5 Detik dan Rasa Rindu #17

“Karena retina yang tak sengaja kutatap selama 5 detik, lahir beribu puisi yang belum juga mati.”

Apa yang bisa diharapkan dari seorang artis yang menulis buku, menulis puisi? Hanya sedikit artis yang sukses menapakinya, sayangnya debut Prilly ini tak sukses. Tertatih, dan biasa sekali. Harapan yang rendah, dan sesuai. Puisi memang sulit dipahami, susah diprediksi, kutipan-kutipan yang pantas di-sher di sosmed biasanya yang berhasil menautkan emosi pembaca, emosi pendengar, penikmat syair. Di sini, tak banyak, atau malah tak ada yang untuk dibagikan. Mengalir saja. Tema cinta dan kerinduan, jatuh cinta memang indah, akan lebih sangat indah bila tak bertepuk sebelah. Mencipta rindu, dan kenangan, yang tak sertamerta merangkul erat para pecinta.

Terbagi dalam tiga bagian: Muasal Puisi terdiri 7 puisi, Lorong Kenangan terdiri 37 puisi, dan Noktah satu pusi akhir. Seperti sebuah lakon, pembagian ini pembuka, inti, penutup. Tema utama adalah cinta, 5 detiknya, seperti yang tertera di pembuka, adalah masa penyair menatap lelaki hingga jatuh hati. Lima detik untuk sebuah pandangan, adalah lama. Bisa karena terpukau akan apa yang dilihat, bisa pula karena takjub sehingga perlu waktu untuk terus terpaku mengamati.

Ditulis besar-besar, dicetak mungil, sehingga seratusan halaman juga gegas kelar. Berikut sebagian yang terpilih untuk kuketik ulang:

Kamu: Kamu sangat populer di kepalaku / Bahkan saat aku tidur / kepalaku tetap disibukkan olehmu. / Karena kamu selalu singgah dalam mimpiku. / Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku / tak pernah berhenti.

Tuntutan: Cinta! / Satu kata tanpa definisi. / Tidak membawa Kejelasan / walau dampaknya kuat terasa

Degub Kesukaanku: Jika dia mencintaimu, dia tidak akan membiarkan / kamu berjuang sendirian. / Cinta memang sesederhana itu.

Pilihan: Jika hati bisa memilih. Pilihanku pasti akan jatuh lagi / kepada kamu. Tapi bagaimana bisa memilih kalau sudah / diahncurkan. Tinggal menunggu seseorang yang mau / membenahinya lagi.

3 Detik: Hanya 3 detik. / Retinaku dan retinamu bertemu. / 3 detik yang pernuh kekesalan, / kerinduan / dan beberapa rasa yang sulit dijelaskan. / Sesakit apapun aku karena tatapan itu. / doa terus kususun untuk kamu bahagia. / Dan detik-detikku terus dikepung rindu.

Merindu: Dan tubuh ini pun dingin. Merindu dekap hangat fatamorgana / digantikan sosok yang nyata, tetap gigil.

Tak Bisa Ku Miliki: Bagaiamanapun keadaan sekarang… / kamu pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku, / bagian yang ku jaga walau sekarang aku biarkan pergi / Tempatmu di hatiku seperti keharusan yang tak bisa digantikan / rinduku padamu juga enggan dialihkan. / Oh, fatamorgana / namamu akan selalu ada di dalam doaku.

Aku Memilih Mengenangmu: Beruntunglah kamu / jika dicinta oleh orang yang suka menulis sepertiku / Karena kemanapun kamu pergi / namamu, dan semua tentangmu akan abadi / dalam sajakku.

Aku Lemah: Karena sesungguhnya terluka mengajarkan kita satu hal. / Cinta tidak akan pernah salah memilih tempat / dimana dia harus berada.

Noktah: Aku itu seperti hujan ya? / Walau sejuk tetap saja kamu berteduh

Noktah #: kita… / bertemu… / jatuh hati… / hilang… / tidak ada kata perpisahan… / tidak ada akhir… / dan masih aku bertanya… / Mengapa?

Ini adalah buku pertama Prilly, dan buku pertamanya yang muncul di blog ini. dikenal sebagai artis, Prilly memang multitalent. Walaupun di percobaan pertama ini, tak terlalu mencipta kesan bagus di sini, setidaknya percobaan mengumpulkan tulisan, mengumpulkan coretan puisinya untuk dibukukan perlu diapresiasi. Tak semua artis berpikir ke situ, temanya terlalu kecinta-cintaan. Standar sekali.

Saya baca hanya dalam setengah jam di pergantian hari jam 00:05 sd. 00:30 dini hari, malam Jumat (17.06.22) kebangun dan tak bisa tidur lagi, gegas baca puisi dan prosa, keduanya kelar! Padahal ini hari kerja. Setelah dua jam nekad, akhirnya coba kupejamkan istirahat. Dini hari adalah masa yang sangat tenang, dengan kondisi pikiran fresh, tetap tak berhasil mengesankanku.

Semoga ke depannya muncul karya-karya lainnya yang lebih tertata dan lebih Ok, semoga artis lainnya yang memiliki bakat tulis membukukan karyanya. Semangat Prilly!

5 Detik dan Rasa Rindu | by Prilly Latuconsina | Copyright 2017 | Penyunting naskah Fuad Jauharudin | Ilustrasi sampul Nafan | Desain Pidi Baiq | Desai nisi Deni Sopian | Penerbit The PanasDalam Publishing | Cetakan V, September 2017 | ISBN 978-602-61007-0-2 | Skor: 2.5/5

Karawang, 170622 – Shane Filan – Beautiful in White

Thx to Sri Wisma Agustina (Literasi Rongsok), Bandung

#30HariMenulis #ReviewBuku #17 #Juni2022

The High Mountains of Portugal: Cinta yang Amat Besar, dan Rasa Kehilangan yang Tak Terhingga

The High Mountains Portugal by Yann Martel

Apakah ada artinya? Dari mana jiwa berasal? Ada beragam jiwa yang diasingkan dari surga. Jiwa tetaplah jiwa yang harus diberkati dan dibawa kepada kasih Tuhan.”

Apalah arti kita tanpa orang-orang yang kita cintai? Apakah ia berhasil bangkit dari duka? Ketika dia menatap matanya di cermin saat bercukur, hanya relung-relung kosong yang tampak. Dan dia menjalani hari-harinya bagaikan hantu yang membayang-bayangi kehidupannya sendiri. Buku tentang duka yang terbagi dalam tiga bab panjang. Tanpa Rumah, Menuju Rumah, Rumah. Semua adalah kesedihan kehilangan orang terkasih. Menguras air mata, takdir yang pilu. Tanpa rumah adalah sebuah kehilangan yang sempurna: ayah, kekasih, anak tahun 1904. Menuju rumah adalah kehilangan pasangan hidup, dokter spesialis patologi yang kebahagiaannya terenggut tahun 1939. Rumah adalah perjalanan duka dari Kanada ke Puncak pegunungan Portugal, pencarian rumah tahun 1989.

Semua yang tersaji bisa saja sekadar kisah pilu para lelaki rapuh yang ditinggal mati istrinya, tapi setiap sisi terselip perjuangan dan pencarian makna hidup. “Aku berbicara dengannya di dalam kepalaku, ia hidup di situ sekarang.” Jangan menyerah, kerelaan, waktu yang menyembuhkan, rutinitas akan menjadi imun hidup, dan seterusnya. Ternyata di sini malah dibuat dengan benang indah – atau kalau mau lebih lembut, koneksi sejarah – ketiganya berpusat di puncak dan tanya itu diakhiri dengan sunyi. Tomas merasa bagikan kepingan es yang terhanyut di sungai. Ketergantungan ini menciptakan semacam kesetaraarn bukan?

Pertama tahun 1904, adalah Tomas yang miskin. Pamannya kaya, memiliki pembantu cantik bernama Dora, kisah cinta mereka yang langgeng, memiliki Gaspar yang menyenangkan, tiba-tiba dihantam duka. Ketiga orang terkasih meninggal berurutan hingga membuatnya murka akan takdir. Dia kerap meratap, terlampau kerap sejak malaikat maut memberinya tiga pukulan telak. Kenangan akan Gaspar, Dora, atau ayahnya sering menjadi sumber sekaligus inti kesedihannya, tetapi ada kalanya air matanya mengalir tanpa alasan yang sulit dipahaminya, datang seketika seperti bersin.

Ia berjalan mundur, ia terjatuh luruh. Yang tak dipahami pamannya adalah berjalan mundur, memunggungi dunia, memunggungi Tuhan, bukanlah cara Tomas untuk mengungkap duka. Ini adalah caranya mengajukan keberatan. Karena jika semua yang kaucintai dalam kehidupanmu telah diambil, apakah yang bisa kauperbuat selain mengajukan keberatan?

Menemukan sebuah surat/buku harian seorang pastor Bapa di Ulisses yang lalu menyeretnya dalam petualangan, hanya beberapa minggu setelah kehidupannya luluh lantak di Museum Nasional Karya Seni Kuno, tempatnya bekerja sebagai asisten kurator. Surat itu mengisah kehidupan sunyi, dan mengarah pada pencarian salib di pegunungan Portugal. Dengan mengendarai mobil Eropa pertama milik pamannya. Orang-orang akan berlama-lama melihatnya, mulut mereka akan ternganga, benda itu akan membuat hura-hura. Dengan benda itu, aku akan memberi Tuhan atas perbuatan-Nya kepada orang-orang yang kucintai. Keheningan yang menyelubunginya akibat pemusatan konsentrasi sekonyong-konyong meledak ke dalam derap kaki-kaki kuda yang menggelegar, keriat-keriut nyaring kereta pos. Kemudian mereka dan kedua kusir kereta saling bertukar umpatan dan isyarat marah.

Mobil di era itu memang belum banyak, awal-awal masa penemuan. Barang yang dibelinya sebagai bahan bakar, oleh mereka dijual sebagai pembasmi parasit. Tempat tinggal mungil beroda ini dengan potongan-potongan kecil ruang tamu, kamar mandi, dan perapian, adalah contoh mengenaskan bahwa kehidupan manusia tidak lebih dari ini: upaya untuk merasa seperti di rumah sendiri saat mengejar kenisbian. Seorang pria atau wanita, tak perlu bekerja sekeras itu untuk menunjang kehidupan, tetapi roda gigi di dalam sistem harus diputar tanpa henti.

Pada 2 Juni 1633, terdapat satu tempat nama baru Sao Tome, pulau koloni kecil di Teluk Guinea yang disebut sebagai ‘serpihan ketombe di kepala Afrika, berhari-hari perjalanan panjang di sepanjang pesisir lembap benua gersang ini’. Tertulis Isso e minha casa (Ini adalah Rumah). Bapa Ulisses rupanya terserang kerinduan mendalam pada kampung halaman. Ruang arsip Episkopal di Lisbon, setelah mengabaikan buku harian Bapa Ulisses selama lebih dari dua ratus lima puluh tahun, tidak akan merasakan kehilangan untuk ia ambil.

