarkan para pecundang ribut sendiri dulu, lalu umumkan.”

Begitulah, luapan kampanye jelang pilpres, itu suatu hari harus tersandung noda. Sebab Sebuah surat sederhana bisa menghancurkan tatanan papan catur. Lalu Argrow ditugaskan Teddy melacak surat-surat Lake, dan menuntun ke Carson. Begitulah, akhirnya nasib mempertemukan mereka. Entah bagaimana caranya majelis harus disingkirkan, dank arena Majelis memiliki nilai tawar, mereka lantas menantang balik. “Tiga hakim kotor di penjara federal di Florida dapat mempengaruhi keamanan nasional? Aku ingin mendengar pembicaraan kalian.”

Sebuah kesepakatan win-win solution dilontarkan, dan segalanya lantas berakhir tenang dan tenteram.

Karena saya sudah berkali-kali baca buku Grisham, endingnya agak mengecewakan. Masih hebatan The Partner yang mengejutkan. Majelis seolah menjadi obat tawar untuk para manula yang pensiun, memberinya bekal di hari tua dengan jutaan dollar, lantas menikmati sisa hidup dengan fun. Walau di ujung sekali permufakatan jahat tetap dilakukan, dan beda regional, tetap saja ending-nya kurang OK.

Hal-hal yang diangkat juga umum. Kampanye perang contohnya, sudah pernah ada dan walau tampak jahat, logikanya seolah benar. Atau tentang aborsi, yang mana perdebatan masih relevan. “Anda dicecar soal aborsi, tapi Anda bukan yang pertama.”

Saya justru malah merasa simpati sama hakim tua yang apes. Seolah sudah tak ada guna. Tak seorang pun membela Yang Mulia Hatlee Beech. Ia dihukum, diceraikan, dipecat, dipenjara, dituntut, bangkrut. Beech kehilangan begitu banyak, jatuh begitu dalam. Maka terasa wajar mereka melakukan penawaran tinggi, “Mr. Lake punya uang yang lebih banyak uang daripada yang bisa dihabiskan. Enam juta dollar Cuma setetes air dalam ember.”

Untuk Lake, mungkin kalian muak. Bergitulah politik, kejam dan seringkali menghilangkan kemanusiaan. Saat kempanye, penuh senyum “Lake memeluk orang-orang yang belum pernah ditemuinya dan melambai pada orang-orang yang belum pernah ditemuinya lagi, lalu menyampaikan pidato kemenangan yang menggelora tanpa teks.” Pilpresnya sendiri, duel antara Gubernur Wendell Tarry melawan Congressman Aaron Lake tak disebutkan banyak, hanya sepintas lalu setelah segala gemuruh usai.

Memamg bukan buku terbaik Grisham, tapi jelas keunggulannya adalah plot yang sangat rapi, baik, dan begitu hidup. Masih, Grisham adalah penulis terbaik masalah pengadilan menurutku. Piawai memainkan kata, memainkan emosi pembaca, sampai-sampai kita percaya kasus seperti ini bisa terjadi. Pemufakatan jahat ini bisa berjalan. Kita tak tahu, di luar sana banyak sekali orang jahat, sehingga kejahatan turut update mengikuti perkembangan teknologi. Entah, buku-buku Grisham yang di atas 2010-an apakah juga memainkan kejahatan sesuai era sekarang.

Maka Majelis menurutku adalah sebuah tribute dari Grisham untuk para hakim. Memberi ending nyaman dan adil: materi, bebas, menuruti hobi di hari tua. Bukankah kita semua menginginkan tiga hal itu? Keadilan yang coba ditegakkan.

Dunia akan jadi jauh lebih gila, dan kita harus kuat untuk melindungi cara hidup kita.

Majelis | by John Grisham | Diterjemahkan dari The Brethren | Copyright 2000 by Belfry Holding, Inc. | Alih bahasa Diniarty Pandia | GM 402 00.651 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Maret 2000 | 496 hlm.; 18 cm | ISBN 979-655-651-0 | Skor: 4/5

Karawang, 290922 – 211022 – The Cranberries – Loud and Clear

Thx to Kahima Mahima, Jkt

The Summons: Keserakahan adalah Binatang yang Sangat Aneh

“Berpikirlah seperti bajingan, Ray. Berpikirlah seperti penjahat.”

Hakim Atlee adalah orang besar di sebuah kota kecil. Buku ini ada tautan dengan The King of Torts, di mana seorang raja ganti rugi menjadi sisipan kisah. Sebuah panggilan dari orang tua, kedua anaknya diminta datang ke kampung halaman sebab sang ayah kini sudah tua dan sekarat. Panggilan yang dikira sederhana, untuk menjadikan pertemuan terakhir dan mungkin pembacaan warisan itu menjadi cerita liar dan panjang. Sebab saat sang sulung sudah sampai, ayahnya keburu meninggal. Terlambat, waktu tak bisa ditarik mundur. Lebih runyam lagi, ada berkantong-kantong uang di dalam lemari. Tiga juta dollar lebih, menarik sekali idenya. Sang hakim yang lurus dan penuh dedikasi, terkenal loyal dan baik hati, dambaan semua warga, tampak sederhana, ternyata memiliki kekayaan melimpah. Korupsi? Uang jatuh dari langit? Nah itulah inti kisah Panggilan, penyelidikan uang apa gerangan.

Kisahnya tentang Ray Atlee, mengambil sudut pandang orang pertama. Ayahnya Reuben V. Atlee adalah hakim terkenal di Clanton. Ray adalah dosen di Universitas Virginia, lulusan hukum yang awalnya menjadi tumpuan harap sang ayah, tapi ia malah merantau. Kehidupan mapan itu, retak sebab ia cerai dengan Vicki yang telah menikah lagi dengan konglomerat tua nan kaya. Ray menjalani hidup untuk dirinya sendiri, bukan untuk ayahnya atau kemegahan masa lalu keluarga. Ia hadir di Clanton hanya untuk menghadiri pemakaman. Adiknya, Forrest Atlee sangat kontras, pria bermasalah di banyak hal. Forrest adalah seperangkat persoalan dan masalah lain, jauh lebih rumit daripada ayah tua yang penyendiri.

Hakim Chanvellor Reuben V. Atlee tinggal di Mapple Run, rumah tua itu berdiri di sana tahun demi tahun, dekade demi dekade, menerima berbagai serangan tapi tak pernah roboh. Baginya jadi hakim adalah panggilan hidup. Impian Hakim Reuben Atlee dulu adalah anak-anaknya menyelesaikan sekolah hukum dan kembali ke Clanton. Ia pensiun dari jabatan hakim, dan bersama-sama mereka membuka kantor hukum di alun-alun. Di sana mereka akan mengikuti panggilan mulia dan ia akan mengajari mereka bagaimana menjadi ahli hukum – ahli hukum terhormat, pengacara daerah pedesaan.

Bandara itu terletak di utara kota, lima belas menit perjalanan dengan mobil dari kampus sekolah hukum. Meninggalkan Charlottesville menuju Clanton, Ray selama perjalanan mengenang masa lalu. Melihat banyak hal berubah di kampung halamannya. Mampir di kedai kopi, menyapa teman lama, di sana mereka meneguk bergalon-galon kopi sambil menuturkan kisah-kisah penerbangan serta bualan yang makin lama makin hebat.

Kota ini telah berubah, tetapi sebetulnya tidak juga. Seperti hampir semua hal, baik ataupun buruk, pornografi datang terlambat ke Missisippi. Kota kecil yang beradaptasi dengan perkembangan zaman. Di sinilah snag hakim mengabdi. Preseden hukum harus diikuti, tak peduli apa pun pandangan atau pendapat pribadi, dan hakim yang baik tentu mengikuti hukum. Hakim yang lemah mengikuti kehendak khayalan, hakim lemah bermain untuk mengantongi suara dan kemudian ikut mencela saat putusan mereka yang pengecut diajukan ke pengadilan yang lebih tinggi. Hakim adalah orang besar dan sangat peduli dengan bagaimana ia harus dikenang. “Sebut saya apa saja sekehendak Anda sekalian, tapi saya bukan pengecut.”

Saat Ray sampai di sana, hari sudah sore dan cuaca cerah. Saat masuk rumah, tampak sepi seperti biasanya. Rumah tak dikunci, dan ia masuk saja. Setelah menyapa tanpa jawaban, ia masuk ke kamar sang ayah yang tertidur. Namun ternyata bukan tidur, ayahnya sudha mangkat. Ia lalu melakukan beberapa prosedur umum, memastikan keadaan lalu saat melihat sekeliling, betapa terkejutnya Ray, ia menemukan berkantong-kantong uang.

