Best Films 2021

“Santai saja tak usah teriak-teriak” – Quote of the year dari Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas by Edwin

Dari perang antar genk hingga burung yang tertidur, dari bu-ibu vakansi mengenang masa lalu hingga kesatria merenung, dari remaja melawan tradisi hingga pahit manis asmara, dari wanita labil pencarian jati diri hingga perjalanan kapsul ke angkasa, dari istri yang kesepian ditinggal mati mendadak suami hingga perjalanan suami yang kehilangan istri yang amat dicintainya. Tahun 2021 yang merentang panjang.

Ini adalah tahun keenam saya buat daftar 14 film terbaik. Masih nyaman dan konsisten. Tahun 2021 menonton 101 film, 2022 so far 24. Total film tahun 2021 yang selesai kutonton 55.

Inilah film-film terbaik 2021 versi LBP (Lazione Budy Poncowirejo):

#14. The Green KnightDavid Lowery                                                  

Ini tak seperti yang kita kira, pace-nya lambat dengan iringan musik sendu. Tentang pangerang yang melalangbuana memenuhi takdirnya. Dengan banyak simbolisasi, bait-bait puisi, fantasi dengan mantra di setiap benang rajutan kain pelindung, danau tak berbatas, hantu jelmaan, raksasa melintas, hingga metafora masa. Waktu bisa dilipat hingga ribuan tahun dalam sekejap. Pemenggalan kepala jadi sejenis ritual penting, keampuhan sihir dipertaruhkan. Drama fantasi sejati. Rapalan sihirnya sangat akurat, puitik, dan eksak, hanya mengizinkan pemegang kekuatan yang layak menerima, tidak lebih sedikitpun.

“Aku hanya pengelana tersesat. Mencari tempat istirahat malam ini.”

#13. The Lost DaughterMaggie Gyllenhall

Bagus banget. Alurnya sangat lambat, tapi sangat patut dinanti hingga tikungan terakhir. Meskipun banyak dialog sampingan yang melenceng dari inti film, kita tahu ini film Oscar, kita harus menyimak dan mengayaknya untuk memperoleh butir-butir fakta yang bisa mengungkap benang cerita. Kesabaran itu terbayarkan. Iya, Jessie Buckley sangat cantik, tapi hiks, ia juga jahat. Olivia Colman memang sudah kelas aktingnya, udah level tinggi. Cuma senyum kecut, atau meringis pamer gigi kelinci aja bisa bikin meleleh. Mereka jadi duo Leda, keduanya sangat pas dan memukau. Namun Sang juara bagiku adalah Maggie Gyllenhaal. Adaptasi cerita ini berhasil bermain-main dengan konteksnya. Suatu hari ia bakalan dapat piala Oscar untuk bidang sutradara. Catet ya. Mencipta film alur lambat penuh pesan moral, dengan permainan tempo yang ciamik seperti ini, sangat sulit. Rasanya The Lost Daughter laik dapat lebih dari tiga nominasi.

“Saya adalah bunda yang tak wajar.”

#12. After Love Allem Khan

Kesedihan terdalam adalah mengingat kebahagiaan masa lalu. Cerita cinta yang hilang dan respon menghadapinya. Drama dengan kekuatan akting dikedepankan, karena ceritanya sederhana, kalau dibagi dalam babak ada tiga: kehilangan, pencarian dan penemuan fakta, legowo. Dunia duka dengan segala isinya. Kematian mendadak orang terkasih memicu tanya beruntun saat menemukan isi chat mesra di HP almarhum. Menemukan sebuah kartu identitas wanita lain diselipkan dalam dompet, dan inilah inti dari After Love, perjalanan menemukan jawaban kehidupan lain sang suami. Ini kisah tentang tautan dua wanita dalam satu hati lelaki.

“Bersamaku membuatnya merasa menjadi suami yang baik untuk orang lain. Ini membuatku sedih”

#11. West Side StorySteven Spielberg

Tawuran pemuda. Pertama yang terlintas saat adu pukul di cat tembok itu bukan seni musiknya, bukan pula pamer tari di jalan, tapi malah gerombolan Pemuda Pancasila (PP), GMBI, Gibas Betawi Rempug dan sejenisnya. Tawuran dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah seperangkat persoalan dan efek samping idealisme salah kaprah, persoalan ini jauh lebih rumit daripada narasi asmara yang dibawakan. Kalian kira seusai para korban berjatuhan, mereka akan merenungkannya mendalam, lantas esok berdamai? Oh tidak, ini adalah tradisi, kebiasaan, harga diri, (maaf) uang, dan tak peduli ada di dunia Barat atau di kota-kota Jabar, tawuran akan selalu ada. Kau tidak mungkin bisa batuk di sana tanpa membuat tiga orang lain tertular. Akar tradisi ini sungguh kuat.

“Di kota ini penuh dengan keburukan, binatang-binatang malang seperti kalian?”

#10. Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar TuntasEdwin

Semua hal bisa dibuat menjadi dongeng. Ini salah satunya. Mencerita masa lalu, selalu nyaman. Kita bisa menelusuri masa itu di kepala dan mempelajarinya seperti di galeri seni yang penuh dengan instalasi video. Memutar memori, menuangkan dalam tulisan dengan berbagai modifikasi diaduk fantasi, lantas menjelma film. Ini adalah kisah tentang cinta, kerinduan, dan dendam serta burung yang tertidur terlalu lama. Cerita keren adalah cerita yang mampu bolak-balik menyeberangi batas antara keremehtemehan dan kekacauan, antara hal gila dengan hal biasa.

#9. OxygeneAlexandre Aja

Film berpenampilan satu orang, yang suka film mikir harusnya suka. 1,5 jam menonton cewek rebahan pening pecahkan teka-teki dengan oksigen terbatas. Mengambil setting hanya satu tempat memanfaatkan ruang gerak sempit hanya dalam tabung, jelas mengingatkan Buried. Perjalanan nun jauh ke atas sana lalu kerusakan terjadi, jelas menautkannya pada Passenger. Scifi dengan klona demi menyelamatkan umat manusia di luar angkasa, jelas sekali terinspirasi Moon, mati satu tumbuh seribu. Ini adalah kisah fantasi, menanam ingatan mengembangbiakkan makhluk terancam segera punah, dan sesak napas tak terkira. Segala sesuatu yang tampak begitu infantil, begitu jauh dari realita.

“Aku adalah kau. Aku adalah kau di dalam bahaya.”

#8. Sweet and SourKae-Byeok Lee

Setiap bentuk rasa frustasi, setiap akibat dari kepuasan naluriah yang dihalangi, atau yang mungkin diakibatkan, adalah berada dalam pemuncakan rasa bersalah. Waktu tak bisa diputar balik, tapi cerita bisa kan? Penyesalan selalu di akhir, kesalahan demi kesalahan diberbuat manusia, yang terlindas waktu tak bisa diubah. Bertabrakan menjadi sangat aduhai jika terjadi di bandara, dalam posisi lari mengejar wanita yang sama. Ini masa lalu, ini masa kini. Lantas masa depan apa yang lebih menawan untuk dijalani? Harga yang mesti dibayar demi kemajuan peradaban kita adalah hilangnya kebahagiaan melalui pemuncakan rasa bersalah.

“Jika tertinggal taksi, kau bisa menunggu yang berikutnya. Tapi jika kehilangan seseorang, maka sampai situ aja. Aku akan merindukanmu…”

#7. Yuni Kamila Andini

Menyenangkan menyimak puisi dalam bentuk visual audio. Puisi itu menjelma filosofi yang samar-samar dalam benak semua orang jadi beberapa baris kalimat ringkas yang bermakna, bermanfaat, dan siap dipraktikkan. Film ini, dalam pengandaianku seolah menggambar menggunakan angka-angka, rumit sekaligus seru. Pridom abis!

“Perempuan harus mahir di dapur, di kasur, dan pakai pupur…”

#6. Last Night in SohoEdgar Wright

Tentang gadis desa Cornwall yang melanjutkan sekolah design ke kota London untuk meraih impian. Memiliki masalah mental sering melihat penampakan, ditinggal ibunya bunuh diri sejak usia tujuh tahun. Dibesarkan dengan kasih sayang nenek. Dengan sering wanti-wanti untuk jaga diri, waspada di kota besar banyak setannya, selalu menghubungi rutin, dst. Terdengar klasik? Ya, tapi film menjelma gila saat hantu-hantu manusia tanpa wajah tahun 1960-an bermunculan, dan penyelidikan membuahkan kejutan.  

“A murder in the past. A mystery in the future.”

#5. EternalsChloe Zhao

Dengan segala hormat, kali ini Marvel benar-benar menaikkan tensi ke area dimensi tak berbatas. Melintas semesta, jangkauannya sudah bukan New York lagi, dramanya bukan sekadar Bumi dengan segala isinya, kali ini menantang Sang Pencipta. Hitungannya bukan tahun, atau bulan, tapi sudah abad. Itupun ribuan abad lampau. Para penjaga bumi mendapati tugas berat setelah tahu bahwa misinya kini malah tak memihak penghuninya. Dilema kesetiaan pada sang pencipta, ataukah melawan tangguh untuk kelangsungan umat?

“Jika kau mencintai sesuatu, kau melindunginya. Itu hal yang paling alami di dunia.”

#4. The Power of the DogJane Campion

Luar biasa. Jangan remehkan orang yang terlihat lemah. Kita tak tahu apa potensi yang bisa dikembangkan, air yang tenang lebih berbahaya ketimbang riak alir berisik. Ini film keluarga, bagaimana bertahan hidup di tengah teriknya mentari di rumah peternakan. Isu-isu berkembang lewat hembusan angin. Pohon-pohon jadi saksi perbuatanmu. Beberapa hal mungkin perlu disangkal, tapi buat apa.

“Selamatkan jiwaku dari pedang, dari cengkeraman anjing-anjing.”

#3. King RichardReinaldo Marcus Green

Ayah selalu mencintai anak perempuannya lebih daripada ibunya. Bikin film biografi tuh seperti ini, sodorkan hal-hal yang tak diketahui khalayak umum. Aduk emosi penonton dengan curang. Kalau diberi buku tulis, jangan menulis mengikuti garis, bikinlah tulisan miring, kalau perlu bukunya dibalik, kertanya disobek-sobek, lalu tulisannya dipecah, sehingga pembaca tak langsung paham. King Richard benar-benar mengaduk-aduk emosi. Salut. Bisa-bisanya Will Smith menemukan naskah cerita sekeren ini.

“Kau akan menjadi yang terhebat sepanjang masa. Bagaimana ayah tahu? Karena ayah sudah merencanakannya.”

#2. The Worst Person in the World Joachim Trier

Ini jelas bukan film yang sekadar Oke, ini film adalah luar biasa. Seusai nonton seperti ada rasa yang mengganjal, ada yang meresahkan, tapi yang meresahkan itu memang sudah berlalu. Ya seperti waktu, kita sudah menjalani, lantas kita merasa ada yang salah di masa lalu, keputusan-keputusan dan tindakan kita salah, seperti kejahatan atau perbuatan yang menyakitkan orang lain yang terlanjur dilakukan. Namun rasa itu terdistorsi, seolah gumam, “ya mau gmana lagi? Setiap perbuatan ada konsekuensinya.” Nah seperti itulah perasaan saat credit title muncul, ada efek yang menggelenyar setelahnya, penonton tak dibiarkan tenang, penonton bahkan kena beban, seolah merasa kasih andil kesalahan, feminism kebablasan? Ataukah egoism yang membuncah? Film ditutup menimbulkan perasaan kacau, saya merasa seolah-olah turut melakukan kejahatan.

“Aku benci mendengarnya, tapi bisakah kau bilang bahwa aku akan menjadi ibu yang baik?”

#1. Drive My CarRyusuke Hamaguchi

Perbuatan selalu lebih banyak pengaruhnya daripada kata-kata, tapi bagaimana kalau kata-kata itu dialirkan dalam rengkuhan penuh cinta seolah langsung ditancapkan ke dalam pikiran? Kebenaran itu mengalir deras, dan ia menginginkan seluruhnya. Pengaruhnya tentu begitu tinggi, hingga hak-hak kita diabaikan dengan sukarela. Drive my Car adalah film dengan penerungan mendalam. Kata-kata dipilah dan dipilih sehingga penuh intimidasi tersirat. kata-kata membuncah, digurat dengan pena tajam, dipikirkan dengan sungguh-sungguh. Disajikan dalam mangkuk emas, citarasa sinema tiada dua.

“Jika aku hidup normal, mungkin aku akan jadi Schopenhauer atau Dostoevsky yang lain.”

Karawang, 310321 – Eagles – Hotel California

Happy Birthday Winda Luthfi Isnaini 16 tahun.

14 Best Books 2021 – Fiksi/Lokal

Kekayaan, kedudukan, kekuasaan, kepandaian, dapat mematikan rasa. Mati rasa berarti hilang kemanusiaan kita. Hidup ialah bagaimana kita merasakan sesuatu. Bukan bagaimana kita memiliki kemewahan, kekuasaan, kekayaan.” – Pasar, Kuntowijoyo

Tahun 2021 setelah dipertimbangkan lebih masak, untuk fiksi saya pecah lokal/terjemahan sahaja sebab terjemahan terlalu dominan. Total fiksi lokal kubaca 49 buku. Kupadatkan jadi 14 seperti biasa. Sebuah kebetulan, yang terbaik buku terbitan tahun lalu. Dan secara kebetulan pula, pas daftar ini kupos di instagram, muncul info buku nomor satu masuk daftar pendek buku Prosa Tempo 2021.

Berikut daftar buku non-fiksi terbaik yang kubaca tahun 2021 versi LBP – Lazione Budy Poncowirejo:

#14. Kuda Kayu Bersayap by Yanusa Nugroho (Tiga Serangkai) – 2004

Ini adalah buku beli yang acak, artinya saya tak mengenal sang Penulis, yang ternyata sudah melalangbuana di banyak media, penulis senior yang katanya, sesuai pembuka pengantar penerbit: Ngerokok. Ngopi. Ngarang. Perjudian menikmati karya ‘asing’ seperti ini memang jarang membuahkan hasil Ok, jelas ini adalah daftar sedikit itu. Cocok seperti yang dibilang sama Bung Yanusa, “Menulis, sebagaimana halnya makan dan minum, adalah kebutuhan. Kebutuhan untuk mengungkap sesuatu…”

#13. Revolusi Nuklir by Eko Damono (Basa Basi) – 2021

Lelah, tapi puas. 22 cerpen dalam buku kecil 200 halaman. Sebagian sudah diterbitkan di media, sebagian besarnya belum. Semua yang berkisah di masa depan tampak kurang, atau kalau mau jujur tampak aneh. Burung besi berkisah, pohon android, dst. Semua yang dikisahkan di perjalanan gunung, tampak nostalgia. Ibadah puisi di Rinjani, petualang sekual Apocalyto, dst. Semua yang dikisahkan secara flashback tampak nyata, atau nyata yang dimodifikasi. Telinga putus, pacar yang hamil berencana memberi kejutan yang malah mengejutkan, hotel Kurt Cobain, dst.

“Di dunia ini terlalu banyak serba kemungkinan, dan kita dipaksa untuk meneruskan hidup.”

#12. Pseudonim by Daniel Mahendra (Grasindo) – 2016

Menulis cerita itu sulit. Ralat, menulis cerita bagus itu sulit. Ralat lagi, menulis cerita bagus itu sulit banget. Nah, kira-kira gitulah. Jangankan novel, cerpen yang jumlah kata lebih sedikit, dan sewajarnya tak butuh waktu lama, butuh pemikiran tajam karena jelas memuaskan semua pembaca itu mustahil. Cerita bagus tak mutlak, tergantung banyak faktor. Salah satunya tentu saja selera, ya kalau ngomongin selera bakalan ke mana-mana tak ada titik temu. Maka memang jalan terbaik adalah ngalir sesuai kemampuan penulis, setiap karya ada segmen pasarnya, setiap karya akan menemukan pembacanya sendiri.

“Tapi untuk itu pun tetap butuh dana, ‘kan?”

#11. Luka Batu by Komang Adnyana (Mahima Institute Indonesia) – 2020

Kisahnya berkutat di Bali, tempat sang penulis tinggal dan dibesarkan. Kebanyakan dari kita memang paling nyaman menulis tentang hidup kita dan sekeliling kita, jadi seolah dituturkan langsung dari pengalaman hidup. Relevan dan masuk akal, sebab akan tampak aneh dan tak berlogika jika kita yang lahir dan besar di Indonesia bercerita tentang dinginnya salju negeri Swiss.

“Kuatkan dirimu. Semoga mereka mendapat hukuman yang sesuai.”

#10. Bunga Kayu Manis by Nurul Hanafi (JBS) – 2021

Bunga Kayu Manis menawarkan jenis keindahan kata-kata (atau di sini berarti tulisan), dipilih dan dipilah dengan mujarab oleh Bung Nurul Hanafi. Beberapa bagian mungkin tampak terlampau lebai, atau ngapain melihat senja dari jembatan saja melankolis, itukan hal yang lumrah tak ada yang istimewa dari matahari jelang terbenam, umpamanya. Namun memang itulah keunggulan kata-kata, banyak hal dicipta berlebihan, dan terasa sentimental. Memang mudah tersentuh saat kita bicara kenangan, angan dalam kepala tentang masa lalu, setiap orang beda-beda, dan semakian mendayu, semakin terasa feel-nya.

“Hujan terlalu larut dan luka.”

#9. Damar Kambang by Muna Masyari (KPG) – 2020

Pembukanya fantastic. Seorang istri yang ngalah, legowo atas apapun keputusan suami. Dengan setting Madura, terkenal dengan adu karavan sapi dengan festival Gubeng sebagai puncaknya. Seorang suami gemar berjudi, memertaruhkan segalanya. Kemenangan/kekalahan timbul tenggelam bersama waktu. Apa yang dipertaruh berbagai hal, berbagai jenis; motor, sapi, emas, tegalan, dan pada puncaknya adalah rumah dengan segala isinya. Narasi pembuka membuat kuduk berdiri sebab sang suami kalah, dan Si Buntung berhasil membalas, ia beserta ‘dukun;’-nya datang mengambil piala kemenangan. Dahsyat bukan? Pembuka yang memesona sejenis ini biasanya langsung menegakkan punggung dan memancing konsentrasi berlebih guna terus berkutat mengikuti cerita, banyak yang tumbang gagal memertahankan tempo, sedikit yang berhasil hingga garis finish. Damar Kambang termasuk yang sedikit itu, walaupun sesekali temponya memang harus sedikit teredam. Aku baca sekali duduk di Jumat pagi yang cerah. Untungnya, suami-istri di pembuka ini identitasnya tak dikuak, fakta ini akan jadi semacam tautan yang ditaruh di tengah kecamuk adu sihir. Perhatikan sahaja, buku yang berhasil salah satu faktornya para tokoh memiliki motif yang kuat untuk mengambil tindakan, tindakan dijalankan dengan logika dasar. Tak perlu muluk-muluk, tak perlu ndakik-ndakik.