Perjalanan religi mencari gereja. Kesederhanaan arsitektur paling sesuai dengan bangunan religius. Apapun yang mewahadalah arogansi manusia yang disamarkan sebagai keimanan. Semua berada di tempat masing-masing, dan waktu bergerak dengan kecepatan yang sama. Gravitasi akan marah dan benda-benda akan melayang malas. Namun tidak, ladang-ladang tetap diam, jalan tetap membentang lurus, dan matahari pagi tetap bersinar terang.

Dia mengingat-ingat dan menghitung. Satu, dua, tiga, empat – empat malam. Empat malam dan lima hari cutinya dari cutinya yang sepuluh hari. Separuh jalan, tapi tempat tujunya belum terlihat. Di sana hujan terlampau sering turun, hingga menggaggu kewarasan. Menit-menit berlalu. Keheningan terbingkai oleh deris hujan, embik domba, dan salak anjing. Aku sedang mencari harta yang hilang.

Niat semula sepuluh hari cuti untuk menemukan benda kuno demi pemaknaan hidup, justru berakhir bencana karena tak sengaja menabrak seorang anak, tewas seketika. Batin Tomas berkemauk. Dia pernah menjadi korban pencurian, dan kini menjadi pelaku pencurian. Aku memasuki bui itu sebagai kristen. Aku keluar dari sana sebagai seorang prajurit Romawi. Kami tidak lebih baik dari binatang.

Dalam kisah ini, cara menanggapi kedukaan tampak sangat sentimental. Mengajukan keberatan akan takdir, melakukan perjalanan pemaknaan hidup, lalu dihantam musibah perih tak terkira. Ruang dan waktu menjadi tanya kembali, menjadi teka-teki sejati. Kembali ke individu, dan rumah yang dituju justru menggoreskan luka. Dia nyaris menangis lega. Menguarkan waktu dan memancarkan keterpencilan.

Ketika benda yang dicari akhirnya ketemu, lalu apa? Benda itu terpampang di sana, setelah melakukan perjalanan jauh dari Sao Tome. Oh betapa menakjubkan. Kemenangannya terusik oleh luapan emosi: kesedihan yang meluluhlantakkan jiwa. Muntah-muntah dengan raungan lantang.

Jika ia memprotes Tuhan, lalu ia malah mencipta protes manusia lain? Kapankah masa duka yang janggal ini berakhir? “Cukup! Cukup!” Dia berbisik. Apa makna nestapa bagi manusia? Apakah ini membuka dirinya? Apakah penderitaan ini membuatnya lebih mengerti? Mereka memang menderita, tapi aku juga. Jadi apa yang istimewa?

Kedua tahun 1939, di akhir tahun seorang dokter spesialis patologi melakukan otopsi mayat perempuan yang meninggal di dekat jembatan, pembunuhan atau bunuh diri? Dokter Eusebio Lozora yang sedang melakukan bedah dikunjungi istrinya, Maria Luisa Motaal Lozora yang menyukai kisah detektif. Buku-buku Agatha Christie dikoleksi dan dinikmati, malam itu istrinya berkisah panjang lebar tentang teori Tuhan, seperti Yesus yang mati misterius, Agatha juga mencipta kasus pembunuhan misterius. Autopsi, bagi mata awam bukanlah pemandangan yang enak dilihat. Tujuan tindakan ini adalah mencari abnormalitas fisiologis – penyakit atau kecelakaan – yang menyebabkan kematiannya.

Dokter spesialis patologi adalah detektif yang melakukan penyelidikan dan menggunakan sel-sel kelabunya untuk menerapkan aturan dan logika hingga kedok salah satu organ terbuka dan sifat aslinya, kejahatannya, akan bisa dibuktikan tanpa keraguan. Kesabarannya benar-benar menyentuh. “Kau mengerti bukan, bukan dia yang dibunuh.”

Malam itu setelah istrinya pulang meninggalkan novel terbaru Agatha Christie: Perjanjian Dengan Maut, sekuel Pembunuhan di Sungai Nil, datang lagi seorang ibu dengan koper. Namanya juga Maria, mengejutkan, koper itu berisi mayat suaminya, minta diotopsi segera, kisah cintanya yang vulgar dan menggairahkan, dan segala pilu kehilangan. Ibu Maria berasal dari Pegunungan Tinggi Portugal, perjalanan tiga hari ke Braganca, mencari rumah sakit untuk otopsi mayat suaminya. Cinta hadir dalam kehidupan saya dengan penyamaran tidak terduga. Seorang pria. Saya seterkejut bunga yang melihat lebah datang untuk pertama kalinya.

Setelah urusan raja selesai, kita berlaih ke ratunya yaitu kepala. Memeriksa otak dan batang otak…” Hasil otopsi mengejutkan, ada simpanse dan beruang, dan teka-teki itu meledak di ending yang mengejutkan. Saya sampai geleng-geleng, wow. Novel yang sempurna. Seperti itulah duka, ia makhluk yang memiliki banyak lengan tetapi hanya beberapa kaki, dan ia terhuyung-huyung mencari sandaran. Hati memiliki dua pilihan, menutup atau membuka diri. Tutur katanya kadang-kadang pedas, diamnya meresahkan.

Kisah ini nge-link dengan yang pertama. Kami mencintai putra kami, seperti laut yang mencintai pulau, selalu menyelingkupinya dengan pelukan, selalu menyentuh dan membelai pantainya dengan perhatian dan kasih sayang. Ketika dia pergi, hanya laut yang tertinggal, kedua lengan kami memeluk kehampaan. Kami menangis sepanjang waktu. Satu-satunya putra yang dicintai meninggal dunia, dan pelaku tabrak lagi itu adalah Tomas.

Namun sayang, bagian ketiga tahun 1989 justru agak merusak pola. Seorang senator Kanada Peter Tovy adalah pemilik sah seekor simpanse jantan, pan troglodytes, bernama Odo. Prosesnya panjang. Yang jelas ia baru saja kehilangan istri tercinta Clara. Dalam kedukaan, ia disarankan temannya menepi, ke Amerika dalam kunjungan, ia lalu ke kebun binatang, dan sekilat pintas membeli simpanse jantan dengan harga mahal. “Saya akan membayar Anda Lima belas ribu dolar.” Oh godaan bilangan bulat, itu jelas angka yang lebih mahal dari harga mobilnya.

Orang-orang berduka sebaiknya menunggu setidaknya satu tahun sebelum membuat perubahan penting dalam hidup. Perubahan pemandangan, bahkan perubahan udara – lembut dan lembab – terasa menenangkan.

Ia muak dengan pekerjaannya sebagai politikus. Pidato, pencitraan yang tiada habisnya, rencana busuk, ego yang ditelan mentah-mentah, ajudan arogan, media-media tak kenal ampun, tetek bengek yang merepotkan, birokrasi yang kaku, kemanusiaan yang tak kunjung membaik, dia memandang semua hal itu sebagai ciri khas demokrasi. Dengan gejolak kegembiraan yang meresahkan, dia bersiap-siap membuang semua rantai yang mengikatnya.

Segalanya bergerak cepat, Peter lalu melepas semua atribut duniawi dan memutuskan pulang. Ke rumah nenek-kakeknya di Portugal bersama Odo. Penenungan makna hidup, kehilangan, melepas, damai. Iman seharusnya diperlakukan secara radikal, dia menatap salib, penyeimbang keyakinan dan kegamangannya.

Melakukan perjalanan panjang, melakukan pencarian rumah. Dia masih ingat caranya bercinta, tapi sudah tidak mengingat alasannya. Kehilangan istri membuatnya merenung sepi. Selama sekitar satu jam, sambil duduk di puncak tangga, menyesap kopi, lelah, agak lega, agak khawatir, dia merenungkan titik itu. Apa yang akan dihadirkan kalimat selanjutnya?

Simpanse adalah kerabat terdekat di garis evolusi. Kita dan simpanse memiliki leluhur yang sama, dan baru berpisah jalan sekitar enam juta silam. Mempelajari simpanse sama juga mempelajari refleksi leluhur kita, dalam ekspresi wajah mereka. Masing-masing kera, kini dia mengerti, adalah sesuatu yang tidak pernah diduganya, individu dengan kepribadian unik.

Mungkin agak aneh, memilih simpanse sebagai teman perjalanan untuk menepi, tapi keputusan ini nantinya nge-link dengan hasil otopsi. Bianatang mengenal rasa bosan, tetapi apakah mereka mengenal rasa kesepian? sepertinya tidak. Bukan kesepian seperti ini yang mendera jiwa dan raga. Dia adalah spesies kesepian. Kalau masa lalu dan masa depan sudah tidak menarik, apa yang bisa mencegahnya dari duduk di lantai sambil merawat seekor simpanse dan mendapat perawatan balasan?

Tidak ada derajat yang membedakan tingkat ketakjuban.

Salah satu makna duka bisa jadi adalah sekarang. Simpanse Odo hampir sepanjang hari menikmati waktu, misalnya duduk di tepi sungai menyaksikan air mengalir. Ini ilmu yang sulit dikuasai, hanya duduk dan berada di sana. Kadang-kadang Odo bernapas dengan waktu, menarik dan melepasnya, menarik dan melepasnya. Binatang-binatang ini hidup dalam amnesia emosional yang berpusat di masa kini. Kesyahduan menjelma di sanubarinya, menenangkan bukan hanya masalah yang diderita tubuhnya, tetapi juga kerja keras otaknya.

Di dalam udara ada matahari dan gumpalan-gumpalan awan putih yang saling menggoda, cahaya yang melimpah tidak terkatakan keindahannya. Tidak ada suara di sekelilingnya, baik dari serangga, burung-burung, maupun angin. Yang tertangkap telinganya hanyalah bebunyian yang dihasilkannya sendiri. Tanpa keberadaan suara, lebih banyak yang dilihat oleh matanya, terutama bunga-bunga musim dingin cantik yang bermekaran menembus tanah berbatu-batu di sana-sini.

Rasa sakitnya datang bagaikan ombak, dan setiap gelombang membuatnya bisa merasakan setiap dinding perutnya. Setelah kisah panjang perjalanan ke puncak, lalu sebuah adegan panjang di ruang otopsi yang luar biasa, kisah ini ditutup dengan anti-klimaks di puncak. Memainkan duka, dan segala kandungan di dalamnya. The High Mountains memang menutup rapat akhirnya, tak ada yang menggantung, tapi perjalanan panjang Kanada ke Potugal dengan monyet terlampau mudah menemukan rumah. Bagaimana bisa Peter langsung menemukan rumah, di kesempatan pertama menginap di tanah asing? Ini kebetulan yang mengagumkan. Tuizelo, dari sanalah orangtuanya berasal, ia dan Odo akan menetap. Ini bingkisan mungil berisi rasa takut, tetapi tidak melukai ataupun merisaukan.