Adiknya belum tiba. Adiknya seumur hidup tak pernah tepat waktu, ia menolak memakai arloji dan mengatakan tak pernah tahu hari, dan kebanyakan orang mempercayainya. Ia dengan cepat menganalisa situasi. Ketika rasa shock mulai memudar, berbagai pertanyaan muncul. Perasaan terguncang atas kematian sang ayah sudah cukup untuk sehari. Guncangan karena uang itu membuatnya terus gemetar. Apa dan bagaimana menanggapi keterkejutan ini.

Ia langsung mengamankan uangnya, gegas memasukkannya ke dalam lemari sapu. Ia sangat was-was dengan simpanan yang sudah berada dalam lemari sapu. Berapa banyakkah jumlahnya di sana? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghitungnya? Apakah it asli atau paslu? Dari manakah asalnya? Apakah yang harus dilakukan dengannya? Ke manakah harus dibawa? Siapakah yang harus diberitahu? Ia butuh seorang diri untuk berpikir, mengatur berbagai hal, dan menyusun rencana.

Melihat surat wasiat yang sudah ditandatangani, menyatakan Ray sebagai eksekutor warisan sebab ia si sulung. Berkonsultasi dengan pengacara yang sudah menjadi sahabatnya, dan memutuskan melakukan penghormatan terakhir di pengadilan sehingga taka da banyak orang di rumah, yang sekaligus mengamankan lemari sapu. Si pendeta jauh lebih emosional daripada si anak. Ia menyayangi sang hakim dan menyatakan dirinya sebagai sahabat karib. Adiknya hanya datang sebentar, lalu menyerahkan segalanya kepada Ray.

Lalu Ray menata situasi. Hidup tanpa ayahnya takkan berbeda jauh dari hidup terpisah jauh darinya. Pengabdian sepenuh hati, selama 32 tahun sebagai hakim, catatannya tak tercela. Uang itu jelas tak pantas disebut uang panas, tapi dari mana? Berapa kali dalam hidupnya ia punya kesempatan memandangi tiga juta dolar? Berapa orang punya kesempatan seperti ini? Tidak mau hidup seperti mangsa yang terluka.

Ia lalu mencoba memindahkannya, ke sebuah jasa keamanan, menyewa loker. Chaney’s adalah temapt aman, sementara ia menaruh uangnya di sana, Ray mencoba memastikan uangnya asli.  Memastikan uang itu tidak palsu, tidak tertandai, tidak terlacak dengan cara apapun. Ia terbang ke berbagai kasino, main jdui. Perjudian paling dasar adalah datang-pasang taruhan, dan setelah berhasil mengerahkan keberanian, ia mendesak maju di antara dua pejudi lain dan menempatkan sepuluh chip tersisa. Ia akan membawa lebih banyak uang tunai, mencucinya dalam sistem. “Penjudi profesional tidak pernah minum saat berjudi.”

Berjalannya waktu, tak ada kecurigaan baik dari Bandar atau orang-orang yang mungkin berurusan dengan uang itu. Kehatihatian, sebab itulah yang didapat setiap wanita darinya. Kehati-hatian, sebab ia merasa  melihat potensi pada yang itu.

Namun teror akhirnya muncul. Drai orang tak dikenal yang mengejar uang itu untuk diserahkan. Bahkan malam hari mengusiknya, melempar benda hingga kaca rumah pecah, mencongkel pintu apartemennya, mengirim surat ancaman, dst. Dengan situasi terbaru itu, Ray Atlee akhirnya mengakui betapa penting arti uang itu sekarang. Sempat pula terbesit rencana lain. Tentang bagaimana uang itu bisa berkembang bila diinvestasikan secara konservatif atau agresif.

Sebagai eksekutor warisan, ia punya waktu satu tahun sejak tanggal kematian untuk mengirimkan surat pemberitahuan pajak terakhir, dan menurut akuntannya, perpanjangan waktu dapat dengan mudah didapatkannya. Ia memastikan, uang itu tak akan dimasukkan ke daftar warisan sebab akan habis dihisap pajak. Mungkin bukan langkah yang paling cerdik hingga sejauh ini.

Ray memutuskan berkeliling, dengan uang di bagasi mobil, mencari kebenaran. Kalau kau kabur membawa banyak harta, seperti pembunuh dengan korbannya di bagasi, maka banyak wajah tampak familier dan berbahaya. Setiap orang yang ia temui tampak mencurigakan. Kau tidak mungkin bisa batuk di sana tanpa membuat tiga orang lain tertular Apakah semua orang gila, atau cuma aku?

Sementara adiknya yang terjerat narkoba tinggal di rehabilitasi. Sesekali ia kunjungi. Hidup tidak akan jadi sederhana dengan mengunjungi adiknya, tapi ia sudah berjanji.

Petualangan pencarian Ray mengarah ke Hancock County dinamai menurut nama John Hancock, salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdekaan. Lalu menuju seorang pengacara jumawa nan kaya raya. Patton French adalah orang yang amat sangat pongah. Setelah berusaha dengan keras menemui, dan bilang ia anak sang hakim, ia akhirnya berhasil bertemu. Di atas pesiar mewah yang tenang, segalanya akhirnya terang.

Semua bermula dari Berkas perkara Gibson v. Miyer-Brack. Hakim percaya akan kerja keras, dan tanpa juri yang harus dimanjakan, ia bertindak brutal. Patton yang cerdik dan menjadi seorang penggugat massal mencari celah, dan menemukan nama sang hakim. Keputusan-keputusan itu tegas, sangat lugas, dan bertujuan untuk meresahkan para pengacara tergugat. Setelah berhari-hari mengumpulkan banyak korban obat gagal, ia maju menggugat pabrikan. Mr. Patton French berhasil mengunci Miyer-Brack hingga terlentang tak berdaya di atas matras. Dan akhirnya ganti rugi dengan jutaan dollar tersaji.

Kalau mau tahu detail cerita tata cara menggugat bisa dibaca di novel King of Torts, raja ganti rugi. Kebenaran kini mengalir deras, dan ia menginginkan seluruhnya. Keserakahan adalah binatang yang sangat aneh, Ray. Dan setelah kebenaran terungkap, lantas mau diapakan uang sebesar itu? Kembali lagi, keadaan sehat, tenteram, dan bisa menjalani kehidupan wajar adalah impian, bahkan dibanding dengan uang besar yang mengancam keselamatan.

Endingnya datar. Setelah aksi penuh ketegangan, pertarungan kesabaran dan segala kemungkinan baku tembak dan ledakan, John Grisham malah mengambil jalan tenang. Mungkin agak mengejutkan, beberapa fakta disimpan lalu diungkap hingga bab terakhir. Namun tetap, tak terlalu mengejutkan. Sangat tenang, dan juga menggantung.

Bagaimanapun, karya Grisham tak pernah mengecewakan. The Summons jelas memenuhi itu, hanya saja harapan itu terlampau tinggi. Beda dengan The Partner yang meledak di akhir atau Bleachers yang memukau dalam nostalgia, atau The Last Juror yang walau akhirnya tenang, sungguh heroik. Well, susunan Grisham mungkin sudah kukenali dan nikmat plotnya walau familier tetap terasa menawan. Masih banyak bukunya di rak yang belum kubaca, dan akan terus kubaca. Semoga.

Panggilan | by John Grisham | Diterjemahkan dari The Summons | Copyright 2002 by Belfray Holding, Inc |  Penerbit Gramedia Pustaka Utama | GM 402 02.023 | Desain cover Amy C. King | Sampul dikerjakan oleh Eduard Iwan Mangopang | cetakan pertama, September 2002 | 432 hlm; 18 cm | ISBN 979-686-116-x | Skor: 4/5

Karawang, 230821 – Ida Laila & Mus Mulyadi – Setelah Jumpa Pertama

Thx to Mahina Kamila, Jkt

The Street Lawyer #25

The Street Lawyer #25

Kau melakukan tidak demi uang. Kau melakukannya demi ketenangan hatimu.”

Mungkin ini kisah paling biasa dari Grisham, mungkin karena ia memiliki tema mulia dalam cerita sehingga seolah ada beban penyampaian kebaikan itu. Endingnya tak liar dan sesedih yang lain, padahal awal mula sudah sangat bagus bak film action.

Bagaimana hidup bisa berubah begitu drastis dalam sebulan? Kisahnya tentang Michael Nelson Brock, yang merupakan pengacara di sebuah biro kaya dan mapan Drake & Sweeney. Ia memiliki istri cantik yang bekerja di rumah sakit Claire, pasangan kaya ini tampak sangat ideal, materi terpenuhi, tapi dari dalam ada keruntuhan batin. Kesibukan dan cinta yang digerus waktu menjelma bosan, dan di dunia Barat yang liberal tentu saja arahnya mudah ditebak, perceraian. Menjadi bujangan lagi bukanlah hal yang hebat. “Aku dan Claire sama-sama kalah.”