“Orangtua memang harus selalu dibenarkan ya.”

#8. Segala yang Diisap Langit by Pinto Anugrah (Bentang Pustaka) – 2021

Ringkas nan memikat. Hanya seratusan halaman, kubaca hanya sejam sekali duduk selama satu setengah jam pada Sabtu, 16 Oktober 2021 selepas Subuh. Langsung ke poin-poin apa yang hendak dituturkan. Tentang Islamisasi di tanah Sumatra di masa Tuanku Imam Bonjol. Mengambil sudut pandang sebuah keluarga lokal yang kalah dan tersingkir. Segalanya jelas, tapi akan mencipta keberpihakan abu-abu.

“Tatapanmu, tatapan pesimis dan penuh amarah! Tidak baik memelihara tatapan seperti itu! Setan-setan akan senang di dalamnya, mereka akan berpesta pora di matamu!”

#7. Jatisaba by Ramadya Akmal (Grasindo) – 2017

Bagus. Ini adalah novel kedua Ramayda Akmal yang kubaca setelah Tango dan Sadimin yang luar biasa itu. Cerita masih berkutat dalam realita muram kehidupan kampung dengan segala problematikanya. Kali mengangkat isu pemilihan kepala desa, buruh migran, dan kenangan masa kecil yang menguar mengancam. Dedikasi akan kampung halaman bisa dengan berbagai macam cara, tapi merenggut para pemudi untuk diangkut ke negeri seberang dengan berbagai iming-iming, dan tahu bakalan amburadul, jelas bukan dedikasi yang laik ditiru. Sayangnya, ini bukan isapan fiksi belaka.

“Kau selalu meminta yang tak mungkin ketika seluruh kemungkinan di dunia ini aku persembahkan kepadamu.”

#6. Melipat Jarak by Sapardi Djoko Damono (GPU) – 2015

Begini rasanya membacai puisi bagus tuh. Sebelum-sebelumnya sulit masuk atau ngawang-awang, atau tak tentu arah. Dalam Melipat Jarak, yang dominan adalah narasi. Bukan per bait yang rumit. Kata-katanya juga umum, temanya sederhana, tapi pilihan katanya mewah. Singkatnya, enak dibaca. Mau nyaring atau rilih, sama nyamannya. Beginilah puisi sejatinya dicipta. Buku ini berisi 75 sajak yang dipilih oleh Hasif Amini dan Sapardi Djoko Damono dari buku-buku puisi yang terbit antara 1998-2015 yakni Arloji, Ayat-ayat Api, Ada Berita Apa Hari ini, Den Sastro?, Mata Jendela, Kolam, Namaku Sita, Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita, dan Babad Batu. Oh, ternyata ini sejenis album terbaik terbaik, atau kalau CD/ kaset The Best of The Best-nya. Versi kedua setelah sebelumnya sudah pernah dibuat dalam rentang, 1959-1994 yang termaktup dalam buku Hujan Bulan Juni yang pertama terbit 1994.

Tiga Sajak Kecil: “Mau ke mana, Wuk?” / “ke Selatan situ.” / “Mau apa, Wuk?” / “Menangkap kupu-kupu.”

#5. Puisi Baru by Sutan Takdir Alisjahbana (Dian Rakyat) – 1946

Ini adalah kumpulan puisi dari masa lalu. Pertama terbit tahun 1946, pasca Indonesia merdeka. Yang kubaca adalah cetakan ke-10, 1996 sehingga banyak pula tambahan puisi-puisi di era Revolusi. Yang jelas, Sutan Takdir Alisjahbana memilih dan memilahnya dengan jitu. Campuran gaya dan jenis syairnya. Terlihat klasik, daftar isi ada di muka kanan seperti membaca buku-buku Arab. Terdiri 19 penyair, termasuk Sang Penulis. Benar-benar buku bagus, bisa jadi langka ini sebab puisi-puisi lama (di sini disebut baru) ini akan sulit dicari nantinya. Termasuk beruntung bisa menikmatinya di era digital yang serba wuuuz…

Ah, dunia! Dunia! / Saya pusing di atas kau. / Adakah sudah suratan saya / Akan selalu menghimbau-himbau?Betapa Seni, OR. Mandank

#4. Kritikus Adinan by Budi Darma (Bentang) – 2017

Ini adalah buku kedua Bung Budi Darma yang kubaca setelah Rafillus yang absurd itu. Langsung jadi penulis idola, tampak unik dan luar biasa aneh. Kumpulan cerpen ini sama absurd-nya dengan Rafillus, tokoh-tokohnya tak biasa. Nama-nama juga nyeleneh. Dilengkapi ilustrasi ciamik di tiap cerita, rasanya memang pantas kukasih nilai sempurna.

Rasanya buku-buku Bung Budi Darma hanya masalah waktu untuk dikoleksi, salah satu penulis besar tanah air. Apalagi kabar terbaru buku Orang-Orang Bloomington kini sudah duterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Penguins. Orang Indonesia pertama yang berhasil melakukannya. Kritikus Adinan rasanya hanya masalah waktu pula untuk menyejajarkan diri.

“Dengan mendadak kamu mengunjungi saya, Malaikat. Apa sebenarnya dosa saya? Sejak kecil saya selalu berusaha berbuat baik.”

#3. Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan oleh Raudal Tanjung Banua

Menakjubkan! Ya, itulah komentarku seusai membacai. Campur aduk perasaan, dijabarkan dengan sabar, disajikan dengan istimewa. Cerita-cerita masa kecil dari orangtua, paman sampai neneknya, kita melangkah lanjut ke tema-tema masa lalu yang lebih umum, menorehkan kenangan. Menulis tentang masa lalu, sekali lagi kubilang sungguh aktual. Dan lebih mudah diimajinasikan. Sungguh nyaman, asyik sekali diikuti, seolah membacai memoar, menelisik nostalgia.

“Sering-seringlah memandang Bukit Talau. Banyak gunanya. Melihat awan, meninjau hujan.”

#2. Pasar by Kuntowijoyo (Mataangin) – 1995 *

Novel dengan penggambaran detail mengagumkan. Mencerita apa adanya keadaan pasar dan par penghuninya. Sejatinya setting hanya satu tempat dari mula sampai jelang akhir. Pasar dan situasi yang ada. Orang-orangnya juga itu-itu saja, berkutat melelahkan. Pada dasarnya menggambarkan sifat manusia yang mengingin nyaman, ketika terusik maka ia marah, dan saat keinginan-keinginan tak terkabul, jadi petaka. Minim konflik tapi sungguh menohok saat masalah itu dilemparkan ke pembaca.

“Kalau macan mati meninggalkan belang, Pak Mantri mati meninggalkan tembang.”

#1. Anwar Tohari Mencari Mati by Mahfud Ikhwan (Marjin Kiri) – 2021

Berkelas. Bagus sekali. Rentetan katanya menyemburkan degub khawatir dan caci maki kepuasan. Dalam puncak ketegangan, saya benar-benar menikmati adu jurus di atas jembatan itu. Setidaknya tiga kali pada bab pertarungan kusela tepuk tangan dan kepal tangan. Bravo! Cerita-cerita pun mengalir dahsyat, dan saya hampir mengeluarkan HP buat kubaca rekam. Mungkin akan kulakukan nanti pas baca ulang. Bergaul dengan Warto Kemplung membuatku berlajar seni bercerita. Senyumnya bagai sambaran kilat, dan berhasil memainkan tempo.

“Orang-orang dari masa lalu ini memang benar-benar berkomplot untuk membingungkanku.”

Panjang umur kesehatan, panjang umur keuangan. Semoga tahun ini bisa lebih banyak lagi karya lokal yang kunikmati, bisa lebih nyaman, enak, dan berkembang. Panjang umur para penulis lokal, dedikasi kalian untuk literasi Indonesia patut diapresiasi.

Karawang, 100122 – Sammy Davis Jr. – Dedicated to You

14 Best Books 2021 – Non Fiksi

Tahun baru, pas tanggal 1 kemarin dapat twit bagus. Kukutip kata-kata Dea Anugrah di twitter, “Suka baca fiksi oke, nonfiksi juga oke. Baca apa aja boleh. Kalau nggak suka baca, ya, nggak apa-apa. Rajin baca belum tentu pintar, malas baca belum tentu nyebelin. Yang penting jangan nyebelin.”

Tahun 2021 saya membaca 31 buku non-fiksi. Menikmati ngalir sahaja, tak ada target, tak ada pemisahan genre, tak ada pilih pilah lokal/terjemahan, tak perlu pula pusing isinya perlu atau tidaknya. Menikmati buku tuh, ngalir saja, tak usah dipeta-petakan. Makanya kutu buku melakukan book shaming, rasanya geregetan deh. Kalau itu nyaman, dan tak mengganggu kamu, udah sih jangan julid.

Susunannya sama seperti tahun lalu. Judul buku, ditulis oleh, penerbit, lalu tahun pertama buku ini diterbitkan (bukan tahun terjemahan/cetak ulang), tapi kalau terjemahan tidak mencantum sumber tahunnya maka ya yang ada di identitas aja yang kutaruh. 31 satu tuh sepertiga dari total fiksi yang kulahap. Berikut daftar buku non-fiksi terbaik yang kubaca tahun 2021 versi LBP – Lazione Budy Poncowirejo:

#14. Menumis itu Gampang, Menulis Tidak by Mahfud Ikhwan (Mojok) – 2021

Jangan bosan, saya memasukkan nama Cak Mahfud di daftar terbaik sebab memang sudah dapat cap jaminan mutu buku-buku beliau.
Melihat ilustrasi bukunya saja sudah bikin males, tiga pose santuy, rebahan dalam kebosanan. Dan warna kuning, jersey Malaysia yang mengesalkan itu. Banyak hal mewakili pengalamanku sendiri, otomatis banyak hal pula menjadikannya ironi hidup. Sepakbola, buku, Muhammadyah, resign di tahun 2009, males keluar rumah (apapun modanya), kopi melimpah dst. Lazio, Chelsea, La Coruna rasanya hanya tim gurem yang tak ada apa-apanya dalam sejarah Eropa dibanding gelimah gelar AC Milan, Liverpool, dan eehhheemmm Madrid. Saya benar-benar mencintai bola lebih belakangan, baru di Piala Dunia 1998 kala Italia bersama aksi Vieri-nya. Sepakat sekali segala apa yang dikisah panjang lebar dalam ‘Menunggu”, yang menyata bahwa kecintaan pada permainan ini sungguh absurd.

Walau terkesan sombong, seperti yang terlihat dalam wawancara di Youtube, “saya punya buku baru lagi…”

#13. Sosiologi by Dr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H. (Penerbit Alumni) –1981

Efek sebuah buku bisa sangat panjang. Saya menikmati sekali buku Prof Priono yang mengulas sejak terjang Anthony Giddens, mengupas kulitnya saja tentang sosiologi. Nah, dari situlah saya menelusuri banyak buku terkait. Ini salah satu gema sosiologi tersebut. Buku ini memperkenalkan sosiologi pengantar dengan peringatan bahwa pandangan falsafah terentu mempunyai pengaruh terhadap pengertian dan persespsi terhadap gejala sosial yang terjadi.

Sosiologi berarti Ilmu pengetahuan tentang hidup bersama, yang dibicarakan di sini adalah sebuah ilmu pengetahuan, artinya pelajaran yang memenuhi semua persayaratan.

Filsafat Pancasila, “Ora sanak ora kadang jen mati melu kelangan” artinya bukan sanak bukan saudara kalau mati ikut kehilangan.

#12. Think Like a Freaks by Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner (Noura) –2015

Berpikir seperti orang aneh, berarti berpikir kecil, tidak besar. Tentang pikiran kritis akan masalah aktual dunia saat ini dilihat dari kacamata orang aneh, orang yang beda. Pemecahannya juga aneh, walau saat ditelaah lebih dalam terlihat malah sungguh sederhana. Contoh, injeksi kotoran manusia untuk pengobatan. Itu hal yang terdengar ganjil, tapi saat ditelaah ternyata bisa dan ada. Atau pemikirannya untuk berhenti protes pemanasan global sebab menipisnya lapisan ozon. Karena percuma. Berani menentang arus. Berpikir seperti orang aneh itu cukup sederhana sehingga siapapun dapat melakukannya. Yang mengherankan, sedikit sekali yang melakukannya.

Roy Porter pada tahun 1997 menjelaskan, “Kita hidup pasa zaman sains. Tetapi sains tidak menghapus fantasi tentang kesehatan. stigma penyakit, makna moral kedokteran terus ada.”

#11. Sang Belas Kasih by Haidar Bagir (Mizan) – 2021

Keren. Itulah kata pertama yang kuucap seusai menuntaskan 200 halaman. Mungkin karena jarang baca buku-buku agama, apalagi terjemahan langsung isi Al Quran, maka yang saya dapat adalah sesuatu yang fresh. Enak sekali pembahasannya. Runut dan nyaman. Jadi tahu seluk beluk kandungan di dalamnya. Selama ini baca Al Quran ya baca saja Arabnya. Sesekali baca terjemahannya, tapi sungguh sangat jarang. Bahasanya yang puitis dan bernada, tak mudah dipahami. Dan ini, per katanya dibedah. Ini adalah buku tafsir surah Al Quran pertama yang tuntas kubaca.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Segala sesuatu memiliki pengantin, dan pengantinnya Al-Quran adalah surah Al-Rahman.”

#10. Mencari Setangkai Daun Surga by Anton Kurnia (IRCiS0D) – 2016

Kumpulan esai dengan banyak tema, diambil dari berbagai sumber yang pernah muncul di media dari pertama muncul sampai update buku ini dicetak tahun 2016. Variasi tema: sastra, politik, budaya, sampai olahraga. Bagian olahraga mungkin yang paling kurang, tak dalam. Bicara Piala Dunia yang dituturkan khas tabloid Bola, umum dan tak personal. Bagian sastra yang luar biasa, memang spesialisasi beliau di sastra, maka tampak ditulis dengan menggebu dan nyaman dinikmati.

Tugas seorang penulis adalah menyuarakan pembelaan terhadap mereka yang tertindas di bagian dunia mana pun, itu tercermin dalam karya-karyanya. – Nadine Goldminer

#9. Tasawuf dipuja Tasawuf Dibenci (editor) by Mukhlis, S.Pd.I., M.Ag; dkk (Genta Press) –2008

Sejak membaca Dunia Mistik dalam Islam karya Anmimarie Schimmel saya jatuh hati dengan tema tasawuf. Maka setiap muncul di beranda sosmed ada yang jualan, dan harga terjangkau langsung kuambil. Ini adalah salah satunya, dan ternyata sangat bagus. Semakin asyik dan syahdu terendam capaian spiritual. Ada dua nama sufi yang semakin kucinta di sini, Al-Ghazali dan Ibn ‘Arabi. Tasawuf mulai abad 3-4 mulai ada dua model kecenderungan dalam penghayatan dan pengamalan tasawuf. Pertama, aliran tasawuf akhlaqi (tasawuf sunni) yang mengklaim penganutnya paling konsisten dalam usaha memagari tasawuf dengan Al-Quran dan Sunnah serta mengkaitkan keadaan dan tingakatn rohaniyah mereka dengan keduanya. Sufi paling terkenal adalah Al-Ghazali. Kedua, aliran tasawuf semi-filosofis, yang pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan ganjil (syathahiyyat) serta bertolak dari keadaan fana’ menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan (hulul). Sufi yang terkenal adalah Ibn ‘Arabi.

#8. Semesta Murakami by John Wray, dkk (Odise) –2021

Terdiri atas tujuh cerita, plus satu pengantar dari Cep Subhan KM. menyenangkan sekali menyaksi Penulis favorit menjalani hari-harinya, ditulis dengan gaya santai dalam bentuk esai dan wawancara. Sebagian besar mungkin sudah sungguh familiar, atau karena berkali-kali dibaca, sekadar pengulangan, tapi mayoritas memang hal-hal asyik. Seperti proses kreatif menulisnya, sudah sering kubaca; bagaimana ia menulis dalam bermimpi, dan dalam daya imaji, itu adalah kegiatan mimpi yang bisa dilanjutkan. Atau bagaimana adegan drama yang memberinya ilham di lapangan olahraga dalam momen ‘eureka’ Saya bisa menulis, atau di bagian familiar hampir semua jagoannya menderita.

“Untuk menulis novel yang panjang, diperlukan setidaknya satu tahun dengan tingkat konsentrasi dan semangat tinggi.”

#7. Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang by Dale Carnegie (Gunung Jati) – 1979

Buku self-improvement yang luar biasa. Salah satu yang terbaik yang pernah kubaca. Sangat inspiratif dan menggugah. Tips-tips jitu, sebenarnya beberapa sudah kupraktekkan, terutama saat konseling karyawan, tapi dengan mambaca buku, saya mendapat teori yang lebih pas. Betapa menghargai orang lain itu sangat amat penting. Orang suka ditanyai pendapatnya dan gagasan-gagasannya.

Shakespeare mengatakan, “Yang baik dan buruk, semua itu semata-mata ditentukan oleh pikiran dan gagasan belaka.”

#6. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer by Jujun S. Suriasumantri (Sinar Harapan) – 2005

Kubaca santai sejak bulan September tahun lalu, setelah dengan terjal mencoba tuntaskan, akhirnya selesai juga. Sempat menghantuiku berbulan-bulan, sebab saat itu menemukan pengetahuan yang tak lazim tentang filsafat. Jelas buku ini memesona sekali, terutama separuh awal, tema serius disampaikan fun, dengan gambar-gambar lucu dan potongan kutip filsuf dari berbagai era. Sempat pula kubilang, wow. Ini ditulis oleh Penulis lokal, penuh gaya dan akrobat kata yang disodorkan luar biasa nyaman. Belajar filsafat tak melulu pening.

Einstein: “Ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh… mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hifup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita?”

#5. Civilization and Its Discontents by Sigmund Freud (Octopus; Immortal) –1979

Di akhir merasa ada ganjalan, pemaknaan hidup yang luas dan fakta-fakta yang disodorkan memang mencipta bimbang. Freud memang hebat kala memainkan pikiran, dan Civilization and Its Discontents jelas sukses besar mencipta riak kegelisahan.

“Keindahan, kebersihan, dan keteraturan jelas menduduki posisi istimewa di antara syarat-syarat yang dibutuhkan peradaban.”

#4. Cinta Bagai Anggur by Syaikh Muzaffer Ozak (PICT) –1987

Buku teragung di alam dunia ini adalah hidup ini sendiri. Baca, baca, bacalah, dan ulangi sekali lagi. masa lampaumu adalah bagian terbesar dari buku itu. Buku-buku Tasawuf memang sedang gandrung kubaca, efek menikmati Dimensi Mistik dalam Islam-nya Annemarie Schimmel. Nah, kali ini kita ke seberang Benua. Di Amerika yang asing, seorang guru sufi Syaikh Muzaffer Ozak. Nama asing bagi yang tak mendalami genre ini, tapi ia memang pahlawan sebar Islam di dunia Barat. Bila seseorang benar-benar mencintai Tuhannya, maka Dia akan menuntun tiap episode kehidupan si hamba menjadi semakin dekat pada-Nya, melalui jalan-jalan yang tidak pernah terduga sebelumnya.