Buku kedua Yann Martel yang kubaca setelah Beatrice and Virgil yang absurd. buku ketiga Life of Pi sudah ada di rak, menjadi target berikutnya. Sepertinya memang genre Martel adalah filsafat yang merenung. Banyak tanya dan duka yang dipaparkan serta pencarian makna hidup. “Orang-orang tinggal sejenak, lalu satu per satu pergi, dan Anda diberi waktu untuk berduka, dan sesudahnya Anda diharapkan untuk kembali ke dunia, menjalani kehidupan lama Anda. Setelah pemakaman, pemakaman yang bagus, semua hal kehilangan makna dan kehidupan lama pun sirna. Kematian memakan kata-kata…”

Pegunungan Tinggi Portugal | by Yann Martel |Copyright 2016 | Diterjemahkan dari The High Mountain Portugal | GM 617186006 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Alih bahasa Berliani M. Nugrahani | Editor Tanti Lesmana | Desain dan ilustrasi sampul Martin Dima | Cetakan pertama, 2017 | ISBN 978-602-03-4638-0 | 416 hlm; 20 cm | Skor: 4.5/5

Untuk Alice, dan untuk Theo, Lola, Felix, dan Jasper: kisah hidupkau

Karawang, 090520 – Norman Brown – Don’t You Stay

Pet Sematary: Kematian Orang Terkasih dan Kandungan Duka di Dalamnya

In the woods today, Ellie discovered a charming little landmark.” – Rachel

Cerita horror memang pada umumnya melibatkan kedukaan anggota keluarga, Pet Sematary dimula hewan peliharaan, menyeret anak lalu segala-galanya ambyar. Seperti kata Jud, kadang mati lebih baik. Merelakan, melepaskan, mengiklaskan. Semua upaya mempertahankan kedukaan, apalagi tak mau beranjak melepas duka berakibat buruk. Di sini, sangat buruk karena malah menarik anggota keluarga lain dan booom! Salah satu ending paling menyayat hati film 2019 saya sematkan.

Kisahnya tentang horror di rumah baru, pemakaman binatang yang mistis meneror keluarga. Dimula dengan kepindahan Louis Creed (Jason Clarke) bersama istrinya Rachel (Amy Seimetz), serta dua anak Ellie (Jet Laurence) dan Gage (Hugo/Lucas Lavoie) ke Ludlow, Maine. Perhatikan, banyak sekali novel Stephen King dimulai dengan kepindahan. Menempati rumah baru memberi opsi banyak hal baru sehingga banyak pula yang bisa dicerita. Ellie melihat ada pemakaman binatang di hutan dekat rumah, Pet Sematary (salah ketik, seharusnya ‘Cemetery’). Ada kekumpulan anak mengenakan topeng, membawa alat makam, beriringan mencipta keseraman. Keluarga ini berkenalan dengan tetangga baru Jud Randall (John Lighgow) yang aneh.

Lalu kita mengenal lebih dekat semua anggota keluarga. Di kampus Louis sebagai dokter pengajar mengalami kejadian aneh, saat seorang siswa Victor Pascow (Obssa Ahmed) yang tertabrak mobil mengalami kritis bilang untuk menjauh dari hutan, ‘the barrier must not be broken’, semacam penampakan karena ternyata ia audah tewas. Jadi itu tadi jiwanya? Sementara istrinya mengalami trauma sebab kematian sudarinya Zelda sewaktu masih muda. Cara matinya menjadi klu cerita, perlahan diungkap penyebabnya. Yang pasti, tragis dan Rachel merasa ada yang salah.

Church adalah kucing kesayangan Ellie, suatu ketika tertabrak truk. Ayah dan Jud yang menemukannya merasa sedih sekali, ga tahu bagaimana reaksi putrinya nanti. Mereka menguburkannya di Pet Sematary. Bukan yang umum, tapi lokasi yang lebih tinggi melintas batas, area mistis misterius. Betapa terkejutnya Louis esoknya menemukan Church bangkit dari kubur, hidup tampak kotor, jorok membawa tikus mati, bermain dengan Ellie. Terkuat sebuah misteri, bahwa area pemakaman itu bisa membangkitkan yang tewas, tapi dengan jiwa yang tak utuh. Wendigo.

Ulang tahun Ellie yang meriah berakhir bencana ketika sedang main petak umpet, Ellie mengejar Church Palsu di jalanan dan mengakibatkan kematiannya karena sebuah truk melaju kencang, yang hampir juga menabrak Gage. Sebuah kedukaan besar, kehilangan anak. Masa berkabung, setelah pemakaman ibu dna Gage pergi ke neneknya, dan Louis yang tak kuasa menahan kesedihan bertaruh dengan takdir. Membongkar makam anaknya, membawa mayatnya ke Pet Sematary, untuk dikubur ulang. Apakah cara ini juga bisa bekerja untuk manusia?

Ternyata bisa. Ellie bangkit keesokan harinya, mendatangi keluarga dengan wajah pucat tanpa ekspresi. Inilah masalah utama di sini, seorang ayah yang tak bisa merelakan kepergian orang terkasih. Dan tentu saja, Ellie yang ini bukanlah Ellie yang ia besarkan. Teror datang, saat istri dan Gage balik, makin runyamlah keadaan. Film ini menemui titik akhir yang luar biasa menyedihkan, sangat menyedihkan. Kejutan dan sebuah frasa, ‘suram adalah koentji’ menjelma nyata. Pemakaman binatang menjadi wahana baru seluruh yang melanggarnya, tanpa kecuali.

Tanpa ada bintang besar, ditangani sutradara yang tak terkenal, kisah ini lebih menjual nama sang Penulis yang sudah kadung terkenal. Mungkin yang sudah akrab cerita hantu menganggap biasa, mungkin yang sudah baca novelnya sudah tahu, mungkin pula yang suka menebak plot horror tahu. Namun bagiku ada sesuatu yang laik dipuji. Pertama kisahnya, tragis saja tak cukup untuk menggambarkan kehilangan orang terkasih, di sini malah menyeret yang lain, atas nama cinta tak mau dipisahkan. Bayangkan, kamu hidup, dan diajak memasuki dunia antah setelah kematian, tapi ini jenis kematian yang tak lazim. Jelas tak nyaman, jelas seram sekali. Kedua, saya tak menyangka ini membawa serta semuanya. Dengan berani, Pet Sematary memberi ending kejut. Sedih kuadrat.

Sudah sangat banyak novel King yang diadaptasi ke layar lebar, hasil suskes sama banyaknya dengan hasil busuk, baik box office atau kritikan. Yang jelas bagiku, film ini masuk best film 2019, walaupun ada di urutan buncit. Ini adalah kisah memberi kesedihan maksimal.

Pet Sematary | Year 2019 | Directed by Kevin Kolsch, Dennis Widmyer | Screenplay Jeff Buhler | Based on movel Stephen King | Screen story Matt Greenberg | Cast: Jason Clarke, Amy Seimetz, John Lighgow, Jet Laurence, Hugo Lavoie, Lucas Lavoie, Obssa Ahmed | Skor: 4/5

Karawang, 080520 – Bill Withers – I’ll Be With You

HBD Meiga Ria Rahayu

Tanah Liat dan Api yang Melebur

The Golem and the Jinni by Helene Wecker

Dalil mana yang menyebutkan bahwa manusia harus murtad untuk berbuat kebaikan di dunia? Siapa yang mengajarimu? Para filsuf yang kaubaca?” – Avram Meyer sang rabi

Ceritanya sangaaaat panjang, menembus 600 halaman yang berliku. Dari timur tengah di gersangnya gurun abad abad perrtengahan sampai awal abad 20 di New York, Amerika yang kala itu disebut benua baru, tanah yang dijanjikan. Seolah manusia menuju ke sana demi kehidupan baru. Kisahnya bersisian dua makhluk ini, dari judul saja kalian bisa menebak mereka nantinya bersama. Yang satu ciptaan tangan manusia dari tanah liat (lempung), yang satu dari api yang terpenjara dalam tabung. Untuk menemukan titik temu itu butuh hampir separuh perjalanan, panjang dan sungguh berliku.

Sang golem terlahir di lambung kapal Baltika yang melaju dari Danzig ke New York. Dicipta oleh seorang rabi Schaalman untuk menjadi pasangan Otto Rotfeld, seorang yahudi Prissoa yang asli Kronin, selatan Danzig, Sang Golem yang ketika dibangunkan di tengah lautan, calon suaminya mendapat serangan sakit hingga meninggal. Chava, si golem yang harusnya mengabdi pada suami menjadi makhluk kebingungan, apa yang harus dilakukan di tanah Amerika tanpa pemandu? Setelah sempat diburu kabur dari kapal, Chava berjumpa dengan rabi Avram yang mengasuhnya, memberi tempat bernaung, dan mengajari banyak hal kehidupan manusia. “Berikan padanya rasa ingin tahu, dan kecerdasan. Aku takkan tahan menghadapi perempuan yang konyol, buat dia sopan, tidak cabul. Istri yang pantas untuk pria baik-baik.” Well, semua golem di dunia ini pada akhirnya akan berubah kacau, kau harus siap-siap menghancurkannya.

Di lingkungan Lower Manhattan yang disebut Little Syria, tak jauh dari tempat tinggal Sang Golem, Sang Jin Ahmad terlepas dari tabung guci yang memenjaranya ratusan tahun karena secara tak sengaja digosok oleh seorang pengrajin/patri bernama Boutros Arbeely, seorang Katolik Maronit, ia pria asli Zahlel (Lebanon). Kehidupan berikutnya menjadi asistennya, mengenal banyak tetangga dan teman terutama Maryam sang pemilik kafe yang ramah dan Dokter Saleh yang kini menjadi penjual es krim keliling, dan betapa kehidupan sudah sangat berubah. Ahmad mencinta gadis konglomerat Watson bernama Sophia yang mendatanginya suatu malam di lantai atas rumahnya, berkencan dan melewatkan banyak waktu bersama, secara sembunyi karena sang putri akan bertunangan, dan menikah dengan kalangan bangsawan pula.

Chava bekerja di toko roti milik Mrs. Radzin, karena golem ga tidur dan bertenaga kuat, maka kerjanya luar biasa bagus. Tak mengenal kata lelah. Berteman dengan pekerja lain Anna yang lalu mengajaknya berdansa berkenalan pula dengan Phyllis, Jerry, dan Estelle, konflik dengan pacarnya Irving yang janji menikahi tapi ga jadi, memicu kemarahan dan kehebohan malam dansa hingga ada yang terluka parah. Chava sendiri akhirnya menikah dengan keponakan sang rabi, Michael Levy yang seorang pekerja amal rumah singgah yang berpandangan liberal. Bayangkan, golem menikah dengan manusia! Yang jelas, ini tak seperti Twilight blink-blink yang malam senggamanya mengguncang, golem di sini pasif dan tak bisa tidur, jadi ia hanya akan pura-pura terlelap.

