Cerpen dengan Judul Protagonist

Tuan Gendrik by Pamusuk Eneste

“Bila membagi derita dengan orang lain pun, sudah merupakan suatu obat.” – Kitti

Semua cerpen memakai judul karakter utama. Semuanya pendek, belum ‘in’ sama cerita sudah selesai. Namun hebatnya, semua ending menggantung. Keputusan akhir diserahkan ke pembaca. Dari kepala media yang diminta ceramah kepahlawanan, tak tahu ngomong apa. Karyawan yang diancam, diperas duit sebab istrinya diculik, dan kita tak tahu apakah ia melapor polisi atau memenuhi tuntutan dengan uang pinjaman. Lalu Tuan Gendrik, bos kantor yang baik hati dan tak sombong, yang suatu hari kehilangan semua karyawannya, misterius. Hingga warga baik-baik yang dituntut untuk menikahi perempuan yang tiba-tiba mampir ke apartemennya, lalu menyatakan hamil anaknya. Semua diramu dengan tanda tanya di akhir. Begitulah, sederhana nan memikat. Tak sampai meledak-ledak, tapi sungguh efektif meluluhkan hati pembaca.

Hampir semua bersetting di Jerman, terutama di Anustadt, ibukota Anuland. Kecuali nomor 2 mantan kekasih yang diajak ke Jakarta tak mau, pilih tinggal di Yogya, lalu nomor 7 yang ingin pulang ke rumah ibu di Jakarta, dan nomor 10 yang di pinggiran Jakarta seolah diteror istri.

#1. Barero

Barero yang apes, entah kenapa ia yang dipilih sebagai korban. Sebuah telepon tak dikenal mengancamnya, istrinya diculik, ia tak boleh lapor polisi, dan diminta menyiapkan sejumlah uang. Istrinya yang hamil, sampai malam belum pulang juga. Dan saat menit-menit menuju waktu yang ditentukan ia masih saja lemas.

“Jangan coba-coba menelepon siapapun juga dalam urusan ini.”

#2. Bugatti

“Terus terang, aku tak tahu harus menyapamu dengan apa. Mas, dengan kau, dengan kamu, atau dengan Anda. Tapi itu tak penting bagiku, yang terlebih penting adalah persoalan yang akan kubeberkan di bawah ini.”

Bugatti, seorang istri yang mengeluhkan suaminya yang bergaji kecil. Ia bercerita pada aku, mantannya yang kini sudah di ibu kota. Melalui surat penuh cerita pahit, bagaimana rumah tangga Bugatti begitu hampa. Meminta saran pada mantan? Alamak!

#3. Mekeba

Makeba, istri yang kesal dan menyesal. Menanti suaminya pulang kerja, memasakkan istrimewa, dan siap menyambut di teras. Namun sampai waktu yang biasa pulang, tak kunjung terlihat. Ternyata mereka habis bertengkar semalam. Perkara anak yang tak kunjung hadir, sudah coba berbagai cara, dari memungut anak angkat, ke dokter spesialis, konsul ke manapun, nihil. Dan dalam suasana panas, sebuah saran kemarahan yang terlontar di keluarga kecil ini.

“Apa pun kemauan suami saat berhubungan, turuti saja.”

#4. Tuan Gendrik

Bos Gendrik yang kebingungan. Ia heran, bagaimana bis asuatu pagi semua karyawannya lenyap. Entah apa yang terjadi. Apakah secara massal mereka ngambek, cari kerja di tempat lain? Ataukah terjadi sesuatu yang luar biasa yang membuat serentak kabur? Atau entah apa. Padahal ia adalah bos yang ideal, baik, wibawa, ramah.

“Hari ini agaknya mendung, Pak.”

#5. Molli

Molli, sang sekretaris yang ‘sakit’ dan mencoba membolos. Ia penasaran, bagaimana sebuah mesin tik di kosnya hilang. Mesin tik pinjaman kantor itu, benar-benar tak ada di kamarnya. Mau lapor polisi, takut tanggung. Lapor pak RT, belum kenal sama beliau, mau lapor kantor, nanti dikira tak tanggungjawab, malah disangka pencuri. Dan bekerja di lingkungan seperti ini, bukankah neraka?

“Sungguh mati, saya tak mendengar sesuatu yang aneh tadi malam. Padahal, bunyi tikus lari di loteng saja, biasanya sudah membikin saya bangun.”

#6. Benino

Benino besok pagi jam 10 diundang ke balai kota untuk menerima penghargaan. Padahal ia tak tahu jadi pahlawan macam apa dia. Istrinya mendesak datang, siapa tahu selain sertifikat ada uangnya. Padahal ia di kantor sering bolos, tak kompeten, tak berintegritas tinggi. Makanya heran, apa yang menyebabkannya jadi pahlawan sejak jam 24 malam nanti.

“Jangan khawatir, majalah kami cukup makmur kok. Tak mungkin kami menipu Saudara.”

#7. Kitti

Kitti, cantik, jual malah. Ia adalah istri yang teraniaya. Di usia semuda itu, 22 tahun sudah punya segala materi yang memadai. Rumah, mobil, vila, perhiasan. Cuma, tekanan batin dari suaminya yang tak menafkasi batiniahnya. Ia nikah karena materi, dalam keterangan di media, ia siap menikahi pria manapun yang siap kasih materi. Kariernya yang bagus seolah mendadak lenyap, sebab jadi istri di rumah saja, me time melimpah. Ada penyesalan, kenapa dulu tak menuruti kata ibunya. Dan di puncak kesadarannya, ia memutuskan pulang menemui ibunda terkasih, kasih ibu memang sepanjang masa. Tak terhingga.

“Kamu toh bukan anak kecil lagi, dan sudah bisa mencari pemecahan sendiri.”

#8. Bruno Paparici

Seorang teman lama, teman sekolah yang dulu bodohnya minta ampun kini menjadi terkenal dan kaya raya. Suatu hari Bruno Paparici meneleponnya, “Apa betul ini kantor koran Anuzeitung?” dijawab ya, dan mereka pun nostalgia. Bruno lantas memintaku menjadikannya pahlawan. Ia sudah melakukan apa pun sebagai syarat orang baik, dan meminta menulis profilnya dengan ‘baik’. Permintaan aneh, dan janggal. Hingga suatu hari, aku diberitahu Bruno meninggal dunia, di mana surat wasiatnya memintaku jadi pembicara salam terakhir sebelum jasadnya dikebumikan. Pahlawan macam apa ini?

#9. Harlem

Margot, perempuan nakal yang menuntut Harlem untuk menikahinya. Harlem tak paham, ia hanya sekali saja bercinta, suatu malam Margot menghubunginya, ingin cerita, lalu main ke apartemennya, menginap, dan terjadilah. Hingga beberapa bulan kemudian, Margot datang, bilang hamil anaknya. Aneh sekali. Bagaimana memberitahu kabar ini ke istrinya di tanah air? Bagaimana menghindari masalah ini?

Frua Muller: “Katanya, anak yang dia kandung itu anakmu.”

#10. Panderos

Panderos, si istri galau. Ia selalu meminta suaminya lebih. Masose yang punya pendidikan baik, diminta lulus kuliah menikah saja, toh kalau berdua berjuang akan lebih baik. Awalnya, tinggal sama orangtua, lalu Panderos gerah, meminta kos saja, lalu beli rumah mencicil, berisik sebab perumahan yang padat, tetangga begitu bising. Lalu meminta beli rumah di luar kota yang asri dan jauh dari kantor, sepi, malah kangen suasana ramai, dan begitulah, ia menuntut lebih dan tak pernah puas. Ia lalu cerita padaku.

“Tolonglah aku, aku betul-betul tak tahu harus bagaimana lgai. Semua telah aku lakukan demi istriku, tapi tak pernah puas.”

Buku pertama Pamusuk Eneste yang kubaca, ia sudah terkenal. Salah satu pentolan sastrawan lokal kita. Buku-bukunya sudah ada di rak, baru kali ini kuselesaikan baca. Lumayan bagus, tapi kurang panjang. Terlampau sederhana. Keistimewaannya jelas, ending yang terpotong. Indah lho, cara seperti ini. Tafsirnya liar, dan bebas. Saya suka.

Tuan Gendrik | by Pamusuk Eneste | Seri Sastra Pembangunan | No. 93002 | Kumpulan Cerita Pilihan | Pewajah Gatot B.W. | Penerbit Puspa Suara; Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara | Editor seri Eka Budianta | Percetakan Pr. Penebar Swadaya, Jakarta | Cetakan pertama, 1993 | vi+ 104 hlm; 18 cm | ISBN 979-9312-20-I | Skor: 4/5

Karawang, 160822 – Noah – Di Atas Normal

Thx to Sri Purnawati

#Mei2022 dan #Juni2022 Baca

Catatan baca kali ini saya rekap langsung dengan Juni sebab Juni lalu saya fokus 30 hari menulis review buku.

Mei 2022

#1. Melihat Pengarang tidak Bekerja by Mahfud Ikhwan

Menurutku buku ini setara bagusnya dengan Cerita, Bualan, Kebenaran. Tips-tips menulis yang dibalut bukan tips menulis. Nyaman dan terasa sangat masuk akal. Jelas lebih keren dari Menumis itu Gampang yang bertema umum. Poinnya sama, Cak Mahfud bercerita kesehariannya. Buku ini terasa lebih asyik sebab bahasannya fokus ke proses kreatif, yang setelah ditelaah, tak kreatif juga, tak banyak nasehat, atau petuah membumbung. Benar-benar cerita bagaimana ketahananan menulis buku itu perlu, pengalaman dari Penulis pemenang DKJ dan KSK. Dua penghargaan sastra paling bergengsi tanah air. Walau judulnya provokatif, bagaimana penulis menganggur, percayalah, itu hanya jeda. Judulnya biar tampak eksotik. Itu hanya masa santuy, sejatinya menulis memang kudu tahan banting, konsistensi, dan dipaksa.

“Jadi, sekali lagi, mood itu eksis. Ia bukan mitos. Ia ada, dan beberapa orang betul-betul memerlukannya untuk mencipta. Ia, membentuk sejenis pola bagi orang-orang tertentu…”

#2. No Comebacks by Frederick Forsyth

Luar biasa. Keren banget. Kumpulan cerpen yang langka, di mana semua cerpennya mengandung kejutan. Twist. Dituturkan dengan sabar dan muram, telaten. Hingga pukulan telak disiapkan di akhir. kesepuluhnya wow, jelas ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah kubaca, setelah menyelesaikan baca langsung terbesit menyusun 100 buku kumpulan cerpen terbaik, dan ini akan kumasukkan 10 besar. Efek yang murni bagus, dan dengan senang hati saya rekomendasikan untuk kalian.

“… Aku juga sudah berkesempatan menggunakan jasa seorang agen sangat terhormat untuk melacak ahli waris yang hilang. Kini nampaknya para ahli waris hadir, tetapi harta tetapnya yang hilang. Namun…”

#3. The Belly of Paris by Emile Zola

Kisah panjang berliku, padahal intinya hanya berkutat di sebuah pasar di Paris abad kesembilan belas. Politik, gosip, percintaan, diaduk sampai lumer dalam keseharian orang-orang pasar. Pijakan kisah memang kuat, keluarga yang berbeda karakter itu, dipecah oleh pandangan politik. Acara ngopi tiap pekan malam hari malah jadi ajang diskusi terlarang, orang-orang lurus merasa terusik. Ditambah drama persaingan dua pedagang besar, politik dalam di sini malah seolah jadi tunggangan. Makanya ending-nya seperti itu. Tepuk tangan untuk itu.

“Dia boleh makan dan tidur di sini dan merepotkan kita kalau mau; kita bisa menghadapi itu, tetapi yang tidak akan kutoleransi adalah kalau dia membuat kita terlibat urusan politik… Kita memerlukan tiga belas tahun agar tabungan kita cukup untuk mandiri, kita tidak pernah terlibat politik, kita hanya ingin membesarkan anak kita dengan baik dan memastikan usaha kita lancar. Kita orang baik dan jujur!”

#4. The Buried Giant by Kazuo Ishiguro

Buku pembunuh naga dimana naganya tidak muncul-muncul bahkan hingga halaman 400 hari 480! Ada tiga konfliks utama sejatinya, dijabarkan dengan sabar dan telaten. Buku bagus memang harus sabar, tak tergesa. Pertama, pasangan tua yang ingin mengunjungi anak mereka di desa seberang, untuk bisa mencapainya butuh waktu lama, tak memiliki kuda, hanya jalan kaki. Warga Briton yang sudah damai dengan warga tetangga. Kedua, seorang kesatria yang diberi mandat membunuh naga betina tua, ia adalah seorang Saxon. Kedua desa sejatinya sudah berdamai tapi percikan amarah masih kadang muncul. Dan ketiga kesatria tua yang menjadi kepercayaan Raja Arthur yang juga mendapat tugas membunuh naga yang sama. Karena ini buku sastra, jangan harap mudah dicerna, bahasanya berpanjang-panjang, meluik-liuk tak tentu arah, sampai akhirnya setiap karakter menemukan titik akhir takdir cerita.