“Bersihkan mukamu, dan jangan sibuk menyalahkan cermin.”

#3. Zarathursta by Frederick N (Narasi) –1977

Buku yang luar biasa (membingungkan). Kubaca ditanggal 1 Januari di rumah Greenvil sebagai pembuka tahun, di tengah mulai kehilangan arah (bosan dan mumet), maka kuselipkan bacaan-bacaan lain yang setelah bulan berganti kuhitung ada 9 buku, tapi tetap target baca kelar buku ini di bulan Januari terpenuhi tepat di tanggal 31 di lantai 1 Blok H, walau tersendat dan sungguh bukan bacaan yang tepat dikala pikiran mumet. Awal tahun ini banyak masalah di tempat kerja, pandemik harus ini itu, aturan baru semakin meluap, dan tindakan-tindakan harus diambil. Di rumah, lagi mumet urusan buku yang menggunung. Maka lengkap sudah Sang Nabi menambah kesyahduan hidup ini dengan sabda aneh nan rumitnya. Tuhan adalah sebuah dugaan, tetapi aku ingin dugaan kealian tidak lebih kuat dari kehendak cipta kalian.

“Kita adalah realis komplit dan tanpa kepercayaan atau takhayul.”

#2. Eichmann in Yerusalem by Hannah Arendt (Pustaka Pelajar) – 2012

Buku yang sangat kueeereeeen. Salah satu buku non-fiksi terbaik yang pernah kubaca. Kisahnya berliku. Walau intinya satu, pengadilan Adolf Eichmann yang berakhir dengan hukum gantung. Pengadilan Jerusalem ini dikupas tuntas, ditelusur dari awal mula proses ini menemukan kik, bahkan ditarik mundur terlampau jauh di mana tersangka lahir dan tumbuh kembang.

“Setelah beberapa saat ini, Tuan-tuan kita akan bertemu kembali. Demikianlah nasib semua orang. Hidup Jerman! Hidup Argentina! Hidup Austria! Aku tidak akan melupakan mereka.”

#1. Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat by Cindy Adams (Medpress) – 1965

Bagi Bung Karno, biografi ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap Sukarni maupun terhadap Indonesia (oleh masyarakat dunia). Buku yang sangat bagus, salah satu biografi terbaik yang pernah kubaca. Begini seharusnya sebuah pengakuan dibuat, ditulis oleh Penulis lain, dengan melakukan penuturan kisah hidupnya. “Ini adalah pekerjaan yang sulit bagiku. Sebuah otobiografi tak berbeda dengan pembedahan mental. Sangat sakit, melepas plester pembalut luka-luka dari ingatan seseorang dan membuka luka-luka itu – banyak di antaranya yang mulai sembuh – terasa perih…”

Yup, yang penting jangan nyebelin.

Karawang, 040122 – John Coltrane – Tanganyika Strut

Best Films 2020

Karena aku pun menari-nari

Dan minum dan bernyanyi

Sampai sebuah tangan tak bermata

Meremukkan sayapku

William Blake, Songs of Experience “The Fly”, Stanza 1-3 (1795)

Tahun yang berat dan sungguh aneh. Pandemi berlangsung dan lama, hingga kini. Oscar mundur ke April, secara otomatis daftar terbaik mundur 2 bulan pula. Setelah kejar sana-sini, akhirnya saya susun film terbaik 2020. Tanpa film lokal sebab sepanjang diumumkan kasus pertama Corona, saya otomatis tak ke bioskop.

Dari remaja melakukan aborsi sampai jiwa yang melayang di dunia antara, dari manusia tak terlihat yang mendendam sampai wanita muda yang mendendam, dari film berisi obrolan sepanjang samudra dari Amerika ke Eropa sampai lelaki tua yang tersingkir, dari sapi istimewa yang didatangkan sampai satu malam di hotel ngegoliam, dari deklamasi puisi dalam kunjungan ke calon mertua sampai proses rekaman jazz. Inilah film-film terbaik 2020 versi LBP (Lazione Budy Poncowirejo):

#14. Never Rarely Sometimes AlwaysEliza Hittman

Inilah film sedih dengan kemuraman akut menyelingkupi, sepanjang menit, sepanjang kisah, selama satu setengah jam yang muram. Proses pendewasaan manusia. Tumbuh besar itu pasti, tapi tak otomatis menjadi dewasa. Ada yang lebih cepat terutama kaum perempuan, dan kisah dalam Never Rarely Sometimes Always menampilkan sosok remaja yang harus mengambil keputusan penting kala seharusnya masih menikmati masa-masa menyenangkan di dunia pendidikan. Hamil di luar nikah, bersama temannya berkelana ke kota asing untuk melakukan aborsi. Lihat dunia yang sesak, hal-hal yang sejatinya damai menjelma sesak dan penuh keabu-abuan. Alur berat, aborsi. Ini masalah yang mencipta gema kolektif.

Your partner has threatened or frightened you. Never? Rarely? Sometimes? Always?”

#13. Promising Young WomanEmerald Fennell

Tidak ada perselisihan tentang rasa dan merasakan. Ini adalah film komedi, tapi ternyata tawa itu pahit. Ini film thriller, tapi ketegangannya merajah mual, ini film drama romantis, ah ga juga. Adegan pembunuhannya menampar roman indah para pujangga. Ini jelas kisah yang kompleks, aduhai sampai menang Oscar. Tepuk tangan untuk kelihaian plotnya. Menakjubkan, rentetan kepedihan menguar sampai menit akhir, bahkan setelah layar ditutup saya tak tahu mau bilang apa. Tema yang ditawarkan adalah dendam yang disimpan, lalu direncana dibalaskan dengan kesabaran tinggi dan gaya jungkir balik. Endingnya mungkin membuat shock, tak selancar itu tatanan rencana yang dibuat. Menohok dengan keras para penikmat happy ending Disney. Semua itu menyembur dari kalian bagaikan sebersit api dalam kegilaan balas dendam. Dan bilamana mereka menyebut diri manusia benar, hhhmmm… bagaimana ya menyebutkan, sederhananya takdir mencoba senyum dalam, yang baik dan yang adil.

Aku memaafkanmu.”

#12. Invisible ManLeigh Whannell

Dengan hanya mengenal Elizabeth Moss, saya benar-benar menikmati segala kejutan itu. Nyaman sekali, enak sekali, tanpa kena bocoran. Ga tahu cast and crew dibaliknya selain Moss, mencipta daya ledak luar biasa. Gabungan horror untuk musuh yang tak terlihat, sci-fi untuk temuan jubah gaib-nya, sampai thriller penuh ketegangan. Setiap detik begitu berharga, setiap helaan napas menjadi begitu mencekam karena musuh tak terlihat! Bisa dimana saja, bisa di pojok ruangan mengamati kita, bisa di kolong meja, menghitung kuman di jari kaki kita, bisa juga menatap tembok, hening. Sebuah pilihan tak terduga bisa dicipta setiap saat.

He said that whatever I went, he would find me, walk right up to me, and I’m wouldn’t be able to see him.”

#11. SoulPete Docter

Kehidupan setelah kematian yang diselimuti jazz, impian yang kandas karena ‘kematian’ mendadak lalu berhasil mengelabuhi malaikat maut sehingga muncul kesempatan bangkit dari dunia antara. Tema yang sangat berat, memainkan dunia gaib, dunia antah. Disampaikan dengan fun karena warna-warni animasinya benar-benar istimewa.

A Spark isn’t a soul’s purpose. Oh, you mentor and your passions. Your ‘purpose’. Your ‘meaning of life’. So basic.”

#10. Let Them All TalkSteven Soderbergh

Dia yang tersesat dari kita, kecuali mereka yang berdiri cukup diam untuk mendengarkan. Isinya orang ngobrol di atas kapal dari awal sampai menit menyisakan belasan. Ini adalah kisah yang mengedepankan kekuatan akting dan improvisasi. Para aktor diberi keleluasaan berbicara, naskahnya hanya memberi garis besar (30%, sisanya improvisasi). Lalu membiarkan mereka berbicara sesuka dan semenarik mungkin.

Kuharap kamu tidak kecewa, yang penting kamu sudah mencoba, mencoba adalah segalanya. Jika kamu tak mencoba, kamu tak akan tahu resikonya.”

#9. The Father Florian Zeller

Pikun di usia senja, melupakan banyak hal. Orangtua yang tinggal sama anaknya di apartemen, menjadi beban karena sang anak mau melalangbuana ke negeri jauh. Nasib, ingatan menjadi hal yang sangat penting, menjaganya, membuatnya tetap hidup saat usia tak lagi muda. Dunia telah menjadi tua dalam sesaat, sekejap mata, dan kita menjelma bersamanya. Hebat sekali yang bikin cerita, kita turut menjadi seorang Anthony, turut merasa bingung dan menempatkan diri dalam kebimbangan. Kenangan, memori, pori-pori samar apa itu dunia maya yang berkelebat di kepala, di awang-awang. Tanpa ingatan, setiap malam adalah malam yang pertama, setiap pagi adalah pagi pertama, setiap sapaan dan sentuhan adalah yang pertama. Semuanya serba kejadian baru. Lantas apa itu masa lalu?

I feel as if I’m losing all my leaves.”

#8. First Cow – Kelly Reichardt

Persahabatan yang erat, setia, saling mengisi selalu mengharukan saat tertimpa masalah. Dunia dengan ringannya memberi warna pada sajian kue istimewa, membentuknya menjadi makanan idola. Dengan antrian panjang pembeli, setiap orang normal pasti bertanya apa resepnya. Rencana Plankton sudah melegenda hanya untuk mencurinya dari Tuan Crab. Namun kita tak usah berpikir panjang dan rumit akan rumusnya, duduk nikmatilah. Maka saat para pembesar memintanya menyajikan makanan khas itu dalam jamuan menyambut tamu besar, duo kita kelimpungan. Resep rahasia itu melibatkan susu haram yang ditarik di gelap malam, milik peng-order-nya sendiri! Sapu pertama selalu istimewa, selanjutnya terasa biasa.

#7. Quo Vadis, Aida?Jasmila Zbanic

Jika perang selalu menjadi anakronisme sosial, masalahnya tidak akan selesai dengan menjadikan militer dan perang sebagai kambing hitam. Manusianya yang bermasalah, ideologinya hitam. Anarki dengan obsesi membunuh. Militer pada dasarnya tetap dibawah naungan politik, dan para elit militer di kawasan perang ini terjebak dalam persaingan militer. Korbannya tetap rakyat biasa. Kita tahu apakah itu kejahatan perang, dan kita tahu itu kenyataan.

General Mladic is looking for a civilian representiative with him. Are there any volunteers?”

#6. TenetChristopher Nolan

Tenet memiliki misi sejati menyelamatkan dunia, mulia sekali Nolan, ia mencoba mencegah kiamat. Bertiga merencana, rencananya sangat sederhana, pengaturan waktunya sempurna. Sepuluh menit itu dibagi dalam dua frame: di Siberia penuh ledakan guna membatalkan kiamat, dan di yatch dimana pembunuhan harus dilakukan setelah klik, Sator tak boleh mati sebelum dapat kode. Merah maju, biru mundur, catet! Seperti dalam lukisan yang baik, latar belakang merupakan bagian yang integral dari seluruh lukisan. Maka ledakan itu terasa hambar. Opini seni gambar harusnya dilakukan sedetail mungkin. Ini gambar gerak yang melibatkan Boeing-737, Booom! Happy ending. Hiburan ‘adegan perang’ dalam film menunjukkan ambivalensi pada pesta pora pembunuhan yang mencapai puncak.

#5. Little Big WomenJoseph Chen-Chieh Hsu

Kisahnya dibuka dengan muram, saya suka. Kabar duka menyelingkupi keluarga. Ada yang meninggal dunia, seorang ayah dan suami yang bermasalah. Setelah pergi lama, ia meninggal di saat sang istri sedang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-70. Pesta dibatalkan? Oh tentu tidak, karaoke di restoran bersama orang-orang terkasih di tengah kabar duka. Prosesi pemakaman lebih bermasalah lagi, sebab tata cara dan hubungan apa di baliknya menyeret banyak poin, menyangkut hati dan kepercayaan.

Menjadi suami istri memang harus seumur hidup.”

#4. I’m Thinking of Ending ThingsCharlie Kaufmann

Kesepian, gembira, cemas, sedih. Dunia angan dan segala yang merombaknya. Selalu menarik saat kita memperbincangkan fantasi berbalut permainan waktu, ditambah sepanjang menit puisi-puisi berserakan, lagu klasik menyelingkupi. Tak ada yang lebih menyenangkan saat segala absurditas disatukan, ditumpukkan dalam gegap dingin salju yang menggigil, lalu segalanya tak jelas atau setidaknya tak terjelaskan dengan clir, kenapa si anu berdansa, kenapa sisa minuman menumpuk, kenapa muncul bersamaan di ruang sekolah itu beberapa karakter yang saling silang, dst. Dunia sejatinya seperti itu, maya lebih masuk akal ketimbang nyata, dan segala hal yang ditampilkan seolah maya. Semakin penonton bingung, Kaufman akan semakin girang. Duduk menyaksi film-film Kaufman adalah duduk di pangkuan kemewahan.

Mungkin aku sudah tahu selama ini. Terkadang pikiran lebih mendekati kebenaran, kenyataan, daripada tindakan. Kau bisa berkata atau berbuat apa pun tapi tak bisa memalsukan pikiran.”

#3. One Night in Miami Regina King

Ini malam yang aneh. Empat lelaki dewasa di dalam kamar hotel, ngobrol sepanjang malam. Luar biasa. One Night in Miami adalah film kedua Oscar tahun ini yang kuberi lima bintang. Powerful! Mereka diskusi tentang tujuan hidup, rencana-rencana ke depan, sebagai kumpulan influencers yang harus dilakukan, dan apa yang sudah menjadi komitmen harus dilakukan sepenuh hati, tak ada jalan kembali. Merenungkan sebuah euforia. Sebagai contoh dan cermin keindahan intelektual. Senyum yang sedikit terdistorsi dari keputusasaan. Untuk menemukan kedamaian dalam kesempurnaan adalah keinginan seseorang yang mencari keunggulan; dan bukankah ketiadaan merupakan bentuk kesempurnaan?

How many roads must a man walk down before you call him a man?”

#2. Ma Rainey’s Black BottomGeorge C. Wolfe

Proses rekaman lagu Ma Rainey’s Black Bottom yang menggairahkan. Apa yang terjadi: akan, sedang, dan setelah rekaman sepanjang satu setengah jam benar-benar luar biasa. Meledak bak delapan granat yang dilempar secara serentak. Berdentum bermenit-menit bahkan setelah film usia. Sinisme, harga diri, perjuangan persamaan hak, hingga apa arti kebersamaan. Tema yang asyik dengan durasi yang pas. Setting utama hanya di studio rekaman, hanya berkutat di situ. Apa yang ditampilkan sudah cukup mewakili suara para pihak yang terlibat. Ini adalah penghormatan terakhir Chadwick Boseman, Sang Black Panther yang meninggal dunia tahun lalu.

I can smile and say yessir to whoever I please. I got my time coming to me.”

#1. The Trial of the Chicago 7Aaron Sorkin

Kita akan menemukan apa yang kita bayangkan sejak awal. Perang harus diakhiri, dan itu butuh darah pengorbanan di jalanan kota. Film yang luar biasa menghentak. Segala peluru amunisi ditembakkan secara membabibuta di gedung pengadilan. Rentetan bom diledakkan seolah tak berujung. Setiap jebakan kata bisa meledak kapan saja. Adu cerdik, adu taktik di depan Yang Mulia menjadi pertempuran akbar tujuh aktivis kemanusiaan yang memperjuangkan Anti-Perang melawan Negara yang semena-mena. Semua ini masalah kemanusiaan, harga diri diredam, dan tameng-tameng itu kena rentetan tembak membabi buta. Mereka kalah jumlah, kalah senjata, kalah pasukan, kalah sebelum berperang. Namun tidak, tidak sepenuhnya sang raksasa berhasil mencincang sepasukan jagoan kecil ini. penonton dan warga dunia menyaksikan, dan mari kita beri aplaus yang paling meriah untuk laporan akhir yang mengguncang pengadilan yang terhormat.

Those are two contradictory instructions.”

Karawang, 310521 – A.J. Croce – Which Way Steinway

14 Best Books 2020 – Non Fiksi

Meskipun sudah berusaha untuk tidak salah mengerti pemikiran dasar Anthony Giddens, saya tetap jauh dari keyakinan bahwa saya tidak keliru memahaminya yang begitu luas memang bagaikan mengejar kawanan gejala modernitas yang selalu berlarian tunggang-langgang.”Anthony Giddens: Suatu Pengantar (B. Herry Priyono).

Mulai tahun ini saya buat terbaik-terbaik dalam dua kategori sebab buku-buku yang kubaca mulai berimbang genre, fiksi/non fiksi, kategori apapun kulahap. Sebelum merekap baca 2020, sudah saya sarikan terbaik fiksi di sini. Total ada 38 buku non fiksi yang kunikmati. Kusaring dengan mudah menjadi 21 buku, lalu dipadatkan dengan mudah pula menjadi angka sakral 14. Kenapa kubilang lebih mudah, sebab non-fiksi dan perjalanan menyusun best books adalah mainan baru, dan mainan itu tak lebih dari 50.

Dari kumpulan teori sastra sampai cara-cara menulis yang kreatif, dari segala harapan dan ke-ambyaran-nya sampai dunia sufi yang misterius, dari bualan dan kebenaran menyemai tulisan sampai cerita musim panas di Aljazair, dari tuturan bahasa yang rumit sampai teori penelitian sastra, dari seorang CEO iklan ternama sampai teori humanistik. Tahun yang sangat berwarna, semua genre disikat.

Berikut daftar buku non-fiksi terbaik yang kubaca tahun 2020 versi LBP – Lazione Budy Poncowirejo:

#14. Confesions Of An Advertising Man by David Ogilvy (Pustaka Tangga) – 1963

Semakin banyak informasi dalam iklan Anda, semakin persuasif iklan itu jadinya. Buku bagus. Sungguh menyenangkan menyantap ujaran-ujaran baik bagaimana beriklan dengan baik dan menyenangkan. Saking seringnya kalimat ini diucapkan seolah menjadi jargon, “Anda tidak dapat memaksa orang untuk membayar produk Anda; Anda hanya dapat membuat mereka agar tertarik membelinya.”