Ahmad menjadi asisten pengrajin yang handal, banyak karyanya yang dicipta memesona. Dari besi, tembaga, perak, emas. Mendapat pujian artistik, dan omzet Arbeely otomatis melambung. Kehidupan mereka hangat, seolah tak banyak masalah. Justru kehidupan lama Ahmad yang sungguh mendebarkan, diceritakan secara dramatis bagaimana awal mula ia diperangkap. Gurun Suriah yang gersang dengan seorang remaja penuh tanya Fadwa, kehidupan sisian dunia lain itu sempat membuat khawatir tapi ternyata ayahnya Abu Yusuf pernah mengalami imaji/fantasi yang sama. Sampai suatu ketika Fadwa seperti kesurupan, sehingga oleh bapaknya dibawa ke dukun hitam Wahab Ibn Malik yang lalu mengelurkan jin, tapi ritual itu harus dibayar sangat mahal. Mulai saat itulah sang jin menghuni guci.Kisahnya dituturkan berganti-ganti dari kedua sudut pandang karakter, lalu dilebur ketika sampai bab 12, mereka bertemu, mencuriga ada yang aneh, dan saling mencoba mengenal dekat. Janjian setiap seminggu sekali bertemu di malam hari untuk melewatkan hari bersama, berjalan-jalan di gelap malam Washington Street, ngobrol dan memaknai hidup.

Lalu dimunculkanlah sang antagonis, Yehudah Schaalman yang menyamar memakai nama Joseph Schall, sang pencipta golem turut ke Amerika. ia memiliki obsesi hidup abadi. Mencari buku petunjuk. Buku yang ditulis rabi Avram Meyer menjelaskan beberapa aspek, maka ia pun ke sana, rabi Meyer yang karena usia, meninggal, maka buku dan warisnya ada di Michael dan Chava. Shmira, tradisi yahudi berjaga di samping jenazah. Ia bergabung dengan badan amal tersebut, mengejar dan akhirnya mengetahui kehidupan makhluk ciptaannya. Di sinilah sejatinya buku mulai meriah. Karena antagonis yang tua dan mengejar kehidupan abadi, karena jin mulai terancam, dan golem sendiri terdesak. Semua melebur dalam ledak harapan masing-masing.Memang buku ini ditulis dengan detail, tapi adegan perang dan memetakan aturan mainnya lemah, berliku tapi tak bikin penasaran. Seolah memang dicipta untuk diarahkan ke layar film, seperti kejadian di rumah singgah dan ancaman-ancaman sang rabi ke Anna, itu sudah khas Hollywood, dramatis terasa palsu. Termasuk keputusan final jin yang mengingin ke Timur Tengah lagi, menuntaskan misi lalu ending yang sweet, duh betapa eksukusinya sangat film-able, salah satu bagian yang mengehingkan layar bisa jadi adalah saat sang rabi terpecah-jiwanya bak harcrux Lord Voldemort. “Dan melihat jiwa-jiwanya sendiri di hadapannya, mutiara-mutiara dalam rangkaian tak berujung, yang dimulai dengan ibn Malik dan diakhiri dengan dirinya.”

Untuk sebuah novel yang tebal, menyajikan hal-hal semacam itu sangat disayangkan. Kurang worth it melahap lembar-lembarnya, kurang bervitamin, melelahkan. Seolah setelah bercinta bermenit-menit, anti-klimaks. Buku ini ternyata debut, dan aliran dramanya sangat biasa. Libur tiga hariku beruntun tanggal 10, 11, 12 April 2020 terasa kurang gereget menyelesaikan ini. Untuk buku pinjaman. Hiks,… “Jin tolong! Kami sedang bertempur dengan segerombolan ifrit dan kami terluka – kami butuh tempat berlindung.”

Aturan golem yang tak bisa luka, jin yang menghuni tubuh manusia, rahasia kehidupan abadi yang jiwanya tersiksa karena reinkarnasi dan hanya berganti tubuh, serta segala aturan gaib itu memang sah-sah saja dicipta. Dunai fantasi imaji masih sangat luas nan tak bertepi, namun untuk Sang Golem dan Jin terasa mengada, mungkin karena penyampaian yang biasa, atau pemilihan diksi yang kurang luwes, atau memang pada dasarnya inti cerita ini sendiri yang sangaaat standar. Mempertemukan golem lempung dengan jin api saja sudah terdengar janggal, apalagi menyatukannya. Bubuhkan cinta maka dunia manusia yang fana mengalirkan gelombang asmara. “Ya, aku janji. Tapi kita harus pergi ke tempat lain. Yang privat, agar tidak didengar orang lain.”

Sang Golem dan Sang Jin | By Helene Wecker | Diterjemahkan dari The Golem and the Jinni | Copyright 2013 | GN 402 01 15 0032 | Alih bahasa Lulu Fitri Rahman | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Editor Primadonna Angela | Desain sampul @ibgwiraga | 664 hlm.; 23 cm | ISBN 978-602-03-1425-9 | Skor: 3/5

Untuk Kareem

Karawang, 250420 – Glee Cast – Pompeii

Thx to Titus Pradita

Melampaui Zona Nyaman Rasio dan Emosi Kita

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya by Ajahn Brahm | baca juga ulasan best of nya

Daripada mengeluhkan kegelapan, lebih baik menyalakan lilin.” – Pepatah Buddhis

Saya sudah baca seri keduanya, ga selesai. Saya udah baca versi best of-nya, selesai. Karena tipis dan pinjaman. Maka ketika saya ada kesempatan baca versi pertama, pinjaman juga maka harus tuntaskan. Sempat mengendap hampir setahun di rak, bukan karena bacaan berat, tapi karena non-fiksi dan cara berceritanya terpenggal per bab per cerita sehingga lebih ringan, ga ada degub jantung khawatir akan kisah, tak ada rasa penasaran sehingga dibaca santuy, maka ketika akhir tahun lalu kelar, huft leganya. Sempat coba kuulas bulan lalu, tapi ga kelar, dan akhirnya bulan ini kutuntaskan segalanya, biar ga numpuk dan bisa segera kukembalikan. Dipinjam lagi ding, sama Natasha.

Seorang biksu tidak diperkenankan menerima, memiliki, atau memegang uang, apapun macamnya. Saking miskinnya, sampai-sampai biksu mengacaukan statsitik pemerintah. Si Cacing dan Kotorannya, sekadar bagus. Banyak kisah adalah saduran, mayoritas adalah pengalaman Ajahn Brahm dalam menekuni Buddha selama 35 tahun. Sebagai biksu yang melalalangbuana, akhirnya menuturkan hal-hal yang terjadi semasa mengabdi. Phra Visuddhisamvarathera atau Ajahn Brahmavamso atau seperti yang tertera di sampul, Ajahn Brahm bernama asli Peter Betts, orang Inggris yang memutuskan menepi di pedalaman Thailand, lalu ke Australia, pengabdiannya sungguh menakjubkan. Kegigihannya luar biasa. Kisah di sini kebanyakan dari gurunya, Ajahn Chah dari Thailand bagian timur laut. Brahm lahir di London tanggal 7 Agustus 1951, meraih gelar Sarjana Fisika Teori di Cambrigde University. Pada usia 23 tahun memutuskan bertapa.

Ada 108 cerita, yang diklaim pembuka pintu hati, kisah yang menyentuh, menggelikan dan mencerahkan, yang terbagi lagi dalam 11 bab, lalu dipecah dalam sub-bab sebagai judul. Rata-rata ga ada benang sambung dari satu ke cerita lain, jadi memang goresan merdeka. Dalam Buddha ada 4 kebenaran mulia, urutan lazimnya: 1). Kebahagiaan 2). Sebab Kebahagiaan 3). Hilangnya kebahagiaan 4). Sebab hilangnya kebahagiaan.

Dibuka dengan kisah batu bata jelek, yang sudah sering saya dengar tentang dua batu bata yang tersusun jelek di antara susunan yang sempurna. Dalam kunjungan umat, justru batu bata jelek yang miring itu tampak istimewa karena beda dengan yang lain. dua bata jelek yang punya ‘ciri unik’. Kisah ini sudah beberapa kali diperdengarkan, tersebar di internet. Hanya implementasi syarat sukses ada tiga, jadi yang pertama, jadi yang terbaik, atau jadilah yang berbeda. Jelas bata itu sukses di sisi terakhir.

Saya ga terlalu mengingat banyak kisah istimewa di sini, sebagian kecil saja. Namun kalau buku ini kubuka lagi, hanya dengan melihat judulnya saya akan kembali ingat, oh iya kisah yang itu… contoh, barusan banget pas bikin tulisan ini, saya buka judul ‘Mensyukuri Kekurangan’. Dialog antara ayah mertua dengan menantu barunya, bagaimana sang menantu begitu mencintai anaknya, lalu sang ayah menasehati, seperti itulah hidup. Ketika baru menikah, seolah sang istri adalah segalanya, perempuan paling hebat di dunia. Berjalannya waktu, akan melihat kekurangan-kekurangan. Maka muncullah kalimat keramat, “… jika dia tidak punya kekurangan-kekurangan itu, Menantuku, dia mungkin sudah menikah dengan orang lain yang jauh lebih baik dari kamu.” Yes. Sepakat.

Atau judul ‘Meramal Masa Depan’, sepintas lihat saja pikiran saya pasti akan menerawang bahwa ramalan masa depan itu, sesuatu yang tak pasti. Karena seperti kata Einsten bahwa satu-satunya kepastian adalah ketidakpastian itu sendiri. Rasa takut adalah mencari-cari kesalahan dengan masa depan. Rasa takut adalah unsur utama rasa sakit. Rasa takut membuat rasa sakit tambah menyakitkan. Enyahkan rasa takut, maka perasaan sajalah yang tertinggal. Sebuah momen keputusasaan terkadang bisa membuka pintu kebijaksanaan, pintu yang tak terlihat dalam keadaan biasa. “let go”, biarlah berlalu.

Marah bukanlah respon yang cerdas. Orang bijak selalu bahagia, dan orang yang bahagia tak akan pernah marah. Marah, terutamanya, adalah hal yang tak masuk akal. Pemicu utama kemarahan kita kebanyakan adalah pengharapan yang tak sampai. Kadang kita menginvestasikan diri dalam sebuah proyek yang ternyata hasilnya tak sesuai harap, kita marah. Semua ‘seharusnya’ merujuk pada pengharapan, suatu prediksi masa depan. Masa depan, adalah tak pasti. Terlalu mengandalkan pengharapan masa depan, sesuatu ‘seharusnya’ itu namanya cari-cari masalah.

Yang jadi masalah soal kemarahan adalah kita menikmati amarah. Ada sejenis kecanduan dan kenikmatan besar sehubungan dengan pelampiasan kemarahan. Dan kita tak ingin membiarkan sesuatu yang kita nikmati berlalu begitu saja. Kemarahan akan menghancurkan hubungan dan memisahkan kita dari teman-teman kita. Sebuah masalah dengan sebuah solusi memerlukan sebuah keputusan. Dan sebuah keputusan memerlukan strategi.