“Kami hanya dua pengelana yang tersesat, kedinginan dan lelah, pakaian kami basa karena air dungai tempat kami diserang baru saja oleh peri-peri yang bisa…”

#5. Mrs Dalloway by Virginia Woolf

Njelimet, novel tak biasa. Tak ada bab, tak ada keterangan tambahan, ndelujur saja dari awal hingga garis finish. Melelahkan memang, tapi seringkali buku yang ditantang mikir, melelahkan, tak biasa, adalah buku yang ok. Mrs. Dalloway jelas tak sekadar ok, ini novel memberi nuansa imaji tersendiri. Pembaca diajak jalan-jalan ke pesta, yang pestanya bahkan masih dalam rancangan, rancang bangun itu lantas diputar ke masa lalu sang penyelenggar. Hari-hari indah dengan mantan kekasih, harapan-harapan yang kandas, hingga semacam penyesalan kesalahan memilih pasangan hidup. Lingkar kawan memang sangat penting mencipta nasib, dan nasib dibentuk dari nukilan-nukilan kejadian sehari-hari.

“Setiap orang merelakan sesuatu ketika mereka menikah.”

#6. The Road by Cormac McCarthy

Bagaimana yang tidak akan pernah ada berbeda dari tidak pernah ada? Buku tanpa tanda petik. Semua, baik kalimat langsung atau sebuah kata yang perlu kutip, tak ada tanda petiknya. Benar-benar ya, mana ceritanya juga antah pula. Sejatinya, setelah menyelesaikan baca, inti kisah tak rumit amat. Duo ayah anak yang melakukan perjalanan dari kota ke kota, bergerak terus untuk mencari perlindungan berujung di pantai di zaman masa depan yang kelam. Itu saja, dari awal sampai akhirnya terjadi tragedi itu, segalanya dicerita datar. Tak ada yang perlu diperdebat lebih, selain kenapa ini terjadi. Jadi pertanyaan filosofisnya, mengapa bumi bisa sedemikian mengerikan. Ini jelas penggambaran hitam, mengerikan kurang pas, hhmm… porak poranda mungkin lebih pas. Sebuah masa suram dunia yang kita tinggali.

Jadi, katakan kepada kami, menuju ke mana dunia ini?

#7. The Bookseller of Kabul by Asne Seierstad

Apa yang pertama terlintas saat Negara Afganistan disebut? Perang? Islam? Osama bin Laden? Atau Negara Islam yang tata kelolanya semrawut? Saya lebih ingat bagian terakhir ini. Sebuah kudeta tahun 1970-an mengubah Negara ini. Lebih tepatnya Zahir Shahm raja yang memerintah selama empat puluh tahun yang boleh dikatakan aman dan damai, didepak tahun 1973. Lalu serangan Uni Soviet selama sedekade, lantas perang saudara, dan Taliban mencipta kekeruhan politik, hingga akhirnya perang tak kunjung usai, dari satu kekuasaan ke kuasaan lain. Saat ada pengumuman perang telah usai. Itu hanyalah perang baru yang akan dimulai – perang yang melindas semua keceriaan. Bahkan hingga kini, terbaru tahun lalu saat Amerika pergi, berita mancanegara bersliweran kepanikan warga, pembersihan politik, hingga kekhawatiran krisis terjadi.

Kutipan penyair favorit Fedusi, “Untuk bisa berhasil, kadang kita harus menjadi serigala dan kadang domba.”

#8. The Frog Princess by E. D. Baker

Cerita pangeran yang dikutuk jadi katak, lalu mendapat ciuman putri sehingga bisa kembali normal mungkin sudah melegenda, sehingga sudah dikenal banyak orang. Cerita asli karya Grimm Brother itu sudah sangat umum. Jadi dasar buku ini adalah legenda itu. Ya, namun jelas modifikasi dicipta, sebab judulnya saja Sang Putri Katak, bukan Pangeran Katak. Yang jadi katak ceweknya dong? Yup, yang nyium Pangerannya? Ah tidak juga, ini adalah kisah pelintiran, jadi sang penulis bebas mengotak-atik pijakan. Dan karena ini terbitan Atria, di mana jaminan mutu sudah melekat, harapan itu tetap terwujud! Luar biasa. Hebat, buku kelima tahun ini dari Atria yang selesai kubaca ini tetap memuaskan. Saya suka cerita sederhana Putri Emma yang menggemaskan.

“Tentu saja. Mengubah manusia-jadi-katak adalah mantra yang sangat sderhana dan mduah diingat. Aku sendiri sudah pernah mempraktikkannya beberapa kali. Kenapa kau bertanya?”

Juni 2022

Juni ini program #30HariMenulis #ReviewBuku menghadirkan tribute untuk para penjual buku atau orang-orang yang meminjami atau menghadiahiku. Agak sulit memilahnya, sebab ada ratusan orang/toko yang telah kusentuh.

#1. The Tales of Beedle the Bard by J.K. Rowling

Luar biasa. Cerita sederhana diramu, menjadi pendukung cerita Potter yang sudah melegenda. Saya sudah menginginkan buku ini jauh hari, tapi ga gegas terwujud. Untuk ada teman film menawarkan. Semua Potter mania tahu, cerita ditutup happy ending, dan dongeng ini menyisakan beberapa pijakan penting. Tiga Saudara dengan tiga benda sihirnya. Hanya bisa bilang wow untuk JK Rowling.

“Jadilah pemberani teman-teman, dan jangan menyerah.”

#2. A Room of One’s Own by Virginia Woolf

Buku yang (rasanya) sulit dipahami, terutama saat awal mula. Namun setelah berhalaman-halaman yang melelahkan, kita akhirnya diajak memasuki maksud utama sang penulis. Lima bab awal, seolah esai ini berputar-putar tak keruan, curhat panjang lebar kehidupan, mengelilingi dunia pustaka di London, sulit dicerna mau ke arah mana. Dan bab penutup, bab Enam menjelaskan segalanya. Gamblang, bahwa untuk menjadi penulis, Virginia Woolf mensyaratkan dua: Jika kau ingin menulis fiksi atau puisi perlu memiliki uang lima ratus pound per tahun dan kamar beserta kuncinya tergantung di pintu. Lima ratus pound setahun berarti kekuatan untuk merenung bahwa kunci yang tergantung di pintu berarti kekuatan untuk berpikir mandiri, tetap saja kau dapat mengatakan bahwa pikiran harus naik di atas hal-hal seperti itu; dan bahwa penyair yang hebat seringkali adalah orang-orang miskin.

“Kebodohan akan mengalir dari bibirku, tetapi mungkin ada beberapa kebenaran tercampur dengannya; tugasmu mencari kebenaran ini dan memutuskan apakah ada bagian yang layak disimpan.”

#3. The Parable of the Pipeline by Burke Hedges

Saluran-saluran pipa merupakan saluran-saluran kehidupan, karena saluran-saluran ini mampu memasok diri sendiri. Saluran itu memang perlu diperbaiki dan dirawat sewaktu-waktu, bahkan kadang perlu membangun kembali, tapi jelas saluran-saluran pipa mampu memompa keuntungan terus-menerus, dari tahun ke tahun.

John Naisbitt bilang, “Semakin banyak kita menggunakan teknologi canggih semakin perlu pula kita mengembangkan sentuhan kemanusiaan.”

#4. Quidditch Through the Ages by J.K. Rowling

Buku penunjang kisah Harry Potter lainnya. Setelah menikmati Fantastic Beast and Where to Find Them, dan The Tales of Beedle the Bard, kali ini kita memasuki tema olahraga. Sejatinya sama saja, ini adalah kisah rekaan, jadi semua yang ada di sini juga rekaan dari modifikasi keadaan sebenarnya. Fantastic mengambil hewan-hewan yang ada dengan menambahkan berbagai mitologi, ada yang berbahaya ada yang jinak nan imut. The Tale begitu juga, mengambil dongeng-dongeng yang ada, dimodifikasi. Dari Cinderella hingga Putri Tidur, jadi kisah penyihir yang baik hati. Dan sama, yang baik akan menerima karma baik. Nah, di Quidditch, olahraga sapu terbang, kita menemui modifikasi dari basket dan sepakbola, lebih kental sepakbola bila merujuk historinya. Begitulah, kiga diajak berjalan-jalan di antara ring dan desingan udara di atas lapangan.

“Tindakan-tindakan Stooging sudah semakin sering saja dilakukan. Kami menganggap peraturan baru ini akan mencegah terjadinya cedera berat pada Keeper…”

#5. Puisi-Puisi Terpilih Catullus by Catullus

Catullus 7: Kautanya berapa banyak ciuman milikmu / Yang cukup, bahkan lebih, bagiku, Lesbia? Sebanyak jumlah butir-butir pasir Libia.

#6. Meet Your Maker by Jacob Julian

Cerita horror tanpa hantu. Sebenarnya pembuka hingga adegan ditemukan kejanggalan, buku ini bagus sekali. Pengenalan karakter dan penggambaran suasana lelaki jomblo menyendiri, jauh dari keluarga dan rekan-rekan, dan karakter pemalas tapi tak malas seperti ini bijaknya dikembangkan jadi karakter umum, dengan problematika kebutuhan sehari-hari. Sayang, sejak adegan terkunci, jendela macet, dan ditemukan banyak darah di luar kamar, kisah jadi ala film kelas C, yang suka mengkaget-kagetkan penonton. Mencoba filosofis, tapi tak sepenuh hati.

“Ketika aku menjelaskan bahwa serangan itu bukan perang, memang itu benar. Manusia tidak perlu perang untuk menjadi monster… kita adalah monster yang berada di dunia yang salah, saat oenghakiman pertama datang sampai penghakiman terakhir muncul…”

#7. Projo & Brojo by Arswendo Atmowiloto

Novel unik. Tukar orang yang dipenjara, dan katanya buku ini merupakan terinspirasi dari pengalaman Arswendo selama dipenjara? Apakah beliau pernah melakukan tukar posisi seperti ini? Ataukah ini pure imajinasi, seandainya punya jabatan penting, bisa seenaknya saja kabur secara tersirat dari jeruji besi? Menarik, walau ditemukan beberapa kejanggalan. Seperti, bagaimana bisa istri tak mengenali suami yang menyamar? Atau perubahan sifat karakter secara tiba-tiba akibat kepergok, seolah materi tak penting? Seakan di otaknya dipasangi rem yang kelewat pakem. Atau bagian, kepolosan perempuan desa yang luar biasa sederhana, polos. apa adanya, dan begitu sabar. Mungkin ada orang-orang seperti itu, di sini diumbar dengan pesonanya sendiri.

, “Kenapa sih kamu ini, apa hidup ini urusannya hanya saruuuung melulu. Ini dunia hampir kiamat.”

#8. 5 Detik dan Rasa Rindu by Prilly Latuconsina

Apa yang bisa diharapkan dari seorang artis yang menulis buku, menulis puisi? Hanya sedikit artis yang sukses menapakinya, sayangnya debut Prilly ini tak sukses. Tertatih, dan biasa sekali. Harapan yang rendah, dan sesuai. Puisi memang sulit dipahami, susah diprediksi, kutipan-kutipan yang pantas di-sher di sosmed biasanya yang berhasil menautkan emosi pembaca, emosi pendengar, penikmat syair. Di sini, tak banyak, atau malah tak ada yang untuk dibagikan. Mengalir saja. Tema cinta dan kerinduan, jatuh cinta memang indah, akan lebih sangat indah bila tak bertepuk sebelah. Mencipta rindu, dan kenangan, yang tak sertamerta merangkul erat para pecinta.

Kamu: Kamu sangat populer di kepalaku / Bahkan saat aku tidur / kepalaku tetap disibukkan olehmu. / Karena kamu selalu singgah dalam mimpiku. / Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku / tak pernah berhenti.

#9. Yang Tersisa Seusai Bercinta by Cep Subyan KM

Kesannya malah terjatuh. Seolah-olah bilang, “saya keren”, “saya gaul”, atau “begitu nyastra”. Jatuh. Kembali saya teringat catatan lama saya, dengan menyebut nama-nama keren, kamu tak otomatis keren. Dengan menyebut Gabriel’s Palace: Jewish Mystical Tales, Lo-shu, Montase Retrofilis, Venus in Furs, Hannibal Lecter, The Golden Bough, Dante’s Dream, Sappho’s Lyre, hingga Septem Sermones of the Dead, tak serta merta kamu wow. Malah janggal, novel mengutip para orang hebat sebelumnya terlampau sering, atau terlalu banyak. malah memuakkan dan pengen muntah.

“Pandu Dewana tak akan mati sepanjang dia tidak melanggar larangan bersetubuh dengan Dewi Madri.”

#10. Bokis 2 by Maman Suherman

Apa yang bisa diharapkan dari buku gosip? Sambil lalu, lalu menghilang. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah buku yang isinya curhat, cerita kebobrokan dunia selebrita? Tak muluk, walaupun ditulis oleh seorang jurnalis pengalaman, CV-nya merentang dari hiburan cetak sampai visual. Buku yang tak terlalu berfaedah, buku sekadar hiburan, yang kurang relate sama jelata macam saya. Jauh dari hingar bingar infotaiment, jelas ini akan gegas terlupakan, hanya mampir di memori sementara. Bokis, tahu artinya? Enggak? Sama. Baik saya ketik ulang Prabokis-nya ya.

. “… sudahlah, nggak usah dipaksakan. Bikin yang seperti biasa saja. Yang sensasional-sensasional. Masyarakat kita suka gosip sensasional.”