Selama ini kita dijejali iklan di berbagai sudut ruang dan platform, kita tak tahu bagaimana detail iklan itu dicipta. Di sini banyak hal dikupas, dari negosiasi, tata kelolanya, sampai iklan itu tampil. Dibuat oleh orang yang sangat kompeten, Pengakuan Orang Iklan jelas disampaikan berdasarkan pengalaman pahit manisnya. Lebih seperti memoar, tapi lebih banyak menyorot profesinya, sungguh beruntung saya mendapatkan buku ini di masa yang tepat. Ketika saya menulisnya, orang-orang periklanan masih berkiblat pada Madison Avenue sebagaimana kaum muslim berkiblat ke Mekkah. Sekarang banyak agen-agen periklanan Amerika berkiblat ke London.

#13. Creative Writing by A.S. Laksana (Banana) – 2020

Banyak buku menyaji tips-tips menulis, saya baru baca 4-5 buku, termasuk ini. Sebelum menikmati, jargon Penulis Stephen King selalu kupegang, kuncinya satu: “Tulis, tulis, tulis.” Karena hanya mantra itu yang cocok untuk menjadi penulis. Action menulis adalah langkah utama yang tak bisa dibantah, setiap kali menikmati tata-cara entah namanya apa, termasuk saat menikmati Creative Writing. Lalu latihan terus menerus yang akan mengasahnya. Seperti pemain bola yang pandai bikin gol, itu tak serta merta, itu butuh latihan yang keras, ditempa dengan darah dan keringat. Menurut William Blake, penyair Inggris hasrat saja tanpa ada tindakan akan membiakkan penyakit. Oke, menulislah sekarang juga. Dan ‘menulislah yang buruk’. Beberapa tips usang, beberapa terasa baru.

Berisi 24 tips, dengan berbagai level nasihat. Dari yang dasar sekali, bagaimana keinginan yang kuat dan niat yang level dewa tak akan jadi tulisan nyata jika tak praktek, tak action. Sampai level intermediate yang menanamkan efektivitas kata, penggunaan diksi yang pas, sampai cara-cara mencipta metafora. Dituturkan oleh penulis yang terbukti sudah mencipta karya bagus, saya sudah baca dua bukunya kumpulan cerpen: Bidadari Mengembara, dan Murjangkung. Sudah pengalaman mengajar jua di Jakarta School. Jadi rasanya terasa sekali sharing pengalaman.

Penulis Denmark Isak Dinesen (1885-1962) berujar ke Paris Review, “Mula-mula saya merasakan dorongan kuat untuk menulis sebuah cerita. Kemudian datanglah karakter-karakter, dan merekalah yang membangun cerita. Dari gerak karakter-karakter itulah, muncul plot.”

#12. Metodologi Penelitian Sastra by Suwardi Indraswara (Medpress) – 2003

Penelitian, kritik, resensi, dan esai sastra seluruhnya bermuara pada upaya memahami karya sastra secara komprehansif. Buku yang sangat bervitamin. Yang suka sastra wajib melahapnya, benar-benar melimpah ruah nustrisinya. Megap-megap bacanya. Beruntung saya sudah berpengalaman membaca ribuan karya sastra sehingga langsung klik atas segala teori penelitian, seolah dengan membacanya saya mendapat ajaran teori yang berfungsi meluruskan hal-hal yang selama ini abu-abu. Penelitian yang mengikuti proses verifikasi melalui pengukuran dan analisis yang dikualifikasikan, menggunakan data statistik model matematika, sedangkan penelitian kualifikatif dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Memang belum ada pedoman khusus penulisan resensi sastra dengan baik. Satu cabang penelitian yang unik adalah Feminisme, dan kalau ngomongin ini selalu ingat pepatah Jawa yang terkenal: ‘perempuan adalah swarga nunut nraka katut.’

#11. Cerita, Bualan, Kebenaran by Mahfud Ikhwan (Tanda Baca) – 2020

Lucu, ironi, dan poin pentingnya eheemmmm…. tidak sombong. Tentang betapa merasa benar sangat tipis jaraknya dengan kesombongan. Biasanya saya manggil pria di blog ini dengan sebutan Bung untuk segala usia, tapi karema kita berteman di facebook dan sebagian besar sobat Dawuk memanggilnya Cak, saya turut serta di mayoritas itu. Untuk manusia penerima penghargaan Sastra tertinggi di tanah air, bahkan menyandingkan piala dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK), Cak Mahfud terbaca humble. Bayangkan, dua dari tiga novelnya menang! Wow banget ‘kan.

Ini buku tentang curhatnya, pengalaman menulis yang disarikan dalam warta asyik sekali. “Saya menulis apa yang saya tahu, saya pahami, dan saya kuasai.”

#10. Bagaimana Aku Menjadi Penulis by Gabriel Garcia Marquez (Circa) – 2019

Kumpulan esai penulis nomor satu di daftar novel terbaik LBP. Seru sekali membaca curhatan Penulis favorit, seperti saat pertama kalinya melihat dan menyapa dari jarak jauh penulis idola beliau: Ernest Hemingway di Paris. Sekadar teriak woooy… dibalas lambaian tangan saja, sudah bikin hepi. Bayangkan, suatu saat ketemu Seno Gumira Ajidarma lalu diajungi jempol. Hahaha… sedemikian bagus sampai-sampai hal biasa tampak menyenangkan. Atau cerita beliau ketika melakukan wawancara di udara, terdengar menarik sekali, sang narasumber punya waktu sempit, penulis harus menyesuaikan. Terutama sekali cerita beliau saat proses menulis buku paling fenomenalnya, ‘Seratus Tahun Kesunyian. Mematikan karakter favorit membuatnya menangis tersedu-sedu dalam pelukan istri, betapa mendalam perasaan Sang Penulis terhadap tokoh rekaannya. Dan fakta bahwa ia tak suka fantasi karena segala yang ‘ngawang-awang’ terasa palsu. Jadi semua buku beliau berdasar semacam rekonstruksi kehidupan, tak ada unsur fantasi? Yup, termasuk adegan dramatis ruh yang terbang? Ya. Itu berdasarkan mimpi, ia mengelola sebuah mimpi menjadi adegan yang terlihat nyata. Hhhmmm… menariq.

Berisi delapan tulisan yang diambil dari berbagai sumber. Circa mengumpulkan tulisan berserak lalu membundle-nya dalam buku ini. Dan nasihat utamanya buat para penulis: “Satu-satunya saran adalah terus menulis dan melanjutkan menulis.”

#9. Pandemic! COVID-19 Shakes the World by Slavoj Zizek (Independen) – 2020

Buku tipis yang padat nasihat, atau setidaknya informatif karena kesimpulan akhir kembali ke pribadi. Untuk kelangsungan hidup, umat manusia dalam peranannya bertahan dari gempuran penyakit, musibah, atau petaka lain. Virus bukan musuh yang mencoba untuk menghancurkan kita – ia hanya mereproduksi-diri dengan otomatisme buta. Kukira judulnya Panik!, ternyata ada huruf ‘dem’ di insert ‘I’ sehingga jadi Pandemik! Termasuk buku terbitan luar update, aslinya dari OR Books yang terbit tahun ini. Makanya sungguh beruntung kita hidup di era digital, menikmati karya bisa dalam waktu rentang bentar dari aslinya! Kita memperlakukan alam semesta sekadar sebagai mitra dalam komunikasi.
Dampak nyata di depan kita adalah ekonomi, banyak sektor terpuruk. Pekerjaan yang membutuhkan perjalanan, kumpul-kumpul, atau potensi memunculkan potensi penularan dipenggal seketika.

#8. Discourse on Method by Rene Descartes (IRCiS0D) – 1626

Buku pertama Rene Descartes yang kubaca, filsuf dan matematikawan Prancis, yang sering disebut sebagai Bapak Filsafat dan Matematika Modern. Riwayat hidupnya tentu sudah sering kita lihat di berbagai literasi, terutama filsafat. Dari Buku Diskusus dan Metode ini, kita mendapati pemikiran beliau yang menarik, alasan-alasan menulis sampai semacam menyelamatkan kebenaran. Di atas sesuatu yang demikian rapuh, tidak mungkin dibangun sesuatu yang kokoh. Terdiri atas enam bagian yang panjang.
Rene muda bermimpi tiga kali berturut-turut dan bersambungan. “Quad vitae sektabor iter?” – “Hidup apa yang akan kau ikuti?”

#7. Everything is F*cked by Mark Manson (Grasindo) – 2019 | Bagian 1 | Bagian 2

Setelah heboh dengan debut Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat, Mark Manson melanjutkan buku motivasi yang terasa lebih rapi dan tak meletup-letup. Lebih bagus, dan syahdu. Ini blogger yang menjelma motivator, yang masih bodo amat sama keadaan yang menanungi. Sungguh beruntung saya membacanya berselang tak lama setelah alih bahasa. Harapan dan keambyaran, kombinasi keren dalam rangkaian hidup yang fana ini. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang mampu berbicara dan merangsang kedua otak pada saat yang sama.

Formula Kemanusiaan berbunyi, “Bertindaklah dengan mendudukan kemanusiaan, senantiasa sebagai tujuan, bukan hanya sebagai sarana.”

#6. Summer by Albert Camus (Liris) – 1954

Menulis esai tentang kehidupan sehari-hari di tempat beliau tumbuh kembang. Terlahir di Aljazair, tulisan dalam Summer bercerita tentang kehidupan Camus di sana. Keseharian dan kewajaran yang manusiawi.
Secara garis besar, Camus memainkan majas personifikasi, membaurnya dalam puisi yang naratif, memancing tanya pembaca dalam spekulasi, membawa serta mitos Yunani, kehidupan sederhana Afrika Utara tampak dalam padang gersang. Matahari, musim panas, hingga bicara cuaca menjadi asyik rasanya bila disampaikan oleh sang Penulis. Jelas, ini salah satu kumpulan tulisan hebat, sangat worth it untuk dinikmati penggemar sastra. Bukan, lebih baik saya sebut bagi semua orang. Tak perlu kotak-kotak untuk dapat melahap nikmati Summer (Finn).

Perkataan Klestakoff: “Kita harus terlibat dalam hal-hal yang lebih bernilai.”

#5. Teori Kepribadian Rollo May by Ina Sastrowardoyo (Balai Pustaka) – 1991

Rollo May sangat menekankan eksistensi pribadi manusia. Cita-cita bukanlah murni keinginan sendiri, melainkan yang diperoleh dari orang lain; orang tua, atasan, guru dan pandangan umum lainnya. “Saya hanya merupakan suatu koleksi cermin, yang memantulkan keinginan orang lain.” Keadaan luar itu hanya merupakan gejala dari apa yang tersembunyi di bawah permukaan kehidupan bersama seluruh masyarakat.
May berujar bahwa konseling merupakan seni, yang dapat dikembangkan lebih besar dari seni lain misalnya melukis atau seni musik. Orang yang memandang objek seni, bahkan dapat mengidentifisir dirinya dengan objek seni itu.

#4. Pengarang Tidak Mati by Maman S. Mahayana (Nuansa Cendikia) – 2012

Buku yang keren banget. Jelas ditulis dengan telaah mendalam, ditulis oleh orang yang berkecimpung di bidangnya. Dibagi dalam tiga bagian panjang, dengan dua lampiran tulisan dari Michel Foucault dan Roland Barthes. Kata Ernst Cassirer, sastra sekadar berfungsi mimetis, peniruan atas segala yang terjadi dalam kehidupan manusia. Produk budaya sebuah komunitas.
Membaca karya sastra sebagai kegiatan membuang-buang waktu. Mereka membaca karya sastra dicap sebagai pemalas. Inilah pandangan sebagian besar masyarakat kita mengenai profesi sastrawan dan memperlakukan karya sastra sebagai karya tidak mendatangkan manfaat apa-apa. Buku yang padat sekali teori kesusastraan Indonesia. Ditelaah dari sastra mula Nasional sampai yang terbaru (ketika buku terbit). Tajam dan menyenangkan. Ditulis oleh seorang yang sudah expert di bidang sastra: Munsyi sastra dan kritikus. Sebuah produk kreativitas berupa tulisan, abadi tak lekang ditelan zaman, tak punah dilindas usia.

Kreativitas harus menjadi tanda perubahan mentalitas yang sangat berarti dalam diri makhluk manusia. Para pencipta adalah kaum yang lebih tinggi.” Kata Nietzsche.

#3. Serendipities: Language and Lunacy by Umberto Eco (Circa) – 1998

Buku pertama Umberto Eco yang kubaca ini sangat cantik dan liar. Teori bahasa dalam tampilan lugas nan istimewa. Teori-teorinya, gagasannya, analisisnya. Jos banget. Klasik, jadul, memikat. Santo Thomas dalam Queaestio Quodlibet alias XII, 14 menyatakan ‘utrum veritas sit fortiori inter vinum et regem et mulierem’ yang memunculkan pertanyaan mengenai mana yang lebih kuat, lebih meyakinkan, dan lebih membatasi: kekuasaan raja, pengaruh anggur, pesona wanita, atau kekuatan kebenaran? Jawaban Aquinas halus dan fasih: anggur, raja, wanita, dan kebenaran tidak dapat dibandingkan mereka tidak dalam kategori yang sama. Semuanya dapat menggerakkan hati manusia untuk melakukan tindakan tertentu. Keren ya jawaban filsuf ini,
Apa yang disebut kemurahan hati dalam perhatian mereka lebih menyerupai permainan yang dimainkan anjing dan tikus.”

#2. Theory of Literature by Rene Wellek & Austin Warren (GPU) – 1977

Seperti inilah sebuah teori harus ditulis. Detail, cocok buat kaum awam, akan merasuk pula untuk para expert. Terbagi dalam dua khazanah pendekatan utama: Pendekatan ekstrinsik yakni pendekatan yang mengait karya sastra dengan bidang lain (psikologi, masyarakat, biografi), dan instrinsik, yakni pendekatan dengan mengkhususkan diri pada unsur-unsur kritik sastra, teori, sejarah, sastra nasional, sastra perbandingan, dst. Bagi saya yang awam, ini sungguh mengasyikkan. Saking melimpahnya vitamin yang disajikan, saya baca perlahan, baca ulang di banyak bagian, takut terlewat, dan kalau sudah nemu buku semacam ini, jelas laik dikoleksi, dibaca ulang di lain hari, dijadikan rujukan. Jelas ini buku panduan kesusastraan yang istimewa.
Sastra terbuka untuk dinilai semua orang, tetapi ‘semua’ di sini dibatasi untuk ‘semua penilai yang kompeten.’

#1. Mystical Dimension of Islam by Annemarie Schimmel (Pustaka Firdaus) – 1975

Seseorang bertanya kepada Abu Hafs: “Siapakah sufi?” Ia menjawab: “Seorang sufi tidak bertanya siapa sufi.” Sebagai buku penutup tahun, buku 500 halaman yang padat dan penuh perenungan. Saya tak mengenal tasawuf, jelas ini barang baru. Saya tak mengenal Annemarie Schimmel, sebelum memutuskan beli, saya sudah tanya ke grup buku dan serentak sepakat orang hebat dari Jerman, maka ini pengalaman pertamanya yang menakjubkan, akan ada buku-buku beliau yang akan kubaca. Sudah antri.

Kadang-kadang kebenaran mengetuk hatiku selama empat puluh hari, tetapi aku tidak mengizinkannya masuk kecuali kalau ia membawa dua saksi. Quran dan hadis Nabi.”

Karawang, 070121 – Bill Withers – Soul Shadow

12 Film Terbaik Sepanjang Masa

Hah, Bandung? Bukan di Jakarta?

Ada beberapa hal yang subjektif, dan tidak bisa dibuktikan dengan mutlak. Ada beberapa hal digilai seseorang, lalu dicemooh berjamaah karena perbedaan selera. Ada beberapa hal yang terpendam dari kebisingan media, lalu puluhan tahun kemudian menjadi pujaan umat. Individu dicipta unik olehNya, kamu bisa tertawa keras atas kepolosan Tom Hansen, padahl separuh penduduk bumi menaruh simpati padanya. Kamu bisa berpura-pura bisa melontarkan mantra ‘experliarmus’ dengan bumbu serius dengan kerutan kening temanmu, tapi di belahan dunia lain, orang itu akan serta merta melontarkan senjatanya. Ada orang-orang memanggil kekasihnya dengan ‘honey honey’ lalu keliling dunia dengan mobil berdua. Semua sah saja, bumi terus berputar dan karya-karya bagus (dan jelek) akan terus diproduksi.

Bermula dari grup WA – BM (Bank Movie) yang dimula oleh Bung Handa, yang menantang membuat dafar film terbaik, karena grid gambar ada template 12 slot maka jumlah itulah yang dibuat. Sulit memang menentukan, terlampau banyak. Setelah diperas dan disusun dengan singkat dan padat dengan coba berbagai genre, yang tiba-tiba terlintas di kepala saja yang ditulis. Kalau terlewat atau terlupa padahal doeloe pernah muja-muji ya maklumi. Slot terbatas dan ini spontan.

Berikut daftar film terbaik LBP, diurutkan berdasar abjad.

#1. (500) Days of SummerMarc Webb (2009)
Stars: Zooey Deschanel, Joseph Gordon-Levitt, Geoffrey Arend, Chloe Grace Moretz.

Ini adalah genre horror. Hantunya kasat mata, menemani selama lima ratus hari. Laki-laki rapuh itu jatuh hati pada sang hantu sehingga rela mengorbankan apapun. Memang sulit menyatukan dua dunia yang berbeda. Adegan ciuman di dekat mesin foto copy mematik imaji liar. Split ekspektasi // realitas mencipta kesedihan akut. Sepuluh tahun setelah rilis masih bikin perdebatan, dua puluh tahun lagi percayalah generasi anak cucu kita akan saling komentar amarah ke kubu siapa kalian akan memihak. Muncul petisi, Summer is b*tch!

What always happen. Life.”

#2. A Lot Like LoveNigel Cole (2005)
Stars: Ashton Kutcher, Amanda Peet

Ini genre film romantis. Hubungan timbul tenggelam dua anak manusia, jarak dan waktu, ditempa berbagai kesulitan ekonomi, bisnis, krisis kepercayaan, tunangan dengan orang lain, sampai hal-hal krenik untuk tak melangkahi nikah sang kakak. Adegan di taman nasional di bawah rembulan dengan kerlap kerlip pesawat lewat. Ya ampuuuun… dulu pernah kuidamkan, sampai sekarang. Eh…

You only get one chance to make a first impression.”

#3. AtonementJoe Wright (2007)
Stars: Saoirse Ronan, Kiera Knightley, James McAvoy, Benedict Cumberbatch

Ini genre drama. Penulis tua yang mencoba menebus dosa masa remaja, karena melakukan kesaksian yang samar tapi meyakinkan. Pada masa perang banyak hal bisa terjadi bagi para pendosa, salah satunya dikirim ke medan. Ini adalah film pertama Saoirse Ronan yang kutonton, dan langsung terkesan. Menandainya, mengikutinya. Kutonton di sore hari libur, dengan cahaya mentari senja mengintip di kisi-kisi jendela kos Ruanglain_31, menambah ketegangan dan kesyahduan. Saya takkan pernah lupa permohonan maaf Briony Tallis, sempat mematik khayal, nanti saya juga akan bikin cerita seperti ini ah.