Sebagai dokter bedah, Claire sudah kembali tenggelam dalam kesibukannya sebagai dokter bedah, tak peduli waktu, makan, atau suami. Dengan ringan dia akan masuk ke fase kehidupannya yang berikutnya. Selalu ada maksud tertentu di balik undangan makan siang atau makan malam.

Namun ini tentang perubahan radikal, dan dunia baru yang seru untuk dijelajahi. Melawan kemapanan, melepas kenyamanan, mencipta pola baru yang jauh lebih mulia. Ini tentang pengacara jalanan.

Dibuka dengan sangat keren, Michael adalah salah satu korban penyekapan yang dilakukan oleh sebut saja namanya Mister. Seorang gelandangan yang dengan mudah menyelinap ke kantor Drake & Sweeney, membawa senapan, mengalungkan bom, dan mengancam akan membunuh siapa saja yang menolak kerja sama. Apesnya Michael, ia yang jadi sandera utama yang dijadikan alat komunikasi dengan pihak luar. Gelandangan mengenakan apa saja yang mereka punya, atau sepertinya begitu.

Dalam ruang kantor itu, sang teroris membeberkan banyak fakta pahit kehidupan jalanan. Ia adalah gelandangan, ia menjadi korban penggusuran, dan memaksa para pengacara itu menunjukkan kebenaran-kebenaran yang bisa mencucurkan air mata. Apakah kalian berdonasi? Ya, donasi rutin ke Greater DC Fund, kami memberi banyak dan kami senang melakukannya. Apakah kalian peduli sama para tunawisma? Ya, lewat yayasan itu. Namun berapa yang kalian berikan langsung ke lapangan? Apakah kalian punya nurani? Pada akhirnya Mister tewas di tangan polisi dalam misi penyelamatan dramatis saat memesan makanan, ditembak telak.

Kejadian ini mematik pikiran Michael, ia jadi pendiam, jadi begitu shock. Setelah dalam perenungan yang dalam, ia lalu menelaah riwayat hidup Michael sang pengacara rakus ini, bagaimana Mister menjadi gelandangan, dan kehidupan keras jalanan. Ia mendapati bahwa Mister adalah korban penggusuran, dilakukan semena-mena oleh, dan biro hukumnyalah yang menangani. Dengan semangat kemanusiaan, ia resign dan menjadi pengacara jalanan, jalan radikal yang menjadikannya pahlawan. Tawaran pekerjaan bergaji kecil dengan tujuan mulia. “Aku menemukan panggilan hidupku. Kita masuk ke bisnis ini karena kita pikir menegakkan hukum adalah panggilan mulia. Kita dapat memerangi ketidakadilan dan penyakit-prnyakit masyarakat, dan mengerjakan karya-karya mulia karena kita pengacara. Kita pernah menjadi orang idealis, mengapa kita tak bisa mengulanginya?”

Proses ke sananya lucu nan dramatis, mencuri berkas yang sejatinya sudah diperhitung matang. Lalu rencananya mau mengkopinya dan mengembalikannya di tempat, justru berubah menjadi bencana, saat di jalanan sedang ada perang antar genk, mobilnya kecelakaan, dan rencana mengembalikan berkas mustahil. Hector yang memberi petunjuk secara samar, dan lalu dilenyapkan, dimutasi ke luar kota.

Bagi Mordecai, setengah dari praktek hukum berarti menggertak dan mengancam orang. Modecai, si bos barunya. Ia bergabung dengan biro hukum yang betujuan mulia. Kantor itu sibuk, berdebu, dan aku terpesona melihatnya. Membantu orang-orang tak mampu memenuhi haknya, rerata adalah negro, sehingga beberapa kali kena rasial, menjadi minoritas dan harus maju terus. Itu cerita yang sudah sering diulang-ulang, dikisahkan dengan memikat, dan sedikit pun aku tak percaya.

Kehidupannya runtuh, Claire meminta cerai dengan harta gono-gini besar. Lalu Michael hidup di kontrakan murah, keseharian bersama biro hukum kecil barunya. Terlalu banyak perubahan dalam hidupku sehingga aku tak bisa beristirahat dengan nyaman. Membantu sesama membagikan makanan, menjadi tempat konsultasi, benar-benar sibuk dengan uang tidak sebagai target utamanya. Karierku mengalami sedikit guncangan, membelok dari jalur utama; dengan bekerja gila-gilaan kuharap semuanya akan kembali nrormal. Hanya orang gila yang mau nekat melompat dari kereta ekspres yang kutumpangi menuju puncak karier.

Pengacara muda yang ambisius berbuah menjadi abdi masyarakat yang melayani orang-orang tak berpunya; meninggalkan karier gemilang di biro hukum raksasa dan memilih kerja yang nyaris tanpa bayaran. Meskipun menurutnya aku sudah gila, Claire takkan beran mengkritik orang suci.

Klien pertama adalah harta gono-gini. Kasus ini adalah kasus bantuan hukum kepada Waylene yang cerai dan merasa masih punya hak 210 dollar, kasus terakhir yang ditanganinya di Drake dan Sweeney adalah perselisihan antimonopli yang memperebutkan uang 900 juta dollar. Hahaha… bumi dan langit. Pro bono rookies, pendatang baru yang kerja sukarela.

Lalu pemabuk dan pecandu Ruby. Ruby si gelandangan pecandu narkoba dan janda bermasalah. Betapa tak berdayanya orang-orang yang kecanduan, ia nyaris tak sanggup menerima tantangan untuk waras 24 jam. Dst, hatinya benar-benar tersentuh. Dan terisi dengan kehangatan. Yang sedang kutolong ini adalah orang-orang nyata, dengan masalah yang juga nyata. Rakyat kecil yang tak punya tempat untuk mengadukan masalah mereka dan meminta bantuan hukum. Aku suka mendengarkan detail-detail menyedihkan tentang bagaimana mereka sampai di jalanan. Hidup bisa berkonspirasi untuk menjatuhkan siapapun dan ia tidak menolak membicarakan masalah tersebut. Aku masih tercengang dengan fakta orang bisa semiskin ini.

Kerja merupakan terapi yang sangat bagus bahkan merupakan terapi dari trauma. Pertanyaan sulit dengan jawaban sederhana. Aku merasa patah semangat dan pergi. Banyak orang terkenal yang pernah ditangkap. Aku terpaksa bersandar pada dinding agar tidak jatuh dan merenungkan semua masalah.

Pemerintah berusaha menyeimbangkan anggaran dengan menyengsarakan orang-orang miskin. Bagian mengerikan dari dunia tunawisma adalah yang tak kau lihat di jalanan. Tak boleh mengemis, tak boleh tinggal di kolong jembatan, tak boleh tidur di taman, tak boleh menyimpan barang-barang pribadi di taman umum, tak boleh duduk di trotoar, tak boleh makan di tempat umum.

Dan tentu saja kasus penggusuran ini adalah perjuangan yang laik dikejar. Empat belas orang yang diusir dari kontrakan padahal membayar sewa kamar. Ontario dan anaknya meninggal dalam mobil menjadi semacam martil dan ada yang tak beres dengan berkas ini, dan memperolehnya merupakan tantangan. Karena tujuan mulia novel ini, maka ending-nya kurang menyentuh. Happy ending buat para orang-orang baik, segalanya lalu membaik setelah perjuangan itu.

Hidup memang sementara, apa yang dilakukan Michael sungguh bagus sekali. Ia teringat zaman kuliah. “Kuliah hukum membuat kita rakus.” Katanya. Padahal tujuan mereka dididik untuk kemanusiaan. Supaya bisa bertahan di jalanan, aku harus belajar berenang dan terjun ke danau. Jangan sampai kau terseret bersamanya. Maka Michael benar-benar fokus pada kerendahan hati, tak ada kemelesatan materi. Ia ikhlas dan siap bertempur.

Menyeret River Oak dan bekas biro hukumku ke pengadilan, bayangkan tempat kerja lama kita dituntur dan diancam! Gilax. Persidangan tidak selalu menyangkut kesalahan individu; persidangan kadang-kadang juga bisa digunakan sebagai mimbar. Biro hukum bersedia membayar mahal untuk menghindari dua hal: penghinaan lebih lanjut, dna persidangan yang bisa menimbulkan kerugian keuangan besar. Rasa malu yang ditimbulkan membuat mereka lintang pukang mencari jalan tengah. Negosiasilah kata kuncinya, pembeberan ini akan membuat biro hukum yang punya harga diri dan ego sangat besar, didirikan dengan kredibelitas, pelayanan klien, dan kemampuan menjaga rahasia. Aku yakin pagi-pagi ia sudah bangun, mana mungkin orang yang mengalami tekanan begitu besar bisa tidur? “… Semua hakim ingin semua kasus diselesaikan di luar sidang. Lebih banyak waktu untuk main golf.”