Ketika seseorang menyakiti kita, kita tidak harus menjadi penghukum bagi mereka. Islam, Kristen, Yahudi tentunya percaya bahwa biarlah Tuhan yang akan menghukum mereka. Buddha, Hindu atau Sikh percaya hukum karma akan menyediakan ganjaran bagi penganiaya. Atau hukum agama modern bernama psikoterapi, Anda tahu bahwa penganiaya akan menjalani terapi yang sangat mahal selama bertahun-tahun karena rasa bersalah. Mari memaafkan, jangan jadi ‘algojo’. Kita tetap menunaikan kewajiban bermasyarakat yang menyejukkan.

Kita semua senang dipuji, sayangnya sepanjang hari kita sering mendengarkan kejelekan kita. Kurasa itu adil, karena kita ternyata juga terlampau sering membicarakan kejelekan orang lain. Kita jarang menyampaikan pujian. Kata pujian gratis padahal, mempererat hubungan, menciptakan kebahagiaan. Kita harus lebih sering menaburnya di sekeliling kita. Orang yang paling sulit dipuji adalah diri kita sendiri. Kita terlampau sering mendapat dokrin, pujian terhadap sendiri mencipta besar kepala. Bukan begitu. Yang benar adalah besar hati. Memuji kualitas baik diri kita sendiri berarti menbesarkan hati dengan cara positif.

Cerita berjudul ‘Pengajaran yang Tak Ternilai’ memberi makna yang dalam. Bagaimana biksu ketika ditanya berapa tarif meditasi bilang gratis, ditanggapi berarti Anda ga bagus. lalu berapa tarif ceramah, dibilang gratis lagi, dicap ga bagus. Well, jadi apa yang kalian dapat? Kebahagiaan! Mantab gan. Ini yang kusuka. Dari pengalaman ini, sang biksu lalu mengubah jawab saat ditanya tarif. Pengajaran ini tak ternilai.

Salah satu pengajaran tak ternilai itu adalah mengalahkan depresi. Terlihat sederhana, nyatanya tak semudah itu. depresi adalah penjara yang yang sering dialami kita-kita. ‘Inipun akan berlalu’ membantu melecut semangat kita, juga menghindarkan salah satu penyebab depresi terberat, yaitu tak menyukuri saat ini.

Salah satu puisi bagus dari Jonathan Wilson-Fuller, saya foto ya.

Saya mencintai diri saya sendiri lebih dari kalian semua.” Cinta sejati itu langka. Ada dua jenis kebebasan di dunia: kebebasan untuk berkeinginan (freedom of desires) dan kebebasan dari berkeinginan (freedom from desires). “Ketika tidak ada yang bisa dilakukan, ya jangan ngapa-ngapain.

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya | by Ajahn Brahm | Diterjemahkan dari Opening the Door of Your Heart | Penerjemah Chuang | Penyunting Kartika Swarnacitra, Handaka Vijjananda | Penggambar sampul Shinju Arisa, Jeff Liang | Perancang dan Penata Vidi Yulius Sunandar | Copyright 2004 | First published in Australia by Thomas C. Lothian Pty Ltd. | ISBN 978-602-8194-31-0 | Penebit Awareness Publication | Cetakan 25, Mei 2012 | Skor: 3.5/5

Segala masalah manusia disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang bagaimana untuk duduk tenang.” – Blaise Pascal.

Karawang, 210120 – 200220 – Bee Gees – You Should be Dancing

Thx to Titus RP

Gully Boy: Ideologi Rap dan Konsekuensinya

“… Akan kuubah mimpiku untuk disepadankan dengan realitaku. Aku ingin ubah realitaku agar sepadan dengan mimpiku. Tuhan telah memberiku hadiah, aku takkan mengembalikannya. Keputusanku sudah bulat.”

Selama ada kehidupan, harapan selalu ada untuk mewujudkan mimpi adalah tema film yang sangat umum. Sudah jutaan kali dibuat. Gully Boy hanya gelintir itu. Saya lebih mengenal musik rap dari Amerika, yang umum saja dari Eminem, Kanye West, 50 Cent sampai Puff Daddy, bonus Mike Shinoda demi Linkin Park. Sejarah musik berakhir dengan gairah dan ledakan keberanian. India? Alamak, baru kali ini saya menyaksikan ada yang nge-rap bahasa Hindi. Untung terjemahan filmnya bagus (thx a lot Rafli_Khan), yang bahkan adu rap dialihbahasakan dengan lugas. Banyak kalimat puitis, banyak romantisme, karena ditulis oleh mereka yang langsung bersentuhan dengan jalanan, seakan memang curhat penyanyi kepada pendengarnya, ini lho kehidupan masyarakat kelas bawah, seadanya, mengalir apa adanya. Seru menyaksikan rapper menyatu gitu, great act put together. Bertahun-tahun sejak sekarang, akan ada potongan adegan film ini yang akan dibagikan dan dinyanyikan dalam media sosial. Catat itu. Penampilan pas rap battle bagus sih, natural saling ejek dan cela di atas panggung. Ngalir saja, seolah memang tak ada arahan naskah, karena memang mereka rapper asli.

Kisahnya tentang rapper India yang tumbuh dari keluarga kelas bawah di Mumbai. Murad Ahmed alias Gully Boy – yang berarti Remaja Jalanan (diperankan dengan menawan oleh Ranveer Singh). Ia adalah mahasiswa tingkat akhir, seorang muslim dalam keluarga kolot. Ayahnya poligami, dengan membawa istri barunya ke dalam rumah sempit mereka. Ayahnya hanya seorang sopir pribadi yang berjuang mencari uang untuk menghidupi banyak anggota keluarga. Ibu Murad seorang pembantu, istri pertama yang sering cekcok, nenek Murad dan adik Murad. Hidup dalam rumah sederhana sekali, kurang petak karena sempit, kumuh dan berisik.

Pacar Murad adalah mahasiswi kedokteran dari keluarga terpandang, ayahnya dokter, Safeena dipaksa jadi dokter bedah. Walau terlahir dan besar dalam Islam yang taat, terlihat Safeena Firdaus (diperankan badass oleh Alia Bhatt) ingin bebas dari kungkungan ketat. Aturan dasar moral itu sederhana: hasrat menginginkan, agama melarang. Berdua, melawan dunia. Adegan saat di bus, Murad duduk dengan earphone santai, lalu Safeena setelah ibunya turun dari bus, ia menyusul duduk berdampingan, berbagi penyumbat telinga musik dengan tangan saling meremas, ikonik sekali.

Hasrat Murad adalah musik, berkenalan dengan rapper lokal kenamaan, MC Sher (Siddhant Chaturvedi). Ia ingin mengubah masa lalu menjadi puisi. Karena ini menyangkut tentang dirinya, di bagian dalam – hati, maka itu patut ditulis. Inilah yang patut dibaca banyak orang, patut didengar banyak orang. Mencipta musik dengan tulisan aslinya, unggah di Youtube, dengan nama samaran Gully Boy. Respon penonton positif, dan mengundang seorang produser India berpendidikan Amerika, Sky (Kalki Koechlin). Terjadi intrik, karena Sky yang mengenal seks bebas, merasuki kehidupan rendah hati Murad. Kolaborasi mereka bertiga and the genk menuntun kepada kompetisi Rap untuk jadi penyanyi pembuka konser rapper terkenal, berhadiah satu juta rupee. Tak perlu mengenal Naezy dan Devine untuk tahu siapa pemenangnya.

Sayang tema yang diusung terlalu banyak, ga fokus, durasi dua jam setengah ga akan cukup untuk menampung masalah yang meluap: isu agama, bagaimana taaruf dalam Islam ketika akan menikah, dengan memperkenalkan calon pasangan dengan melihat foto dan biodata, tanpa pacaran. Tema mewujudkan mimpi, bahwa seorang kere bisa mencapai kasta tinggi kala berjuang menekan limit kemampuan tertinggi. Tema perjuangan perampok mobil demi bertahan hidup, menghalalkan segala cara. Tema pasangan yang keras kepala, posesif dengan segala daya akan kuperjuangkan cintaku padamu, walau badai menghadang, walau harus mendaki gunung, walau harus menampar gadis lain, meremukkan botol bir ke kepalanya, walaupun harus menentang orang tua. Dan memang gadis macam gini ada. Banyak. Sampai tema musikalitas itu sendiri, ideologi rap dan konsekuensinya.

Menonton film biopik sejatinya perkara titik pandang. Melihat takdir seseorang dari ‘atas’ mengamati nasib dari menit ke menit. Di sini, kita tahu ada yang istimewa pada sang protagonis: bakat dan keinginan keras mengubah jalan hidup. Di antara kegiatan bersama manusia yang paling sulit diorganisasi adalah kekerasan, pada dasarnya manusia baik. Kegiatan paling mudah dalam sosialisasi, bisa jadi adalah bermusik hip-hop. Kasih salah seorang lead sebuah mik, kepalkan tangan dan mari nge-rap!

Adegan saat jelang klimaks, debat sama bapaknya tentang pilihan karier bukan hal baru, sesuatu yang umum. Kewajiban seorang bapak adalah membantu anaknya membuat keputusan-keputusan jitu dan mencegah munculnya keputusan yang salah akan masa depan. Tetapi bagaimana kalau selama ini bapaknya memegang prinsip yang salah, prinsip dusta? Bahwa selama ini ayah mempercayai sebuah falsafah kolot? Bahwa inilah nasib kita, bahwa nasib kita adalah seonggok sampah. Yah, usia tua bukan jaminan pengarah nasib yang baik. “Aku melihat matahari terbit lebih banyak darimu, yang kuajarkan kepadamu hanyalah apa yang aku ketahui.” Nah!

Saya punya tiga alternatif ending yang bisa mengubah penilaian secara menyeluruh. Pertama, laiknya kisah Romeo + Juliet, ending sedih itu menjadi terkenang selamanya. Coba ketika Murad mencapai garis final, buat ending tragis: dia atau Safeena tewas kena geledek kek, tertabrak odong-odong kek, tertembak polisi yang mengejarnya, atau safeena minum racun karena dipaksa nikah dengan pria pilihan ibunya. Saya ga suka mereka semua bahagia, semua karakter utama tersenyum di akhir. Bahkan sang penjual narkoba-pun tampak dijemput pulang, semu lepas bak kelebihan hormon endorfin. Selamalamalamalamalamalamanya… bah!

Alternatif kedua adalah tak tahu siapa pemenang kompetisi, biarkan menggantung. Ketika memasuki final, sang mc mengumumkan acara puncak dimulai dan musik rap mengalun merdu masuk lalu credit title muncul. Biarkan penonton memutuskan sendiri, bagaimana akhir yang diminta. Bukankah yang begini tampak seksi?

Alternatif terakhir dibikin dramatis, ketika Murad semisal sedang di panggung, pengumuman pemenang dan polisi sudah berkerumun di bawah siap menyeret ke penjara. Ingat ya, ada adegan rekan rampok ditangkap, ditengok di sel dan komit menjaga rahasia. Masak secanggih ini, masak serapi itu, Murad tetap tak tersentuh polisi, polisi India kan pintar-pintar bro. dengan mic di tangan polisi berteriak, Murad ditahan sebagai penjahat! Wah ucapan itu akan lebih jleb ketimbang seluruh isi lirik lagu yang dinyanyikan. Hanya karena polisi tidak menangkapmu, bukan berarti kau tak bersalah.