A person is, among all else, a material thing, easily torn and not easily mended.”

#4. Casino RoyaleMartin Campbell (2006)
Stars: Daniel Craig, Eva Green, Mads Mikkelsen, Judi Dench

Ini untuk genre action. Bond dengan gadis-gadis bergelayut, ledakan di kanan kiri, misi yang sungguh sulit melawan teroris yang melempar dadu. Bisa jadi ini adalah Bond terbaik, aksi dengan gaya. Ledakan tapi diajak mikir. Bond yang ini ga gemulai. Cadas bak Jason Bourne. Bak bik bug. Run Bond run, lalu sebuah trailer meledak dengan kejutan di tempat sabuk berada. Boom! Lalu memutup mukanya dnegan tangan, jemari tangan lainnya mencipta pegangan lebih erat, hangat rasanya…

So you want me to behalf-monk, half-hitman.”

#5. Harry Potter and the Prisoner of Azkaban Alfonso Cuaron (2004)
Stars: Daniel Radcliffe, Emma Watson, Rupert Grint, Gary Oldman, Michael Gambon, Alan Rickman.

Ini untuk genre fantasi imajinasi, seri tiga dengan durasi paling pendek dan sangat padat adalah yang paling fantastis. Kutonton berulang kali, berulang kali lagi, dan kusetel dalam dvd player dengan pendalaman menghanyutkan. Tahun ketiga Potter di sekolah Hogwart, baju Pink Hermione membuatku menciumi harum yang tak bisa kulupa. Rusa jantan berderap lalu melenguh…

Happiness can be found, even in the darkness of times, If one only remembers to turn on the light.”

#6. Little Miss SunshineJonathan Dayton dan Valerie Faris (2006)
Stars: Abigail Breslin, Paul Dano, Steve Carrel, Alan Arkin, Toni Collette, Greg Kinnear.

Ini untuk genre psikologi. Permainan karakter minor satu keluarga yang nyeleneh. Manusia-manusia lemah yang mencoba menutupinya dengan bilang, ‘aku baik-baik saja’. Motivator, sang kepala keluarga menahkodahi perjalanan ke kota dengan mobil VW kuno berwarna kuning untuk mengantar sang putri kesayangan mengikuti kontes kecantikan. Istrinya yang pening, saudaranya yang homo dan niat bunuh diri, adik istrinya yang melakukan protes bisu demi mewujudkan cita, dan sang kakek yang pecandu narkoba sebagai pelatih Olive. Ending super-freak diputar berulangg-ulang turut berjoget di sore itu. Tawa, sedih, muram. Di sudut hati terdalam kita, ada titik takut akan menghadapi kenyataan pahit itu. Waktu itu saya jomblo…

You do what you love and fck the rest.”

#7. Mad Max: Fury RoadGeorge Miller (2015)
Stars:Tom Hardy, Charlie Theron, Rosie Huntington, Nicholas Hoult, Zoe Kraviz, Riley Keough

Ini untuk genre Segalanya. Action, komedi, futuristik, drama, Oscar, adaptasi, semua ada. Di sebuah masa depan yang mengerikan, gambaran perang memperebutkan sumber daya alam dan janji akan sebuah tempat seolah surga. Menang Oscar di nyaris semua kategori teknikal, musik rock yang menyayat di mobil, sampai donor darah yang memacu andrenalin. Waktu itu pengumuman Oscar saya turut di deretan penonton di bioskop Fx Jakarta, turut pula bertepuk tangan bersama rekan film lainnya. Bangun subuh, naik bus, ngopi demi kemeriahan Gila Maksimal!

He saw it, he saw it all…”

#8. Petualangan SherinaRiri Riza (2000)
Stars: Sherina Munaf, Derby Romeo, Didi Petet, Uci Nurul, Mathias Muchus, Ratna Riantiarno, Butet Kertarasadja, Dewi Hughes.

Ini untuk genre film anak-anak dan musikal, sekaligus satu-satunya wakil Indonesia. Objektif sih karena mencantum nama idola. Sebagai Sherina Lover, jelas film ini masuk daftar. Sebagai karya pembangkit perfilman nasional di abad baru, sungguh sebuah kehormatan. Setelah dua puluh tahun pun, masih enak ditonton. Bahkan beberapa adegan dipraktekkan dan beberapa kutipan dilontarkan Hermione, saking seringnya ditonton bareng di ruang keluarga. Kisah remaja antara Jakarta – Bandung, lalu Hermione bertanya, “Kenapa ga mampir ke Karawang Yah?”

Yang nempel biar aja nempel, biar kayak jagoan.”

#9. Phone Booth Joel Schumacher (2002)
Stas: Colin Farrell, Kiefer Sutherland, Forest Whitaker, Radha Mitchell, Katie Holmes

Ini untuk genre sesak napas, film thrilling dengan satu setting tempat: sebuah telpon umum. Niatan sang sniper yang mengancam Stu lewat telpon bagus. Menyadarkannya, bahwa selingkuh itu ga bagus. Sepanjang Collin Farrell ketakutan menjadi sasaran tembak sang sniper yang ngumpet di sebuah ruangan gedung tertingkat. Mendatangkan sepasukan polisi, istri, selingkuhan, sampai mencipta kerumunan. Penonton lalu menebak, akankah Stu setelah melakukan pengakuan dosa tetap ditembak? Saya hafal kata-kata makian Stu, pernah saya lontarkan kepada seseorang ketika ‘berantem’ yang setelah terputus dengan anaknya, kini sudah lima belas tahun berlalu. Maaf…

You shoot the guy, and I’m responsible?”

#10. PsychoAlfred Hitchcock (1960)
Stars: Anthony Perkins, Vera Miles. John Gavin, Janet Leigh, Alfred Hitchcock (cameo).

Ini untuk genre film klasik, jadul, hitam putih, dan thriller. Hebat, tokoh utama awalnya adalah wanita yang mencuri uang perusahaan, kabur keluar kota, nginep di hotel, lalu tewas ditikam. Coret dari protagonist, lalu kita menjadi saksi seorang pembunuh gila yang terobsesi dengan almarhum ibunya. Plot digerakkan dengan cekam dan terdampar di danau, kalau ada film dengan ketegangan maksimal, Psycho jelas ada di posisi puncak. So classic! Kutonton di kos Ruanglain_31 tengah malam dengan tubuh telanjang.
She might have folled me, but she didn’t fool my mother.”

#11. Pulp FictionQuentin Tarantino (1994)
Stars: John Travolta, Uma Thurman, Samuel L. Jackson, Bruce Willis, Tim Roth, Amanda Plummer, Quentin Tarantino

Ini untuk genre film omnibus, pecahan-pecahan kisah yang direkat menjadi film panjang. Perampokan, bos mafia, petinju, sampai joget di bar dan minum bir mewah. Seolah tak ada benang kaitnya, tapi ketika menit mendekati akhir apa yang menjadi tanda tanya mulai terhapus. Banyak ngocehnya, lhoo… kok bisa film ngegoliam mencipta penasaran? Pola cerita semacam ini membangkitkan minat dan antusias pikir. Kebetulan ini film Tarantino pertama yang kutonton, melekat terus setelah belasan tahun berselang. Kutonton sendirian dalam dvd ori, pemahaman karakter. Dan kusematkan panggilan ‘madu’ untuk kekasihku.

“… And I will strike down upon thee with great vengeance and furious anger those who would attempt to poison and destroy my brothers…”

#12. The Dark KnightChristopher Nolan (2008)
Stars: Christian Bale, Michael Caine, Gary Oldman, Heath Ledger, Morgan Freeman, Cillian Murphy, Aaron Eckhart, Maggie Gyllenhaal.

Kutonton di bioskop, kebeli vcd-nya, kuputar berulang-ulang sampai kasetnya baret-baret. Ini untuk genre super hero. Ini adalah gambaran sempurna jagoan versus penjahat. Dan perang batin pihak abu-abu. Taruh di tengahnya seorang jaksa Two Face yang sedih sekali. Kaget pas sang kekasih tewas, lebih kaget lagi kejahatan Joker yang brilian. Ide gila untuk orang gila. Film inilah yang memicu panitia Oscar menambah slot Best Picture tahun berikutnya, lalu kehebohan sang Joker (alm.) menang piala. Pertama kalinya saya lihat Oscar pemenangnya sudah meninggal dunia. Saya ingat, waktu itu teman nontonku ‘dia yang namanya terlupa’ (ada sinaga-nya) berkomentar: ‘ih ga seru, masak betmen-nya kabur…’

Let put a smile on your face.”

Bila berkenan silakan bikin sendiri daftar tandingan, 12 film paling favorit. Karena selera memang kembali ke pribadi. Catatan ini saya tutup dengan kutipan yang sering jadi bahan candaan saya dengan Hermione #Ciprut, “Mana ayah tahu…”

Karawang, 220420 – Bill Withers – My Imagination

Thx to Bung Handa Lesmana

The Best Films 2019

The Best Films 2019

Wake: “And I am damn-well wedded to this here light, and she’s been a finer, truer, quieter wife than any alive-blooded woman.”

Oscar tahun ini mengejutkan banyak pihak, sebagian pihak maksudnya. Termasuk saya, haha…. Parasite mendobrak tabu, film asing menjadi pemenang kategori tertinggi. Untuk pertama kalinya, film bahasa asing menjadi Best Picture, dan Negara yang beruntung itu adalah Korea Selatan.

Dari kumpulan superhero melakukan balas dendam sampai remaja hamil diluar nikah. Dari kisah fotografer kesepian sampai tawa renyah badut brutal. Dari pengantar surat di Perang Dunia Pertama sampai cerita adu cerdas di pengadilan. Dari penulis sulung keluarga March sampai dokrin NAZI untuk remaja. Dari duo gila di mercusuar sampai drama cinta buku berhalaman 28. Semua tersaji dengan keceriaan hati yang melimpah ruah. Hari ini 31 Maret 2020. Hari special ulang tahun keponakan tercinta. Untuk keempat kalinya saya kasih daftar sejenis. Berikut film-film terbaik 2019 versi LBP – Lazione Budy P.

#14. Pet SemataryKevin Kolsch & Dennis Widmyer
Berdasar adaptasi buku Stephen King, endingnya mengejutkan. Sad ending dengan gaya, ga nyangka bakalan seperti itu. Kisahnya memang menyedihkan, tapi ini kesedihan yang maksimal karena menyangkut seluruh anggota keluarga. Pemakaman binatang peliharaan memiliki kekuatan magis, dan memborong nyawa orang-orang terkasih. Ini baru Cekam horror. “In the woods today, Ellie discovered a charming little landmark.”

#13. Avengers: EndgameAnthony Russo & Joe Russo
Kali ini kumpulan super hero memainkan waktu. Dilipat, dijelajah, dimodifikasi lalu adu jotos ronde berikutnya terjadi. Setelah luluh lantak di Infinity War karena jentikan maut Thanos, para jagoan menyusun misi ‘menghidupkan kembali’ mereka yang mengabu. Teori waktu disajikan, dimula oleh Ant-Man dan diakhiri oleh kematian jagoan pujaan mayoritas umat yang sekarang kita kenal dengan kalimat ‘I Love You 3000’.

#12. Section 357Ajay Bahl
Saya selalu berkiblat ke novel-novel John Grisham ketika membicarakan drama berkelas pengadilan. Maka ini seolah adalah adaptasi bebas dari salah satu bukunya. Kasus pemerkosaan yang tampak mudah untuk mengambil keputusan, justru malah samar ketika menit berjalan mendekati akhir. Si miskin, gadis perancang busana yang dilecehkan sutradara terkenal dengan brutal. Dari sisi umum, ini perbuatan terkutuk. Sampai hati yang membara, dan dendam membuncah berbicara. Keadilan dilambangkan dengan timbangan, mata tertutup. Lalu akankah banding itu berhasil membebaskan sang terdakwa? Laki-laki, selalu apes ketika kasus selakangan diapungkan.

#11. Jojo Rabbit Taika Waititi
Segala cara dicipta untuk mencipta propaganda. Di era kejayaan Nazi, Hitler bak tuhan yang wajib dipuja. Maka generasi muda jadi tumpuan untuk melanjutkan ideologi. Roman memainkan remaja yang galau, Jojo Betzler. Halu Hitler menjadi side-kick yang muncul di saat-saat genting. Komedi satir yang memenangkan adaptasi naskah terbaik. Endingnya keren, laiknya tik-tok, sebuah perayaan merdeka yang histeris tanpa kata. “Is it dangerous out there?”

#10. Dua Garis BiruGina S. Noer
Satu-satunya film Indonesia yang saya masukkan ke daftar. Memang istimewa filmnya, slow pace realistik. Pacaran anak sekolah yang terjerumus perzinaan, hamil diluar nikah, dan problematika setelahnya. Menyatukan dua keluarga, si kaya yang mencoba berdamai dengan masa depan Dara dan si miskin yang menyusun kepingan harap untuk Bima. Siapa yang salah? “Kalau ibu saja perlahan-lahan bisa memaafkan kamu, apalagi Allah.”

#9. UsJordan Peele
It’s us.” Lelah juga pikiran. Beberapa hal memang ga sesuai ekspektasi. Orientasi hidup apa sih? Hidup seimbang apa sih? Panjang umur apa sih? Masuk surga apa sih? Jangan-jangan dunia ini ada senyawa pararel yang menginginkan kehidupan kita? Bayang di ‘cermin’ itu membawa gunting untuk memenggal segala asa. Twist! Salut sama ide-ide nyeleneh Jordan Peele. Untuk kali ini, agak brutal, secara cerita memang gila sih. “…but the soul remains one.”

#8. JokerTodd Phillips
Tawa yang sedih. Dalam teori Will Self di buku The Quntity Theory of Insanity bahwa jumlah total kewarasan manusia itu tetap, tak berubah-ubah, karenanya usaha-usaha untuk menyembuhkan orang gila adalah hal yang sia-sia, sebab apabila seseorang sembuh dari kegilaannya, pasti di tempat lain ada seseorang yang kehilangan kewarasan, seakan-akan kita telah berbaring di atas kasur dan mengenakan selimut kewarasan yang ukurannya kecil sehingga tidak mampu menyelimuti kita semua. Dan itulah sekelumit psikopat-gila film ini. “Ketika kau memperkenalkanku keluar, dapatkan kau memanggilku Joker?”

#7. ParasiteJoon-ho Bong
Siapa sebenarnya yang menjadi parasite? Para umat miskin yang menempel menjadi karakter ‘pembantu’ orang-orang kaya, atau justru orang kaya yang memanfaatkan kejelataan umat? Film ini menampilkan kedua sisi dengan gemilang. Sebagian bahkan jenaka. Sampai adegan ‘penguasaan rumah’ oleh kolaborasi orang miskin, nyaris menjelma film konyol. Maka ketika malam itu bel berbunyi di tengah hujan badai, film ini memasuki dunia realism. Goa gelap tak bertuan.

Tak pernah ada masalah dengan ide aneh.

#6. PhotographRitesh Batra
Sunyi yang mendesis. Seorang fotografer miskin, jomblo, dan penyendiri suatu hari memotret mahasiswi di Gerbang Selamat Datang. Miloni pergi tanpa membayar, Rafi mencari tapi bukan niat uang. Justru pematik kisah adalah nenek Rafi yang mendamba kebahagiaan cucunya, maka ketika kunjungan mereka memainkan sandiwara tunangan. Esensinya bukan cinta beda kasta dan perjuangan mencipta kebersamaan, karena dari foto itulah kita menangkap momen. Selalu ada kesempatan untuk semua umat-Nya.

Mari kutaruh ‘hari ini’ ke amplop Anda.

#5. 1917Sam Mendes
Seolah one take dari awal sampai akhir film. Luar biasa. Harus ditonton di bioskop untuk merasakan pengalaman sensasional, pergerakan kamera yang lembut walau terjadi banyak goncangan. Sebuah pengalaman sinema yang menyenangkan. Cerita cuma antar surat yang memberitahukan serangan dibatalkan, di tahun 1917 dengan teknologi terbatas perang berkecamuk. Dua tentara harus melintasi padang perang. Luar biasa kita menjadi mata kamera, saksi cekam teater serangan yang sejati. “I hoped today would be a good day. Hope is a dangerous thing.”

#4. The LighthouseRobert Eggers
Kalau patokan suram adalah koentji, maka The Lighthouse adalah kunci yang memakai kode istimewa, maksudnya rumit. Horror yang perlu mikir, dan warna filmnya hitam putih. Udah ditakuti, mikir lagi. Permainan psikologis, antara nyata dan fiksi. Akting Green Goblin versus Edward Cullen sungguh memukau. Sepanjang dua jam kalian hanya melihat dua orang ini, dengan setting satu tempat. Sebuah mercusuar dengan problematikanya. Sepi kesepian, sampai-sampai putri duyung dijadikan objek onani. Kurang keren apa coba? Jadi ingat Pintu Terlarang. Sukses membuat penonton frustasi. “What made your last keeper leave?”

#3. Little WomanGreta Gerwig
Saoirse + Hermione + Meryl bonus Gerwig = Masterpiece. Ternyata ada kejutan, satu lagi karakter yang membuat hati jatuh, Florence Pugh. Diluarguda justru dia memainkan peran paling signifikan, krusial, dan paling berkembang. Dari gadis rapuh, lalu ambisius, lalu membumi lagi. Dari novel adaptasi Louise May Alcott yang legendaris, Gerwig memainkan plot menjadi acak. Proses Jo menjadi penulis penuh perjuangan: tapi tetap keluarga adalah segalanya. “I am so sick of it… I am so lonely.”

#2. Portrait of a Lady on FireCeline Sciamma
Pelukis mencipta seni, menghidupkan seni, melakukan seni. Dan boom! Inilah kisah cinta pelukis dan modelnya, ga sembarangan model karena ia adalah Sang Lady yang akan menikahi pangeran, cinta sesama cewek yang malah menambah gairah. Cinta terlarang menyeret rasa terdalam. Kehidupan ini fana, yang abadi adalah potret dengan model kekasih, berbaju hijau. Saya jadi penasaran dengan buku tiap halaman 28, suatu saat akankah bisa kutemukan di halaman 28 bersketsa tubuh molek, bonus cermin bulat. Membumbungkan daya khayal. Tambahkan pirang! Tiga menit terakhir adalah sajian kepuasan, bikin mikir berhari-hari: wajah pirang sendu, senyum, lalu nangis dengan iringan musik gesek yang menyayat. “I can’t make you smile. I feel I do it and then it vanished.”

#1. The IrishmanMartin Scorsese
Reuni para orang tua yang luar biasa. Tiga setengah jam yang memukau, sejatinya sebuah hiburan psikologi itu harus seperti ini. Kumpulan para maestro sinema, yang bisa jadi menjadi perpisahan Martin Scorsese dengan para aktor langganannya, terutama Robert de Niro dan Joe Pesci. Berdoalah, semoga Martin masih mau mencipta karya dengan kumpulan orang tua semacam ini. Dan dihargai Oscar!

Ini tentang mafia yang hilang. Ketua serikat buruh yang menghilang tak ketemu rimbanya. Dan penonton menjadi saksi metamorphosis seorang pengantar daging menjelma pembunuh suruhan. Tak ada yang mudah kalau berhubungan dengan dunia kriminal. Roti celup dan ketidakadilan piala Oscar. “Fck em, fck em!”

Karawang, 310320 – Hanson – If Only (Live and Electric, Best of)

Selamat Ulang Tahun Winda Luthfi – 14 Tahun.
>.<

Best Books of 2019

Best Books of 2019. Catatan akhir tahun.

Apa yang sudah saya katakan tentang ketidakmungkinan membuktikan dokrin-dokrin relijius mengandung sesuatu apa pun yang baru.”Masa Depan Sebuah Ilusi, Sigmund Freud

Tahun yang berat. Saya kembali menuntaskan baca 110 buku, persis tahun lalu, kupadatkan menjadi 35 buku tanpa satupun buku kumpulan puisi yang masuk daftar keren, lalu kusaring lagi menjadi 18 buku dan akhirnya menjelma angka cantik 14. Empat buku yang tersingkir adalah: Breakfast at Tiffany’s, Metamorfosis, Around the World in Eighty Days, dan Kumpulan Budak Setan. Temanya lebih beragam, non fiksi sekarang semakin banyak yang kutuntaskan. Tahun ini memang kumulai dengan tertatih, sungguh berat saya menapaki awal 2019. Tiga puluh satu buku Januari yang sudah dirancang langsung berantakan, kumpulan puisi yang rencana kubaca tiap bulan langsung lebur, bahkan komik yang mau kunikmati lagi tak tersentuh semuanya. Memasuki hari-hari dengan muram, memasuki bulan-bulan dengan suram, lalu waktu menyembuhkan. Hati yang kembali ditata, jiwa yang kembali kusiram petuah sejuk.

Berikut 14 buku terbaik yang kubaca tahun ini:

#14. Dalam Kobaran Api – Penulis Tahar Ben Jellous | Penerbit Circa | Tahun Terbit (edisi yang kubaca) 2019

Hebat. Penulis kelahiran Maroko, tinggal di Prancis bercerita tentang Tunisia dan efeknya. “Aku tidak menjelaskan apapun, ini adalah karya sastra.” Arab Spring, demi rasa keadilan. Kesenjangan sosial memicu revolusi, bukan hanya di satu Negara tapi regional lain yang menyelingkupi. Api yang memicu banyak hal, nyaman sekali kalimat-kalimatnya. Demi rasa keadilan. Tahar dengan cerdas memainkan ironi.

#13. Teh dan PenghianatIksaka Banu | Kepustakaan Gramedia Populer | 2019

Kumpulan cerpen memang menjadi otomatis bagus Bung Iksaka Banu. Buku yang memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun ini, merangkul sejarah Indonesia dalam balutan fiksi. “Perang selalu kejam dan membingungkan. Menguras akal sehat, pihak yang berhadapan masing-masing merasa paling benar…”

#12. Go Set A WatchmanHarper Lee | Qonita | 2015

Di mana iblis berada? Di sini di Maycomb. Kisah lanjutan novel legendaris ‘To Kil A Mochingbird’, sekarang Scout sudah dewasa jadi perantau di New York, buku ini berkutat di Maycomb saat liburan dua minggu yang menegangkan. Bagaimana orang tuanya yang sudah tua tetap bekerja membela kebenaran. Sabar, tenang dan menghanyutkan. “Aku mencintai ibumu.”

#11. Telembuk: Dangdut dan Kisah Cinta yang KeparatKedung Darma Romansha | Indie Book Corner | 2017

Cerita dari Indramayu yang keras. Makian dan umpatan berbagai kelas. Lha judulnya saja sudah misuh: Kisah Cinta yang Keparat. Buku ini hanya apes terbit bersamaan dengan tahun Dawuk rilis sehingga gagal menang. Cerita bagus memang harus membumi gini, asli tanpa banyak rekayasa. Benar-benar seolah bung Kedung mengamati kejadian, menjalani, menyusup lalu menulis sejarah sang Diva dengan beberapa modifikasi serta kiasan. Mungkin hiperbolis tapi cinta Safitri memang keparat. “Jalan setan itu banyak dan terlihat menggiurkan, godaannya macam-macam. Salah satunya dangdutan di seberang…

#10. The Story GirlL.M. Montgomery | Gramedia Pustaka Utama | 2019

Cerita anak-anak pada suatu masa di Amerika. Lucu, seru dan apa adanya. Benar-benar membumi, seolah ini adalah diari sang Penulis. Setara ‘Secret Garden’-lah, tapi ini lebih riuh dan ceria karena melibatkan banyak karakter. Ini juga cerita-cerita sederhana yang ada di sekeliling kita, di sekeliling penulis. Hal-hal yang umum, dirajut dengan sangat bagus. Kita bisa memaknai segalanya. Tak sabar baca lanjutan.

#9. Tango & SadiminRamayda Akmal | Gramedia Pustaka Utama | 2019

Nyaman diikuti, lezat dilahap, tenang dalam bercerita dengan komplektivitas. “… berusahan mengapai-gapai Tuhan…” adalah penutup cerita yang luar biasa. Hikayat kehidupan di sekitar sungai Cimanduy. Sisi gelap manusia dengan palacuran dan ruang lingkup sekitar, sisi terang dengan kehidupan haji Misbah yang memilki tiga istri, panutan warga yang setelah diungkap detail tak seterang yang dikira. Semua manusia ada sisi abu-abunya.

#8. AparajitoBibhutibhusan Banerji | Kepustakaan Populer Gramedia | 2016

Novel India terbaik yang pernah kubaca. Riwayat Apurbo dari masa kanak-kanak, perjuangan pendidikan, merantau ke Kalkuta demi menyambut masa depan gemilang. Inilah gambaran hidup sesungguhnya. Leela dan Aparna, cinta dan tragedi. Kisah luar biasa, ada dua tragedi hidup yang berat terkait orang terkasih. Ibu dan istrinya, dan letupan impian masa muda yang terus meronta untuk diwujudkan. “Beranjak dewasa berarti juga mempertaruhkan oprimisme masa kanak-kanak.”

#7. White FangJack London | Gagas Media | 2014

Kubaca dalam sehari dari siang sampai malam, di sela ibadah dan tidur di lantai satu Blok H nomor 279 hari Sabtu, 23 Feb 19. Ini semacam prekuel ‘The Call of the Wild’ yang sudah kubaca dua tahun lalu. Dituturkan dengan berkelas. Dengan resiko apapun harus bergerak, terus bergerak, karena gerakan adalah ekspresi dari keberatan. “Aku menyerahkan diriku di tanganmu, ketahuilah aku di bawah kehendakmu.”

#6. Dalih Pembunuhan MassalJohn Roosa | Kendi | 2017

Bencana kemanusiaan dari sisi lain. Kemelut kusut tanpa kepaduan, sejarah kelam Republik ini. Semua janggal sedari awal. Siapa dalang kudeta 30 September 1965 digali dan dilihat dengan berbagai sudut. Bagaimana kejadian itu sebelum, saat dan sesudahnya. Apapun itu ini adalah tragedi besar Indonesia yang efeknya sekarang dan masa depan. Dinsinyalir setengah juta warga meninggal, angka yang luar biasa besar. “… karena beragam peneliti menggengam beragam potongan data, maka hasilnya adalah munculnya beragam versi.” Dan ini salah satu versi paling blak-blakan.

#5. The Murder of Roger AckroydAgatha Christie | Gramedia Pustaka Utama | 2013

Dan ya, saya bisa menebaknya. Ada dua kalimat yang JELAS SEKALI yang menunjukkan sang pelaku, saya konsisten. Yakin dialah pelakunya. Terbukti. Salah satu yang terbaik dari Christie, dari Hercule Poirot. Jauh hari buku ini masuk kumpulan terbaik Poirot, ini adalah buku ke belasan yang kubaca dari Christie, sehingga alurnya sudah mulai kebaca. Klu paling penting di kisah ini adalah, sang pembunuh mencoba ‘bertahan’ tidak melaporkan insiden ini ke detektif paling fenomenal. “Hercule Poirot tidak pernah mengambil resiko mengotorkan pakaiannya, tanpa keyakinan akan memperoleh sesuatu yang diinginkannya…”

#4. NeverwhereNeil Gaiman | Gramedia Pustaka Utama | 2017

Ada Gaiman lagi tahun ini. Pertarungan malaikat, iblis dan makhluk bawah tanah London. Richard, manusia normal di atas tanah terjebak dalam permainan kotor. Fantasi luar biasa, kejutan akhir yang hebat. “Bagaimana aku bisa kembali normal?” Gaiman tak pernah mengecewakan. Marquis de Carabas yang tampak licik, benarkah?

#3. Dunia SophieJostein Gaarder | Mizan | 2012

Buku rangkuman filsafat yang luar biasa. Cara cepat belajar jadi filsuf. Butuh waktu empat bulan buat menuntaskannya. Hidup ini fiksi bagi mereka yang terjebak dalam ambiguitas. Sophie Amundsend yang menyaksikan bukti-bukti keberadaan kehidupan di sisi lain dunia, lalu muncul pertentangan yang nyata ia atau kedidupan seberang? “Dari mana datangnya dunia?”

#2. The Handmaid’s TaleMargaret Atwood | Gramedia Pustaka Utama | 2018

Para handmaid di masa depan, aturan absurd dan pertentangan tak berkesudahan. Gadis kerudung tunduk, pikiran penuh luapan teriak. “Mungkin hidup yang kupikir kujalani ini adalah suatu delusi paranoid. Dalam kesaksian lebih baik mengarang sesuatu daripada bilang tidak punya apa pun untuk dibeberkan.”

#1. SapiensYuval Noah Harari | Kepustakaan Populer Gramedia | 2018

Buku yang luar biasa. Tiap sepuluh kalimat kubaca, kubaca ulang separuhnya. Nikmat di tiap lembarnya. Pengolahan kata menyusup kalbu. Bagaimana bisa buku sejarah menjelma thriller, manusia sejak dulu kini dan yang akan datang, dalam radius mengerikan. “Orang-orang yang hidup saat itu tidak melakukan hal-hal yang penting.” Mengibaratkan Peugeot dengan sangat jitu, membelalakan mata, mencerahkan imaji, membuat ngeri. Manusia dan segala revolusi umat.

Bagaimana dengan tahun 2020? See ya…

Karawang, 311219 – Roxette – Spending My Time

14 Buku Terbaik 2018

Musik ini bukan untuk Anda, ini untuk zaman mendatang.” – Beethoven

Tahun ini saya menyelesaikan baca 110 buku. Fiksi masih sangat mendominasi, novel masih menjadi golongan terdepan. Setelah beberapa tahun terakhir saya tak membuat daftar buku terbaik, maka inilah saatnya saya kembali menyusunnya. Aturan sederhana, bila ada Penulis yang tercantum lebih dari satu karya maka akan diambil satu saja yang terbaik, tak ada batasan tahun terbit, tak ada garis fiksi-non-fiksi serta hilangkan garis Penulis lokal atau terjemahan. Awalnya ketika saya sarikan muncul 27 buku, maka terpaksa saya pangkas, pangkas, pangkas, padat. Dari Summer, Kass, Never Let Me Go, The English Patient, Misteri Dian Yang Padam, Lacasa de Papel, Gentayangan, sampai Fathers and Sons dengan segala hormat kena coret satu senti garis finish hingga di daftar pendek. Tahun ini benar-benar banyak buku lima bintang – sempurna, maka daftar ini adalah jaminan puas menikmati. Berikut susunan 14 buku terbaik yang kubaca selama tahun 2018:

#14. A Man Called Ove – Fredrik Backman | Penerbit Noura | Tahun Terbit 2016

Buku si tua penggerutu yang kocak, awalnya ikut sebal dan merasakan apa yang Ove rasakan lantas teriak lantang, “Benar juga” karena Negara Swedia yang makmur itu juga jiwa sosialnya ga jauh beda dengan lingkungan kita sekitar, sebagian kecil tentunya dari sudut pandang seorang kakek. Kisah menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga kita merasa dekat dengan sang protagonis. Dengan alur satu bab maju, satu bab mundur lalu dipertemukan jelang akhir, kita menemui banyak sekali drama dan keterkaitan orang sekeliling Ove. “Semua orang bilang begitu. Namun mayoritas tidak selalu benar.

#13. Harimau Harimau – Mochtar Lubis | Yayasan Obor | 1975

Penebusan dosa, pengakuan rasa bersalah. Sekumpulan pencari damar terjebak di hutan, di mana ada harimau lapar yang mengintai. Saat salah seorang diterkam dan sang harimau mengejar, semua diminta meminta maaf pada Tuhan atas dosa mereka. Rahasia-rahasia dibongkar, dan semua cuit nyali saat kematian begitu dekat.

#12. Ratu Sekop – Iksaka Banu | Marjin Kiri | 2017

Kumpulan cerita pendek yang bergizi. Bagus sekali, padat, satir dan menggugah. Total 13 cerita dengan tiga varian baru. Cetakan mungil, dengan kover aneh sang Ratu Sekop. Film Noir sebagai pembuka sudah membawa Pembaca ke dunia fantasi, plot tak lazim bagaimana pembunuhan adalah seni takdir. Kemana perginya superstar setelah meninggal?

#11. Kura-Kura Berjanggut – Azhari Aiyup | Banana | 2018

Pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa kategori prosa tahun ini. Ketebalannya menantang kesabaran. Kisahnya dibagi tiga bagian, merentang jauh ke abad 17 di Bandar Lamuri, ujung Barat Indonesia hingga era kolonial di pergantian abad ke 20. Kura-kura Berjanggut adalah buku panduan membunuh sang sultan. “Kalau kalian tidak bisa membunuhku hari ini, kalian tidak akan pernah bisa membunuhku selamanya.”

#10. Timeline – Michael Crichton | Gramedia Pustaka Utama | 1999

Sekumpulan mahasiswa 1990an yang mendapatkan kesempatan untuk melintasi waktu kembali ke abad 14 di Prancis yang keras karena sedang bertempur dengan Inggris. Hanya punya waktu terbatas untuk menolong sang profesor yang tersesat. Kejar-kejaran, pamer teknologi, serta kemungkinan manusia bisa melakukan teleport. 150 tahun lalu ada orang bilang, suatu saat orang bisa bicara dengan benda tanpa kabel di seberang benua, pasti pada ketawa dikira orang gila. Sekarang? Lihatlah! Bagaimana kalau saat ini kita bilang bahwa manusia akan bisa dikirim ke masa lalu? Apakah kalian masih akan tertawa?

#9. Big Little Lies – Liane Moriarty | Gramedia Pustaka Utama | 2014

Gosip yang memakan korban. Dusta-dusta kecil yang menguar di udara oleh para orang tua itu menyeset kepekaan dan harga diri para pengantar anak-anak sekolah. Twist, bagaimana bisa sang pelaku kekerasan seksual yang sudah digaris itu ternyata tak seperti yang kita kira, mengingatkanku pada film Posesif yang rilis tahun lalu. “Biar kuperjelas. Ini bukan sirkus. Ini penyelidikan kasus pembunuhan.”

#8. Muslihat Musang Emas – Yusi Avianto Pareanom | Banana | 2017

Kumpulan cerpen dengan kover yang sedap dipandang, warna kuning sebagai latar dengan seekor musang di dalam cangkir di antara dua lainnya. Kover bak poster film art, film festival. Catchy nan mewah. Kisahnya ada di sekeliling kita, banyak mengambil setting warung kopi (atau agar lebih kelihatan mewah kita sebut saja kafe) sehingga menyeret kita dalam obrolan santai sekaligus menegangkan. “Ketimbang bikin agama baru, bikin Komunitas Hati Remuk Karena Sebab-Sebab Tak Tertangguhkan saja, Mas.”

#7. Matinya Penulis Besar – Mario Vargas Llosa | Immotal Publising dan Octopus | 2018

Kumpulan esai yang luar biasa indah. Menghantam nalar, menggelitik pikiran. Proses kreatif tulisan yang rumit. Andai banyak kumpulan pemikiran bisa semegah ini, saya akan lebih sering membaca esai. Pada dasarnya saya menyukai proses kreatif di balik karya. Llosa melimpahruahkannya dengan tikaman tanpa henti. Dalam Benarnya Kebohongan (1989), kalian akan terpukul bahwasanya cerita-cerita based on true story itu omong kosong. “Keadaan adalah bukan seperti apa kita melihatnya, tetapi seperti apa kita mengingatnya.”

#6. Ford County – John Grisham | Gramedia Pustaka Utama | 2012

A Short Story yang seperti kumpulan novelet. Cerita pendek namun sungguh panjang. Semua kisah bermuara di daerah Ford County, dan seperti biasa Grisham membumbui cerita bersinggungan dengan kebusukan pengadilan. Yang paling hebat adalah Kamar Michael, di mana seorang pengacara diadili di rumah kosong dengan intensitas ketegangan tinggi. “Wah, pekerjaanmu busuk Wade, karena melibatkan berbohong, menggertak, mengganggu, menutup-nutupi, tidak menunjukkan belas kasihan sedikitpun untuk orang yang terluka. Aku membenci pekerjaanmu Wade, hampir sebanyak kebencianku padamu.”

#5. 1Q84 Book 1 – Haruki Murakami | Kepustakaan Populer Gramedia | 2013

Kisahnya tak tuntas karena ini jilid pertama dari tiga. Khas Murakami yang memang jagonya meramu bualan imajiner. Dua karakter utama: Aomame dan Tengo, keduanya hidup di tahun pararelnya 1984. Seorang pembunuh berdarah dingin dengan jarum suntik dan satunya editor buku yang melakukan kejahatan terstruktur atas buku remaja: Kepompong Udara yang fenomenal. “Dalam rahasia ada satu prinsip penting. Yaitu semakin sedikit orang yang mengetahui rahasia itu, semakin baik. Sejauh ini di dunia hanya kita bertiga yang tahu rencana ini. Kamu, aku dan Fuka-Eri. Kalau bisa, aku tidak ingin menambah jumlah itu.”

#4. The 100: A Ranking of the Influential Persons in History – Michael H. Hart | Noura | 2012 | Catatan 3 | Catatan 1 | Catatan 2

Buku non-fiksi terbaik tahun ini. “Bila kita membandingkan matematika dari awal dunia ini sampai masa ketika Newton hidup, apa yang dia lakukan jauh lebih baik.” Berisi 100 manusia hebat yang pernah ada, ditambah 10 lagi di edisi revisi dengan 90 nama tercantum berikutnya. Nomor satu jelas Nabi Muhammad SAW. “Maka kita lihat, betapa monumen-monemun akal dan pembelajaran jauh lebih bertahan daripada monumen-monumen kekuatan atau karya tangan. Karena bukankah bait-bait Homer bertahan dua ribu lima ratus tahun atau lebih, tanpa kehilangan satu patah kata atau huruf pun. Dalam kurun waktu itu tak terkira banyaknya istana, kuil, benteng, kota yang telah membusuk dan hancur.” Yang mengejutkan, Penulis fiksi hanya satu, ada yang bisa menebak?

#3. Trilogi Insiden – Seno Gumira Ajidarma | Bentang | 2010

Tiga buku dalam satu bundel. #1. Saksi Mata, kumpulan cerpen. #2. Jazz, Parfum dan Insiden, novel dan #3. Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, kumpulan esai. Satu benang yang menyatukannya adalah tragedi di Dili tahun 1990an. Keberanian Bung Seno menulis kisah ini memberi konsekuensi berat karena di era Orde Baru, banyak fakta disulap seolah dongeng. “Kemerdekaan adalah impian terkutuk.”

#2. The Ocean at the End of the Lane – Neil Gaiman | Gramedia Pustaka Utama | 2013

Tahun ini saya membaca dua buku Gaiman, American Gods juga sangat bagus sayangnya terlampau mewah, dan menurutku kisah klasik sederhana yang bersetting di Inggris ini lebih berkelas. Sihir yang tak terduga, bagaimana ranting bisa menjadi kompas dan batasan-batasan dunia lain begitu nyata terlihat. Sungguh hebat, konsep ruang dan waktu yang dituturkan Neil. Salut. Saat akhirnya epilog kunikmati, seakan saya usai melahap puding-dan-pai-yang-manis, kau dalam masalah besar. Damn it! Saya jatuh hati sama karakter Lettie Hempstock. “Kau hanya perlu tumbuh dewasa dan berusaha untuk layak. Hidup ini memang tidak adil.”

#1. The Trial – Franz Kafka | Gramedia Pustaka Utama | 2016

Book of the year kita adalah karya lawas yang menghantui, diterjemahkan langsung dari Der Prozes. Bagaimana seorang pekerja dengan rutinitas kerja normal, yang menganggap dunia ini ya dinikmati suatu hari tiba-tiba ditahan polisi karena alasan tak jelas. Merasa tak bersalah, Joseph K dengan sabar dan tenang mengikuti persidangan demi persidangan hingga akhirnya kita tahu, masalahnya tak sesederhana yang kita kira. Kita seolah menaiki rollercoaster yang memusingkan, dan proses itu berujung sebuah tragedi. “Anda semua ternyata pegawai, sekarang saya tahu, Anda semua gerombolan tukang korup yang tadi saya bicarakan, Anda semua di sini berdesak-desakan sebagai pendengar dan pengintai, Anda semua berpura-pura tergabung dalam kelompok-kelompok, dan tampaknya tepuk tangan tadi dimaksudkan untuk menguji saya; rupanya Anda semua belajar cara menyesatkan dan membodohi orang yang tidak bersalah!”

Bagaimana dengan tahun 2019? See ya…

Karawang, 31 Desember 2018 – Sherina Munaf – Better Than Love

Best 100 Novels

Best 100 Novels

Tulisan ini sudah kusiapkan dalam satu tahun terakhir, dengan banyaknya pilihan dan aturan satu Penulis hanya tercantum satu, George Orwell dan Haruki Murakami punya banyak novel lima bintang tapi hanya satu yang terunggul. Series, saga, cerbung – hanya akan muncul satu judul, kalau ga gitu Harry Potter saja sudah tujuh, Narnia punya tujuh juga, sudah empat belas sekali terawang, yah jadi ga asyik kan. Yang pasti semua buku sudah dibaca dan ulas, lengkapnya silakan klik judul. Tak ada aturan njelimet, asal novel dan memuaskan saya cantumkan. Cerpen tak ada. Jadi kumpulan cerpen Alice Munro tak akan muncul. Komik otomatis tersingkir – DC dan Marvel terlalu oportunis. Seluruh novel luar sudah diterjemahkan Bahasa Indonesia, mau dari Swedia, India sampai Brazil. Yang lokal jelas juga pasti ada, berarti Tere Liye ada peluang. Karena ini daftar individu tanpa ikatan instasi manapun, yang muncul justru subjektif dalam relung pikiran, tak heran fantasi mendominasi, masih mengingin Twilight? Jangan harap buku self-improved, lupakan Ipho Santoso dan Mario Tegar. Ada juga novel yang versi aslinya cerpen bersambung di majalah lalu dirilis satu buku, The Jungle Book, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, The Treasure Island. Rentang waktu terbit pertama juga tak dibatasi dari zaman Victoria sampai era millennial ada. Hikayat, legenda, mitos tanpa nama Penulis jelas mustahil tercantum, jangan sekali-kali mencoba cari Nyi Roro Kidul, Sangkuriang atau makhluk danau Loch-Ness.

Ternyata sulit juga memilih dan memilah yang terbaik, setidaknya saya mencoba menyusun berdasar tingkat kepuasan pribadi. Dan ya, berikut adalah 100 Novel Terbaik Sepanjang Masa (per 11-11-17) versi LBP – Lazione Budy Poncowirejo:

#100. Eragon – Christopher Paolini | 2003

Epik penunggang naga. Perpaduan fantasi besar yang sudah tercipta, pengulangan dalam aksi empat babak? Namun siapa yang bisa menolak pesona Saphira?

#99. The Lovely Bones – Alice Sebold | 2002

Susie Salmon dibunuh pada tanggal 6 Desember 1973. Bagaimana kematian anggota keluarga yang menyakitkan itu berefek seiring berjalannya waktu, Susie di alam Antara melihat dengan kerinduan dan pemahaman yang makin bertambah, bagaimana orang-orang yang dikasihinya melanjutkan hidup dengan mengarungi duka yang makin lama makin terobati. Ini adalah buku renungan kelas satu.

#98. The Face Thief – Eli Gottlieb | 2012

Tiga plot terpecah yang dirajut dengan benang pencurian. Semua abu-abu, tak ada karakter jelas, mana jagoan mana bajingan. Dunia ini adalah serangkaian senjata terkokang disertai probabilitas yang terus berdetik.

#97. Saman – Ayu Utami | 1998

Indonesia di era Orde Baru. Tema politik, seksualitas feminis, dan mistik dalam misa arwah. Sungguh berani, blak-blakan, nyeni, memainkan ironi dan plot yang kuat

#96. Tintenherz – Cornelia Funke | 2003

Apa yang kalian akan lakukan ketika punya sihir: semua yang kamu baca, karakternya akan keluar dari buku. Mau manggil siapa? “Untukmu si miskin, perpustakaanku cukuplah sebagai harta.”

#95. The Day Of The Jackal – Frederick Forsyth | 1971

Novel Inggris untuk gejolak Perancis. Bagaimana rencana pembunuhan orang nomor satu dijelaskan dengan detail mengagumkan. ‘Day of the Jackal Fraud’

#94. Knock Three Times – Marion St. Webb | 1917

Dunia Mungkin mengklaim dunia kita adalah Dunia Mustahil. Segala yang ada di dimensi kita adalah hal-hal yang tak masuk akal, dengan tiga ketukan di pohon Molly dan Jack memasuki dunia absurb di mana Labu Kelabu tampak seakan iblis.

#93. Kappa – Ryunosuke Akutagawa | 1927

Kisah satire mahkluk air. Mitos, legenda, hikayat? Semua itu dituturkan oleh orang gila nomor 23.

#92. The Betrayal – RL Stine | 1993

Cerita asal mula Fear Street yang mencekam. Keluarga Fier melawan keluarga Goode. Dan api ada di mana-mana.

#91. The Chronicles of Spiderwick – Tony Diterlizzi & Holly Black | 2003-2004

Dengan batu pengelihatan, dunia gaib terbuka. Di sana ada perebutan ‘Buku Panduan’ yang mengancam kehidupan umat. Rahasia masa lalu diungkap dengan mempesona.

#90. Biru – Fira Basuki | 2003

Reuni Biru, jelang reuni akbar 2006. Momentum itu penting. Fira mencoba mengumpulkan tulang-tulang berserakan dalam drama kosmopolitan.

#89. Tsotsi – Athol Fugard | 1980

Dunia bawah tanah Afrika Selatan yang berputar bak gasing memusing. Kekejaman preman Tsotsi luruh saat menemukan bayi di pohon merah. “Kita ini sakit, Tsotsi. Kita semua, kita ini sakit.”

#88. The Giver – Lois Lowry | 1993

Penyamarataan tentu saja bukan sama dengan adil. Cerita remaja yang penjabaran artinya jauh lebih rumit. Politik, dendam dan teknologi yang dibelokkan di masa depan tanpa sentuhan emosi.

#87. Karnak Kafe – Najib Mahfudz | 1971

Kebenaran memang selalu merupakan pil pahit. Dengan setting Desember 1971 di mana Mesir dalam kondisi pasca perang semua dituturkan dengan apa adanya. Era di mana negeri itu mengalami kegundahan luar biasa, tentang pemikiran, tentang “balas dendam” dan saling tuduh antar golongan.

#86. Botchan – Natsume Soseki | 1906

Seorang anti-hero yang (mencoba) melawan sistem pendidikan yang kolot. Bagaimana bisa anak bandel dewasanya jadi guru? Botchan yang ‘hidup’ di era yang muram.

#85. Pellucidar Series – Edgar Rice Burroughs | 1914-1963

Journey To The Center On the Earth versi Tarzan. Gabungan kongkret antara impian romantisme, petualangan dan penemuan di pusat bumi. Kita seperti dibawa ke masa awal penciptaan bumi, masa ketika sebelum ada satu manusia-pun di atas tanah dan laut.

#84. Robinson Crusoe – Daniel Defoe | 1722

Akar dari kisah petualangan terdampar di sebuah pulau. Dikerumun kanibal, dibalut sujud padaNya. Crusoe adalah contoh sosok anti-menyerah di keterpurukan terdalam.

#83. Kiss The Lovely Face of God – Mustafa Mastoor | 2000

Pertanyaan besar semesta. “Apa yang hilang dari mayat yang ada pada orang hidup. Apa yang membedakan mayat dengan orang hidup?”

#82. Daddy-Long-Legs – Jean Webster | 1912

Kisah satu arah yang dituturkan lewat narasi surat. Karakter sang daddy sendiri disimpan, walau tak terlalu rapat guna memberi kejut di akhir. Happy-ending-day!

#81. The Hours – Michael Cunningham | 1998

Tiga cerita perempuan dari era yang berbeda. Benang merahnya sang Penulis besar Virginia Woolf. Tak segamblang yang kita baca, karena menyeret banyak isu feminism.

#80. Madogiwa no Totto-Chan – Tetsuko Kuroyanagi | 1981

Buku wajib untuk para pengajar. Sistem pendidikan yang kolot yang coba didobrak melalui kisah-kisah inspiratif gadis kecil menggemaskan. Terima kasih Pak Kobayashi.

#79. Inferno – Dan Brown | 2013

Overpopulasi, penafsiran nyeleneh The Divine Comedy-nya Dante Alghieri dan seni melawan bencana kepunahan umat. Catalina, molto bella. Buku yang cantik sekali.

#78. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi – Yusi Avianto Pareanom | 2016

Babat tanah Jawa versi cadas via kerajaan Gilingwesi. Identitas besar Sang Raja disimpan sampai bab akhir, pun legenda Putri Tabassum yang elok nian. Semua hikayat itu dituturkan oleh protagonist bernama aneh Sungu Lembu.

#77. Hundraaringen som klev ut genom fonstret och forsvan – Jonas Johasson | 2009

Ide brilian memainkan kakek seabad dalam petualangan menjelajah dunia. Indonesia punya peranan penting aksi Allan. Kenapa cerita fiksi dengan singgung sejarah seperti ini tak terpikirkan dari dulu ya?

#76. A Wrinkle In Time – Madeleine L’Engle | 1963

Misteri dimensi, ruang dan waktu. Teori tesseract. “Jalan menuju neraka dilapisi oleh niat-niat baik.”

#75. A Paint House – John Grisham | 2001

Terinspirasi masa kecil Grisham. Kisah rumah yang ingin dicat putih oleh Luke Chandler sebagai bentuk pengakuan kemapanan. Bagaimana keputusan yang kita ambil sangat mempengaruh nasib orang lain.

#74. The Island of Doctor Moreau – HG Wells | 1896

Novel science MAD fiction. Benar-benar mencekam, bagaimana bisa ada ide (dan mewujud) mencipta makhluk gabungan manusia dan hewan? Awalnya airnya mengalir datar, separuh sampai akhir adalah gejolak mengerikan.

#73. Gitanjali – Rabindranath Tagore | 1912

Song Offerings. Inilah buku yang mengantar Tagore menang Nobel Sastra. Prosa Indah, puja-puji kehidupan.

#72. Tenggelamnya Kapal Van Der Vijk – Hamka | 1939

Tema cinta yang kandas. Romantisme Indonesia dengan balutan budaya yang kental. Hayati lelah.

#71. Mary Poppins Series – P.L. Travers | 1934-1988

Pengasuh anak yang ajaib. Masuk ke dalam lukisan, terbang untuk acara minum teh, kisah bintang jatuh yang dicari sapi sampai komunikasi bayi kepada makhluk sekitar. Mary Poppins menaikkan derajat the nanny untuk lebih disanjung.

#70. Frankenstein – Mary Shelley | 1818

Legenda makhluk raksasa Victor Frankenstein. Sejatinya Frankenstein adalah nama pencipta bukan si buruk rupa, tapi kenapa dunia lalu menjuluki ciptaannya dengan nama Tuhan-nya? “Kita semua makhluk yang tidak sempurna, hanya separuh jadi.”

#69. Romeo And Juliet – William Shakepeare | 1597

Kota Verona punya cerita kasih tak sampai. Ah andai Romeo punya nomor HP Juliet, tragedi itu bisa dicegah. Ah andai salah satu keluarga Montague dan Capulet tak egois, justru Romeo+Juliet dikenal karena tragisnya, ‘Kan?

#68. The Ghost – Robert Harris | 2007

Ide membuat biografi politik dengan menyewa Penulis bayangan, terdengar seru. Di tengah tercemarnya nama baik sang politikus, ada pola tak terduga yang memberi kejut motivasi. Dan letusan tembak membuyar tatanan bata dalam ketik indah.

#67. Disclosure – Michael Crichton | 1994

Tema erotik dibalik yang unik. Kalau selama ini pelecehan seksual biasanya korban perempuan, Pengungkapan adalah laki. Kalau selama ini pihak dalam hubungan industrial, pegawai yang sering keok di pengadilan, bagaimana saat pihak manajemen dicipta tersudut?

#66. The Treasure Island – Robert Louis Stevenson | 1883

Kisah bajak laut yang banyak menginspirasi. Dengan sudut pandang remaja Jim Hawkins kita diajak menjelajah lautan demi harta terpendam. Ombak penuh buih itu terlihat Indah awalnya, namun tunggu dulu – Stevenson membuat kapalnya bergolak dengan menyisipkan pemberontak nan penghianat.

#65. The Messiah – Boris Starling | 1999

Detektif era 1990-an. Pembunuhan atas nama Tuhan. Sang pembunuh serial ada di sekitar kita.

#64. Don Quixote de la Mancha – Miguel de Cervantes | 1905

Cerita jenaka Don Quixote dan pengawalnya Sancho Panza yang legendaris. Hati-hati apa yang kamu baca, imajinasi sering kali membumbung tak terkendali. “Aku sama hebatnya dengan seratus orang.”

#63. A Room With A View – E.M. Forster | 1908

Sedari pembuka kisah kita tahu ke arah mana drama cinta ini akan berakhir. “Kita tidak bisa berbuat baik pada semua orang.” Miss Lucy Honeyschurch memang sudah tampak galau menentukan arti cinta, dan kita dituntunnya untuk bilang wanita (tampak) selalu benar.

#62. Intensity – Dean Doontz | 1995

Sadisme disatukan dengan kecerdasan sang pembunuh. Chyna Shepard seorang siswi kunjung yang malam itu terselip dalam keluarga korban. Adu cerdik, hanya satu yang selamat.

#61. Kniha Smichu a Zapomneni – Milan Kundera | 1979

Paket komplit kisah-kisah Eropa timur. Politik kiri, debat absurb para penyair besar, sampai selingkuh yang dianjur. Novel yang berisi tujuh cerpen yang terkait, sejarah adalah perubahan-perubahan singkat.

#60. The Wildmills of Gods – Sidney Sheldon | 1987

Rakyat hanyalah pion, semua geraknya dikendali tangan tak terlihat. Ketika jabatan prestise diraih itu bukan karena prestasimu, tapi sebuah skenario permainan catur.

#59. The Railway Children – Enid Nesbit | 1906

Dari jalur panjang rel kereta daerah Yorkshire, anak-anak tak tahu nasib ayah mereka yang menghilang. Ibu yang menulis cerita, dan gejolak tanya yang tak kunjung padam. Ajaran peduli sekitar yang menarik.

#58. Therese Raquin – Emile Zola | 1867

Perselingkuhan. Pembunuhan. Sebuah kisah naturalisme yang mengajak Pembaca menyelami pikiran manusia yang memuakan, keberanian mengungkap kejujuran cinta terlarang.

#57. No Country For Old Men – Cormac McCarthy | 2005

Apa yang kalian lakukan saat sendirian melihat mayat-mayat bergelimpangan dengan koper penuh uang di sampingnya? Kaya mendadak dengan resiko bahaya besar, beranikah menantang maut? Karena segala sesuatu pasti bersumber, uang sekoper tak mungkin diabaikan, adu tangkas pembunuh bayaran kejam Anton Chigurh versus Llewelyn Moss sang veteran perang. Dan taruhlah sherif tua diantara mereka.

#56. Doctor Zhivago – Boris Pasternak | 1957

“Tidak perlu menyesuaikan seni dengan tuntutan politik negara. Mengorbankan karya (novel), akan menjadi dosa terhadap kejeniusanku sendiri.” Cara Boris melawan ketidakadilan yang berbuah Nobel Sastra.

#55. Lelaki Harimau – Eka Kurniawan | 2004

Sedari awal sudah tak lazim, pembunuhan terjadi dengan gamblang. Margio mengaku ada harimau dalam tubuhnya, ia menerkam leher Anwar Sadat. Bangunan narasi di kepala itu memberi kejut istimewa di paragraf akhir.

#54. The Hunger Games Trilogy – Suzanne Collins | 1, 2, 3 | 2008-2010

Amerika Serikat di masa depan yang mengerikan, dunia dibagi dalam 12 distrik. Sepasang remaja tiap wilayah yang dipilih undi maju untuk bermain dalam arena bunuh. Hanya satu yang bisa keluar hidup, tunggu dulu.

#53. Gabriela, Cravo, e Canela – Jorge Amado | 1958

The Chronicle of Ilheus. Gabriela adalah pesona utama Ilheus di antara keringat pria-pria frustasi. Kota tani yang sedang berkembang dengan hiruk-pikuknya.

#52. Steppenwolf – Hermann Hesse | 1927

“Hanya Untuk Orang Gila.” Lelaki kesepian yang menyebut dirinya sendiri seorang Steppenwolf di kota yang muram, saat ia memutuskan bersosialisasi yang awalnya iseng malah jadi candu. Cinta memang tak bisa disangka.

#51. Para Priyayi – Umar Kayam | 1992

Kisah Soedarsono melewati masa pra-kemerdekaan zaman Belanda dan Jepang. Era merdeka,  gonjang ganjing PKI, sampai cucu cicitnya yang modern. Simbolis pohon nangka yang tertangkap dalam konsep ruang dan waktu.

#50. Gulliver’s Travels – Jonathan Swift | 1726

Novel satir tentang perjalanan manusia. ‘Aku memiliki pendapat bahwa (manusia) adalah serangga kecil paling mengerikan yang merangkak di atas permukaan bumi.’ Ungkapan menggelitik isi kepala.

#49. Fahrenheit 451 – Ray Bradbury | 1953

Tema dystopia, di mana buku harus dibakar. Petugas pemadam Guy Montag ternyata punya pola pikir melenceng yang membuatnya diburu. Drama absurb tiga bagian: The heart of Salamander, The sieve and the sand, dan Burning bright.

#48. Yama No Oto – Yasunari Kawabata | 1954

Cinta seorang kakek-kakek, Ogata Shingo terhadap menantu yang bergemuruh. Mimpi dan kenyataan, batasannya jadi kabur. “Bahkan saat cuaca alam bagus, cuaca manusia tetap buruk.”

#47. The Good Soldier Schweik – Jaroslav Hasek | 1912

Lugu. Polos. Tolol. Kocak.

#46. The Jungle Book – Rudyard Kipling | 1894

Kisah anak manusia yang dibesarkan binatang di hutan, bukan hanya milik Tarzan. ‘Bunga Merah’ yang menyala dan dongeng adaptif. Kita akan lebih akrab karena biasa, bahkan dengan keseharian binatang.

#45. The Picture Of Dorian Gray – Oscar Wilde | 1890

Obsesi muda yang berbahaya. Disusun dengan pemilihan diksi kelas satu – seolah puisi yang menghanyutkan. Lukisan Dorian Gray terlihat diam, namun dia hidup!

#44. The Call Of The Wild – Jack London | 1903

Seekor anjing rumahan harus membuas di alam liar. Membunuh atau dibunuh. Lolongannya terdengar menyedihkan, hidup memang keras kawan bahkan untuk anjing yang berhati lembut.

#43. The Secret Garden – Frances Hodgson Burnett | 1909

Mary Lennox dipaksa keadaan untuk tinggal di desa, jauh dari hingar kota. Anak manja yang belajar makna kerja keras, dan sebuah kebun rahasia mengantarnya pada petualangan dan persahabatan. “Jangan pernah berhenti mempercayai Hal mahabaik dan mahaagung dan meyakini bahwa dunia dipenuhi dengan hal itu.”

#42. On The Road – Jack Kerouc | 1957

Kitabnya para generasi Beat. Jalan-jalan merenungi hidup bersama narkoba, seks dan pencarian makna. Meksiko jadi puncak terjauh ke Selatan bagi seorang sosok jalanan yang sempurna.

#41. Die Klavierspielerin – Elfriede Jelinek | 1983

Seni musik dipadu dengan erotika perempuan matang. Erika Kohut adalah presentasi sunyi ketaatan namun di kepala penuh ide berontak. Seni dan ketertiban adalah dua saudara yang saling bermusuhan.

#40. Lolita – Vladimir Nabokov | 1955

HH si pedofil. Lolita yang manja. Di Latvia setiap tanggal 30 Mei diperingati sebagai hari nama Lolita.

#39. An Artist Of the Floating World – Kazuo Ishiguro | 1986

Masa lalu yang menghantui. Seorang Pelukis sukses terjebak akan kesalahan masa lalu, mencoba menutupi dan berlindung pada rekan seperjuangan dan ‘jasanya’ terhadap Negara. Jepang era pasca Perang Dunia Kedua, seperti Indonesia yang paranoid komunisme.

#38. To Kill A Mockingbird – Harper Lee | 1960

Drama pengadilan terbaik yang pernah kubaca. Dinarasikan seorang anak perempuan bahwa prasangka itu tak baik. Isu rasial memang sensitif.

#37. The Gambler – Fyodor Dostoyevky | 1867

Nenek kaya raya iseng di meja judi yang mengkhawatirkan para ahli waris, yup berlimpah uang ludes. Alexey Ivanovitch yang jatuh hati bertaruh demi harga diri. Mengherankan apa yang kadang-kadang dapat diperbuat oleh gulden terakhir!

#36. Le Petit Prince – Antoine de Saint-Exupery | 1943

Imajinya luar biasa. Pangeran Cilik tinggal di planet mini, berkunjung ke tujuh planet asing dengan penghuni aneh. Yang ketujuh adalah bumi, planet tak biasa karena akan terus membuatnya terkagum, tersedu sedan, bahwa kita ini debu yang tersembul di semesta.

#35. Les Miserables – Victor Hugo | 1862

Kisah hidup yang sangat panjang Jean Valjean. Dari pendeta bijak bak nabi Tuan Myriel. Dan gadis lugu yang bertransformasi menggila Fantine.

#34. Wuthering Heights – Emily Bronte | 1847

Drama kelurga pilu. Melalui tutur kata Nelly sang pelayan kepada tamunya Tuan Loockwood kita tahu sejarah panjang Wuthering Heights.

#33. Kafka On The Shore – Haruki Murakami | 2005

Kucing hitam, gagak, makhluk dari dunia antah. Perjalanan mencari jati diri yang megah, bonus hujan lintah. Dan tantangan menakjubkan, memaku detik untuk stagnan dalam dimensi lain mengembara.

#32. A Clockwork Orange – Anthony Burges | 1962

Manusia mesin. Tahukah Anda, orange di sini sesungguhnya bukan jeruk? Burges pernah ke Malaysia untuk mengajar dan bahasa Melayu-nya human adalah: orang.

#31. Peterpan – JR Barrier | 1904

Peri penyusup di jendela lantai atas yang legendaris. Perang bajak laut, siapa yang tak kenal kapten Hook? Dan Peterpan – remaja abadi yang terbang dengan serbuk, the boy who wouldn’t grow up.

#30. A Farewell To Arms – Ernest Hemingway | 1929

Kehebatan kalimat langsung. Kehebatan menggunakan hanya kata-kata penting. Kehebatan ending yang disampaikan dalam satu lembar untuk membuat Bradley Cooper (dan mayoritas Pembaca) marah.

#29. The Lord Of The Flies – William Golding | 1954

Makna asli judul ternyata lebih panjang untuk dijelaskan ketimbang yang disangka. Sekumpulan remaja terjebak di pulau misterius, Golding menempatkan segalanya sulit dan kisah seni bertahan hidup dicipta.

#28. Matilda – Roald Dahl | 1988

Matilda, si cerdas yang nyaris kuhadiahkan sebagai nama putriku. Banyak referensi buku besar yang disampaikan. Benarkah kekuatan mentalist menggerakkan benda tanpa menyentuh itu ada?

#27. In Cool Blood – Truman Capote | 1966

Penuturan pengungkapan kasus pembunuhan yang detail, mohon dicatat Ini kisah nyata. Satu keluarga kaya, terpandang, bermasa depan cerah di suatu Minggu pagi ditemukan tewas mengenaskan. “Selesaikan pekerjaanmu, saksikanlah dan berdoalah: karena kamu tak tahu kapan akhirnya tiba.”

#26. The Brave New World – Aldous Huxley | 1932

Masa depan yang misterius, manusia sudah bisa dikloning! “Sebut itu kesalahan peradaban, Tuhan tidak sesuai dengan mesin dan obat ilmiah serta kebahagiaan universal.” Hani! Sons eso tse-nai!

#25. Of Mice And Men – John Steinbeck | 1937

Persahabatan bagai kepongpong, dulu kita sahabat dengan begitu hangat mengalahkan sinar mentari. Lennie dan George, sahabat yang saling mengisi seakan bertalian saudara. Namun tunggu dulu, di sungai Salinas titik utama dimulai kisah menjadi saksi di titik akhir yang mengerikan.

#24. Trilogy Bartimaeus – Jonathan Stroud | 2003-2006

Penyihir versi Jonathan punya dunia berlapis, dimensi ala Kerutan Dalam Waktu. Jin kocak ditemukan penyihir cilik yang cerdas, bumbuhi politik perebutan kekuasaan dan jadilah novel luar biasa. Masih menunggu keajaiban untuk difilmkan.

#23. The Kite Runners – Khaled Hosseini | 2003

Semua syarat buku bagus ada di sini. Kisah persahabatan yang merentang jauh dengan balutan layang-layang putus yang perlu dikejar dan politik Afgan yang sedang goyah. Diceritakan dengan narasi yang padat.

#22. Madame Bovary – Gustave Flaubert | 1857

Cerita dengan tema selingkuh memang mendebarkan, seperti makna penghianatannya itu sendiri. Buku yang membuat Flaubert diadili karena dianggap berkisah tak senonoh. Oh Emma, kenapa?

#21. Gone With The Wind – Margaret Mitchell | 1936

Saksi perubahan karakter dari gadis manja menjadi dewasa dengan pemikir matang. Drama berkelas berbumbu perang. Scarlett ini hebat lho, egois dalam cinta namun akhirnya tetap membumi.

#20. Midnight’s Children – Salman Rusdie | 1981

Ini adalah buku sejarah India dengan sudut pandang anak yang terlahir tepat tengah malam di hari Kemerdekaan. Tak senyaman buku sejarah di sekolah karena tutur bahasanya rumit. Menukar bayi di klinik bersalin adalah kejahatan super duper besar.

#19. A Tales of Two Cities – Charles Dickens | 1859

Revolusi Perancis yang meruntuhkan monarki. Kisah cinta yang dituturkan dari dua kota yang berseberangan, London dan Paris. Ending-nya mengharu biru, betapa pengorbanan cinta sungguh tak bertepi.

#18. The Good Earth – Pearl S. Buck | 1931

Generasi Pertama membangun. Betapa tanah adalah investasi tertinggi sejak dahulu kala sampai masa depan. Keluarga Wang memberi bukti, tak ada yang mustahil dalam hidup.

#17. And Then There Were None – Agatha Christie |  1939

Kisah detektif tanpa detektif. Mengumpulkan 10 calon korban dalam lingkaran kematian di pulau Negro yang terkucil, semua mati. Kalau begitu siapa pembunuhnya?

#16. The Catcher in the Rye – J.D. Salinger | 1951

Mengapa buku ini disukai pembunuh? Holden Vitamin Coulfield menggambarkan pemberontakan ala siswa yang berfikiran out of the box. “Semakin mahal uang bayaran satu sekolah semakin penuh pula sekolah itu dengan maling”

#15. Fight Club – Chuck Palahniuk | 1996

“Jika aku bisa terjaga di tempat yang berbeda, pada waktu yang berbeda, dapatkah aku menjadi orang yang berbeda?” Si insomnia Tyler Durden mendiri klub bertarung bawah tanah. Seru, liar, dan sangat jantan!

#14. His Dark Materials – Phillip Pullman | 1995-2000

Fantasi rumit nan megah. Kompas emas sebagai petunjuk, pisau gaib untuk berkelana dan teropong emas menembus dimensi. Pertempuran besar melawan Otoritas.

#13. Harry Potter Series – JK Rowling | 1997-2008

Kisah penyihir berkaca mata yang meledak di pergantian milenium. Efek novel ini sangat panjang. Selain kekuatan cerita, JKR punya pemilihan nama karakter yang unik, sampai putri keduaku bernama Hermione. Serius, Calista Yumna Hermione!

#12. The Adventure of Tom Sawyer – Mark Twain | 1876

“Benar ia seorang berandal, benar ia meracun hatiku sepanjang hari, tapi kalau suaranya tak terdengar lagi di telingaku, sunyi dan sepilah rasanya di dunia ini bagiku.” Tom Sawyer yang bandel bertemu Huckleberry Finn yang liar menjelajahi pulau. Sebuah pewujud impian masa kecil kita yang benci sekolah dan ingin bersatu dengan alam.

#11. Alice in Wonderland – Lewis Caroll | 1865

Novel anak yang memusingkan anak-anak, juga orang dewasa. Semakin terperosok lebih dalam ke lubang kelinci semakin memperumit imaji. “Penggal kepalanya!”

#10. Bumi Manusia – Pramudya Ananta Toer | 1980

Zaman Indonesia belum merdeka, seorang pribumi diberi kesempatan dalam pendidikan. Kekuatan disusun demi harga diri. Tak ada perang besar dengan memanggul senjata di buku ini, tapi rentetan kalimatnya akan meruntuhkan hatimu.

#9. Narnia Series – C.S. Lewis | 1950-1956

Kisah empat Pevensie bersaudara di dunia ajaib, membuatku ngeri membuka lemari seakan dibalik baju ada dimensi lain. Jadi mengistimewakan nama Lucy yang ketiga setelah di film Die Hard 4.0, Study in Scarlet dan ini. Kemudian yang keempat ya film Lucy-nya Scarlett Johanson.

#8. L’Tranger – Albert Camus | 1942

Meursault adalah orang aneh, lain daripada yang lain yang memandang hidup bak sebuah alur sia-sia. Bercinta berselang tak lama pasca ibunya meninggal dunia, hukuman berat yang dianggap biasa sampai menolak taubat. “Aku telah menjadi orang yang hanya memikirkan masa sekarang atau masa depan dan bukan masa yang telah lampau.”

#7. Nineteen Eighty-Four – George Orwell | 1949

Animal Farm, Tenggelam dan Teringkir di Paris dan London, Road To Wigan Pier, Orwell punya banyak novel lima bintang. Masa depan yang misterius dibuat mencekam Bung Besar. Tahun 1984 sudah lewat tapi 1984 tahun lagi buku ini jelas akan terus dibicarakan.

#6. Study In Scarlet – Sir Arthur Conan Doyle | 1887

Acuan semua kisah detektif. Alur mundur yang membuat penggemar fiksi misteri melonjak kaget. Masterpiece Sherlock Holmes, legenda besar Baker Street 211B.

#5. The Sound And The Fury – William Faulkner | 1929

Drama keluarga yang berliku. Menikmati Faulkner seolah kita ditenggelamkan, melihat dunia dalam sudut air yang bergelombang, megap-megap. Mustahil paham di kesempatan pertama baca.

#4. The Great Gatsby – F Scott Fitzgerald | 1925

Cinta sejati yang membabi buta. Gatsby adalah representasi lain dari kata setia. Dan tentu saja F Scott menambahkan sentuhan tragis di dalamnya untuk menjadikan Pembaca geram bersamaan tepuk tangan.

#3. A Game Of Throne – George RR Martins | 1996

Winter is coming. Perebutan takhta adalah novel fantasi gila, pertumpahan darah di mana-mana. Andai kalian hidup di masa itu, segala gerak pilihan hidup terlihat salah karena semua tak ada yang aman.

#2. The Hobbit – J.R.R. Tolkien | 1937

The best fantasy novel, I ever read. Sebelum Frodo Baggins memulai perjalanan panjang tentang cincin ajaib, kita sudah diajak berpetualang bersama Bilbo Baggins. Menemani tiga belas kurcaci dan Gandalf The Grey mereka melawan naga Smaug yang megah, sebuah Fantasi yang menginspirasi banyak generasi berikutnya.

#1. 100 Years of Solitude – Gabriel Garcia Marquez | 1967

Save the best for the last. Sebagai buku terakhir yang saya review sebelum daftar ini rilis. Saat kamu sudah merasa menemukan novel terbaik, coba sandingkan dengan mahakarya ini.

KGV V5/23 & Ruang HRGA CIF NICI – Karawang, 111117 – #SherinaMunaf – #CurahanSegalanya

Happy anniversary wedding 6 years 11-11-11 —— 11-11-17, sengaja daftar ini saya susun untuk kado pernikahan kami yang keenam tahun. Masa penuh rasa, nano-nano deh. Terima Kasih tak terhingga untuk istriku tercinta, Meyka Budiyanto. Kedua putriku: Najwa Saoirse & Calista Yumna Hermione. Kalian penyemangatku. Enam tahun untuk selamanya.

Daftar ini bisa terwujud berkat bantuan banyak pihak. Terima kasih banyak semuanya. Pertama jelas toko buku kovensional: Gramedia Karawang, Salemba Mega M Karawang, Kharisma KCP (syedihnya tutup – Nov 2017 ini), Gunung Agung Resinda, AA Tuparev, Gramedia Solo Square, Gramedia Slamet Riyadi Solo, Kharisma Solo Grand Mal, Emperan Buku Bekas Gladag – juara buku-buku jadul, Book Store Cikarang – MLC, Salemba Cikarang, Transmedia Cikarang, Togamas Solo, Togamas Surabaya. Kedua: Perpustakaan Solo di Jebres yang sudah lalu, masa indah sekolahku banyak direntang di sana. Ketiga Toko buku online: Stanbook – Olih, Taman Baca Rindang – Ari Naicer, Lenteng Agung – Pak Husna. Keempat segala pameran buku: Pameran buku Senayan 10.10.10, Pujasera Cikarang, Solo Technomart, dst. Kelima Sahabat tukar-pinjam buku: Zulk, Dien Novita, Budi Sukendro, Rani skom, Putri Wewa, Widy Satiti, Sekar Ayu, Vanessa Len, Melly Potter, Jokop Interisti, Pia Edogawa, Tanti Melia Fajrianti, Intana Intano, Wida Mani Oktani, Miss Devi, guru bahasa Inggris ETC, dst. Keenam Rekomendasi hebat dari sahabat: Moh Takdir – raja snob segala bidang, Jacob Julian – penulis absurb, Iin & Bob,  William Loew, Arif Keles, Emas Agoes Lelur yang abstrak, Christian Sutikno – tukang kopi film kolektor HD, Huang yang keukeh terbaik The Star Shines Down – ceo BIB, Gangan si Blogger keren – untuk Lego, Penyihir Midas dan Bokisnya. Teman satu kos Ruanglain31 – Cikarang: Grandong, Eri Wawan dan Jemy K. Rekomendasi dari grup WA – Love Books A Lot ID dan semua sahabat yang tak bisa kusebut. Untuk Penerbit dan Penerjemah buku-buku bermutu, kalian luar biasa. Mewujud mimpi, pada dasarnya menerjemahkan adalah pekerjaan mentransformasi kebudayaan. Daftar ini untuk kalian para Penikmat dan Pecinta Buku, mari berbagi.

#best100novel #100novel #mustberead #beforedie