Dari Grisham kita belajar banyak sekali masalah hukum, memang fiksi rerata tapi jelas berdasar pengalaman, dan ditulis dengan sangat memikat. Peraturan hukum orang-orang jalanan ditulis oleh orang-orang yang mempraktekannya. “… Para pengacara pintar sekali menemukan cara mengacau.” Para pengacara memang tampak hebat, sekolah tinggi itu terbukti dengan pertempuran kata-kata dalam sidang. Semua masalah dianalisis dengan pikiran sangat tajam yang bekerja keras. Suaranya berirama, meninggi dengan kemarahan, menurun dengan perasaan malu dan bersalah. Tak satu suku kata pun meleset, tak ada kata-kata yang percuma.

Pada akhirnya kita menarik garis lurus, apa pesan moralnya? Ciee… pesan moral. Lebih tepatnya kesimpulan deh. Ya, hidup ini. sudah banyak dokrin masuk. Makna kesuksesan itu? Sudah setara sama kemuakan. Kerakusan tak kenal batas harus dikagumi. Ini versi yang sedikit lebih kasar daripada yang diajarkan pada kita sewaktu anak-anak. Kerja keras dan dapatkan uang banyak-banyak.

The Street Lawyer adalah perlambang, untuk menikmati hidup tak perlu pangkat, tak perlu uang melimpah. Rasa syukur dan berbagi dengan orang-orang tak mampu, hidup itu sendiri adalah rasa syukur yang melipah. Tak harus jadi pengacara untuk melakukannya, kalian juga bisa. Sekarang!

Pengacara Jalanan | by John Grisham | Copyright 1998 | Diterjemahkan dari The Street Lawyer | Alihbahasa Widya Kirana & Diniarty Pandia | GM 402 98.936 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan pertama, 1998 | 480 hlm.; 18 cm | ISBN 979-605-936-3 | Skor: 4/5

Karawang, 250721 – Linkin Park – In The End

#30HariMenulis #ReviewBuku #25 #Juli2021

The Partner adalah Novel Tukang Tipu yang Ditipu, Hingga Pembaca Turut Dikelabui

The Partner by John Grisham

“Tak ada masalah. Ini bukan pertama kalinya ia menggugat tergugat yang salah. Ini strategi. Sedikit simpati tidak akan merugikan.” – Patrick

Diburu dan memburu, polemik hati dan limpahan putar uang gede menyeret banyak kalangan guna adu cerdik, mengetuk Dinding Ego para pengacara. Ini kisah tentang pengacara Amerika yang memalsukan kematian, menyaksikan pemakamannya pada 11 Februari 1992, mencuri 90 juta dollar dari biro hukumnya, dan tertangkap empat tahun kemudian ketika menyepi hidup di Brasil. Uang tersebut sudah dalam perjalanan, sudah disetujui, dokumen-dokumen sudah ditandatangani, perintah-perintah sudah dimasukkan; mereka bisa melihatnya, mencium baunya, nyaris menyentuhnya ketika Patrick Lanigan yang mati menyerobot uang tersebut pada detik terakhir yang memungkinkan. Uangnya bergerak cepat dan sungguh merumitkan diri. Dari Washington ke Nasional Bank, sejam kemudian sampai di Nassau, lima belas menit sudah di United Bank, dan Sembilan menit berlalu tiba di Malta, dan akhirnya berpindah ke Panama. Novel setebal 500 halaman yang sangat memikat, mungkin salah satu cerita tentang pengadilan terbaik yang pernah kubaca. Desas-desus dikumpulkan, didengar, diciptakan. Rahasia menjadi hal langka di Coast. Harapan kian meninggi, sementara gosip didaur ulang. Tak ada komentar dari para pemain, tapi spekulasi liar dari reporter. Uang yang dicurinya terlalu banyak, seandainya jauh lebih sedikit korban-korbannya tidak akan begitu bertekad memburunya.

Pembukanya Patrick Lanigan ditangkap di Ponta Pora, kota kecil yang nyaman di Brasil, perbatasan dengan Paraguay oleh Biro penyelidik terkenal dari New Orleans, dipimpin oleh Stephano, mereka menginterogasinya. Cara memaksa minta informasi dengan penyiksaan brutal, dengan listrik dan darah di mana-mana malah menjadi boomerang. Patrick dengan uang haram 90 juta dollarnya menjadi sangat menarik.

Kisahnya ditarik mundur. Plotnya acak, beriringan, karena setiap keping jawab akan memenuhi lubang berikutnya. Bogan usia 49 tahun, ia yang tertua di antara berempat. Doug Vitrano, sang litigator yang mengusulkan Lanigan menjadi partner kelima menjadi: Bogan, Rapley, Vitrano, Havarac, dan Lanigan. Pengacara dan penasihat hukum. Dengan iklan besar “Spesialis dalam Bidang Kerugian Lepas Pantai”. Spesialis atau tidak, seperti kebanyakan biro hukum, mereka akan menerima apa saja bila uangnya besar. Biro hukum dengan begitu banyak kebencian. “Apakah kamu berpikir kita akan memperoleh uang itu, Charlie?”

Patrick lalu diminta dilepas oleh FBI, dibawa ke Amerika untuk ditangani. Karena lukanya mengerikan, ia tidak ditahan di penjara, ia dirawat khusus di rumah sakit. Di Biloxi, setting utama cerita ini langsung masuk headline, kasus pencurian yang yang besar menarik minat. Ancaman dikurung di Penjara Parchman mengerikan.

Kehidupan pribadi Patrick dikupas. Pernikahannya yang tak bahagia sama Trudy. Trudy adalah gambaran cantik impian masa kini, secara fisik. Badan ramping dibalut pakaian senam, berlumur keringat, berambut pirang diekor kuda dengan kencang. Tidak ada satu ons pun lemak di tubuhnya. Sekaligus berhati kejam, sangat sadis. Sudah tepat Patrick menciptanya menjadi mantan istri: wanita yang menyenangkan, tapi berubah jadi keji ketika langit runtuh. Anaknya Ashley Nicole bukan anak kandung Patrick, kemungkinan anak kandung Lance Maxa selingkuhannya. Tes DNA dan foto-foto telanjang itu bukti yang kuat. “Kuucapkan selamat, tak ada lagi yang terlibat.” Karena kita tak akan membahas urusan gugatan cerai berikutnya, kita sampaikan di sini saja. Trudy mendapat asuransi kematian Patrick sebesar 2.5 juta dollar. Dengan bangkitnya ia dari kubur, jelas ia kebakaran kaus senam, maka ia menuntut balik. Naas, segala bukti mengarah Trudy (dan Lance) salah, dan kalah telak. Namun karena ini masalah paling sepele di sini, oleh Grisham dieksekusi santuy, memuaskan banyak pihak. Bisa kubayangkan Pengacara Trudy, Si J. Murray Riddleton jumawa dan gede ndase, hahahaha… Kedengkian menjadi kecenderungan yang wajar.

Patrick terancam dituntut hukuman maksimal karena terindikasi pembunuhan berencana, sebab proses kaburnya terbukti ada mayat. Jadi ia melakukan ‘bunuh diri’ mobilnya kecelakaan tunggal, terguling, terbakar, dan ditemukan mayat yang kita semua kita itu dia, sekarang kita tahu mayat itu tokoh asing. Apa pun yang diberikan klien saya dijamin undang-undang dan rahasia, Anda tahu itu. Itu dinamakan produk kerja pengacara. Cutter membenci pengacara, karena mereka tidak mudah digertak.

Selama masa pemulihan tinggal di rumah sakit dengan penjagaan ketat. Kunjungan dibatasi, Hakim Karl adalah sahabat lama dan kisah ini banyak sekali melintas masa lalu dari tuturan mereka berdua, ia bersimpati dan jelas tak akan menjadi hakim di sidangnya. Kunjungan ke rumah sakit adalah kunjungan teman lama. Nama samaran Carl Hildebrand (untuk menghormati beliau), lalu menjadi Randy Austin. “Aku hakim, fakta-fakta penting bagiku.” Mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun, lama sesudah ia berlalu. Ada begitu banyak pertanyaan, begitu banyak untuk diucapkan. Ruangan itu berputar dengan berbagai kemungkinan dan skenario.

Kepada Hakim Karl, Patrick menumpahkan banyak sekali hal. Proses kecelakaan yang disengaja. Aku tak tahu bunyinya akan begitu ribut. Bunyi sirine itu begitu keras, tahulah aku aku berlari menuju kebebasan. Patrick sudah mati, dan membawa serta kehidupan buruk. Proses mengambilan mayat, dan siapa dia. Pembaca yang pening dan deg-degan malah tertipu, betapa mudahnya proses itu terasa. Cuma butuh sedikit pemikiran dan perencanaan.