Mungkin karena film berdasarkan kisah hidup rapper asli Naved Shaikh (Naezy) dan Vivian Fernandes (Devine) sehingga endingnya ga diledakkan. Ga dibuat boom! Devine sendiri muncul di akhir film sebagai comeo dalam lagu Apna Time Aega.

Menurut undang-undang Hammurabi tatanan sosial Babilonia berakar di asas keadilan yang universal dan abadi, dititahkan oleh dewa-dewi. Asas hierarki amat penting, menurut kode tersebut manusia terbagi menjadi dua jenis kelamin dan tiga kelas: orang-orang kelas atas, rakyat jelata, dan budak. Dalam Islam, agama yang dianut dua keluarga karakter utama, bahwa semua manusia diciptakan setara, dikarunia Allah hak-hak tertentu yang tak bisa dicabut, antara lain mencakup kehidupan, kemerdekaan dan pencarian kemerdekaan. Sementara menurut sains, manusia bukan ‘diciptakan’ melainkan berevolusi. Dan manusia jelas tidak berevolusi hingga bisa ‘setara’. Gagasan kesetaraan terjalin erat dengan gagasan penciptaan. Ada ironi sebenarnya ketika bapaknya meminta tetap rendah diri, sementara ajaran agama menyatakan kita terlahir sama. Sebagian besar pilihan yang kita buat dalam hidup memang menyakitkan, Pak, maaf saja. Dan Murad menampar orang tuanya tanpa gerak tangan. Di manakah letak optimisme? Di dalam takdir atau kekacauan? Jika ingin menjadi seorang istimewa di tengah sesak banyak orang, kita harus membuat diri kita fantastis. Gully Boy mewujudkannya seolah berbisik, “Bertahun-tahun lalu kita berjanji dengan takdir; dan sekarang tiba waktunya kita akan menebus janji kita, secara substansial…” selanjutnya adalah adegan di atas panggung dengan gemuruh penonton di ending.

Apapun yang terjadi selanjutnya tidak bermakna bagi kita.

Gully Boy | Year 2019 | Directed by Zoya Akhtar | Screenplay Zora Akhtar, Reema Kagti, Vijay Maurya | Cast Ranveer Siggh, Alia Bratt, Siddhant Chaturvedi, Vijay Raaz, Kalki Koechlin | Skor: 3.5/5

Karawang, 081119 – Fourplay (Feat. El Debarge) – After The Dance

Para Penjahat Dan Kesunyiannya Masing-Masing #27

Bahwa di dalam diri mereka. Kekuatan adalah saat mereka mampu membuat orang lain kesuliatn dan memohon-mohon.” – Yusuf Yasa

Ini adalah cerita orang-orang terusir dalam program membangun kota yang serupa New York dan Sydney. Para mantan bajingan bersatu dalam perenungan. Buku yang hhhmmm…, OK, tapi gmana ya. Ada semacam hal janggal yang mengganjal. Plotnya mirip 100 Tahun Kesunyian-nya Gabriel Garcia Marquez, kalau ga mau dibilang contek. Gaya berceritnya agak aneh, dengan sering berujar ‘pada suatu masa’. Seperti para pencerita lokal macam Eka Kurniawan, Triyanto Triwikromo, AS Laksana, dkk, yang suka memakai nama-nama unik, Eko Triono juga melakukan hal serupa. Nama-nama karakter yang ‘muluk-muluk’ lucunya: Dari Massa Jenis, Gendis, Tulus Tapioka, Kembang Surtikanti, Yusuf Yasa, Rizal Gibran, Parta Gamin Gesit, Darma Gabus, Marzuki Kazam, Muhammad Basyirin, Jaya Kadal, Darman Gabus, Kembang Surtikanti, Dirjo Wuyung, Rodi Pahrurodi dan seterusnya. Boleh saja sih, sah-sah saja. Namun karena saya sering menemui, lama-kelamaan bosan juga. Lebih senang dengan nama-nama Indonesia yang membumi. Pilihan diksi dalam gaya bertutur kental dengan nilai lokal, kata Seno Gumira Ajidarma. Sementara Anton Kurnia bilang, menggelitik kita dengan semacam karnaval unik. Yup, sebagian sepakat. Kaya atau miskin datang dengan cara yang sama, bahagia dengan cara yang sama.

Kisahnya tentang sebuah keluarga yang melakukan transmigrasi dari Jawa ke tanah seberang. Lika-liku kehidupan para penjahat memulai petualangan baru. Yang lelaki sangat aneh, tapi terlihat jenius, yang perempuan adalah anak kiai yang termasyur. Putri pemilik pesantren baik-baik yang juga kelihatan cerdas, tapi memilih suami dengan tak lazim pula. Pasangan aneh yang menginginkan anaknya jadi ilmuwan, sekaligus ulama. Kombinasi tak wajar ini lalu berbaur dalam tiga puluh tiga kepala keluarga diangkut dengan dua bus biru. Berdesakan dengan kardus, barang dalam karung dan ikatan dalam plastik melakukan perjalanan ke Barat. Menyeberangi lautan, menancapkan bambu di tanah hutan perawan, dan drama umat manusia dimulai. “Tiap pendosa akan memiliki masa depan, sebagaimana tiap ulama yang telah memiliki masa lalu.”

Alurnya tak runut, pokoknya mirip sekali, bahkan polanya seperti 100 Tahun yang mendeskripsikan ending, lalu ditarik jauh ke belakang, Para Penjahat melakukan ‘napak tilas’ bagaimana menjalani kehidupan asing di rantau. Nama tanah rantau fiktif itu Jabalekat, nah apa bedanya dengan Macondo yang fiktif? Walau secara regional kita arahnya ke Sumatra. Nama areanya juga dibuat semenarik mungkin, seperti Gang Tokyo, Asia Kecil, Afrika Kecil, Australia Kecil, Pemukiman Perambah Hutan, Gang Shanghai Kecil, Balai Kumpul Jabalekat, dan seterusnya. Tokoh utamanya Parta Gamin, eks narapidana Nusakambangan yang tobat. Beristri jelita anak kiai, Kembang Sutikanti, putranya menjadi seorang pejuang revolusioner. Massa Jenis yang namanya diambil dari kemasan di tempat sampah, yang dibalik ya terdiri atas komposisi, produksi sampai identitas produk: Massa jenis adalah massa benda dibagi dengan volume. “Sudah kubilang, kau mencomot nama dari tempat sampah.” Dan nantinya mereka akan dikarunia anak kedua yang juga istimewa. Nama adalah doa.

Menghadapi orang-orang lokal yang sebagian tak ramah, hutan yang masih rimbun dipangkas, mengusir dan menghadapi hewan-hewan liar. “Jadi jangan percaya kalau kamu dengar tawa hantu, itu hanya tangis yang disamarkan.” Jangan memberikan ucapan dan komentar apa pun, katanya, pada orang yang belum bekerja dan bahkan tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Secara teori nenek moyang kita dari surga dan itulah sebabnya kita mabuk pada dunia. Para transmisgran ini selalu dijejali donkrin bahwa New York dan Sydney mula-mula dibangun dari migrasi bandit-bandit Inggris. Kalau mereka bisa kenapa kita enggak? Penyakit terberatnya adalah perasaan sunyi yang sering muncul tiba-tiba dan ketombe yang sulit dihilangkan; hingga sering kehilangan konsentrasi. “Jika ragu-ragumu dalam hal baik itu dari setan. Jika ragu-ragumu dalam hal buruk, itu dari malaikat.”

Parta Gamin sekalipun dapat istri istimewa dia punya pikiran liar juga tentang cinta masa lalu. Tapi, hanya ingatan diam. Karena kenyataannya tidak ada mantan yang lebih baik dibandingkan dengan mantan pacar yang menjadi istri. “Cinta dan sakit hanya beda istilah.”

Berikutnya yasu dah, segala cerita masyarat pindahan ini mengarungi kehidupan. Semacam rapat RT, koordinasi mengusir hewan buas, paguyupan membersihkan selokan, goyong royong mbangun desa, dan seterusnya. Apakah peran kucing lebih penting secara psikologis daripada peran ikan gabus secara biologis? Kelahiran para penerus, kematian para tetua hingga konfliks vertical dengan pemerintah yang memicu para penerus untuk melawan, memberontak demi revolusi. Dan begitulah kehidupan, selalu berputar, selalu pada akhirnya kita akan pergi dan diganti generasi berikutnya. Para Penjahat dan Kesunyian menampilkan sepenggal kehidupan orang-orang terasing tersebut dengan masam. Keunikan selain nama-nama yang aneh, adalah cara bercerita yang tak biasa, di mana plot-nya dipermainkan, tak segaris lurus laiknya waktu, tapi alurnya bolak-balik. Kalau kita harus menggugat Tuhan karena telah menciptakan dan memberi hidup pada orang jahat, maka kita pun harus menghukum orang-orang baik, sebab hanya dengan adanya orang-orang baiklah kita mampu menunjuk siapa orang-orang yang dianggap jahat. Kadang kita meragukan terhadap hal-hal sudah jelas. “Ini bukan tanah yang dijanjikan, ini tanah kutukan, tanah para binatang.

Awalnya memang sesuai harapan, tapi keterpencilan, perhatian pemerintah yang kecil, abai aturan, dan konfrontasi antar warga mencipta banyak masalah mendasar. Lalu saat muncul pemikiran generasi berikutnya, anak-anak mereka yang lebih modern mecuat, timbul gerakan pemberontakan, gerakan pembaruan yang coba dibasmi itu melibatkan orang-orang penting. Dan satu lagi, cerita akan semakin seru saat ditaruh seorang penghianat. Godaan komplit: harta, takhta, wanita. Siapa yang berani melawan suara rakyat? Siapakah yang teganya menjilat uang demi kenikmataan sesaat? “Saya resmi jadi penghianat. Demi cinta, ya demi cinta, saying. Apa pun saya rela, asalkan jangan menjadi kenanganmu.”

Awalnya saya kasih skor 3.5 karena kemiripan novel masterpiece Gabriel Garcia Marquez, tapi setelah kupikir-pikir sulit juga menjaga konsistensi sepanjang 200 halaman bertutur kata dalam drama yang memusing, walaupun ‘agakhappy ending. Biasanya kita menikmati Triono dalam cerita pendek, maka cerita panjang pertama beliau, novel pertama beliau yang kulahap ini sangat patut diapresiasi. Berlabel juara 3 UNNES – International Novel Writing Contest 2017. Yel-yel dan jargon itu – konon digali oleh Parta Gamin dari amanat penderitaan rakyat – bahkan telah bergema di hati mereka sendiri meski dalam diam bermain catur. Apakah perjuangan itu sebuah kesia-siaan besar?