#11. Aliansi Monyet Putih by Ramadya Akmal

Bagus. Cerpen yang bagus itu, memberi efek kejut di akhir. dengan keterbatasan kata-kata, prosedur cerita kudu dicipta. Karena saya sudah membaca buku Franz Kafka hingga Jack Kerouac, standar cerpen naik. Dan sebagian cerpen di sini memenuhi, saya bilang sebagian sebab hanya beberapa saja yang laik disandingkan. Cerita Tuan yang Paling Mulia misalkan, kita baru tahu motif Pak Joachim dengan anjingnya pada halaman terakhir, setelah diajak berputar panjang kali lebar, ternyata itu to maksudnya. Cerita utama, Aliansi Monnyet Putih juga menyimpan kejutnya, bagaimana kekecewaan dan harapan disandingkan, lalu mengapa seorang WNI yang migrasi itu berada di sana, bagus.

“Ternyata kamu pejudi sampai ke darah, ya.”

#12. TLotR: The Fellowship of the Ring by J.R.R. Tolkien

Akhirnya salah satu novel yang sangat ingin kubaca ini terkabul juga, di rak sudah komplit tiga seri. Sudah punya sejak September 2020, baru kubaca tahun lalu dan butuh waktu setengah tahun untuk menuntaskan. Memang tak muda, sebab fantasinya kompleks. Kalau dibanding Narnia yang lebih santai dan tipis, atau Harry Potter yang walau tebal tapi kocak, dan genrenya remaja. The Lord of the Rings sungguh berat. Banyak kosotaka baru, perlu settle dulu memulai pengembaraan. Dan jelas, ini salah satu novel fantasi terbaik yang pernah ada, atau malah yang terbaik?

“Bilbo pergi untuk menemukan harta, lalu kembali tapi aku pergi untuk membuang harta, dan tidak kembali, sejauh yang kupahami.”

#13. Potongan Tubuh by Pyun Hye-young, dkk

Luar biasa, memesona. Beginilah seharusnya cerita pendek dicipta. Dicerita dengan abu-abu tapi tetap mencipta penasaran. Dunia yang sejatinya di sekitar kita, dibuat rumit untuk membuat pembaca penasaran. Pintar sekali yang bikin kisah, kita tak dibiarkan tenang. Nama-nama penulisnya asing, tak satupun kenal. Namun tak ragu saat kubeli bukunya, sebab kualitas terbitan Baca yang beberapa kali kulihat mengalihbahasakan buku-buku Korea, bagus. Ini sama saja, sama kerennya. Tak perlu jadi fans BTS untuk bisa masuk ke dunia literasi Negeri Gingseng.

“Bagiku, kawasan rumahku dan Pecinan merupakan buritan kapal yang sudah dimasuki air dan akan segera tenggelam.”

#14. Tiga by retagalih.pHe

Novel remaja lagi, hufh… sekalipun kubaca saat remaja, buku sejenis ini takkan kusuka. Banyak hal tak relate, terlalu lebai, terlalu lo gue end, terlalu sinetron. Atau malah persis sinetron, plot, karakter, cara penyampaian. Sungguh tak enak dibaca. Cari duit segampang itu, cari pacar seindah itu, cari penyakit sesederhana itu. Sekalipun buku remaja, banyak hal tak pantas disebarkan ke remaja, persis sinetron kita kan. Sayangnya, hal-hal buruk sejenis ini laku, cerita tak mendidik yang meracuni generasi muda. Miris.

“Apa yang diberikan dunia fotografi bagi hidup Anda?” / “Kepuasan, uang dan kebebasan.”

#15. Aisyah Putri 2: Chat On-Line! by Asma Nadia

Merupakan lanjutan Operasi Milenia, kali ini kita diajak berchatting ria. Semua tokoh seri pertama masuk lagi, tak banyak tambahan. Hanya permasalahan dan konfliksnya berbeda. Di tahun 2000, online tentunya belum semudah sekarang. Belum sebanyak dan senyaman saat ini. masih harus di warnet, tarif yang mahal, hingga tak sesederhana sekarang bila ingin lanjut ke chat berikutnya, atau hingga akhirnya kopi darat. Dalam singkatnya, zaman itu untuk chat butuh perjuangan lebih. Tak seperti sekarang, bisa rebahan dan murah.

“Kalau mau lebih aman lagi, ngajak ahwat lain pas buka internet atau chatting. Jadi kalau satu niatnya nyeleweng, yang lain bisa ngelurusin.”

#16. Mengarang Novel Itu Gampang by Arswendo Atmowiloto

Ini adalah sekuel dari Mengarang itu Gampang. Saya belum baca, akan kukejar cari. Kali ini fokus ke novel, di mana pengarang butuh perjuangan ekstra. Ini mengarang novel yang lebih membutuhkan napas yang panjang. Tak seperti cerpen yang spint, novel adalah bentuk lari marathon.

“Akan tetapi realita bukan hanya yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang berdialog. Realitas itu juga merupakan realitas keseharian.”

#17. Bertanam Cabai dalam Pot by Redaksi Trubus

Buku tipis yang bermanfaat. Kubaca sekali duduk siang tadi pas istirahat kerja, langsung kelar. Sejatinya sudah beberapa kali memiliki tanaman cabai di pot depan rumah, sudah berulang kali panen pula. Secara praktek sudah, niat membeli buku adalah tahu teorinya. Dan terpenuhi, benar-benar bermanfaat. Simple, sederhana, ngena. Contoh, pemilihan bibit, dulu saya selalu mengambil biji cabai yang busuk, tidak dimasak, sehingga ketimbang dibuang, bijinya saya tabor di pot. Tumbuh, dan berbuah. Di sini dijelaskan, bibit biji cabai harus yang prima, yang bagus. Benar-benar cabai yang fresh, itupun tak sembarangan. Dipilah dengan disebar di air, yang melayang apalagi terapung, itu bibit buruk, pilih bibit yang tenggelam. Lalu pilih yang segar, tak keriput atau ngeruntel. Sederhana ya, tapi penting.

“Hasil penelitian IPB tahun 1997 membuktikan, harga cabai lebih banyak dipengaruhi oleh suplai. Bila suplai kurang maka harga langsung naik. Bahkan dengan kecanggihan komunikasi saat ini, harga cabai di pasar induk bisa berubah dalam hitungan menit, sesuai ketersediaan barang di sentra produksi.”

#18. Captain Corelli’s Mandolin by Louis de Bernieres

Tebal dan lebar, butuh waktu intens selama sebulan ini untuk menuntaskannya. Filmnya sudah pernah kutonton, tapi agak lupa. Samar saja tentang tentara Italia yang ditugaskan ke sebuah pulau di Yunani di masa penjajahan, kala Perang Dunia Kedua, lalu jatuh hati sama penduduk lokal. Maka saat kutelusuri kata-kata, makin takjub detailnya. Langsung browsing pulau Cephallonia, setelah saya googling, nama pulaunya sekarang Kefalonia, terletak di Yunani Barat, dinamai dari mitologi Cephalus, meskipun artinya ‘Pulau dengan Kepala’. Bahkan air laut sekalipun lebih tembus pandang daripada udara di tempat lain mana pun. Orang bisa terapung di air dan memandangi dasarnya yang jauh, dan dengan jelas melihat ikan-ikan pari, yang entah mengapa selalu disertai ikan-ikan flasfish mungil.

“Aku mencintai Pelagia, tapi aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menjadi laki-laki sejati sampai aku melakukan sesuatu yang penting, sesuatu yang hebat, sesuatu yang bisa kubanggakan, sesuatu yang berharga. Itulah sebabnya aku berharap perang akan pecah.”

#19. Neraca Kebenaran  by Al Ghazali

Buku tipis, dicetak mungil. Bagus sekali, saya menemukan cara pandang baru terhadap Al Quran. Banyak hal memang tak bisa dilogika, maka terhadilah percakapan antara si Fulan (F) dengan al Ghazali (G). Membahas kebenaran kitab suci. Bagian terbaik adalah Ijtihad. Sebuah upaya mencari jalan keluar, karena tidak tercantum dalam Al Quran dan Hadist. Butuh ilmu dan akal sehat, dan tertimbangan matang. Mencari arah kiblat contohnya, setiap individu bisa lain, maka butuh ilmu, walau sekarang dengan mudah dengan kompas, kita bisa bayangkan beerabad-abad lalu tanpa alat itu.

“Bertakwalah kepada Allah dan jangan lalim dengan menggunakan ta’wil dalam penafsiran.”

Karawang, 020622 – 080722 – Rihanna –Take a Bow

Maryam #29

“Kalau memang bapak dan ibu menganggap dia laki-laki yang baik, saya sudah tidak punya alasan lagi untuk menolak. Apa yang membuat bapak dan ibu bahagia, pasti juga bisa membahagiakan saya.”

Secara garis besar kita tahu bahwa buku ini bercerita tentang golongan minoritas yang tertindas. Tugas penulis adalah tak mencerita detail berita itu, berikan gambaran lainnya, jadikan informasi bahwa Ahmadyah dianggap sesat dan para pemeluknya terusir, bukan sebagai center cerita, tapi sebagai data pendukung. Mencerita hal-hal umum tentunya kurang Ok, sebab pengetahuan umum bila dicerita ulang hanya menelusur garis lurus, tak ada belokan, tak banyak tikungan, tak ada kejutan. Maryam, sebagian memenuhi, tapi gambaran umum itu masih kental dan banyak ditemui.

Maryam terlahir dan besar sebagai Ahmadyah, terlahir di Lombok dalam didikan agama yang tegas, ia tak bisa memilih, seperti kita semua, bila kalian terlahir di keluarga Kristen, maka otomatis kalian akan dididik secara Kristen, begitupula agama lainnya, secara otomatis ajaran itu dipetakan ke anak-anak. Maryam hanya kebetulan lahir dalam keluarga Ahmadi. Tak satu alasan pun baginya untuk menjadi bagian dari Ahmadyah selain karena memang sejak lahir ia telah dijadikan Ahmadi oleh kedua orangtuanya. “Mereka yang dididik dan dibesarkan dengan cara yang sama akan menghargai dan mencintai dengan lebih baik dibanding orang-orang luar yang selalu merasa paling benar.”

Maryam, melanjutkan kuliah di Surabaya dan tinggal dalam komunitas yang sama, dan masa muda yang berapi-api itu ia jatuh hati sama Gamal, lelaki Ahmadyah yang secara umum tentu saja jua diterima keluarganya. Apalagi yang kurang ketika semuanya telah dibungkus dalam kesamaan iman? Sayangnya, tekanan bukan dari dalam, tapi dari sisi lain. Bukankah kata sesat sudah bukan hal baru lagi bagi Gamal? Ia hanya Ahmadi ketika sedang berada di tengah-tengah pengajian Ahmadi. Di luar itu, ia tak merasa berbeda dari yang lainnya.

Ya, takdir berkata lain, Gamal menemukan pilihan keyakinan lain, dan pergi, mematahkan hati Maryam dan tentu saja keluarga dan komunitasnya. Tapi bagaimana caranya mengatur hati agar jatuh cinta hanya pada orang dalam (lainnya)?

Kehidupan mengarahkan Maryam ke Jakarta. Bekerja di ibukota dengan asa baru. Kota yang lebih besar, dan pergaulan yang lebih bebas dan terbuka, hati Maryam tertambat pada Alam. Namun kali ini lain, Alam bukan Ahmadyah dan ini tentu mencipta riak hingga gelombang besar di kedua kelurag besar. Orangtua Maryam jelas menentang, orangtua Alam apalagi. Apanya yang berbeda kalau mereka seagama?

Semua tahu mereka berbeda. Tapi mereka juga sadar mereka punya satu nama agama. Dan kali ini Maryam-lah yang mengalah, ia seolah mengikuti jejak sang mantan yang keluar Ahmadyah dengan turut pada kekasihnya, ia masuk ke tubuh Alam, begitujuga kepercayaanya. Pengorbanan yang luar biasa, yang kini menjadikannya salah satu anggota komunitas mayoritas.

Sayang, apa yang ia cita tak berjalan mulus. Sakitnya, pedihnya, dukanya, takutnya, semua bisa ia rasakan saat ini. Tekanan dan kenyataan tak berbanding lurus sehingga ia menderita. Maryam kehilangan semua harapannya. Kehilangan orang yang dicintainya. Tapi ia tak tahu harus bagaimana. Ia hanya ingin menangis. Suaminya tak selalu memihaknya, suaminya anak mami yang tak bisa tegas memihak Maryam, tekanan itu makin berat dan memaksa Maryam melakukan tindakan berat. Suaminya tak bisa diandalkan sehingga perceraian terjadi. Lihat, cinta saja tak cukup. Kecocokan waktu pacaran tak sama dengan kecocokan saat menikah, ia menjanda dan ia di persimpang jalan, lagi.

Bayangkan, ia sudah terusir dari keluarga besarnya, ia kini terusir dari keluarga kecilnya, apakah ada kesempatan kedua bisa ia memutuskan kembali ke keluarga besarnya? Ia pulang sama sekali bukan untuk iman. Ia pulang hanya untuk keluarganya. Apakah itu akan menjamin ia tak terusir lagui, baik secara fisik maupun batin? Bayangkan, ia dari minoritas, masuk ke mayoritas, lalu dengan serpihan hati, memohon kembali masuk ke minoritas, dan ternyata tetap tertekan. Begitulah hidup, pahit. Akankah pengorbanannya membuah hasil manis di kesempatan kedua ini?