Kasus ini menjadi besar dan semakin meluas dengan setiap fakta baru dibuka. Aku bergulat mati-matian untuk memecahkan satu teka-teki, dan sepuluh misteri lain menimpaku. Ada perkataan dari film lama, “Saat kau melakukan pembunuhan, kau melakukan dua puluh lima kesalahan. Bila bisa memikirkan lima belas di antaranya, kau jenius.”

Dalam prosesnya malah kita mendapati kebusukan birokrasi dan seluk beluk pengadilan. Orang tak bisa merampok bank, tertangkap, lalu menawarkan mengembalikan uang itu bila tuduhan dicabut. Keadilan bukan untuk diperjualbelikan. Para seniman pengadilan bekerja terstruktur. Kerjanya dalam sidang metodis, bebas dari gaya framboyan dan mematikan. Negara versus Patrick Laginan, sidang kasus nomor 96-1140. Jaksanya adalah T.L. Parish yang sudah sarat pengalaman, menjebloskan para penjahat. Duel pengadilan yang patut dinanti.

Seorang gadis yang menjadi penghubung kasus ini lalu diungkap. Nama aslinya Eva memakai nama samaran Leah. Kau tidak boleh panik ketika kau dalam pelarian, demikian berkali-kali Patrick berkata. Kau berpikir, kau mengamati, kau menyusun rencana. Patrick menyewa pengacara sahabat kuliahnya yang handal, Sandy. Seperti teman-teman kuliah, mereka begitu saja pergi menempuh jalan masing-masing. Negosiasinya sangat jago, tapi karena Patrick sendiri pengacara seolah Sandy adalah pion, otaku tama segala keputusan jelas sang tersangka. Sangat licin dan liat, waspadalah para pembaca kalian menuju terkelabui. Kalian para pengacara memang saling mengurus diri sendiri. Pengacara perusahaan asuransi selalu bepergian berpasangan. Tak peduli apa pun tugas yang harus ditangani, harus ada dua orang sebelum pekerjaan dimulai. Keduanya medengarkan, melihat, berbicara, mencatat, dan yang terpenting keduanya menagihkan uang jasa untuk pekerjaan yang sama.

Proses pencurian data selama Patrick menjadi partner malah tampak keren sekali. Membeli pelacak, pengintai, penyadap, sampai segala peralatan canggih di era 1990-an. Ruangan bernama Closet karena sempit. Ada meja kecil berbentuk persegi dengan satu kursi pada masing-masing sisi. Tanpa jendela, dengan langit-langit miring karena ada anak tangga di atasnya. Keluar dari Closet ada yang kesal, sambil mengumpat di setiap langkahnya. Menjadikan meja dan kursi itu saksi mati bagaimana nego para pengacara berengsek ini mencuri duit Negara, dan nama seorang tokoh politik terekam.

Aricia, Monach-Sierra, dan Northern Case Mutual. Perputaran uang yang melibatkan penyandang dana besar akan kebakaran jenggot kalau foto-foto penyiksaan itu disebar ke media. Rekaman, foto, sampai bukti transaksi menjadi barang sangat mahal. Jutaan dollar diputar dan dibahas agar tak ada yang merasa dirugikan. Sebab kalian semua di sini, sebab kalian semua mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan.

Akhir sidangnya sendiri datar, seolah terhenti karena para penuntut kelabakan. Patrick sang perencana ulung, sudah memegang kartu truf semuanya. Usulan aneh, Patrick bebas terasa mustahil di akhir, tapi menjadi sangat lumrah di akhir. Parrish sendiri tidak keberatan, ia memiliki jadwal delapan sidang lain dalam tiga minggu ke depan, sehingga melepas perkara Lanigan melegakan baginya. Tak ada pembebasan tanpa uang jaminan untuk ekstradisi. Tahun-tahun itu begitu jauh, suatu kehidupan lain. Selama bertahun-tahun barang-barangnya telah disingkirkan, barang-barang kenangan di masa kanak-kanak.

Luar biasa. Benar-benar buku yang menggigit, lumer basah sempurna. Menggelepar-gelepar. Menegangkan sejak awal, membelit rumit di tengah negosiasi, mengejutkan akhir. Kita diajak tur, menjelajah kehidupan para manusia elit di biro hukum, tangan-tangan kotor yang menyalurkan uang, memegang kendali, lobi panas, dan memang piramida itu memuncak pada tokoh politik. Nama baik adalah segalanya dalam sosialita demokrasi masa kini, tak bisa dibantah semua orang menghindari, tentu sejauh-jauhnya pencemaran nama baik. Bahkan pembalikan keadaan, hampir semua yang dilakukan Patrick Laginan adalah ancaman namanya rusak, bukti yang kuat membuat ketakutan para pemegang jabatan, nilai saham yang runtuh, sampai penegasan bahwa sejuta-dua juta dilepas untuk membungkam itu seolah tak terlalu masalah. Korupsi adalah efek buruk demokrasi yang menjerat leher mereka yang tak kuat iman. Dalam perjalanan menuju pertemuan penting, tetapi terperangkap kemacetan, dan aku memandang ke teluk. Di sana ada perahu layar kecil yang hampir tidak bergerak di cakrawala.

Impian liar Grisham untuk kabur dari realita yang menamatkan sudah dua kali ini kubaca. ”Semua orang ingin lari, Karl suatu saat dalam hidupnya. Semua orang berpikir untuk kabur. Hidup selalu lebih baik di pantai atau di pegunungan… Kau bangun bersama terbitnya matahari. Menjadi orang baru di dunia baru, segala kekhawatrian dan masalah kau tinggalkan.” Sebelumnnya di kumpulan cerpen Ford County juga ada. Hidup dalam pelarian memang petualangan sangat menggetarkan dan romantis, sampai kau tahu ada orang di belakang sana.. saya pribadi berkali-kali memimpikannya, menghilang dari bosan. Impian untuk pergi begitu saja, menghilang dalam kegelapan malam dan ketika matahari terbit kita jadi orang lain yang benar-benar baru. Orang-orang Brasil yang malang, semua pengacara curang berlari ke sana. Semua masalah tertinggal di belakang – kerja keras yang menjemukan, patah hati karena perkawainan yang buruk, tekanan untuk kaya…

Vonis bersalah berdasarkan sentimen publik perlu diwaspadai. Masih sangat segar diingatan bagaimana sebuah kasus di ibukota kita tercinta mencipta kegaduhan karena kasus yang abu-abu. Namun sentimen dan desakan publik ternyata menguat. Sedih sih, di sini keadilan terasa tegak, walau pada ujungnya sang protagonist kena batunya.

Patrick telah memberikan rahasia paling gelap, paling mematikan, dan Eva berjanji akan selalu melindunginya. Setelah bertaruh segalanya, melimpahkan tanggung jawab besar kepada kekasihnya ini, kita dibuat terperangah. Keadilan hanya kain lap, keadilan sekadar kata-kata. Endingnya benar-benar jleb!

Sang Partner | By John Grisham | Diterjemahkan dari The Partner | Copyright 1997 | Alih bahasa Hidayat Saleh | GM 402 97.668 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Juli, 1997 | 592 hlm.; 18 cm | ISBN 979-605-668-2 | Skor: 5/5

Untuk David Gernert: teman, editor, agen

Karawang, 270720 – None (tidak mendengarkan musik)

HP Mi Noted4-ku mati

Thx To Raden Beben, Bekasi

Reuni Hitam di Pemakaman Sang Pelatih

Bleachers by John Grisham

Bagaimana kau bisa tidak merindukan Rake begitu kau bermain untuknya? Aku melihat wajahnya setiap hari, aku mendengar suaranya. Aku bisa mencium bau keringatnya. Aku bisa merasakan dia menghantamku, tanpa bantalan. Aku bisa menirukan geramannya, gerutuannya, omelannya. Aku ingat cerita-ceritanya, ceramah-ceramahnya, pelajaran-pelajarannya. Aku ingat keempat puluh permainan dan ketiga puluh delapan permainan yang kujalani sewaktu masih mengenakan seragam. Ayahku meninggal empat tahun yang lalu dan aku sangat menyayanginya, tapi, dan ini sulit dikatakan, Eddie Rake lebih berpengaruh bagiku daripada ayahku sendiri.” – Nat

Tidak ada yang menyayangi Rake seperti Silo. Apa yang terlitas pertama kali saat selesai menikmati Bleachers? Sir Alex Ferguson. Seorang pelatih kenamaan yang bertahan lama di Manchester United dalam liga paling keras sedunia English Premier League, metode pelatihnya yang keras sehingga menimbulkan banyak konfliks dalam tim. Hubungan dengan Roy Keane yang buruk, bisa sangat mirip dengan bintang lapangan Neely. Yah, karena saya tak mengenal football Amerika, dan sangat akrab dengan football maka pembandingnya sepak bola saja.