Aku sudah melakukannya selama tiga puluh dua jam. Nggak jadi presiden nggak sipilis.”

Para Penjahat Dan Kesunyiannya Masing-Masing | Oleh Eko Triono | GM 618202020 | Editor Sasa | Desain sampul Chandra Kartika (@kartikagunawan) | Desain isi Nur Wulan | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | ISBN 978-602-03-8315-6 | Skor: 4/5

Karawang, 180419 – Nikita Willy – Lebih Dari Indah // 270619 – Westlife – I Don’t Wanna Fight

#30HariMenulis #ReviewBuku #Day27 #HBDSherinaMunaf #11Juni2019

Ramadan Dan Berita Transfer

Kemarin Sterling resmi pindah klub dari Reds ke City. Saga transfer EPL 49 juta, saya heran dengan pasaran transfer sekarang. Harga itu hanya selisih sejuta dari kepindahan Torres Legend. El Nino jelas sudah diakui kualitasnya di Liverpool. Jadi pemain kunci dalam mendulang gol. Lha Sterling? Pemuda 20 tahun yang masih perlu diterpa. Isunya Raheem minta kenaikan gaji 150 per pekan, namun Reds hanya memberi perpanjangan kontrak dengan gaki 100. Sempat ngambek saat Tur Pra-musim di Asia Tenggara, akhirnya apa yang selama ini jadi tanda tanya kini fakta. Dunia gila!

Sementara Ramadan tinggal menyisakan 3 hari, saya baru merampungkan baca 3 buku. The Catcher in the Rye, Peter Pan dan Lord of the Flies. Target 5 buku rasanya mustahil dikejar. Paling saat ini yang realistis mengejar ketertinggalan baca Terpuruk Dan Tenggelam di Paris dan London, autobiografi George Orwell.

Oiya, kita belum bahas sholat malam dan khatam Al Quran? Duh tahun ini Ramadan saya hancur gara-gara ga fokus. Maafkeun saya.

Karawang, 140715 – Agya Biru ke NICI

(review) Rumah Kopi Singa Tertawa: Aduhai!

Featured image

Buku pertama yang saya baca di bulan Maret, sekaligus buku pertama yang saya selesaikan dari empat buku yang saya beli kemarin. Dalam semalam kumpulan cerpen berisi 18 ini selesai. Yusi ternyata cerpenis handal dalam mengaduk emosi pembaca. Berikut review singkat tiap cerita:

1. Cara-Cara Mati Yang Kurang Aduhai

Tak ada yang abadi di dunia ini. Mati adalah misteri tak ada yang tahu kapan datangnya malaikat maut. Walau beberapa manusia waktunya tiba, narapidana yang divonis hukum mati misalnya. Dalam kisah ini Agus Taswin divonis penyakit adenocarcinomas, kanker pankreas. Namun karena Agus terlambat periksa, penyakitnya kronis dan dokter memperkirakan hidupnya hanya tinggal 6 atau 7 bulan lagi. Tahu usianya ga akan lama lagi, dia-pun menitipkan beberapa wasiat untuk sang adik. Namun siapa sangka, justru Agus bisa bertahan hidup lebih lama sampai akhirnya… Yah, maut itu rahasia.

2. Dosa Besar No. 14

Manik sedang menyusun dosa besar apa saja yang pernah dibuatnya. Gara-garanya sebuah agen asuransi menawarkan jasanya lewat telpon (kita tahu mereka menyebalkan), andai bergabung sekiranya Manik meninggal atau cacat permanen akan ada polis yang GeDhe. Kesal, namun dengan kepala dingin, dia-pun berupaya menutup telpon dengan memberi alamat email sekedarnya. Dari pembuka asuransi itulah, kita diajak ke masa lalu ke dosa besar Manik no. 14 tentang Supriyono.

3. Sebelum Peluncuran

Seorang novelis tanpa nama (menggunakan orang pertama dalam penuturan) dikabari bahwa novelnya Hikayat Abdullah Yusuf Gambiranom akan terbit. Bungah, dia pun mempersiapkan diri. Salah satunya mengurangi berat badan, agar saat peluncuran dia tak tampak terlalu gemuk. Karena masih ada dua bulan sebelum hari H, dia pun berupaya keras ke gym, makan dijaga sampai seabreg tips dilakukannya. Namun setelah sebulan berlalu hasilnya masih jauh dari harapan. Sampai akhirnya dia bertemu M. Kalim, yang dilihat sekilas cerdas karena dia tahu film-film berkelas mulai Godfather sampai Fight Club. Dia pun kasih rahasia, rahasia yang mujarap agar langsing.

4. Edelweiss Melayat ke Ciputat

Mengambil tanggal 10-10-10 sebagai pembuka cerita, Edelweiss adalah janda yang di tanggal cantik itu melihat berita di tv bahwa istri dari mantan suaminya dibunuh secara keji. Dimutilasi oleh kerabatnya sendiri karena menagih hutang. Lalu cerita ditarik kebelakang, masa lalu Edelweiss dengan suaminya. Masa lalu Danae, anak semata wayangnya yang lalu punya adik tiri. Masa lalu dengan Aya, sang korban. Penuh kritik kepada sebuah fanatisme agama, cerita dibalut dengan halus. Sampai akhirnya dia pun memutuskan ke Ciputat untuk melayat.

5. Tiga Lelaki dan Seekor anjing yang Berlari

Raden Mandasia, Loki Tua dan aku (Sungu Lembu) adalh tiga orang dalam pelarian. Melewati gurun dua hari dua malam. Ditemani seekor anjing buruk rupa bernama si Manis. Awalnya mereka membawa kuda beserta bagalnya, dua anjing dan peralatan lengkap musafir. Namun sebuah petaka membuat mereka terpaksa tinggal berempat. Sampai akhirnya di sebuah gubuk yang didiami kakek nenek memberikan mereka kejutan.

6. Telur Rebus Dan Kulit Asam

Ini adalah kisah lanjutan pelarian tiga manusia. Tersebutlah mereka sedang makan kari kepala kambing muda di sebuah warung. Terdengar suara ribut di jalan, “mati, mati, mati…”. Ternyata ada dua maling tertangkap yang sedang diarak ke alun-alun selatan untuk dihukum mati. Di Kotaraja Pintu Agung memang terkenal akan hukuman mati yang kejam. Namun ternyata tujuan mereka bertiga beresiko mati. Sampai akhirnya mereka menemukan jalan keluar melalui Kasim U.

7. Penyakit-Penyakit Yang Mengundang Tawa

Ada tiga cerita yang akan menuturkan karakter utama mengalami sakit yang unik (namun ga membaut tertawa juga bung), membuat terenyuh akibat penyakit itu. Pertama, seekor kalajengking tertular sakit cacar saat usianya udah dewasa 41 tahun, tertular dari anak bungsunya. Cacar air adalah penyakit yang akan diderita setaip orang, biasanya saat masih kecil. Saya dulu kena cacar air saat kelas 4 SD. Cerita kedua tentang sang raja Majapahit, Jayanegara atau Kalagemet yang sedang kena bisul di pantatnya. Pemberontakan selalu gagal, mulai dari Ranggalawe, Lembu Suro, Nambi sampai Ra Kuti. Dari dari sini, kita akan tahu (entah sejarah ini benar atau ga) alasan sebenarnya bagaimana sang raja lengser. Cerita ketiga adalah seorang santri Timur kena penyakit Gondongan, kelenjar ludah sampai atas leher bengkak. Suatu hari wartawan barat mengajaknya wawancara, apa yang terjadi?

8. Rumah Kopi Singa Tertawa

Dari sudut pandang seorang kasir sebuah rumah makan cerita tanpa narasi ini bergulir. Hanya dialog dari meja ke meja, dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain. Pembaca diminta menganalisa sendiri makna cerpen ini, karena semua dialog beda meja tak ada sangkut pautnya. Ini bukan cerpen yang terbaik dari 18 yang ada, namun judulnya memang menjual.

9. Kabut Permata

Gone Girl ala Indonesia. Permata kabur dari rumah meninggalkanku dan putri tercinta kami, Bungah. Menghilang tanpa alasan yang jelas, “aku pergi, aku titip anak kita. Aku pergi, tak perlu kau cari”. Tiga hari, sebulan, tiga bulan, setahun, dua tahun… dan saya menjadi pendongeng yang bagus buat Bungah.

10. Kabut Suami

Gone Girl ala Indonesia II dengan versi kebalikan. “Suami saya hilang”. Kata Rosamund. Kalau kalian sudah membaca novel karya Gillian Flynn, yah ini versi cerpennya. Dengan sudut pandang istri kehilangan suami. Dengan ending sedikit dirubah ala petak umpet (namun tak rujuk) karena memang Sulaiman tak seperti Nick. Yang jadi pertanyaan, kapan cerpen ini dibuat? Kebetulan dalam versi film karya David Fincher, Amy diperankan oleh aktris Rosamund Pike. Sebuah kebetulan ataukah film sudah post-credit production saat cerpen dalam proses? Hanya bung Yusi dan Tuhan yang tahu.

11. Sengatan Gwen

Namanya Gwendoline, karyawati baru yang menggegerkan seisi kantor. Bertubuh atletis, rambut hitam sebahu, matanya teduh, hidung bangir, bibir dengan senyum merekah, jarinya runcing dan berhati ramah. Seorang gadis yang sempurna, semua orang terpikat padanya termasuk aku, Sam. Kisah seperti ini sudah sering dibuat, sudah sering kubaca. Namun sayangnya saya tertipu (lagi) kali ini. Sebuah kalimat penutup berisi kejutan yang yah, selalu nikmat cerita ditutup dengan penafsiran unik.

12. Ajal Anwar Sadat di Cempaka Putih

Anwar Sadat, pemuda asal Semarang ke Jakarta untuk menemui calon istrinya. Seorang janda tanpa anak yang dijodohkan denganya. Di hari pertama ia menjejakan kakinya di ibu kota, dia meninggal. Lena Mareta, seorang gadis sedang marah pergi dari kamar pacarnya Jamal karena gusar. Esti, saudara kembar Reni, orang pernah berjasa kepada Lena. Lalu cerita ditarik ke belakang, karena segala kebetulan itu tak ada. Segala kejadian ada sangkut pautnya, ada sebab akibatnya. Ada benang merah dari masa lalu.

13. Durma Sambat

Kisah epic perang besar Baratayudha dari sudut pandang seorang Durma aka Kumbayana. Detail kisah wayang yang mungkin luput dari perhatian. Durma adalah seorang anak dari petapa Resi Baratmadya, suatu hari kedatangan murid baru Raden Sucitra. Kenangan, bagaimana sebenarnya ia bergerak? Masa kecil Durma dan Sucitra yang akrab dan penuh persaudaraan, saat dewasa tak ada rasa itu. Siasat, dari trubus macam apakah dia berasal?