Agama, atau keyakinan. Merupakan basis kuat yang menyatukan orang-orang, selain cinta, politik, hingga fanatisme sejenis. Agama, karena itulah seharusnya menguatkan. Mereka yang tak punya ikatan darah tapi menjadi keluarga karena ikatan iman. Semuanya sudah seperti menempel dalam alam bawah sadar. Ibadah dan pengajian tidak lagi sekadar kebiasaan dan kewajiban, tapi juga kebutuhan. “Yang namanya keyakinan memang tak bisa dijelaskan. Ia akan datang sendiri tanpa harus punya alasan.”

Ada beberapa pertanyaan ironis dilontarkan. Seperti, “Apa ada laki-laki baik-baik yang mau menikahi janda?” Seolah kesalahan di masa lalu itu sulit dihapuskan, menjadi bayang-bayang perempuan. Atau tentang rumah yang jadi pijakan keluarga itu, terusir. “Rumah itu milik kakekku. Dibangun dengan uangnya sendiri. Tanahnya warisan dari buyut-buyutku. Lalu diwariskan ke bapakku…” atau tentang kepercayaan, “Namanya orang sudah percaya, semakin susah semakin yakin kalau benar.”

Dan betapa seramnya, saat menyadari bahwa kepahitan yang dirasa ternyata tak seberapa, setelah tahu ada kepahitan lain yang harus ditangani. “Maryam kini tahu, apa yang telah dilakukannya, segala yang yelah dialaminya, tak berarti apa-apa dibandingkan dengan segala hal yang telah dialami keluarganya. Pengusiran, penghinaan, pengucilan, segala macam penderitaan yang tak pernah Maryam bayangkan.” Dan seberapa kuat sih kita menahan gempuran eksternal? “Kita pertahankan yang tersisa ini. ini rumah kita!”

Jodoh, mati, rejeki itu sudah ada yang atur. Namun dalam keluarga, ada syarat wajib dalam memilih jodoh. “Yakni, ikhlas, setia, dan Ahmadi.” Lihat, mau mayoritas atau minoritas, mau Kristen, Buddha, atau kepercayaan lain. Seagama selalu jadi syarat, saat meminta restu orangtua. Dan itu wajar saja.

Ini adalah buku prosa ke 11 yang kubaca dan ulas dari Pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa. Saya ikuti penuh sejak era Kura-kura Berjanggut hingga kini, dan mencoba membacai buku-buku pemenang lama. Tahun 2010, tersisa dua. Di era digital, rasanya mengejar baca buku-buku tampak realitis sekali, mudah didapat, asal ada waktu dan uang bujet saja. Beruntung, tahun 2018 saya menemukan buku ini di tumpukan buku yang ditaruh di Carefour Karawang. Kualitas Maryam ada di tengah-tengah, tak buruk tak juga istimewa. Tetap memenuhi harap, seperti Isinga misalnya. Buku kedua Okky yang saya baca setelah buku non-fiksinya. Hanya masalah waktu mengejari buku lainnya.

“Keteraturan dalam kesemrawutan. Ketenangan dalam kegelisahan. Kepasrahan dalam kemarahan. Kebahagiaan dalam kesedihan. Itulah yang sedang mereka bangun sekarang. Dalam hati masing-masing, juga dalam keseharian yang dijalani bersama-sama.”

Maryam | by Okky Madasari | GM 401 01 12 0009 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Ilustrasi sampul Restu Ratnaningtyas | Desain sampul Marcel A.W. | Jakarta, 2012 | Cetakan ketiga: April 2016 | ISBN 978-979-22-8009-8 | 280 hlm; 20 cm | Skor: 4/5

Untuk mereka yang terusir karena iman

Karawang, 290622 – Tasya – Apakah Arti Puasa?

Thx to Carefour Karawang

#30HariMenulis #ReviewBuku #29 #Juni2022

Mengarang Novel itu Gampang #26

“Siapa yang melarang? Kau menjadi pengarang, berarti kau membuat sendiri, mencipta sendiri.”

Luar biasa. Ini seolah menampar wajah para penulis yang masih gamang. Dibuat dengan model tanya jawab, saat-saat membacanya mencipta kalimat ‘iya ya, iya ya… terasa mudah, terasa gampang’. Sesuatu yang malah sangat amat menohok keragu-raguan. So far, buku motivasi menulis terbaik yang pernah kubaca. Ga kebanyakan teori, ga kebanyakan motode, cas cis cus, gegas tulis. Rasanya, akan malu bila kita yang manggut-manggut tak mempraktekkan gayanya. Ini buku kedua beliau yang kubaca, dan memang legend almarhum abah Arswendo ini. Salut.

Ini adalah sekuel dari Mengarang itu Gampang. Saya belum baca, akan kukejar cari. Kali ini fokus ke novel, di mana pengarang butuh perjuangan ekstra. Ini mengarang novel yang lebih membutuhkan napas yang panjang. Tak seperti cerpen yang spint, novel adalah bentuk lari marathon.

Sejatinya, selalu yang paling penting adalah praktek. Tak ada rumus yang paling pas bila ingin jadi penulis selain tulis! Sekarang! Keluhan utama adalah waktu, dan selalu kutemui jawabnya, waktu yang diberikan kepada semua orang sama. Mau sesibuk apapun, mau senggangur apapun, mau sejungkir balik bagaimanapun, waktu sehari adalah 24 jam.

Nasihat umum yang sekali lagi dipertegas ini. Mau kujelaskan cara mengelola waktu, rasanya kalian sudah paham teori manajemen waktu, jadi tak perlu deh. Saya ketik dan bahas bagian-bagian yang rasanya layak kutulis ulang, kubagikan kepada pembaca blog ini.

Pertama, teori menulis novel yang begitu penting adalah eksplotasi. Novel yang lebih tebal, bagaimana cara menjelaskan cerita, yaitu caranya dengan eksploitasi. Tokoh itu dikembangkan. Direntangkan, dipendekkan. “Pada saat mengetik, kamu sudah mulai dengan apa yang ‘telah selesai’ dalam kepalamu.” Ulasan, pengembangan, warna, semacam ini terjadi – diperlihatkan kepada pembaca – dari peristiwa. Ini yang memperkuat dan menjadi ikatan cerita. Titik tolak bisa dari apa saja. Dari mana saja. Yang penting eksploitasinya.

Kedua, pada dasarnya sebuah novel, adalah perkembangan karakter dari pelaku-pelakunya, perubahan, pergolakan, dan dalam rangkaian itu sebenarnya cerita sebuah novel. Itulah yang kita kenal dengan istilah, “jalannya cerita” atau “isi cerita.” Di novel kita banyak ditemui cara bercerita yang keluar konteks. Bukan sekadar bunga-bunga kata, tetapi merupakan rangkaian yang menyatu dalam kerangka besar. Ibaratnya titik-titik kecil dari sebuah gambar mosaik yang besar. Ketika kita menceritakan salah seorang tokoh, ceritanya berjalan. Rangkaian peristiwa terjalin, acuan dramatis berlangsung. Yang menggariskan dasar cerita adalah waktu.

Ketiga, latihan pengembangan kata. Praktek men-sinonim-kan kata terasa mudah, hanya sepuluh kata sepadan. Tidak mungkin tidak kautemukan. Pokoknya digali terus. Kata melihat contohnya, dengan gercep kita dapati lebih dari sepuluh sinonim. Memandang, menatap, melotot, menerawang, memfokuskan, melirik, mengedip, dst. Nah, variasi kata ini perlu agar pilihan diksinya lebih enak.

Keempat, dalam mengarang, pada dasarnya kita ini sedang mengadakan satu pembicaraan. Antara pembaca dengan pengarang. Dalam hal ini pengarang bisa berdialog langsung dengan pembaca, bisa juga melalui tokoh-tokohnya. Bisa dua-duanya sekaligus. Disesuaikan dengan keseluruhan. Akan tetapi realita bukan hanya yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang berdialog. Realitas itu juga merupakan realitas keseharian.

Kelima, bagaimana penggunaan dialek dalam narasi? Sebaiknya jangan, kecuali kalau pengarang memakai bentuk aku, dan dalam hal ini bercerita secara langsung kepada pembacanya, yang seusia dan sederajat. Dalam mengarang rangkaian penggambaran semua ini merupakan bagian yang direncanakan, bagian yang secara sadar diolah. Makanya, bahasa daerah/asing baiknya tak dicantumkan dalam narasi tak langsung. Bahasa Indonesia itu kaya, sebisa mungkin dipakai, terlalu cetak miring itu bikin tak nyaman pembaca. Memang paling bagus menjalani sendiri, dengan begitu perasaan itu otentik. Kamu sendiri bisa langsung merasakan. Dan menemukan ide-ide penulisan di situ. Terasa kekayaan bahasa dan warna untuk penggambarannya.

Keenam, lokasi cerita ya di sekitar kalian tinggal. Itu lebih pas dan mengena, bukan tempat jauh sekadar hasil imajinasi. Kamu akan lebih mengenal Bekasi ketimbang Belfast, kamu lebih tahu tugu Monas ketimbang Menara Eifiel, jadi pilih setting di mana kalian mengakrabinya.

Ketujuh. Karena unsur seks banyak sekali ragam dan bentuknya yang mudah sekali menyesatkan seorang pengarang. Ya, unsur seks itu makrum ada di banyak cerita. Bedanya, cara pengembangannya ekplisit atau implisit. Tak kayak stensilan yang ujug-ujug bercinta, atau menjelaskan detail adegan. Semakin indah dalam absurditas, adegan seks makin unik.

Kedelapan, unsur humor juga sangat penting. Semua novel tiba-tiba saja menjadi serius, gawat, dan berat persoalannya. Padahal kalau ada unsur humor, bisa lebih segar. Menciptakan greget hidup adalah kata lain dari memanjakan kemungkinan, menelurkan hipotesa. Humor tak melulu harus sampai ngakak, adegan-adegan standar sekitar kita justru yang paling ideal sebab akan melibatkan emosi pembaca.

Terkahir, percaya proses. Kalau sudah niat, kalau sudah ketik-ketik, kalau sudah mulai, harus diselesaikan. Pastikan ada garis finish di ujung sana. Sebab untuk dijadikan buku memang harus ada titiknya, terserah mau setebal apa, mau bergenre apa, mau ke penerbit mana, yang penting adalah jadi buku. Semua itu berproses.

Rendra tidak begitu saja muncul dengan Blues untuk Bonnie, Affandi tidak tiba-tiba saja bisa memlototkan cat langsung dari tube ke kancas,. Sardono tidak tiba-tiba saja menemukan Samgita atau Cak Rina, Arifin C. Noer tidak begitu saja menaklukkan panggung dengan segala adegan yang paling muskil, Danarto tidak begitu saja menjadi Adam Ma’rifat, Putu Wijaya tidak lahir sudah edan. Para jawara ini bergulum dalam proses, menjadi satu, mengalir, hanyut, dan mata batin yang siap dan terbuka.

Jadi siap untuk menulis novel? Gaaas… Ukurannya adalah pendekatan kreatif.

Mengarang Novel itu Gampang | by Arswendo Atmowiloto | GM 84.123 | Penerbit PT Gramedia, 1984 | Secara bersambung pernah dimuat di majalah Hai tahun 1983 | Skor: 5/5

Karawang, 260622 – Etta James – At Last

Thx to Saut, Jakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #26 #Juni2022

Aisyah Putri 2: Chat On-Line #23

“Kalau mau lebih aman lagi, ngajak ahwat lain pas buka internet atau chatting. Jadi kalau satu niatnya nyeleweng, yang lain bisa ngelurusin.” – Elisa

Merupakan lanjutan Aisyah Putri: Operasi Milenia, kali ini kita diajak berchatting ria. Semua tokoh seri pertama masuk lagi, tak banyak tambahan. Hanya permasalahan dan konfliksnya berbeda. Di tahun 2000, online tentunya belum semudah sekarang. Belum sebanyak dan senyaman saat ini. masih harus di warnet, tarif yang mahal, hingga tak sesederhana sekarang bila ingin lanjut ke chat berikutnya, atau hingga akhirnya kopi darat. Dalam singkatnya, zaman itu untuk chat butuh perjuangan lebih. Tak seperti sekarang, bisa rebahan dan murah.

Dalam chatting, Puput – panggilan Aisyah Putri dan kawan-kawan berkenalan dengan banyak orang asing. Salah satunya bahkan dari luar negeri, bule cewek yang menanyakan beberapa hal, salah satunya, sampai bikin shock sebab ramai-ramai, dikira in bed? Hehe… begitu pula, saat dapat kenalan bule luar negeri, salah satunya mengajak kopi darat di mal. Dan saat meet-up, ta-da… bule dari Hongkong.

Beberapa singkatan yang sudah kita kenal, disampaikan ulang. Di zaman itu mungkin tak seperti sekarang yang mudah menemukan jawab di google. Asl misalnya, sudah umum dengan menjawab identitas kita: age, sex, location. Atau singkatan-singkatan lain yang sudah dikenali: btw, brb, pls, thx, gtg, hingga imho.

Teman-teman Puput dengan segala keunikannya, Linda yang gendut dan hobi makan, Elisa mantan model yang hijrah berjilbab, Retno yang tomboy, Mimi yang non muslim, Pino yang berambut njegrak, Agung yang alim, hingga poni Windu yang norak. Semua sudah dipetakan sifat dan karakternya. Saling melengkapi dan mengisi, hari-hari penuh warna di sekolah. Masa paling indah, mau dalam bentuk apapun, masa itu tak berlebihan beban hidupnya.