Kisahnya mengambil sudut pandang Neely, mantan kapten football Amerika yang sudah lima belas tahun tak kembali ke Messina. Hari Selasa ia menelusuri lapangan yang membesarkan namanya. Kabar sang pelatih terhebat Eddie Rake sekarat telah mengetuk hatinya, dan sebagian mantan anak asuh untuk pulang. “Lima belas tahun, Pal…” Jadilah ini seperti reuni hitam, dibuka dengan hari Selasa, ditutup pada hari Jumat, hari pemakaman. Selain setting waktu yang minim hanya empat hari, setting tempat juga minim: bangku penonton, kafe, pemakaman, mobil, dst. Novel ini mengandalkan kekuatan dialog dan narasi sehingga hujaman kata harus benar-benar memikat untuk terus bertahan sepanjang 200 halaman. Kubaca kilat dalam dua hari Minggu malam setelah tarawih, kutuntaskan Senin sore sepulang kerja (100520). Tipis, dengan pacu kata kencang.

Neely Crenshaw bertemu dahulu dengan Paul Curry di bangku penonton Rake Field mengenang kenang. Mereka duduk terpisah sejauh tiga kaki, keduanya menatap ke kejauhan, bercakap-cakap tapi sibuk dengan pikiran masing-masing. Lalu pembaca diantar memutar memori itu. Di kelas Sembilan Rake sendiri mengawasi latihan kita dan kita hafal keempat puluh play yang ada di bukunya. Bahkan dalam tidur. Hari-hari jaya kita hilang dalam sekejap mata. “Ayolah, hentikan. Nikmati saja kenangannya.”

Mereka juga membuka kelabu masa lalu tentang pilihan kuliah pasca kelulusan. “Aku tidak pernah memberitahu siapa pun hingga sekarang. Benar-benar bisnis kotor… setiap sekolah menawarkan uang tunai, Paul, jangan naïf. Itu bagian dari permainan.” Bagaimana pilihan Neely ke kampus Tech melukai beberapa pihak. Ternyata dibalik itu, ada uang tunai yang terselip. “Kenapa menabung kalau kau berada dalam daftar gaji?” Anak muda yang lulus tahun 1987 dengan uang melimpah. Sapaan saling dilontarkan, penghinaan dibalas. Begitu banyak yang tertinggal di antara mereka berdua hingga tidak satu pun ingin memulainya.

Lalu muncul alumni lain yang lebih muda, bintang terakhir arahan Rake. Randy Jaeger, “Kapan kau selesai? Tanya Neely. / “Sembilan puluh tiga.” / “Dan mereka memecatnya tahun__?” / “Sembilan puluh dua, tahun seniorku. Aku salah satu kapten.” Beda angkatan ini lalu mengupas apa saja waktu-waktu kenang sang pelatih. Bahas apa saja. Musim pertandingan tanpa kebobolan gawang satu kali membutuhkan waktu semenit untuk dicerna, tahun-tahun yang lebih mula diapungkan. Dan di akhir karier kepelatihan koran-koran mencetak berita besar di headline. “… Selama tiga puluh empat tahun ia melatih tujuh ratus empat belas pemain. Itu judul artikelnya – Eddie Rake dan Ketujuh Ratus Spartan.”

Muncul pula angkatan yang lebih tua, seorang polisi Mal, seangkatan lainnya bankir Curry dan sebagainya. Neely mengetahui legendanya, bukan orangnya. Bangku lapangan itu di malam Rake sekarat karena kanker menjadi malam nostalgia. Bagaimana Rake, selalu merupakan pakar motivator, menggunakan penundaan itu untuk memicu semangat pasukannya. Rake memiliki masalah dengan bintang. Kita semua mengetahuinya. Kalau kau memenangkan terlalu banyak piala, membuat rekor terlalu banyak, Rake iri. Sesederhana itu. Ia melatih kita seperti anjing dan ingin setiap orang dari kita menjadi pemain hebat. “Rasanya seperti baru kemarin, tapi kalau dipikir lagi rasanya seperti mimpi.”

Messina memiliki para pahlawannya, dan mereka diharapkan menikmati nostalgianya. “Hak untuk membual, apalagi yang bisa mereka bualkan?” Setiap Jumat malam menjadi altar pemujaan sekaligus hujatan di lapangan football yang keras. Di kota seukuran Messina, bakat datang berdasarkan siklus. Saat-saat puncak dengan Neely, Silo, Paul, Alonzo Taylor, dan empat penebang kayu yang brutal. Skornya sangat bagus. “Aku tak ingin membicarakan football, oke? Aku tak ingin membicarakan betapa hebatnya diriku dulu.”

Sejatinya ada apa dengan pelatih legendaris ini sehingga dipecat secara tak hormat? Kita tahu dalam kupasan lembar hari berikutnya. Neely ngopi di kafe yang memajang posternya di atas kasir. “Tidak ada yang membencimu Neely, kau jagoan Amerika.” Pada waktu itu ia telah melatih Spartan selama lebih dari tiga dekade dan sudah melihat segalanya. Gelar terakhirnya yang ketiga belas, diraihnya tahun 1987. Rake terkenal akan gerutuannya, yang selalu bisa didengar. Tahun 1992, di akhir musim yang berakhir buruk Rake melakukan training yang lebih keras di hari Minggu pagi, hari suci yang harusnya di gereja itu malah berakhir bencana karena seorang pemain tewas kala latihan. Kota terpecah, situasi memburuk. Menyedihkan untuk Scotty, dan menyedihkan karena era Rake tampaknya telah berakhir.

Era akhir itu pilu, Rake dipuja dan dibenci. Waktu berjalan, pertandingan tetap ada. Dan menang adalah segalanya. Situasi tampaknya bisa oke ketika kita menang, tapi satu kekalahan itu telah memecah belah kota hingga bertahun-tahun. “Isu selalu bisa dipercaya di sini, terutama tentang Rake.”

Rake lalu menepi, jarang muncul di keramaian, lebih dekat dengan keluarga. Dan salah satu mantan anak didik Nat yang membuka toko buku di Messina membuka pintu khusus buatnya. Ngopi dan baca buku. Buku-buku bacaan karya Raymond Chandler, Dashiell Hammett, Elmore Leonard. Menjadi bahan diskusi, menghabiskan masa tua. Tersisih, tapi tetap dikenang.

Di toko buku itulah Neely lalu datang di hari berikutnya. Bertemu rekan setim Nat yang antusias menyambut pahlawan yang pulang. Semangat itu perlu kawan, usia tua adalah keniscayaan. Ada pelanggan seratus sepuluh tahun usianya, dan ia menyukai novel koboi erotis. Pikirkanlah. Kita belum separuhnya, jangan muram. Pameran itu merupakan penghargaan bagi pelatih yang cemerlang dan pemain yang berdedikasi, dan pengingat yang menyedihkan mengenai keadaan yang menyedihkan dulu.

Waktu berjalan, hal-hal biasa bisa saja berubah. Football adalah raja dan ini tidak berubah. Football membawa kemegahan dan membayar tagihan-taguhan dan hanya itu. Kariermu yang meriah hanya akan menjadi catatan kaki, semua gadis kecil yang manis akan menjadi ibu-ibu. Barang SMU, barang anak-anak. Hanya sedikit yang berubah. Pelatih-pelatih yang berbeda, pemain-pemain yang berbeda, bocah-bocah yang berbeda dalam band, tetapi mereka masih tetap Spartan di Rake Field dengan Rabbit di atas mesin pemotong rumput dan kegugupan menghadapi Jumat malam.

Hari Kamis malam, setelah pengumuman duka para mantan anak didik itu berkumpul di bangku penonton Rake Field. Nat membawa boom-box lalu menyalakan rekaman kaset Buck Coffey menyiarkan pertandingan kejuaraan ’87. Kenangan komentar laga paling dramatis perebutan juara. Dari tertinggal jauh di separuh babak, lalu membalikkan keadaan dengan kejanggalan tak ada pelatih di bangku. Apa sejatinya yang terjadi di ruang ganti dibuka dengan dahsyat. Jadi ingat segala pertandingan sepak bola yang membalik di babak kedua: Manchester United tahun 99, Liverpool tahun 2005, atau semacam kejadian ajaib itulah.

Kita memakamkan penduduk kita yang paling terkenal. Neely lalu mengajak Cameron ke acara pemakaman itu. “Ada sesuatu yang ajaib di cinta pertama Cameron, sesuatu yang kurindukan selamanya.” Cinta pertamanya yang terluka. Ia sudah menikah dan hidup bahagia dengan orang lain. Permintaan maaf Neely karena mencampakkannya, serta kehidupannya sebagai karyawan real estat yang berantakan, dan bagaimana pacar yang merebutnya kini sengsara di Hollywood, sebagai pemain film kelas B. Ahh… Menjadi pahlawan yang terlupakan tidaklah mudah.