14. Dari Dapur Bu Sewon

Pasangan suami-istri mengontak rumah di bu Sewon yang hobi masak. Tiap masak, dia akan selalu berbagi. Masalahnya masakan bu Sewon jauh dari kata enak. Sebuah anugrah atau musibah buat sebuah keramahtamahan? Utamanya saat bualn puasa, karena barangsiapa memberi makan orang buka puasa, maka dia akan peroleh pahala. Hingga pada suatu malam bu Sewon terjatuh di kamar mandi…

15. Tiga Maria dan Satu Mariam

Ada empat cerita: satu Maria Gregoria Setyorini, 29 tahun, Zurich – 2005. Dua Siti Mariam, 35 tahun, Cot Keng, Pidie – 2003. Tiga, Maria Larasati Tunggaldewi, 18 tabhun, Semarang-Jogya – 1988. Dan keempat, Maria Donita Projowati, 22 tahun, Jakarta-Dresden-Edinburg – 2000. Memang tak ada sangkut paut keempatnya secara langsung, tapi ada sebuah benang yang bisa ditarik, sebuah kehilangan yang masih memberi harapan. Bukankah kita semua hidup dari berharap?

16. Dua Kisah Pendek Tentang Punakawan

Togog Tejamantri sudah ribuan tahun menjadi punakawan tapi nasibnya sama saja yaitu nasihatnya tak pernah digubris oleh majikannya sehingga dia letih dan minta tukar peran dengan Semar. Namun karena dia tahu Bilung Sarahita yang senasib dengannya tak mengeluh dia luluh, yang penting ada makan enak dan ciu cangkol (Cangkol adalah sebuah desa di daerah Bekonang, deket rumahku di Palur). Petruk mempunyai hidung panjang, ternyata hidung itu punya kekuatan yang luar biasa, namun orang-orang tak suka dengan kesaktian itu sehingga akhirnya beramai-ramai meminta Petruk operasi, why not? Kan di depan rumah kita sering kita jumpai tulisan: “Rukun Agawe Sentosa”

17. Laki-laki Di Ujung Jalan

11 Juni 1983 ada gerhana matahari total, tiba-tiab sebuah ide menyusup ke kepala Sentot. Sejak saat itu dia akan berdiri sepanjang malam sambil bersedekap dan mengoyang-goyangkan kaki kirinya di ujung Timur Kampung Karangapi, Semarang Utara. Ide yang memerintahkannya beritual dari Maghrib sampai Subuh.  Kepercayaan yang harus dibayar mahal, sangat mahal.

18. Hukum Murphy Membelit Orang-Orang Karangapi

Ada yang tahu apa itu Hukum Murphy? Saya baru tahu setelah baca cerpen ini. Beberapa kesialan yang menimpa warga Karangapi dirunut satu per satu. Diawali dari Kemat Tahi bertemu denganku di sana bersama gadis “Xena”. Lalu Jarwono, sang kiper kebanggaan Karangapi kena si Murphy sialan saat berkereta menuju puncak karir. Semoga di kemudian hari saya bisa membaca kisah lain hukum Murphy dari bung Yusi Avianto Pareanom.

Rumah Kopi Singa Tertawa | Yusi Avianto Pareanom | 14 cm, 172 hlm | ISBN: 978-978-1079-26-6 | Penerbit Banana | © Yusi 2011

Karawang, 060315

4 Cara Melepas – Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya 2!

Ketika kemarin saya diberitahu bahwa pagi ini dapat giliran mendapat ‘ngisi’ briefing inspirasi dan motivasi pagi. Malamnya saya langsung lihat buku-buku yang ada di rak, buku mana yang akan saya nukil. Setelah pilih dan pilah akhirnya saya comot buku karya Ajahn Brahm: Si Cacing Dan Kotorannya 2!, yang saya beli tahun 2012. Saya ingat sekali, waktu itu bulan November saya lagi berduka, dan buku ini sedikit banyak menyembuhkan.

Buku berisi 108 cerita pembuka hati. Perlu diketahui ajahn Brahm adalah seorang Budha yang lahir di London, Inggris. Lulusan Cambridge University ini memutuskan mejadi biksu dan berlatih di bawah bimbingan Ajahn Chah selama 9 tahun di Thailand kemudian ke Australia. Nah materi yang saya sampaikan tadi pagi saya ambil dari bab 14 – 18 tentang “4 cara melepas”. Entah Anda bermeditasi atau tidak, entah Anda Buddhist, Kristiani, Muslim, atau apapun, kita masing-masing dari waktu ke waktu harus belajar cara melepas. Dengan tidak mampu melepas, membawa terus kenangan buruk masa lalu, perasaan negative masa kini dan ketakutan masa depan akan menimbulkan banyak duka dan rasa sakit. Bukan hanya pada kita namun juga pada orang-orang yang bersama kita. Kadang kita memiliki segala ketakutan mengenai masa depan. Masalahnya kita tahu, bahwa melepas itu masuk akal – tapi kita tidak mampu melakukannya. Berikut adalah 4 cara melepas:

1. Satu Hal Pada Satu Waktu

Ajahn Chah memungut sebuah ranting di pinggir jalan. Ia berbalik dan berkata, “Brahmavamso, apa ini berat?” Sebelum saya menjawab, ia sudah melempar ranting itu ke semak-semak lalu berkata, “Lihat kan, itu hanya berat jika kita melekat padanya”. Ya itu hanya berat ketika kita memegangnya, namun begitu kita lepas, tidaklah berat lagi. Sungguh mendalam, sederhana dan tak terlupakan.

Jadi hal-hal berat apa yang Anda miliki sekarang dalam hidup? Pekerjaan, kanker, kesulitan uang,… apakah itu berat? Hanya berat jika Anda memegangnya. Hal ini memberi Anda pemahaman bahwa cara pertama untuk melepas adalah “membuang” hal-hal. Anda menjalani hidup yang begitu rumit. Anda memiliki begitu banyak hal di dalam keranjang, itu berarti Anda tidak bisa berpergian dengan ringan dalam menjalani hidup.

Saya tak tahu apakah sejarah hidup saya bagus atau buruk. Saya telah membuang batu itu lama sekali. Masa lalu adalah penjara. Masa lalu adalah sebuah sel dengan pintu yang terbuka, kita bisa melangkah keluar dari sana kapan saja kita suka, namun sering kali persis seperti orang yang telah lama di penjara, mereka takut meninggalkan penjara.

Anda tidak belajar dari masa lalu, Anda sebenarnya mendapat lebih banyak duka dari masa lalu. Anda akan belajar jauh lebih banyak dari melepas masa lalu ketimbang terus menyimpan masa lalu itu. Lao Tzu, seorang guru besar dari China setiap sore berjalan-jalan. Ia akan memilih salah satu siswanya – hanya satu siswa yang boleh pergi bersamanya. Namun ada aturan emas, jika berjalan dengan guru agung Tao, Anda harus diam tidak bicara sepatah kata pun. Suatu hari siswa muda, berjalan bersama guru, dan mereka sampai di puncak gunung saat matahari terbenam. Matahari terbenam sangat indah, sampai pemuda itu tak tahan bergumam, “Wow.. indahnya matahari terbenam.” Ia telah melanggar aturan. Lao berbalik dan masuk ke Biara dan tak pernah mengizinkan siswa tersebut untuk ikut berjalan lagi bersamanya. Sahabat pemuda tersebut mohon ampunan, “Dia kan  cuma  mengucapkan satu kalimat. Ampunilah dia Guru, menjaga kesunyian masa sampai segitunya.” Saat itulah guru besar berkata: “Ketika pemuda itu berkata betapa indahnya matahari terbenam, dia tidak melihat matahari terbenam lagi. Ia hanya memperhatikan kata-kata dalam batinnya.”

2. Mau Di Sini

Cara melepas kedua adalah mengetahui apa itu sesungguhnya kebebasan. Jika kita tidak suka mendengarkan ceramah, kita bertanya-tanya kapan ceramah akan berakhir, itulah penjara kita. Kita tidak ingin berada di sana. Jika kita berada dalam hubungan yang tidak kita sukai, hubungan itulah penjara kita. Jika kita berada dalam pekerjaan yang tidak memuaskan kita, itulah penjara kita. Bahkan dalam tubuh ini, ketika kita sakit kita tidak ingin ada di sana, tubuh kita pun menjadi penjara.

Namun ada cara yang sangat mudah untuk melepaskan diri dari penjara-penjara kehidupan. Anda tidak perlu mengubah suami anda, istri anda, Anda tak perlu ganti pekerjaan, anda bahkan tak perlu membaik dari penyakit. Anda cukup mengubah sikap Anda menjadi mau di sini.

3. Memberi Tanpa Harap Kembali

Cara ketiga melepas adalah dengan memberi – bukan sekedar memberi, namun memberi tanpa harap kembali. Di Wihara saya, tidak ada tulisan atau plakat tentang siapa yang menyumbang bangunan iti. Tidak ada nama donator, bahkan di tempat retret kami yang dibangun senilai 5 juta Dollar Australia. Banyak orang donator, banyak sekali sumbangan besar dan kecil, namun tak ada satu pun plakat di tempat itu mengenai siapa menyumbang apa.

Apa hubungan hal ini dengan melepas? Ketika Anda menikah dan menjalin hubungan, apakah Anda memberi? Ataukah Anda mengharap sesuatu imbalan? Apakah Anda benar-benar melepas? Terlampau sering kita mengharapkan imbalan dan hal itu malah menyebabkan duka besar dalam hidup, toh pengharapan tak terwujud. Meditasi adalah tindakan memberi tanpa harap kembali. Untuk mengkosongkan, untuk melepas. Mini adalah cara yang indah pula untuk mejalani hidup.

Jadi mengapa Anda tidak memberi kepada kehidupan ini? Berilah segenap kebaikan, cinta, energi Anda kepada kehidupan, maka Anda akan tahu apakah melepas itu dan apakah sesungguhnya makna kehidupan spiritual itu.

4. Batin Teflon

Cara keempat untuk melepas adalah memiliki batin ala Teflon. Maksdunya tidak ada apa pun yang menempel padanya. Anda memiliki momen indah ini, nikmatilah sekarang; ketahuilah bahwa ini pun akan berlalu, sehingga Anda bisa bebas dan siap untuk kedatangan momen berikutnya, dan melepas pula momen itu.

Orang-orang yang memiliki terlalu banyak pengetahuan tidak akan bisa memahami kebenaran saat kini. Terlampau sering kita menyantap menu –pengetahuan– kita belaka dan tidak menyantap makanannya – pengalaman. Itulah sebabnya saya katakan: jangan pernah biarkan pengetahuan menghalangi kebenaran. Namun begitu banyak orang berkata, “Tapi Budha berkhotbah…”, “Yesus bersabda…”, “Para pakar mengatakan..”, “Pemerintah memutuskan..” atau apapun. Memangnya kenapa? Jadi ingatlah bahwa semua pengetahuan hanyalah papan petunjuk, hanyalah arah, mereka bukanlah yang sejati. Belajar cara menjadi bebas. Itulah cara untuk melepas.

Ruang HR NICI – Karawang, 250215

Oscar note pending dulu