Selain kisah chatting, kita juga disuguhi konfliks remaja lainnya. Pertama, tetangga baru mereka yang tinggal di jalan Kemuning 3, bule dari Amrik. Dengar bule, keempat kakak Puput langsung siap beraksi. Dengan segala upaya, untuk berkenalan. Apalagi, pas pindahan datang, mereka intip cewek-nya bening. Maka saat hari H mereka berbondong-bondong ke rumah Miss Naomi, kejutanlah yang didapat. Ini cerita masih nempel hingga sekarang, makanya pas baca ulang kemarin hanya menelusur, hanya saja bagian Encun Naomi kzl dengna nada sinisnya agak lupa.

Kedua, teman Puput yang sedih. Sehingga berhari-hari Elisa tak masuk sekolah, ditengok ramai-ramai untuk menghibur, sebagai anak broken home orangtua cerai. Dari dibawakan makanan, dibelikan buku motivasi, hingga keceriaan yang menular. Nasihat-nasihat umum, berhubung ini buku Islami dan remaja maka hal-hal itu standar saja.

Ketiga, ketika Om Piet datang rutin ke rumah dan memicu curiga anak-anak bahwa mama mereka mau menikah lagi. Maka duo Vincent dan Hamka lantas melakukan penyelidikan, mengikuti jejak calon ayah mereka. Dari kantor hingga rumah makan. Maka betapa kesalnya, saat di restoran itu menemukan sang om sedang makan siang bermesraan dengan gadis cantik, jelas itu sepasang kekasih. Walaupun seorang vice president perusahaan, walaupun tunggangannya BMW, jelas mereka tak rela mama menikah dengan lelaki tak beres.

Dan saat hal-hal penting ini mau disampaikan, mama Cuma ketawa sebab kedatangany rutin om Piet adalah untuk memberikan kabar baik yang mengakibatkan mereka sekeluarga berkereta api ke Yogya. Dan berhektar-hektar tanah siap disajikan. Berkenalan dengan cewek-cewek Yogya, jalan-jalan ke UGM, menikmati kuliner Malioboro, hingga singgah ke Candi terbesar. Sayangnya, tujuan utamanya malah terlepas.

Keempat, syuting di sekolah 2000. Ini bagian yang sangat biasa, umum, dan sederhana sekali. Sekolah di kota besar, dijadikan setting cerita film. Dan tentu murid-murid itu terlibat sekalipun pemain figuran. Nama-nama seleb-nya diplesetkan, seperti Lulu Topping, Rem Punjabi, hingga Jeremy Jorghi. Judul terkenal sinetron 2000 Ku Tersandung juga disebut. Namun memang bagian ini, biasa sekali.

Begitulah, ini novella Islami yang terbit di pergantian Millenium di mana internet masih sangat baru, dunia perkenalan maya masih sangat jarang. Pantas saja berisi nasihat, ideal chatting. Atau, kopi darat yang aneh. Saya baca sih masih relate, dan langsung klik. Entah kalau dibaca generasi remaja saat ini, mungkin kaget menyaksi peserta chat menyimpang dan ditanggapi berlebih, sebab zaman sekarang hal itu sudah sangat banyak, walau tetap saringnya tetap kudu ada.

Saya membeli buku ini tahun 2006, tertera berharga 16,5 ribu. Di sebuah toko Purwakarta, pinggir jalan. Uniknya, saat itu saya ke sana untuk berkunjung ke rumah saudara, sekaligus bertemu darat sama teman chat MirC. Namanya Citra, dan memang mengajak ke toko buku sebab memang saya berminatnya buku. Saya sih pas kopi darat pasif, sangat pasif. Makanya saya iya-iya saja pas dia ajak ke mal lantas dia dan saudaranya main game Timezone, mengajak beli makanan, dst. Saya pasif, sebab tak tahu apa yang harus dibicarakan saat pertama bertemu, tak tahu ngobrolin apa selain buku, atau bola, dan jelas dua topik yang dia tak suka. Begitulah, masa lajang yang absurd. Betapa polosnya. Hehe…

Ini saya baca ulang cepat, demi ulas. Ternyata seri pertama sudah dua tahun lalu. Buku-buku Islami yang pernah menghinggapi masa laluku, seri tiga dst juga ada di rak buku, dan sepertinya akan saya tuntaskan semua. Asma Nadia, nama yang sangat terkenal kala itu, terutama bila kamu langganan Majalah Annida. Dan saya bersyukur pernah menjalani masa itu dengan majalah keren ini.

Aisyah Putri 2: Chat On-Line | by Asma Nadia | Penerbit PT. Syaamil Cipta Media | Desain sampul dan ilustrasi isi Halfino Bery | Editor dan tata letak Agus Supriyantp | Copyright 2000 | Cetakan kedelapan: Januari 2004 | 160 hlm.; 18 cm | ISBN 979-9435-05-6 | Skor: 3/5

Karawang, 230622 – Sheila Jordan – Comes Love

Thx to Toko Buku Purwakarta (Citra), Purwakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #23 #Juni2022

Projo & Brojo #21

“Aku bahkan curiga dengan bayanganku sendiri.”

Novel unik. Tukar orang yang dipenjara, dan katanya buku ini merupakan terinspirasi dari pengalaman Arswendo selama dipenjara? Apakah beliau pernah melakukan tukar posisi seperti ini? Ataukah ini pure imajinasi, seandainya punya jabatan penting, bisa seenaknya saja kabur secara tersirat dari jeruji besi? Menarik, walau ditemukan beberapa kejanggalan. Seperti, bagaimana bisa istri tak mengenali suami yang menyamar? Atau perubahan sifat karakter secara tiba-tiba akibat kepergok, seolah materi tak penting? Seakan di otaknya dipasangi rem yang kelewat pakem. Atau bagian, kepolosan perempuan desa yang luar biasa sederhana, polos. apa adanya, dan begitu sabar. Mungkin ada orang-orang seperti itu, di sini diumbar dengan pesonanya sendiri.

Kisahnya tentang Don Projo yang divonis sepuluh tahun penjara, ia ketangkap Badan pengawas Korupsi melakukan tindak korupsi. Karena ia memiliki wewenang dan uang, ia bisa seenaknya kabur. Tukar peran dengan pengangguran Brojo yang baru menikah, bengkel pinggir jalan tempatnya bernaung tutup, dan ia pusing tujuh keliling. Istrinya, Wisuni dikirim ke kampung, ia siap kerja serabutan, asal ada yang bisa dimakan dan bisa bayar kontrakan.

Gayung bersambut, Zul, anak buah Projo menemukan celah dan kesempatan. Mengatur strategi tukar peran, Brojo secara perawakan mirip, didandani sebagai Projo lalu saat jam besuk, diselundupkan masuk penjara, dengan Projo keluar menghirup udara merdeka. Dengan gaji wow, dan kepastian aman keluarga. Tukar peran itu berhasil dilakukan. Penjara yang korup, selalu mengiyakan para bos, dan dengan mudahnya disusupi barang atau uang berpindah tangan.

Kehidupan baru Brojo di penjara, ya nyaman saja sebab Projo memang orang kuasa. Dilayani, dihormati, hingga dijenguk orang-orang penting. Kehidupan baru yang tak terlalu bikin pusing, sebab ia nganggur, sama saja di luar atau di dalam penjara, malah sekarang makan dan tinggal terjamin. Bahkan ia bisa mengirim uang banyak ke istrinya. Itulah, kalau orang miskin pastinya cepat adaptasi. Apalagi adaptasi ke atas. Brojo mabuk kepuasan, dan tenggelam dalam kantuk.

Kehidupan baru Projo di luar penjara. Karena biasa jadi orang sibuk, tentu saja tak berpangkutangan menikmati liburan. Ia melakukan penyelidikan. Dikulik lebih dalam, siapa orang-orang yang mengirimkan ke penjara. Juga menyelidiki istrinya, Iik apakah selingkuh atau lurus saja.

Menyamar sebagai Dewi, perempuan yang mengoleksi lukisan. Bersinggungan dengan Iik bahkan secara instan menjadi sahabat. Menjadi teman curhat, dan hal-hal pribadi-pun ditukar kata. Membingungkan. Rancu. Dan agak kacau balau. Sepintas teringat cerita film Mrs. Doubtfire di mana Robin Williams menyamar sebagai wanita, masuk ke ruang keluarga. Namun ternyata tak seperti itu. Dewi lebih gaul, dan tak terlalu memusingkan renungan.

Kecurigaan sama Syam, sahabat politiknya, apakah gosip kemungkinan selingkuh, dan telusur orang dibalik skenario jahat. Dirinya ditusuk dari luar dan dirobek dari dalam. Sejak itu ia menjadi tawar. Dan melampiaskan dengan segala kemurkaan yang selama ini bagai mau meletus.

Begitu pula dengan Zus Evi, perempuan pengagum Projo ini tampak jahat. Materialistis, menggoda sang Don dengan tubuhnya. Mengejar tandatangan untuk pengalihan tanah dan rumah ke Evi, ia mendesak terus dengan berbagai modus. Patut dicurigai juga. Bagian ini malah fun, seolah sekadar untuk memerangi sepi.

Dan terakhir, kita harus singguh perempuan hebat Wisuni. Polos, sederhana, dan begitu menyenangkan tiap tampil di lembaran buku. Sebagai istri ia khawatir, ke mana suaminya menghilang. Lalu sandiwara, Projo jadi suaminya kelihatan kaku, langsung tahu. Ia menuntut kebenaran, yang akhirnya terseret arus. Tangan tukang las pasti berbeda dengan tangan orang yang kerjanya hanya membuat tandatangan. Wisuni segera mengenalinya bukan Projo, ia akan berusaha berterus terang dan tetap tenang, kalau ternyata tak dikenali, ia akan terus memainkan perannya.

Bagaimana benturan-benturan kepentingan itu disajikan, sejatinya sangat potensial meledak, bila yang pegang kisah Mo Brother bisa jadi cerita thriller penuh darah, sayang sekali endingnya terlampau sederhana. Kelemahan utama Projo & Brojo malah di akhir yang sangat standar, kisah perjalanan hidup manusia yang seolah bilang: positif thinking-lah, optimism-lah, masa depan akan lebih baik. Semacam itulah, padahal hidup ini sejatinya pertaruhan-kan? Pahit di sana-sini, tak bisa sekadar, ok segalanya baik-baik saja.

Ada bagian lucu, menjurus penasaran berat saat Wisuni tinggal di apartemen Projo. Mereka potensial saling singgung asmara, saling mengisi. Gagasan paling gila. Paling astaga. Kepolosan yang diteriaki, “Kenapa sih kamu ini, apa hidup ini urusannya hanya saruuuung melulu. Ini dunia hampir kiamat.” Atau saat ngopi, orang desa kalau bikin kopi emang manis. Projo tahu rasa kopi, yang dibuat Wisuni sungguh tidak keruan “arahnya”. Entah pelajaran dari mana yang membuat Wisuni membuat opi begitu maniiis, begitu pekat.

Dan begitulah, ini bukan genre gore, bukan pula seperti film-film festival yang seringkali vulgar. Segala kekalutan Projo seolah berhasil diredam Wisuni dalam semalam. Ternyata kegelisahannya jungkir balik sebelumnya bisa ditepis begitu saja. Oleh sikap sederhana, sikap biasa-biasa seorang perempuan sederhana.

Ini adalah buku pertama Arswendo Atmowiloto yang kubaca. Setelah berulang kali berpeluang menikmatinya, di rak ada dua lagi, salah satunya hampir selesai baca: Mengarang Novel itu Gampang. Dan dengan dua buku bagus ini, jelas beliau adalah salah satu penulis hebat kita. Apalagi pas baca Mengarang Itu, wah makin kagum bagaimana tata cara mengelola waktu jadi terasa wajar, mengelola kata terasa bisa, dan rasanya menulis novel jadi terasa realistis.

Terakhir, sekalipun ini bisa jadi percobaan adil menjaga status keluarga harmonis. Bisa pula menyinggung tema feminis dimana Iil melawan riak hingga mendiri. Saya tutup catatan ini dengan nasehat Don Projo yang katanya mau tobat itu. “Il, kita boleh mengatakan persamaan apa saja antara laki-laki dan perempuan, tapi pada kenyataannya tetap berbeda. Lelaki memiliki ego yang begitu kuat, keakuan yang tinggi.”

Projo & Brojo | by Arswendo Atmowiloto | 40101090028 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Desain dan ilustrasi cover Dito Sugito | September 2009 | 368 hlm; 20 cm | ISBN 9789792249507 | Cetakan kedua, Agustus 2017 | Novel ini pernah diterbitkan oleh Penerbit Subertra Citra Pustaka, 1994 | Skor: 4/5

Untuk Modrick dan Mopit dan keluarganya dengan salam.

Karawang, 210622 – Sade – The Sweetest Taboo

Thx to Gramedia Karawang di Bazar Mal Technomart, Karawang

#30HariMenulis #ReviewBuku #21 #Juni2022

Yang Tersisa Usai Bercinta #18

“Pandu Dewana tak akan mati sepanjang dia tidak melanggar larangan bersetubuh dengan Dewi Madri.”