Acara perpisahan dengan legenda, penghomatan terakhir Eddi Rake ditulis dengan gagah luar biasa menyentuh. Tidak ada yang tergesa-gesa, ini saat-saat yang akan dipuja dan dikenang oleh Messina. Neely duduk diantara Paul Curry dan Silo Mooney, bersama ketiga puluh anggota regu 1987 lainnya, dua di antara mereka telah meninggal, enam menghilang, dan sisanya tak bisa hadir. Ada tiga orang yang memberi semacam pidato, tiga bintang di tiga angkatan yang berbeda. Seorang pekerja di biro hukum yang pintar bicara di muka umum, lalu pendeta yang sudah biasa di mimbar. Dan seorang bintang yang menghilang. Ia mendapat pekerjaan itu karena tidak ada orang lain yang menginginkannya, ia melatih di sini selama tiga puluh empat tahun, memenangkan lebih dari empat ratus pertandingan, meraih tiga belas gelar negara bagian, dan kita mengetahui angka-nagka sisanya.

Prinsipnya sederhana, tetap berpegang pada hal-hal mendasar, dan bekerja tanpa henti hingga kau bisa melakukannya dengan sempurna. Kita bukan orang-orang hebat, kita mungkin orang-orang baik, jujur, adil, bekerja keras, setia, ramah, dermawan, dan sangat sopan, atau mungkin sebaliknya. Tapi kita tidak dianggap sebagai orang hebat. Kehebatan jarang muncul sehingga sewaktu melihatnya kita ingin menyentuhnya. Eddie Rake memungkinkan kita para pemain dan penggemar untuk menyentuh kehebatan. Walau sangat tangguh, ia luar biasa peka terhadap penderitaan orang lain.

Masa lalu akhirnya benar-benar berlalu sekarang, berlalu bersama Rake. Neely bosan dengan kenangan dan mimpi-mimpi yang gagal, menyerahlah, katanya pada diri sendiri. Kau tak akan pernah menjadi pahlawan lagi. Hari-hari itu telah berakhir sekarang. “Aku menyayangi Eddie Rake melebihi siapa pun dalam hidupku. Ia hadir dalam sidang ketika mereka memvonisku. Aku menghancurkan hidupku, dan aku malu. Aku menghancurkan hati kedua orang tuaku, dan aku merasa muak karenanya…” Jesse yang malang mengingat masa emas itu.

John Grisham tak pernah mengecewakan. Buku tipis ini juga sama dahsyatnya dengan buku lain. temanya bervariasi, dari pengadilan, kenangan masa kecil di perkebunan kapas, boikot natal, kumpulan cerita pendek di kotanya sampai sebuah memoar samar nan fiktif pelatih Rake ini. Sungguh luar biasa penulis ini, bagaimana memacu andrenalin pembaca menuju puncak malam pemakaman, semakin lembar menipis semakin membikin penasaran. Seperti kenyataan malam kejayaan 87 itu, ternyata ada tragedi pahit antara bintang utama dan pelatih. Dikuak dengan dramatis.

Lebih dahsyat Neely sebagai penutur narasi malah menjadi orang yang menutup sambutan kalimat perpisahan. Seperti yang disampaikan di mula, Neely membenci Rake karena sebab yang jelas, ia bintang utama sekaligus mata pisau paling tajam untuk menyampai kebencian. Pelatih Rake tidak mudah disayangi, dan saat kau bermain di sini, kau benar-benar tidak menyukai dia. Tetapi sesudah kau pergi, sesudah meninggalkan tempat ini, sesudah kau didepak beberapa kali di sana-sini, menghadapi tentangan, beberapa kegagalan, dikalahkan hidup, kau segera menyadari betapa pentingnya Pelatih Rake dulu dan sekarang… begitu kau jauh dari pelatih Rake, kau merindukannya. Bayangkan saja, lima belas tahun tak mau jumpa!

Rake memang jago dalam menyampaikan pesan terakhir. Rake memang jago memanipulasi para pemainnya untuk yang terakhir kalinya.

Keberhasilan bukanlah kebetulan.

Sang Pelatih | by John Grisham | Diterjemahkan dari Bleachers | Copyright 2003 | Alihbahasa B. Sendra Tanuwidjaja | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | GM 402 04.007 | Cetakan pertama, Juli 2004 | 208 hlm.; 18 cm | ISBN 9789-22-0741-4 | Skor: 5/5

Untuk Ty, dan anak-anak luar biasa yang bermain football dengannya di SMU; pelatih mereka yang hebat; dan kenangan tentang dua gelar Negara bagian

Karawang, 180520 – 230520 – Bill Withers – Lovely Day & The Best You Can

Skipping Christmas – John Grisham

Ini adalah boikot Nora, boikot total Natal.”

Terpingkal-pingkal saya menamatkan cerita Natal kali ini, sungguh luar biasa Penulis Amerika yang biasanya serius kali ini mencipta cerita tema sederhana, tapi ternyata menyimpan gas tawa luar biasa. Separuh akhir sungguh menakjubkan, seolah melempar punch-line, membuat seantero pemirsa terpingkal sejadinya. Sempat khawatir cerita akan membosankan, Grisham yang punya CV hukum menakjubnya, menjadikan cerita keluarga ini menjadi luar biasa menghibur. Dengan bermodal sebuah tradisi tahunan, rencana absen perayaan menjadi bencana tak terkira, menjadi hangat, lalu sungguh indah sekali pesan yang hendak disampaikan. Ngumpet dari tetangga demi kabur di hari besar? Sejauh ini tak ada yang melihatnya, atau setidaknya begitu perkiraannya. Salah satu kehebatan buku ini adalah, tatanan yang rapi itu tiba-tiba boom, rusak hanya karena satu kalimat. Sebuah telpon sekitar jam sebelas yang mengacaukan segalanya. Hebat ya.

Sebuah rumah di Hemlock, empat belas tujuh delapan. Luther Krank, lima puluh empat tahun dan istrinya Nora Krank untuk pertama kalinya semenjak putri satu-satunya dewasa akan merayakan Natal berdua. Blair Krank menjadi relawan pendidikan di Lima, Peru dan akan pulang tahun depan. Natal pertama berduaan ini direncana Luther untuk pergi berlibur ke pantai sebuah pulau di Karibia sepuluh hari, maka mereka akan absen perayaan sakral tersebut. Lagian setelah dihitung-hitung, sungguh boros sekali pengeluarannya. Tahun lalu Krank mengeluarkan biaya 6.100 Dollar. Justru itu yang tidak disukai Luther tentang Natal. Semua orang mencoba menjual sesuatu, menghimpun dana, menharap tip, bonus, sesuatu, sesuatu, sesuatu. Ia jadi kesal lagi kemudian senang lagi.

Sekarang sudah terkepung aku.” Cobaan menerpa dari berbagai sudut akan rencana skip Natal. Dari teman-teman kerja, yang biasanya ngumpul makan malam mewah, Luther menetapkan diri ga ikut. Membuatnya bangga akan keputusannya untuk menghindari segala kekacauan Natal. Dari tetangga sekitar yang paling heboh. Kebiasaan pasang Frosty, boneka salju yang ditaruh di atap untuk hiasan, menjadi kabar paling menggemparkan Hemstock Street. Lomba tahunan antar kota, yang otomatis kali ini kalah karena ada warga yang tak memasang frosty. Frosty dengan bohlam dua ratus watt akan bergabung dengan keempat puluh satu temannya. Kabar dia absen Natal lagi menyebar, sampai ke berita tv, sampai tahu semua sepanjang jalan Hemstock. Beginilah hidup, bila kita tampak beda maka akan ada perlawanan. Ia berkeringat sekaligus kedinginan, mereka akan tertawa, mencibir, dan berkisah tentang Luther yang absen Natal selama bertahun-tahun ke depan. Setiap istrinya agak ragu, selalu diujar. “Bayangkan saja, pantai-pantai indah itu dear, menanti kita di sana.

Rencana liburan berangkat berpesiar tanggal 25 siang, semakin mendekati hari H semakin kencang angin menerpa. Polisi keamanan yang rutin tiap tahun jaga, ditolaknya untuk beli ‘kalender’, dari yayasan sosial yang biasa jual cokelat, ditolak pula, tukang jual pohon cemara langganan sampai kaget ketika Luther tak turut membeli, telpon dari pembuat kartu ucapan, dimentahkan, semakin kuat dorongan luar, Luther semakin yakin dan merasa menang telah melakukan perlawanan untuk tak ikut merayakan. Budaya konsumtif, perayaan berlebih, Sinterklas palsu, terasa buang-buang uang dan dimanfaatkan para kapitalis. Beberapa rekan salut, ia bisa melakukan acara beda, beberapa heran, kok bisa seorang Kristiani tak turut serta. Ini membuatnya bersalah atas budaya materialisme yang picik. Rasa sakit memagur tajam saat ia berhenti meluncur.