Kesannya malah terjatuh. Seolah-olah bilang, “saya keren”, “saya gaul”, atau “begitu nyastra”. Jatuh. Kembali saya teringat catatan lama saya, dengan menyebut nama-nama keren, kamu tak otomatis keren. Dengan menyebut Gabriel’s Palace: Jewish Mystical Tales, Lo-shu, Montase Retrofilis, Venus in Furs, Hannibal Lecter, The Golden Bough, Dante’s Dream, Sappho’s Lyre, hingga Septem Sermones of the Dead, tak serta merta kamu wow. Malah janggal, novel mengutip para orang hebat sebelumnya terlampau sering, atau terlalu banyak. malah memuakkan dan pengen muntah. Mungkin maksudnya biar terlihat cool, “gue udah baca ini nih”, “gue paham soal yang feminisme gan”, atau “bacaan gue beda lho nih daftarnya, teenlit mah ga level”. Hal seperti ini mungkin cocok untuk mencipta jejerit para remaja, atau mahasiswa semester awal macam Yuda atau cewek bego macam Tantri, atau penggemar Tere Liye yang labil, sayangnya untuk genre yang bisa disebut sastra, pola seperti ini tak cukup.

Saya buka catatan ini dengan dua kutipan yang disertakan di awal buku. Mewakili, dan kebetulan sudah baca salah satunya.

“… kami setia sepanjang kami cinta, tetapi kalian kaum laki-laki menuntut kaum perempuan untuk setia tanpa cinta dan menyerahkan diri kami tanpa keriangan. Siapakah pihak yang kejam di sini? Perempuan atau laki-laki? Umumnya kalian orang-orang dari Utara memerlakukan cinta dengan terlalu sungguh-sungguh, terlalu serius. Kalian berbicara tentang pelbagai kewajiban ketika satu-satunya hal yang mesti diperhitungkan adalah kesenangan.” Leopold von Sacher-Masoch, Venus Bermantel Bulu

Mengapa tak kubiarkan mereka menatapku? Mungkin memang aku indah? Mungkin mereka jadi bergairah lagi di rumah? Menggauli istrinya sambil membayangkan diriku. Bukankah itu amal baik?Ramayda Akmal, Jatisaba

Kisahnya tentang Pandu Dewana yang aneh, atau pengen terlihat cool, tapi malah freak. Ga bisa ngaceng kecuali sama istrinya, Anjani. Nama satu kata. Seorang penulis terkenal, punya ruang baca (dinamai Tartarus) dengan deretan buku keren-keren. Tartarus, tentu saja diambil dari legenda Yunani. Sebuah lubang penderitaan untuk orang jahat, penjara Titan. Perpus pribadi yang bisa juga dijadikan ruang tulis, dan buat ML. “Mereka bedua suka kerapian dan di rumah tempat para pemuja kerapian selalu saja ada hal yang harus dirapikan.”

Istrinya lulusan sastra pula, kakak kelas yang kala kenalan sudah punya pacar bernama Jamal. Kenal, sang mantan jadi ustaz terkenal. Pandu merebut Anjani dengan pola menjatuhkan lawan. “Ada dua pilihan cara untuk menang dari rival cinta: pertama, tunjukkan bahwa diri kita adalah opsi lebih baik dari si rival, kedua, tunjukkan bahwa diri si rival lebih buruk dari kita.” Opsi kedualah yang digempur, dan berhasil.

Pasangan berpikir bebas merdeka. Karena pasangan tak menyembunyikan apa pun sebaluknya kamu pun harus membuatnya percaya dengan melakukan hal yang sama. Pandu percaya mata adalah gerbang ke dunia halus sebagaimana vagina adalah gerbang manusia ke dunia kasar. Ia punya ilmu mistik, dan memiliki pantangan. “Ini hari wetonnya, masa paling rentan yang biasanya dia lalui dengan melakukan ritual sesuai petunjuk dalam manuskrip warisan kakeknya. Ritual apa pun harus dilakukan dalam kondisi tubuh suci dan sanggama merusak kesucian itu.” Maka tak sembarangan hari bisa bercinta, ilmu yang diturunkan dari kakeknya.

Mereka tinggal seatap dengan cewek seksoy berdada besar Wanda. Sahabat Anjani, yang di usia matang belum juga menikah. Kaya, bebas, matang. Logika orang awam, ini sungguh riskan. Memasukkan teman wanita ke rumah tangga. Namun memang, ini bukan cerita tentang orang awam. Ini kisah mistik, di mana burung hanya berdiri pada orang special. Prabu terlihat mapan dari menulis, punya banyak fans. Salah satunya penulis pemula Tantri, yang walau berjilbab seringkali berdandan seksi. Tampak ia begitu memuja Pandu, atau sebenarnya punya niat menggoda demi menaikkan popularitas, sebagai penulis pemula, bergaul dengan senior adalah jalan pintas, apalagi bermodal kecantikan, dan kemudaan. Dan melalui penjelasan panjang lebar, kita tahu Pandu memang pria tak biasa.

Memang banyak gunjingan, bagaimana bisa semua berjalan lancar bila godaan sering kali muncul. “Menimpali perkataan orang tua itu tabu, bisa-bisa dia dikutuk menghabiskan sisa hidup sebagai ulat keket.” Saya sudah wanti-wantu, bakalan amburadul, sepercaya apapun. Menyingkirkan potensi tak baik itu perlu, apalagi itu dalam kuasamu.

Kita lantas diperkenalkan dengan karakter aneh lainnya, Zen yang memiliki ilmu kanuragan. Berteman dengan Wanda, dan hanya sekali bertemu Pandu, karena keduanya punya ilmu, terjadi kontradiksi kehebatan. Sebuah malam, saling lempar tuah, dan bagaimana malam minggu menjadi ritual mengerikan.

Sebuah reuni menjadi eksekusi kunci, Anjani ketemu sang mantan yang kini jadi ustaz kondang, yang ternyata memiliki kelainan, atau alter ego buruk. Lalu Pandu melakukan sebuah kesalahan, atau bisa dibilang pilihan tak lazim, mengambil resiko. Dunia dan takdirnya bekerja dengan seadil-adilnya, sebaik-baiknya.

Saya baca hanya dalam satu setengah jam di pergantian hari jam 00:30 sd. 02:05 dini hari, malam Jumat (17.06.22) kebangun dan tak bisa tidur lagi, gegas baca puisi dan prosa, keduanya kelar! Padahal ini hari kerja. Setelah dua jam nekad, akhirnya coba kupejamkan istirahat. Dini hari adalah masa yang sangat tenang, dengan kondisi pikiran fresh, tetap tak berhasil mengesankanku.

Terakhir, buku ini malah condong ke seperti karya Abdullah Harahap. Tak sekeren itu sih, hanya mirip. Dunia mistik Abdullah Harahap lebih vulgar dan menakutkan, sisipan ilmu hitamnya menghantui, dunia gelapnya mencipta ketegangan maksimal, hingga membuat pembaca takut tidur sendirian. Yang Tersisa masih jauh dari itu, tapi percobaannya patut diapresiasi. Hanya bagian penyebutan nyastranya yang buruk, meluap hingga muak. Bro, bikin karakter aneh tak kudu sampai hanya ngaceng sama satu dua wanita, yang tak lazim belum tentu keren. Mending Ajo Kawir sekalian, mengganas trengginas. Atau penggambaran uthy naugty yang melimpah, boleh saja, tapi membuat pembaca mudah menebak itu tak bagus. Terlalu umum, terlalu klise. Dunia twitter yang liar itu dicerita, apa menariknya?

Hanya orang yang tak banyak tahu dan terlalu banyak khawatir yang banyak bertanya dan bawel. Benarkah?

Yang Tersisa Usai Bercinta | by Cep Subhan KM | Copyright 2020 | Penerbit Odise | Cetakan pertama, November 2020 | ISBN 978-623-95462-2-9 | Penyunting Hamzah Muhammad | Tata letak The Naked! Lab | Ilustrasi sampul Mada Satyagraha | Skor: 3/5

Karawang, 180622 – Tasya – Apakah Arti Puasa

Thx to Sentaro Book, Bekasi

#30HariMenulis #ReviewBuku #18 #Juni2022

The Da Peci Code by Ben Sohib

Aku meyakini bahwa setiap agama itu baik, karena setiap agama itu pada dasarnya menyuruh orang berbuat baik, tidak mencuri, menolong yang lemah, dan lain sebagainya.” – Rosid

Kubaca singkat dalam semalam sekali duduk, di malam panjang (040720). Menjadi buku kedua yang selesai baca dalam rangkaian buku baru Juli ini. Kisahnya tentang pertentangan antara anak dan orang tua, sang anak yang berpikiran bebas dan terbuka akan segala modernitas sehingga tak mau terkungkung, berambut gondrong dan ‘merdeka’, orang taunya relijius mengharap anaknya mendalami agama, meminta memakai peci. Nah karena rambut gondrong, peci mana pantas dikenakan, menyembul lucu jadinya ‘kan? Poin utamanya itu, plot penggeraknya berliku menyentuh tiga ratus halaman. Jiwa seseorang disadari atau tidak secara fitrah cenderung pada spiritualitas.

Tentang Rosid yang di persimpang jalan. Jiwa idealisnya membuncah kala lulus sekolah ingin melanjutkan kuliah di seni, cita-cita seniman. “… jangan mandi aje sebulan, elu udeh jadi seniman.” Ortang tuanya Pak Mansur dan Bu Muzna menolak, terutama abahnya, Rosid diharap menjadi teladan di bidang agama. Rosid berkenalan dengan cewek mantab di kampus kala pendaftaran. Delia beragama Kristen, dengan salib menggelayut di leher. Mereka pasangan kasih yang open-minded, terbuka akan segala kepercayaan dan memandang dunia ga sekolot itu guna menjalin pernikahan. Jadi setting-nya dua tahun setelah mereka pacaran.

Pembukanya di Condet, Jakarta. Rosid diusir keluarga, ini adalah puncak kemarahan babe. Penolakannya mengenakan peci dan segala argumennya menemukan titik didih. Kenyataan ini telah berlangsung berabad-abad lamanya, tanpa ada seorang pun menanyakannya. Ia lalu menginap ke rumah sobatnya Mahdi, nebeng tidur dan makan. Sobat kental yang kini memang hidup sendiri, soalnya ortunya udah pindah, rumah itu dihuni sendiri. Setiap bulan mengadakan kajian, bebas temanya, lebih sering filsafat dong, anak muda.

Rosid lalu curhat sama sayangnya tentang anjuran berpeci bagi umat muslim ketika beribadah, atau memutuskan mengenakannya dalam keseharian. Dari kaca mata umum, jelas peci sejatinya bukan hanya untuk umat muslim. Paus mengenakannya, umat Yahudi juga mengenakannya. Kalau peci berkaitan dengan agama , aku pikir itu hanya budaya yang dikaitkan dengan agama. Peci-peci itu benda netral, tapi kok kemudian identik dengan agama, lengkap dengan model-modelnya. Sama seperti jilbab, sejarahnya panjang nan berliku. Bukan hanya muslim yang mengenakannya, lebih ke budaya yang lalu adaptasi ke kepercayaan. Kita terjebak sama simbol yang kita ciptakan sendiri.

Sementara bapaknya mencoba berbagai cara untuk mewujudkan keinginannya, berkonsultasi sama sohibnya H. Said. Dalam keluarga juga coba dikucilkan si Kribo ini. Menghadiri upacara keagamaan tanpa menggunakan peci putih memang akan dipandang sebelah mata. Konsultasi, dari mendatangi orang pintar, dikasih air putih bermantra sampai mencipta kerusuhan menyewa orang guna membubarkan ngumpul-ngumpul anak muda di rumah Mahdi.

Sementara Rosid dan Delia ‘mengadu’ sama pemuda lajang yang sudah tua, bisa dibilang bujang lapuk yang hebat, Anto Kusumohadi. Kamu harus bisa mempertahankan rambut kamu, karena di situ ada hak asasi kamu. Tap soal kewajiban berpeci, no comment. Ga minum minuman keras, itu masalah ketaatan, masalah komitmen. Lagian saya percaya bahwa hidup ini harus dijalani secara dalam keadaan sadar. Atau istilah ketentraman jiwa itulah pahala salat.

Abahnya, lewat Said lalu mengundang Pemuda hebat ustaz Holid al-Gibran. Sama-sama anak muda, beradu argumen. Peci berikut model dan warnanya bukanlah ajaran agama, bahw aitu hanyalah budaya yang kemudian dianggap sebagai ajaran agama.

Nah poin utama kisah ini berkutat di situ, pertentangan orang tua dan anak mengenai peci. Konflik yang menurutku ga berat-berat amat, disajikan dengan sedikit kocak, saling silang pendapat tua vs muda. Reliji vs filsafat. Dengan dialog melimpah ruah lu-gue khas Betawi, kisahnya runut dan tak banyak meninggalkan misteri atau tanya. Sayang sekali, banyak kalimat langsung menggunakan bahawa daerah. Ga nyaman dibaca, kata A.S Laksana kalau sesekali sih masih bisa, taruhlah di depan, lalu setelahnya pakai EYD. Di sini kebanyakan, benar-benar bikin ga nyaman, walaupun bahasa Betawi hanya sebagian besar di sini mengganti akhiran ‘a’ menjadi ‘e’, tetap saja hufh… plot utamanya sendiri lempeng, lurus, dan sungguh biasa. Dengan kover dan judul yang mengacu pada novel ternama The Da Vinci Code-nya Dan Brown, kiranya akan menjadi novel plesetan, ternyata ga ada sangkut pautnya. Sekadar memiripkan diri, ‘menjual’-nya, siapa tahu fan pemecah kode berminat. Tagline-nya juga melucu: ‘Tidak memukau nalar, tidak mengguncang iman!’ dan ‘Misteri tak berbahaya di balik tradidi berpeci.’ Ditandai elips merah, ‘Kemungkinan Best Seller’. Wkwkwkk… ada-ada saja marketing-nya.

Ada kumpulan orang-orang beragama yang nantinya memecah belah. Salah seorang lulusan pesantren meminta kemurnian agama, sehingga selain sunah Nabi dianggap bidah. Satu lagi lebih ke liberal, terbuka sehingga menjamin perbedaan. Lalu muncullah penengah, mencoba merangkul semuanya. Well, relate sama keadaan sekarang di mana agama menjadi tunggangan ga hanya politik, tapi juga menyusup dalam bidang ekonomi, keseharian kita sama tetangga sampai ke hal-hal sensitive dalam keluarga. Endingnya sendiri walau mellow sudah pas, happy untuk semua. Ada ganjalan hubungan dengan Delia, maka sebelum jauh ada baiknya dilepas. Salut sama konsistensi Rosid untuk tak ‘merusak’ cinta dalam belitan nafsu. Rosid tak tahu harus bagaimana; sedih, bahagia, atau lega. Saat ia memutuskan hubungan dengan Delia.

Keputusan membacanya lebih kepada efek nikmat kumpulan cerita pendek-nya tahun ini yang rilis, Kisah Perdagangan Paling Gemilang (Banana) yang sejatinya banyak kemiripan latar. Memang susah konsisten mencerita novel panjang, ga seperti cerpen yang satu kisah bisa dipenggal dan mengisah plot lain, novel lebih diminta konsestrasi ke satu pokok, dengan tiga ratus halaman, jiwa petualangan novel jelas tertantang untuk bisa nyatu, lebih rumit, dan menjaga pembaca tetap berminat hingga titik terakhir. Da Peci terlalu umum, budak tema baru tua vs muda, masalah idealism juga ga terlalu dalam. Sementara Kisah Perdagangan, variatif dengan kenikmatan jleb setiap ganti cerita.

Menutupi kepala itu termasuk dalam kesopanan, malah dalam Islam ada yang bilang itu sunah. Sebagai penutup, saya mau nukil dialog abah-anak yang absurd: “… Lu belajar sama siapa? Sama syaiton?” / “Kalau ada kebenaran, Rosid mau belajar ame syaiton…” Haha… ini tindak lanjut dari kemarahan Babe tentang dasar anak syaiton. Lha… blunder. Bapaknya juga syaiton.

The Da Peci Code | by Ben Sohib | Copyright 2006 | Penerbit RAHAT Books | Cetakan IV, Desember 2006 | Desain sampul Eja Assagaf | Penyunting Mehzy Zidane | 326 hlm.; 17 cm | ISBN 979-15303-0-0 | Skor: 3/5

Karawang, 140720 – Billie Holiday – Strange Fruit (1939)

Thx to Anita Damayanti, empat dari Sembilan.

Buku Yang Saya Baca 2018

Tahun yang sibuk, sebenarnya sebelumnya juga baca banyak sih tapi ga kuhitung. Baru tahun 2018 saya coba hitung, karena baru punya HP Ok dan instagram yang mulai aktif, jadi catatan ini saya ambil dari ig: lazione.budy sebagian sudah ulas di blog ini, sebagian besar lagi masih menunggu antrian. Sudah kususun pula Best 14 nya. Berikut buku yang kutuntaskan baca tahun lalu:

32 buku yang kubaca Januari ada di sini.

#33. The Last Song – Nicholas Spark
Cerita cinta yang mudah sekali ditebak. Kisah cinta putri sulung kepada ayahnya dan persembahan ‘Lagu Terakhir’ yang dicipta. “Karena kau hanya menyinggungnya sambil lalu selama beberapa minggu terakhir dank au tak pernah ngobrol dengannya di telepon, tidak sulit mengambil keputusan ada sesuatu yang terjadi.”

#34. Ratu Sekop – Iksaka Banu
Kumpulan cerpen yang absurd. Penyuka seni, sad ending, menyisakan tanya dan pilihan judul yang unik. Twist!

#35. Pesta Remeh Temeh – Milan Kundera
“Keremehtemehan kawanku, adalah esensi dari eksistensi. Semua itu ada di sekitar kita. Dan di mana-mana serta senantiasa. Anak-anak tertawa tanpa tahu sebabnya, bukankah itu indah?” Kehebatan buku ini terletak pada penempatan kata-kata yang pas, membawakan kisah tanpa tergesa dan hal-hal kecil remeh temeh dijadikan lelucon seru.

#36. Kelir Slindet – Kedung Darma Romansha
Baru tahu arti telebuk dari sini. Campuran kearifan lokal Indramayu dari dangdut, kasidah, miras sampai pelacuran. Gelar haji yang terbeli dan seabreg hal-hal klenik. Liar, dendam dan saling tempar teluh.

#37. Three Sisters – Anton Chekov
“Jadi menurut Anda, bahkan hanya memimpikan kebahagiaan saja itu tidak ada gunanya? Bagaimana kalau aku sekarang sedang bahagia?” Penikmat teater wajib baca, penikmat fiksi pasti suka detail-detail seperti ini. Jadi seberapa pelik permasalahan tiga saudari Olga, Marsha dan Irina?

#38. Potret Diri – Atasi Amin
Kumpulan puisi yang menyasar berbagai tema, dari potret diri akan kenarsisan sang penyair “… mari bersama atasi. Amin” sampai beragam tema dari hal sepelemacam kegiatan cacing, suara suara sampai narasi aneh Punokawan.

#39. Kealpaan – Milan Kundera
“Prediksi hanyalah satu dari sekian kepastian yang ditangguhkan kepada umat manusia.” Dua karakter emigrant yang terasing, Irena ke Prancis, Joseph ke Denmark lalu keduanya mudik ke Ceko tahun 1989 dan bagaimana mereka mengenang hal-hal yang sudah disapu waktu.

#40. Kaas – Willem Elsschot
Awalnya kukira bakalan klise tentang motivasi pekerja yang resign untuk memulai usaha keju, tapi ternyata enggak sehampar yang kusangka. “Maka kulakukan hal itu seperti orang sakit yang diam-diam ke dukun, tanpa sepengetahuan dokter.”

#41. Smokol – Cerpen Kompas Pilihan 2008
Tumben yang njelimet kisahnya yang dipilih hanya sebagian kecil. Biasanya cerpen Kompas butuh telaah lebih. Untuk cerpen yang terpilih sebagai judul, Smokol adalah pesta makan absurd yang ironi.

#42. Klop – Putu Wijaya
Kumpulan cerpen yang masuk kandidat Kusala Sastra, sayangnya pengalaman pertamaku dengan sang sastrawan senior ini berakhir biasa sekali. Sebagian besar klise, kritik Pemerintah yang ambigu, tak banyak kejutan. “Aku jadi takut berharap, aku jadi takut merasa senang, aku jadi tak berani melakukan perubahan. Karena kau tahu semua sudah diterapkan.”

#43. Laut Bercerita – Leila S Chudori
Maaf ya, dengan menyebut Pramoedya, Gabo, The Beatles sampai Tan Malaka tak otomatis keren. Cerita yang utama, harus tetap kuat dan membuat pembaca tetap semangat. Sayang sekali buku pertama Leila yang kubaca berakhir membosankan. Drama penculikan 1998 terpendam, ekspektasiku ketinggian.

#44. Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali – G. Sunarto & J. Sumardianta
Buku yang penuh kutipan cerita, tapi setelah menelusur kisah using kita dipertemukan cerita pengalaman pribadi yang laik dinikmati. John C. Maxwell mempelajari proses seseorang menjadi pemimpin: 5% akibat krisis, 10% dari karunia alam, dan 85% karena pengaruh pemimpin sebelumnya.

#45. Never Let Me Go – Kazuo Ishiguro
Luar biasa, buku perenungan kelas satu. Manusia sudah bisa dikloning, organ didonorkan, dengan sudut pandang Kathy sang perawat kita diajak berpetualang dalam cinta, persahabatan, eksistensi manusia yang emosional.

#46. The English Patient – Michael Ondaatje
Novel yang butuh kesabaran tingkat tinggi. Semua rumit: alur, karakter, pembawaan cerita, konflik. “Beri aku sebuah peta dan aku akan membangun sebuah kota untukmu. Bari aku sebatang pensil dan aku akan menggambar sebuah kamar untukmu di Kairo Selatan, bagan gurun di tembok, selalu ada gurun di tengah kami.”

#47. Semusim dan Semusim Lagi – Andina Dwifatma
Premis bagus hanya di tengah, bagian awal mengingatkanku pada The Last Song-nya Nicholas Spark, di tengah sok filsafat dengan mengutip banyak Penulis Besar tapi langsung terperangah saat ada ikan koki yang ngajak bicara, jelang akhir langsung kedodoran, drop. “Atas nama demokrasi, pura-puranya setiap orang dapat bebas mengemukakan gagasan. Tapi jika gagasanmu tak sesuai harapan orang maka kau bersalah.”

#48. My Irresistible Earl – Gaelen Foley
Di abad 19 Prancis sedang bermusuhan dengan Inggris dengan menyusupkan mata-mata untuk saling merongsong pemimpin lawan. Ada adegan bagus saat adu strategi hingga sang agen rahasia tewas, sayangnya novel ini lebih ke kisah cinta ala Harlequin. Cinta pertama Jordan kepada Mara yang mudah ditebak. “Kau adalah malaikat kiriman Tuhan untukku.”

#49. Gempa Waktu – Kurt Vennegut
Mopery! “Ilmu pengetahuan tak pernah membahagiakan siapa pun. Kebenaran tentang situasi manusia terlampau mengerikan.” Mari kita mundur sepuluh tahun ke 1991.

#50. Anna Karerina – Leo Tolstoy
Kejamnya cinta. Saya malah tak setuju dengan pendapat, “Cinta tak selalu membutuhkan pertanyaan mengapa.” Apalagi statusnya adalah seorang istri yang terikat janji suci pernikahan dengan suami penyayang dan ideal. Ini adalah cetakan Gradien Mediatama, versi yang dipadatkan.

#51. Trilogi Insiden – Seno Gumira Ajidarma | 1 | 2 | 3
Kumpulan cerpen, novel dan kumpualn esai. Bagaimana SGA menentang Orde Baru terkait insiden di Timor Timur. Tahun 1990an sebuah era peralihan.

#52. Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer – Pramoedya Ananta Toer
Buku ini kubeli dan baca karena efek buku Trilogi Insiden, di bagian akhir disinggung kisah Perawan Remaja ini. Sayangnya kisah yang disajikan sebagian bukan karya asli Pram tapi saduran, kutipan dari wawancara atau perjalan hidup orang lain dalam telusur di Pulau Buru. Kejahatan perang saat Jepang menginvasi Indonesia.

#53. Mary Poppins Is Back – P. L . Travers
Sekuel Mary Poppins yang fenomenal. Sayangnya nyaris semua adalah pengulangan, kayak pertama kita makan es cream, rasanya sungguh lezat, kedua kalinya biasa. Formula sang nany mengasuh anak-anak keluarga Banks.

#54. A Mercy – Toni Morison
Buku pertama Penulis Amerika yang menyabet Nobel Sastra yang kubaca. Narasinya juara, tentang perbudakan Negeri Paman Sam tahun 1690an. Arti kesepian dan esensi bertahan hidup.

#55. Siddharta – Hermann Hesse
Buku yang mengulas beliau sebelum jadi Gautama. Terkejut juga apa yang disampaikan, tema perjalanan reliji yang berliku. Bab terakhir terkait pemaknaan hidup yang luar biasa.

#56. Panggilan Telepon – Roberto Balano
Pengalaman kreatifitas sang Penulis dari Cili ke Meksiko. Kumpulan cerpen yang anehnya ketika karakter Roberto Balano pakai nama B dan pasangan atau orang lain dengan inisial X.

#57. Sahabat Sejatiku – Farras Salsabila
Kisah nyata anak SD yang penuh gaya, persahabatan yang diuji dan bukti siapa yang ada di samping kalian saat kalian terjatuh. Lupakan konflik, cerita ini hanya cocok untuk generasi pelajar.

#58. Dover – Gustaaf Peek
Tentang pencarian suaka. Dari Negara-negara Non Barat menuju Prancis, Inggris dan Belanda. Salah satunya adalah warga Indonesia yang terusir akibat tragedi 1998.

#59. Hear The Wind Song – Haruki Murakami
“Dua hal yang seharusnya tidak ada dalam cerita adalah kematian dna hubungan seks sebab cepat atau lambat orang akan mati dan pria akan tidur dengan wanita. Tidak ada kegunaan menulis sesuatu yang niscaya.” – Nezumi

#60. Memorizing Like An Elephant – Yudi Lesmana
Untuk jadi pengingat yang kuat poinnya satu, berlatih, berlatih dan berlatih. Semua teori yang disampaikan hanya sarana. Mengimajinasikan dalam kata dan gambar hanya langkah satu dari banyak cara. Tetap latihan yang utama karena segala yang berulang pastinya akan nempel dalam kepala.

#61. Kura-Kura Berjanggut – Azhari Aiyup
The Chronicles of Bandar Lamuri. Buku panduan membunuh sang Sultan Nuruddin, anak haram penguasa Durud Dunya. Pertikaian perebutan kekuasaan di ujung Barat Indonesia.

#62. The Cave of Time – Edward Packard
“Pilih sendiri petualanganmu.” Kisah yang tentu saja memainkan waktu, pembaca diberi pilihan masuk ke halaman mana yang dipilih, dan berputar-putar hingga Pembaca berhasil menyentuh garis finish.

#63. Kambing dan Hujan – Mahfud Ikhwan
Gumuk Genjik menjadi saksi persahabatan dua manusia aliran Muhammadyah dan NU semasa remaja, perseteruan merebak dengan banyak unsur hingga kedua anak mereka saling mencinta. Apakah egoistis masih tinggi atau melupa gengsi demi kenangan masa lalu?

#64. Mobil Bekas Dan Kisah – Bernard Batubara
Menjadikan mobil jip sebagai saksi orang-orang sekeliling. Kumpulan cerpen dengan tema variatif. Bagus juga ide sebuah jip menonton diam atas tingkah polah manusia.

#65. The Strain – Guillermo Del Toro & Chuck Hogan
Cerita mayat hidup dengan aturan yang aneh. 1/3 pertama sungguh menjanjikan, pesawat mendarat di bandara JFK hanya menyisakan empat penumpang yang hidup. Taka da tetoris, taka da wabah, taka da pathogen atau virus. Boleh saja kita buat permasalahan yang bombastis, tapi penyelesaian juga harus bombastis bukan antiklimak gini.

#66. Misteri Dian Yang Padam – S Mara GD
Pembunuhan Dian yang diperumit. Pemudi bermasa depan cerah, siapa yang membunuh? Kekasih, mantan kekasih, mantan tunangan kekasih yang marah? Atau tangan lain yang ingin dian itu padam? Kisah Detektif Indonesia zaman dulu yang asyik diikuti.

#67. Seruni Merah Jambu – Pearl S. Buck
Buku dari Penulis The Good Earth, dengan setting Perang Dunia Kedua dan setelahnya Jepang dalam masa transisi setelah luluh lantak. Pemuda Amerika yang jatuh hati dengan gadis Jepang, pertentangan dan segala upaya tak mempersatu dicoba tapi kekuatan cinta mengalahkan segalanya. Jiah, klise ya? Tunggu dulu, ini buku dari Pemenang Nobel Sastra, jelas ada yang sitimewa.

#68. Bidadari Yang Mengembara – AS Laksana
Banyak kiasan, banyak hal mirip dengan kumpulan cerpen Murjangkung. Nama-nama karakterpun sama, Alit dan Seto seolah adalah nama favorit. “Ayah terus menerus mengingatkan aku agar jangan pernah mengumpat dan menyesali nasib, bahkan untuk nasib yang paling buruk sekalipun.”

#69. Sine Qua Non – Marga T
Dancing with the holy spirit. Kumpulan cerpen, Penulis roman legendaris Indonesia dari tahun 1964-5014. Rentang waktu yang lama, cerita-cerita yang dihimpun dari media massa. Perayaan 50 tahun yang mulia. Hebatnya, seluruh royalty buku ini disumbangkan ke Yayasan Nusa Membaca.

#70. Timeline – Michael Crichton
Petualangan Marek, Kate dan Chris, mahasiswa 1990an yang dikirim ke abad 14 untuk menyelamatkan professor. “Kita semua diatur oleh masa lalu, meskipun kita tidak ada yang memahami masa lalu. Tidak ada yang mengenali kekuatan masa lalu. Kalau dipikirkan kembali, masa lalu lebih penting dari masa depan.”

#71. Harimau Harimau – Mochtar Lubis
Para pencari damar di hutan yang diteror harimau lapar. Ketika salah seorang tewas dan mereka terancam, mereka dipaksa mengakui dosa-dosa masa lalu.

#72. The Spirit Of Loving – Emily Hipburn Sell
Kumpulan kutipan saja, ga ada apapun. Buku terburuk tahun 2018, sungguh keterlaluan ada buku berisi hanya kutipan, seolah ini makalah mahasiswa tingkat awal.

#73. Manifesto Flora – Cyntha Hariadi
Kisah-kisah tak lazim yang ada di sekeliling kita. Kegetiran hidup dan segala janji demi masa depan.

#74. Catatan Adam Hawa – Mark Twain
Kehidupan mula manusia yang diturunkan ke bumi dan kisah-kisah lainnya khas Twain.

#75. Muslihat Musang Emas – Yusi Avianto Pareanom
Kumpulan cerpen yang bagus sekali. Kafe menjadi tempat pemulaan cerita, masyarakat urban yang mencipta keanehannya sendiri.

#76. Rose Madder – Stephen King
Cerita berliku seorang istri yang kabur dari suaminya. Lukisan hidup yang menjadi sandaran dan tempat pelarian.

#77. Bartleby, Si Juru Tulis – Herman Maville
Satu cerpen dalam satu buku? Terlalu, sekedar lumayan bagus. Dunia saham di abad 19.

#78. Gentayangan – Intan Paramaditha
Sepatu merah yang melalangbuana, pilih sendiri petualanganmu. Seorang gadis yang mengikat diri dengan iblis demi perjalanan dunia.

#79. Tiba Sebelum Berangkat – Faisal Oddang
Bagian tengah, saat arti Tiba Sebelum Berangkat adalah bagian menakjubkannya. Bagaimana manusia istimewa bisa melihat masa depan dan mengaplikasikannya sama.

#80. Sai Rai – Dicky Senda
Kumpulan cerpen dari Indonesia Timur, bahasanya rumit dan bagus. Temanya juga nyeleneh.

#81. Gerimis Di Kuta – Wendoko
Kumpualn cerpen cinta dengan memainkan kata berlebih: gerimis, senja, pantai, Bali. Otomatis romantis.

#82. Ibu Susu – Rio Johan
Pemenang Kusala Sastra tahun ini kategori karya pertama atau kedua yang sungguh mengecewakan. Terlalu berkutat dalam pencarian ibu susu, sungguh monoton.

#83. Sang Raja – Iksaka Banu
Sejarah rokok Indonesia. Mendalami perjuangan hidup penguasaha di era colonial.

#84. Buku Panduan Matematika Terapan – Triskaidekaman
Kerumitan matematika yang diterapkan dalam kehidupan, dengan sudut pandang dua remaja menjelajah dunia.

#85. Biografi Jack Ma – Chen Wei

Cerita yang disajikan kebanyakan masa setelah sukses, kurang dalam karena sang asisten memang dulu adalah muridnya. Tak mendalam mengenai perjuangan sang Godfather.

#86. 1Q84 Book 1 – Haruki Murakami
Fantasi dunia pararel tahun 1984. Dengan dua karakter saling silang. Novel filosofis, membunuh demi keadilan? Mengedit dan menulis ulang naskah untuk sebuah prestis?

#87. Matinya Seorang Penulis Besar – Mario Vargas Llosa
Kumpulan esai yang fantastis. Seluk beluk proses kreatif sang Penulis mencipta karya dan bagaimana Llosa melihat dunia literasi.

#88. Gadis Pantai – Pramoedya Ananta Toer
Novel yang melawan kemapanan di era kolonial. Gadis pantai dan masyarakat yang ‘kalah’ dalam mengarungi kehidupan melawan kuasa.

#89. Pulang – Leila S Chudori
Mengejutkan. Bagaimana bisa kisah biasa gini menang Kusala Sastra kategori prosa? Tentang orang-orang terbuang, Indonesia tahun 1965 dan orang-orang kiri harus tersingkir. Dengan judul Pulang kita pasti tahu mereka akan kembali-kan?!

#90. The Trial – Franz Kafka
Inilah buku terbaik tahun 2018. Joseph K yang diadili atas kejahatan yang jelas. Karena merasa tak bersalah, menjalani sidang dengan pede-nya, hingga fakta demi fakta terungkap, bagaimana sidang pengadilan seolah sandiwara radio.

#91. For One More Day – Mitch Albom
Cerita yang biasa banget, lama-lama membosankan membaca Labom, malah jatuhnya kayak
Tere Liye yang mencoba membuat petuah, tapi flop.

#92. Pedro Paramo – Juan Rulfo
Satu-satunya novel karya Juan Rulfo. Bahasa tingkat tinggi, butuh pemahaman lebih. Harus baca untuk ‘dong’ di beberapa poin.

#93. Mycroft Holmes – Kareem Abdul Jabeer & Anna Water
Kisah saudara Sherlock Holmes, sang detektif. Asal mula bagaimana sang kakak masuk dalam lingkaran istana. Merentang jauh ke Trinidad dalam pengungkapan kasus pembunuhan anak-anak di pantai.

#94. Fathers And Sons – Ivan Turgenev
Perjalanan hidup manusia atas kebanggaan kasta. Rusia yang berwibawa dan tanggung jawab moral. Ah hubungan erat ayah-anak yang sungguh menyentuh. Ah cinta…

#95. Cerita Cinta Tanpa Cinta – Rayya Indira Dkk.
10 cerpen yang mengaduk emosi. Tak kusangka melebihi ekspektasi, Rayya Indira dkk membuat cerita tanpa satu kata cinta pun di dalamnya. Cinta di sekeliling kita.

#96. Ford County – John Grisham
Grishman sejauh ini selalu memuaskan. Cerita khas berkutat mengenai pengadilan, dan kumpulan cerita pendek yang tak pendek ini sungguh bervitamin.

#97. Kisah Dalam Satu Jam – Kumpulan Cerpen Penulis Dunia
Kumpulan cerpen dari orang-orang termasyur. Karya-karya besar yang dicetak penerbit kecil.

#98. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia – Michael H. Hart | 1 | 2 | 3
100 orang hebat disusun dan dirangking, sungguh buku kaya nutrisi. Kita tinggal menikmati rangkuman jasa dan ‘jasa’ orang-orang terdahulu yang legendaris.

#99. American Gods – Neil Gaiman
Kisah Dewa-dewa Amerika yang galau, dengan gabungan mitos dan legenda mereka jelang perang besar, akankah bisa dicegah?

#100. Sihir Perempuan – Intan Paramaditha
Buku keseratus adalah Sihir Perempuan. Dimulai baca di Rawa Monyet, Karawang dan bagaimana cerita hantu tak melulu soal setan gentayangan.

#101. The Art of Giving F*ck – Mark Manson
Book of the year versi para penjual buku tentunya, cetak ulang berulang kali, nangkring di banyak toko buku. Buku motivasi dari seorang blogger. Bodo amat…

#102. Lelaki Tua Yang Membaca Kisah Cinta – Luis Sepulveda
Novelet dari Penulis Cili yang mengingatkanku pada Harimau Harimau-nya Mochtar Lubis. Bagaimana seorang tua yang mencoba menikmati buku kisah cinta mencoba adaptasi dengan lingkungan hutan baru dirambah.

#103. Matinya Burung-Burung – Fiksi Mini Penulis Amerika Latin
Ternyata tulisan satu dua paragraph bisa disebut karya. Benar-benar simpel, genre fiksi mini yang mendua. Yang paling bagus adalah cerita pesawat jatuh, bagaimana dua penumpang berdialog.

#104. Mata Malam – Han Kang
Tuhan akan memaafkan dosa kami, seperti kami memaafkan mereka. Aku tidak memaafkan dan dimaafkan siapapun. Buku dari Korea Selatan, bagaimana sebuah rezim melindas segala hal di depannya tanpa perasaan.

#105. Seribu Kunang-Kunang Di Manhattan – Umar Kayam
Kekuatan ngobrol. Manusia-manusia rantau yang kesepian di Amerika. “Tetapi Marno, bukankah aku harus berbicara? Aku kira Manhantta tinggal lagi kau dan aku yang punya. Apalah jadinya kalau sudah salah satu pemilik pulau ini capek berbicara? Kalau dua orang yang terdampar satu pulau, mereka akan terus berbicara hingga kapal tiba, bukan?”

#106. The ABC Murders – Agatha Christie
Pembunuhan dengan korban bernama huruf ABC dan tempat kejadian perkara berawal huruf ABC, lalu pola rusak saat seharunya D malah E. Ada sesuatu yang janggal dan Poirot membongkar kebusukan sang pembunuh.

#107. Ibu Mendulang Anak Berlari – Cyntha Hariadi
Kumpulan puisi tentang keluarga. Ibuku melahirkanku. Sebagai seorang anak. Anakku melahirkanku. Sebagai seorang ibu.

#108. A Man Called Ove – Fredrik Backman
Si tua penggerutu, Ove adalah warga Negara Swedia yang mengeluhkan segalanya. “Seluruh jalan berubah menjadi rumah sakit jiwa. Kekacauan total.” Dan Saab.

#109. Christ The Lord – Anne Rice
Jesus kecil yang banyak tanya akan kekuatannya. “Simpan apa yang akan kukatakan ini dalam hatimu, akan tiba saat kaulah yang akan memberi jawabannya pada kami.”

#110. Originals – Adam Grant
“Ciri khas orisinilitas adalah menolak status quo dan mencari pilihan yang lebih baik. Titik awalnya adalah keingintahuan.” Buku penutup tahun adalah hadiah dari Noura.

Karawang, 310119 – Nikita Willy
Inter 1-1 Lazio. (Lazio wins 4-3 penalti)