Dan boom! Sebuah telpon di jam 11 siang merusak segalanya. Sungguh benar-benar mengerikan, bagaimana rencana dan realisasi menghancurlebur, menyirnakan segalanya. Hebat, seolah setelah set up dibangun dengan runut, Grisham melontarkan punch-line bertubi, lucu dan sungguh bermakna manis. Entah kenapa saya terasa tersindir, tentang tabiat hambur uang kita akan Lebaran, kebiasaan kita berfoya saat Idul Fitri, jauh dari makna sederhana yang diminta agama, ga ada kekhusukan, ga banyak momen reliji-nya. Judul buku ini Absen Natal, tapi benarkan tahun ini keluarga Kranks beneran absen Natal?

Chemistry suami istri Krank juga keren sih. Saling isi, salah satunya pas kegemparan terjadi dan menjalankan tugas masing-masing. “Ia membayar wine itu dan menyeretnya menjauh delapan ratus meter ke mobilnya, dalam hati mengomeli suaminya, di setiap langkahnya yang terasa berat.” Lihat, mereka saling dukung-dan-marah. Untuk menemukan pasangan yang tepat memang harus berjuang. “Dulu aku butuh tiga tahun untuk melihat potensimu.”

Setelah terpesona A Painted House, saya menjadikan Penulis ini spesial. Mencoba menikmati kumpualn cerpen dalam Ford County, juga luar biasa menghibur. Dan ini buku ketiganya, bertema komedi dan inspirasi Natal, juga sangat menakjubkan. Saya sudah punya The Firm yang sudah difilmkan dengan bintang Tom Cruise, mungkin akan kubaca tahun depan, karena membaca cerita dari penulis yang sama berturut itu kurang nyaman. Agar, pola dan kesamaan alur ga berasa. Ia langsung bertatap muka dengan para tetangganya, orang-orang yang tidak ingin dijumpainya saat ini.

Kebetulan hari ini saya sedang konsen ke 5S. Tahu dong ajaran Jepang tentang tempat kerja yang nyaman harus menerapkannya, dalam bahasa Indonesia menjadi 5R. Nah di sini disinggung, walau dikit. Bagaimana joke tentang kerapian. ‘Coba cari di kantor Stanley’ merupakan slogan perusahaan untuk berkas kerja yang tidak pernah ditemukan. Ia tak ingin melihat arlojinya, hatinya gundah, galau, dan ingin menyerah secara total.

Ending Skipping Chrismas sungguh indah. Mengajarkan kebersamaan, mengajak berbagi, mengajak mengalah, berkorban untuk kepentingan lebuh luar, kepentingan umum lebih tinggi ketimbang pribadi. Bagiamana sinisme dilepas, Swade Kerr adalah vegetarian loyo yang hampir tak mampu memungut koran paginya. Bagaimana saling ini dan tahan emosi, Ia merasa ingin muntah. Dari semua kemewahan yang terkandung di situ, langkahnya terasa makin cepat. “Ini adalah kado dari kami untuk kalian, sebuah pemberian Natal yang tulus dari lubuk hati kami tanpa mengharapkan imbalan.

Momen yang hampir bikin nangis pas Luther menangkap kesempatan. Saat kedua pandangan itu bersatu. Luther menangkapnya. Ini memang gila, tapi mengapa tidak?

Kita tak tahu apa yang akan terjadi dengan masa depan, kita tak tahu jodoh anak kita siapa. Namun kita bisa mengarahkan, bisa memberi nasehat bijak. Dan pamor Enrique naik lagi. “Ganteng, lulusan luar negeri, dokter.” Natal adalah saat yang penuh kebahagiaan dan kedamaian di dunia. Absen Natal? Pikir lagi, keluarga Krank sudah merasakan ‘karma’. “Tapi mestinya aku bawa kamera.” Membicarakan cuaca meskinya adalah hal yang paling netral.

Dan semua terpana oleh lantunan musik.

Absen Natal | By John Grisham | Copyright 2001 by Belfry Holding, Inc | Cover design John Fontana | Cover ilustration Andrew Davidson | Diterjemahkan dari Skipping Christmas | Alih bahasa Budiyanto T. Pramono | GM 402 03.002 | Sampul dikerjakan oleh Marcel A.W. | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan pertama, Januari 2003 | 240 hlm.; 18 cm | ISBN 979-22-0159-9 | Skor: 4.5/5

Karawang, 161019 – 221019 – Kenny G – Theme Dying Young

A Painted House #10

Featured image

Pengalaman pertama saya dengan John Grisham berakhir menyenangkan. Kurang lebih 5 tahun lalu saya memiliki salah satu bukunya, beruntung sekali saya menemukan di tumpukkan buku murah, Rumah Bercat Putih sungguh seru. Ceritanya dituturkan dengan runut dan enak dibaca, mengalir dengan detail-detail mengagumkan. Gara-gara ini buku di pikiran sempat terbesit, bahwa untuk membuat plot seru tidak harus dengan kata-kata bombastis. Taruh detail-detail yang menggelitik dengan logika yang bisa dijangkau imajinasi lalu biarkan karakter memecahkan konflik yang dicipta. A Painted House mengajarkan bahwa sekuat apapun usaha kita melawan nasib sial, takdir juaranya. Speechless.

Dengan setting tahun 1950-an di Amerika, cerita dimulai di hari Rabu awal September 1952. Di hari itulah orang-orang pegunungan dan orang-orang Meksiko tiba di rumah kami. Mereka adalah buruh tani yang kami sewa untuk memanen kapas yang kini menjulang sepinggang ayah atau hampir melampaui kepalaku. Yup, cerita ini dari sudut pandang seorang anak yang jago mengamati sekeliling. Bercita-cita menjadi pemain bisbol untuk Cardinals. Luke, berumur 7 tahun. Seorang yang periang dan ramah. Sebagai anak petani, dirinya termasuk beruntung karena ekonominya berkecukupan, awalnya. Sampai akhirnya keputusan penting harus diambil.

Namun tahun itu ternyata hasil panen tak seperti kelihatannya. Konflik utama digulirkan dengan halus oleh John melalui para buruh. Ada yang hamil diluar nikah. Ada seteru yang mengakibatkan hilangnya seseorang. Ada perkelahian yang dituturkan dengan mendebarkan. Hebatnya Luke yang belum terlalu paham, diam-diam jadi saksi. Mungkin beberapa bagian tertebak, namun tetap konflik dan penyelesaiannya dieksekusi rapi. Jelas sekali dari pencerita yang handal dan berpengalaman. Saya meyakini buku ini terinspirasi dari masa kecil John, tentunya dengan dibubuhi imajinasi.

Sampai pada suatu hari Luke mengusulkan rumah mereka untuk dicat. Cat yang mahal ditengah krisis keuangan. Cat mahal seharga 14 Dollar 80 sen tersebut seakan jadi antidot kejadian-kejadian di sekelilingnya. Cat ternyata kurang, namun sesuatu yang dimulai harus diselesaikan. Dan bagian ini benar-benar menyedihkan:

Niatku baik, pikirku jadi mengapa aku merasa gundah? Aku mengambil kuas, membuka satu kaleng dan memulai tahap terakhir pekerjaan itu. Perlahan-lahan kusapukan kuas dengan tangan kanan, sementara tangan kiriku menyeka air mata. (hal 519)

Buku ini dicetak dengan sederhana, terasa klasik. Tanpa testimoni pembaca sama sekali. Tanpa judul per bab yang otomatis tanpa tulisan daftar isi. Tanpa ucapan dedikasi yang menghabiskan satu halaman, kecuali se-kalimat: Untuk orangtuaku, Weez dan Big John, dengan penuh cinta kekaguman. Tanpa profil penulis. Tanpa banyak kata-kata pujian. Saya suka kesederhanaannya. Harusnya buku memang seperti ini. Seperti paragraf endingnya, saya juga tersenyum puas. Saya kecup bukunya dan berujar, “John, you are awesome…”

Setelah puas melihat pemandangan di luar, aku memandang ibuku. Kepalanya bersandar pada sandaran kursi. Matanya terpejam, dan seulas senyum perlahan-lahan terkembang di sudut-sudut bibirnya.

A Painted House | by John Grisham | copyright 2000, 2001 by Belfry Holdings, inc | Alih bahasa: Hidayat Saleh | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan pertama, Agustus 2001 | 560 hlm; 18 cm | ISBN 979-686-569-X | Skor: 4.5/5

Karawang, 100615 – Mirror Mirror

#10 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku