Kronik Singkat Pasca Tragedi 1965 di Bali dan Kisah lainnya

Rindu Terluka by Putu Oka Sukanta

“Dan sabungnya ini kan di Pura kita. Tentu dewa memihak kita.”

Ngeri. Permulaan cerpen ini banyak mencerita pasca tragedi 1965 di Bali. Bagaimana tokoh utama bisa selamat, dengan berbagai juang, dengan ke pulau Jawa sebagai tahanan, dengan legowo dan menyisihkan egoism, dengan banyak cara. Termasuk bagaimana ada adegan setelah masa genting lewat, ia pulang ke Bali dan bertemu dengan para algojo, walau tak sampai dibunuh juga sebab sudah lewat jauh, kengerian itu masih sangat terasa. Mengherankan, sungguh heran bagaimana bisa dunia bisa berputar dengan keganasan dan tata kelola sadis membantai teman/saudaranya sendiri.

Sebagian lagi tema lain, tema umum bisa sampai Batam atau kehidupan sehari-hari yang biasa mistik. Ini Bali, dunia seberang dengan sering disinggung dan dupa dinyalakan lebih tajam.

#1. Pan Blayan

Rapat desa untuk memutuskan masuknya industry ke desa mereka, Pan Blayan antusias sebab tanahnya yang kena gusur dapat ganti rugi dan ia bisa mendapati jalan mulus dekat rumahnya. Begitu pula rencana membuka usaha, tapi harapan tak semulus kenyataan.

“Hidupmu di jalan becek berlumpur. Bukan jalan licin beraspal.”

#2. Made Jepun

Kehidupan sehari-hari warga Bali, ibu jualan, ayah kerja, adik kakak sekolah, dst. Lalu segalanya berubah tersebab tragedi 1965. Segala yang berbau PKI dihilangkan, tak peduli kamu orang mana, siapa, dan mengapa.Made Jepun dituduh anggota Gerwani, dan ia kena coduk, tapi tak sembarangan, karena nantinya ia menggila dan ‘sakit kotor’. Ada karma di sana.

“Bilang aku tidak ada. Mati.”

#3. Rindu Terluka

“Jangan dulu.” Melarikan diri ke Jawa untuk bertahan hidup, sampai kapan? Dipenjara sampai kapan? Kerinduan di tanah kelahiran Bali berulang kali dipendam, sebab setiap saat bisa saja kena ciduk. Putu Sarka yang bertahan dan menyadari semua temannya sudah dibunuh.

“Semua orang bilang kamu sudah mati. Meme tidak percaya. Meme tidak membolehkan orang membuatkan pengabenan untuk kamu. Ada balian goblog yang juga bilang kamu sudah dibunuh, jauh di sana.”

#4. Kerbau Betanduk Emas

Ini seperti lanjutan, sebuah surat ditujukan kepada I Putu Mustika, bila jika sudah bebas dan ingin bertemu I Plutut bisa menemui saya, Suaeb. Dan begitulah, ia memutuskan mudik ke Bali, katanya zaman sekarang sudah berubah dan ia tak akan diburu. Dan ia bertemu dengan teman-temannya, yang dianggap PKI tapi tak PKI bisa bertahan hidup, dilecehkan. Seih.

“Ah, kalau dulu kamu menemuiku, pasti kelewangmu yang menghabisi nyawaku. Apa yang mereka pikirkan tentang diriku sekarang?”

#5. Tukang Kebon

Lucu, bisa jadi ini cerita terbaik. Sederhana tapi sangat mengena. Putu Mastra mencita anaknya bisa sekolah sampai SMA dan bisa kerja menjadi pegawai di kantor. Terus berdoa padaNya. Galang yang sudah lulus tak kunjung mendapat kesempatan, jadi ikut ayahnya ke sawah. Sampai suatu hari tukang kebon kantor Gubernuran meninggal, Putu Mastra bertemu Nengah Sandi, dan meminta tolong anaknya untuk bisa bekerja di sana. Mulanya optimis, sebab memang harus dari bawah. Namun suatu hari, bukan kenaikan pangkat yang Galang terima, tapi pukulan telak tersebab hal esensial.

“Berat mana Galang, jadi pegawai kantor atau di sawah?”

#6. Batu

Batu dan mitos keramatnya, ditaruh sesajen, ada penghuninya, dan orang yang berani menghina, apalagi mengencinginya akan kena kutuk. Cerita masa lalu, yang kini bisa jadi banyak yang sudah tak percaya. Batu itu masih ada, dan kembali ke masing-masing orang untuk percaya atau tidak, hingga suatu hari ada yang sakit keras.

“Tergantung kacamata yang kau pakai melihatnya.”

#7. Lengking Puisi

Ini cerita tentang kelahiran bayi terkasih, dibuat dengan syahdu meliuk-liuk puitik. Kahadiran yang dinanti, buah hati perempuan yang mengalir dalam syair.

“Dalam semua hal, anakku yang perempuan dan laki-laki adalah sama.”

#8. Mangku Dauh

Sabung ayam yang dilarang, tapi tetap dilakukan. Bambu-bambu disiapkan, jagoan sudah siap bertarung, penonton pun sudah menanti. Ah, judi, sering kali berujung petaka. Kali ini sungguh besar pengorbannya.

“Tidak ada penjudi yang aman hidupnya, berhentilah berjudi sebelum hidupmu sengsara.”

#9. Dewi Bulan Jatuh di Batam

Niah dan kegiatan medis masyarakat melawan penindasan di Batam. LSM mungkin identik dengan image negatif, tapi memang kalau dijalankan benar akan benar-benar bermanfaat. Dan perjuangan pembela kaum perempuan di tanah rantau yang sibuk di Batam terjadi.

“Ya, orang hidup, sering kayak burung, hinggap sebentar di dahan pohon, kemudian terbang lagi.”

#10. Beny

Beny si bungsu yang nakal, sering kena tegur tetangga sampai Pak RT, sering jail ke anak-anak lain, dan orangtuanya sering kena kritik. Begitu pula di sekolah, orangtua dipanggil sebab nakal sekali. Karena masalah bertumpuk, dan tak ada solusi bagus yang bisa dilakukan, muncullah ide untuk menitipka Beny ke kakeknya di Jawa Timur. Dan begitulah, si nakal itu malah jadi dirindukan.

“Mereka menangis, Kek.” / “Mereka kehilangan kau, Beny.”

#11. Bermula dari Lidia

Lidia sang penyanyi keliling, dalam sebuah seminar ia-lah yang bermula mendaku menderita Aids, masih muda dan menjadi bahan diskusi. Apakah ada kesempatan kedua? Bagaimana kalau menikah, dan pasangan akan turut kena? Anaknya juga, dunia berjalan dengan anehnya.

“Kok ada lelaki yang mau?”

#12. Bongkar

Ini masalah empati, tinggal nyaman di rumah tapi melihat sekeliling yang tak hidup susah, tak punya rumah. Kadang nitip jemur, kadang minta barang. Kasihan, tinggal di pondok bambu. Hingga suatu hari, terjadi penggusuran. Mereka akan tinggal dimana?

“Kasihan mereka, Pa.”

#13. Jembatan Cahaya

Lubang buaya dan misteri sejarah. Ketika ke museum Lubang Buaya, dengan relief dan segala detail yang disajikan, apakah bisa dipercaya catatan sejarah itu? Menelusuri sejarah dari berbagai sudut, menuntut kebenaran.

“Saya mencari apa yang tidak saya temukan.”

Kubaca santuy, sudah dua bulan tapi terbengkelai sama bacaan lain, nah awal pekan lalu, kebetulan dapat tugas luar kantor ke Bandung, bawa dua buku. Diluar duga Menembus Kabut bisa kuselesaikan baca cepat sewaktu berangkat, maka separo buku ini kutuntaskan selama perjalanan baliknya. Lumayan asyik, memang teman baca perjalanan tuh idealnya yang sederhana, cerpen sejenis ini, jangan yang berat kek bahas filsafat atau tasawuf.

Ini buku pertama Bung Putu Oka Sukanta yang kubaca, dari identitas penulis, terlihat beliau adalah salah satu korban tragedi 1965, dipenjara tanpa diadili. Terliaht cerpen-cerpen ditulis berdasar pengalaman pribadi. Bagus, terasa nyata, tak ngawang-awang. Terlebih, ini terbitan Metafor yang memang terkenal bagus di tahun 2000-an yang konsen di sastra. Semoga ada kesempatan menikmati buku-buku lain beliau.

Rindu Terluka | by Putu Oka Sukanta | Penerbit Metafor Publishing | 2004 | 13579108642 | Penyunting SiSi Arsianti | Cover dan Layout Muhammad Roniyadi | ISBN 979-3019-22-0 | Skor: 4/5

Kupersembahkan kepada Ibu dan Bapak di khayangan: Made Sukanta, Ketut Taman, dan Ketut Sringanis

Karawang, 311022 – Ella Fitzgerald – Indian Summer (Live)

Thx to Anita Damayatnti, Jakarta

Rumah Kawin dan Hikayat Lainnya

Rumah Kawin by Zen Hae

“Nggak pakai mantra-mantra?” / “Aku bukan juru tenung.”

Bagus. Kumpulan cerita yang menyenangkan. Memainkan kata-kata dengan indah, plotnya berjalan dengan sangat rapi nyaman sehingga tak terasa selesai. Ini buku pertama Zen H?ae yang kubaca, dikumpulkan dari cerpen-cerpen yang sudah terbit di Koran Nasional. Dan seperti biasa, kalau sudah muncul di Koran Nasional, seolah jaminan. Sudah melalui kurasi, sudah dipilah dan dipilih orang-orang kmpeten, maka Rumah Kawin benar-benar mengalir bebas, asyik, dan berkelok-kelok syahdu.

“Pertanyananya tentang perempuan itu terus bergulung. Memintal-mintal hasratnya menjadi benang yang tak putus-putus. Makin panjang makin kuat.”

#1. Taman Pemulung

Dengan setting Indonesia sebelum merdeka, Koran yang dinukil masih menggunakan ejaan lama, dan sang Radja Djoesta beraksi. Sang pemulung yang mengais sampah, apapun asal jadi duit, Sakit bengek dan keluhan kemiskinan. Ah di taman itulah, ada bangku-bangku terbuat dari semen, di bawah pohon kosambi, framboyan, beringin, dan asam jawa. Patung gajah dan dinosaurus, dan tampungan orang tunawisma, anak-anak pengamen, pengemis, dan tentu saja sebagian besar pemulung.

Lalu kicau burung dan petualangan yang tersaji. Diasahnya lagi kicaunya, tetapi ada yang tak ikut sirna besama hembusan nafas, kibasan saya, dan kicau garing: geliat lidah api, asap gimbal, jerit nyawa sekarat, kata-kata iblis, kota tua di utara…

“Diseretnya terus diri yang mulai dirundung rasa putus asa. Ia berjalan sempoyongan menahan letih dan kantuk mahaberat.”

#2. Rumah Jagal

Mitos dan hikayat selalu menemai keseharian masyarakat kita. Orang kesurupan, dari pohon angker atau rumah kosong bisa saja masih kantal. Di era modern yang mana listrik sudah banyak tersedia, ahh… ada saja alasannya. “Setakn takut listrik. Mereka mengungsi ke pinggiran kampung yang belum masuk listrik dan masih banyak pohon besarnya.”

Ceu Tarni sering kerasukan, dan konon katanya orang yang memiliki ‘iga jarang’. Pengalamannya yang aneh ini diakuinya saat kesurupan yang ketiga. Dan anehnya, di akhir kesurupan, kalimat yang terlontar adalah, “… Kau akan hancur, wahai sang Minotour.” Kok bisa, masyarakat awam, sampai menyebut makhluk mitologi Yunani?

Begitulah, lalu masa lalu ditelusur. Sampai titik terang itu ketemu, ada masa lalu kelam dari seorang pendiam yang menghilang. “Kini kami datang dengan sepotong firman Tuahn. Pergilah dari lembah nista! Selamatkan dirimu dari neraka. Sebab di sana kau akan berkali hangus, wahai, perempuan lacur.”

#3. Rumah Kawin

Sebagai cerpen yang dipinjam judul, saya setuju ini yang paling bagus. Sudah pernah kubaca doloe di Koran, dan saat menelusur kata lagi, rasanya nyaman sekali. Ini tentang pendekar tua yang tak lekas sadar bahwa masa jayanya sudah berakhir. Mamat Jago yang merindu Sarti, penyinden wayang golek idola masyarakat. Di pagelaran terakhir, waktu sudah malam, izin keramaian sudah lewat, dan lagu terakhir sudah selesai. Mamat tetap menginginkan pesta berlanjut, membuat gerah banyak orang. \”Jangan takut, Koh. Mereka semua teman saya. Ayo, main lagi. Saya akan mati kalau gambang berhenti. Ayo, panjak.”

Sekarang sudah lain, kekayaan dan kehormatannya rontok sudah, seperti pohon kelapa disambar petir. Meranggas dan mati. Tanahnya yang dulu hektaran kini tinggal sepetak, menciut bagai kelaras terbakar. Rumah megahnya kini tingga sarang kumbang, ngengat, dan laba-laba. Kosong, kusam, sepi. Ah betapa sesaknya kehilangan ini, Mamat terbatuk, dan sulit menerima kenyataan.

“Nggak, Abang pengen ke rumah kawin saja. Ke Dokter Sarti.”

#4. Hikayat Siti Rahima

Ini seperti reinkarnasi, dulu manusia. Perempuan kaya, dengan sawah dan kebun membujur. Dan kini ia adalah sebatang pohon asam. Dan ia suka sekali bercerita kepada siapapun yang berteduh di bawahnya. Cara bercerita yang unik, hanya orang-orang yang tertidur yang bisa ditenggarai kisah. Masa lalu, Siti Rahima yang sedih.

“Tapi pohon asam itu angker. Ingat, Rahima…”

#5. Kereta Ungu

Seperti dalam puisi paling murung, hujan terus terus di sepanjang stasiun. Menanti yang tak pasti itu tak mengenakan. Kereta dan perempuan, orang membawa kabar datang dan pergi, dan pemberontakan terjadi menyelingkupi. “Ada kereta dalam diriku, warnanya ungu.”

Seorang anak muda yang kurang makan dan banyak berpikir. Ini tentang revolusi, Rezim berganti-ganti, presiden datang dan pergi. Para perampok mengankangi parlemen, kini saatnya pergi. Menengguk anggur kenangan.

“Kau merasa diremehkan. Kau marah dan menyumpah.”

#6. Kota Anjing

Ada lelaki menenteng karung yang bergarak-gerak, dilempar ke tempat sampah lalu memukulinya, buk buk buk. Kaing-kaing terdengar, dan begitulah. Ada orang tega membuang dan menyiksa anjing. Saya, sebagai saksi lalu bermimpi buruk, berulang kali tentang anjing yang tersakiti. Lalu saya datang ke psikiater, berkonsultasi. Itu sesuautu yang naluriah, biasa. Namun sampai kapan, bangkai anjing itu menghuni kepalanya?

“Pada akhirnya, manusia modern akan merayakan keterasingannya dengan naluri-naluri kebinatangan yang purba, lebih dari sekadar pemanfaatan waktu luang (leisure time). Dengan begitu ia telah kembali kepada akar-akar hidupnya yang asli dan asali.” – Rojek

#7. Segalanya Terbakar di Matamu

Sebuah janji temu dengan perempuan asing, pengarang yang diberi nomor telepon, dengan harapan berdebar, mengubungi dan mengajak kopi darat, “Aku memakai bandana.” Janji temu di restoran Cina di tepi kali besar yang bermuara di Pelabuhan Sunda Kelapa. Bagaimana resposnnya? Apakah ia cantik? Apakah ia akan kecewa bertemu saya? Apakah akan berlanjut? Ah, dasar ikan tawes.

“Seks adalah tema yang bermasalah. Suatu ketika dalam sastra kita ia pernag hadir dengan cara yang samar-samar, penuh perlambang. Tetapi kini sangat terang-terangan. vulgar malah…”

#8. Kelawang Batu

Si Naga Merah di kampung tua, Kampung Naga. Hikayatnya, dulu ada kelewang atau gergaji batu dimiliki seseorang yang ditemukan saat menggali sumur, lalu setelah dikumpulkan dan diteliti, itu benda purbakala, penggalian dilakukan, dan barang-barang museum ditemukan. “Aku akan mengundang kalian di pesta malam kematian ini. Mengapa kalian datang juga?”

Lalu muncullah berbagai cerita membentuk hikayat, masa-masa penuh pertarungan serta makhluk mistis. “Kini kita berada pada persimpangan antara ilmu pengetahuan dan dongeng. Keduanya sama-sama ingin menemukan satu masa yang hilang dan mengawetkannya.”

#9. Hikayat Petarung Kampung

Ini tentang legenda tarung, jagoan-jagoan kampung dengan nama beken dan termasyur. Jurus-jurus dilakukan, silat dengan gaya, dan begitulah Hikayat Petarung Kampung menaklukkan 15 jagoan dari Tanjung Burung. Sepuluh orang mati di tempat, lima orang mati dua-tiga hari kemudian. Sebuah pengakuan mahal dari era silat lama.

“Tusukkan golok itu ke jantungku. Beri aku kematian paling terhormat.”

Keputusan beli, lebih kepada ini terbitan Katakita, penerbit ini seringkali menerbitkan karya-karya bagus, baik terjemahan ataupun lokal. Kebetulan kemarin pas beli, ada buku lain dari Katakita, jadi seolah sepaket. Tema yang diusung adalah karifan lokal, sebagai orang Jakarte, tema pendekar Betawi jelas diapungkan, setting waktu bisa kapan saja, tapi setting tempat kokoh di ibukota. Mencerita keseharian jelas lebih mudah, dan nyaman. Apalagi dituturkan dengan bahasa enak. Semoga ke depan bisa menikmati buku-buku lainnya. Terima kasih.

Rumah Kawin | by Zen Hae | ISBN 979-98302-5-7 | Cetakan pertama, Oktober 2004 | Penyunting Sitok Srengenge | Tata letak Cyprianus Jaya Napiun | Desain sampul Iksaka Banu | Penerbit Katakita | Skor: 4/5

Karawang, 241022 – 281022 – Fats Waller – Handful of Keys (Remastered)

Thx to Mas Daniel, Yogyakarta

Hati Seorang Anak

A Child’s Heart by Herman Hesse

=== tulisan ini mengandung spoiler ===

“Setiap udara yang kita hirup dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar dan peranan takdir.”

Ini adalah cerpen yang dibukukan. Hanya satu cerpen, kubaca kilat semalam, dan terjeda tidur, subuh selesai. Tak sampai seratus halaman, dicetak mungil, dan plotnya yang sederhana, tapi sangat berkesan. Ini tentang hati murni yang memaafkan, sangat manusiawi anak-anak tergoda, lalu menyembunyikan kejahatan, lalu saat terdesak, ‘mengakui’ dan karena buku ini didedikasikan untuk sang ayah yang baru saja meninggal, jelas sang ayah di sini memaafkannya. Hangat, hangat sekali menyaksi hubungan ayah-anak ini sekalipun berpijak pada tindakan kurang baik.

Kisahnya bermula saat Emil Sinclair kembali dari sekolah, tak ada siapapun di rumah. Ia bermaksud menemui ayahnya di lantai atas, kamar rahasia yang jarang sekali ia masuki sekalipun ia tinggal di sana sebelas tahun. Dalam penggambarannya sebagai pegangan betapa familiar rumah itu, ia sudah memandangi pintunya ribuan kali, dan seperti hal-hal umum lainnya, banyak hal luput dari perhatian saking biasanya.

Nah, di kamar atas, ayahnya taka da setelah ia mengetuk dan memberi salam. Harusnya, ia balik badan dan nanti ke sana lagi. Namun tidak, siang itu, ia dirasuki rasa penasaran. Ia nekad masuk dan melakukan hal-hal terlarang. Membuka-buka laci, memeriksa lemari, melihat-lihat benda pribadi. Dan begitulah, rasa penasaran itu berbuah tindakan jahat. Ia mengambil mata pena, mengantongi buah ara, dan merasainya. Betapa manisnya. Sejatinya ia takut, dan sudah prediksi akan ketahuan, tapi entah ada kelebat setan mana yang memasukinya, ia tetap saja mencurinya. Ah, apapun itu, sekalipun dari kamar ayahnya, mengambil barang bukan miliknya sendiri tanpa izin tetap saja mencuri. Sekalipun, ia mencoba mengatur tata letak buah, dan benda-benda lainnya. Ah, hati seorang anak yang penasaran. Betapa polosnya.

Itu Sabtu siang, nantinya ada pelajaran sore olahraga. Maka setelah keluar kamar, dan lalu gegas keluar rumah, hatinya mengalami kebimbangan. Seharusnya ke sekolah, ia malah berkelana. Dan dalam pengelanaan bertemu dengan temannya, Weber. Sobatnya yang orang miskin, yang akrab sering bermain ini menjadi semacam pelampiasan kebimbangan. Uang yang dikumpulkan bersama untuk membeli pistol, dikembalikan, mereka saling caci, dan akhirnya berkelahi. Jadi tontonan orang-orang, menjadi aneh, seorang Emil yang polos menjadi beringas dan nakal seketika.

Malamnya, saat makan malam, orangtuanya tampak curiga akan gerak-gerik Emil. Dan Emil yang gugup menambahkan rasa itu. Minggu, hari bebas bangun siang, ia mau ke gereja atau ke sekolah minggu, tentu saja ke gereja sebab tak banyak tuntutan, menyanyikan himme, dst. Dan begitulah, hari itu ia ditemui ayahnya untuk ‘diinterogasi’.

Awalnya tak mengaku, ia membeli buah ara di toko kue Haager. Ayahnya memastikan, mengajaknya ke toko tersebut. Dengan kebimbangan, mereka ke sana, tapi saat di tengah jalan emil bilang tokonya hari Minggu tutup. Semakin mengelak, semakin panik. Maka diajak ke rumah penjualnya, dan begitulah, di depan pintu ia meragu. Dan pengakuan disampaikankan. Menggeleng dengan hati mengabu.

Bagaimana respons seorang ayah yang mendapati anaknya melakukan kesalahan patut diacungi jempol. Sang ayah mengajarkan kesabaran, pengakuan, berjiwa besar, dan tindakan dan ucapan yang sangat pas.

Emil sendiri di Minggu malam itu merasakan kedamaian, ya ia salah, dan ia dihukum. Namun respons ayahnyalah yang menciptanya, maka tepat rasanya ia bilang, “Ketika berbaring di tempat tidur aku yakin ia telah benar-benar memaafkanku, lebih daripada aku memaafkan dirinya.”

Ini buku ketiga Herman Hesse yang kubaca setelah Siddharta dan Steppenwolf. Suka semua. Ini karena cerpen yang dibukukan, sangat tipis, maka ya anggap saja membaca cerpen. Pemenang nobel sastra, yang patut dikejari baca.

Hati Seorang Anak | by Herman Hesse | Diterjemahkan dari A Child’s Heart | Diterjemahkan dari bahasa Jerman oleh Richard dan Clara Winston | Edisi Picador, 1973 oleh Pan Books Limited | Penerjemah Anton WP. | Desain sampul Yudhi Herwibowo | Copyright 2006 | Penerbit Katta | Dicetaj Percetakan eL torros | Cetakan pertama, Juli 2006 | ISBN 979-99017-9-0 | 64 halaman, 12 x 18 cm | Skor: 4/5

Karawang, 041022 – Louis Armstrong feat Ella Fitzgerald – Summer

Thx to Erii, Jakarta

Sisipan Cerita lain Sejarah

Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia by Miguel Angelo Jonathan

“Kakek, kami tak mungkin membakar rumah! Kami bermain untuk senang-senang, dan membakar rumah tidaklah menyenangkan!”

Sehimpuna cerita yang rerata menyinggung sejarah. Dari penelitian ke Indonesia Timur sampai serangan benteng di Batavia. Dari legenda ular yang merupakan jelmaan putri, sampai sejarah kata mangkrak. Dari serangan yang berhasil meluluhlantakkan kota akibat kesalahan gerbang yang dibuka kecil, sampai bagaimana ikan lele berkembang biak. Semuanya diramu bebas merdeka. Sah-sah saja, tapi sayangnya rerata cerita pendek yang benar-benar pendek, jadinya belum panas, sudah keburu selesai.

#1. Hainuwele

Peneliti dari Jerman memasuki hutan di Kepulauan Maluku, dan mendengar mitos Hainuwele. Bahwa legenda itu bilang Hainuwele adalah gadis yang berasal dari buah kelapa, ia memiliki kekuatan bisa mengeluarkan barang-barang berharga saat sedang buang hajat, dan dianggap merupakan ilmu hitam. Maka iapun dibunuh dan tubuhnya dipotong-potong dikubur di sekeliling pulau Seram, dan bagian-bagian tubuh itu menjelma tanaman baru.

Keputusan aneh justru diambil, sebab saat ia mendapati fakta ketemu gadis telanjang buang hajat mengeluarkan permata, sang gadis diboyongnya pulang ke kampung halaman, dan dinikahi resmi. Namun kejengkelan tak hanya sampai di situ. Awalnya dikira, rejeki jangan ditolak, ujungnya tak nyaman.

“… Aku rasa aku benar-benar mencintainya, tidak akan kubiarkan orang lain menyakitintya. Rahasianyya aman bersamaku.”

#2. Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia

Benteng Batavia diserbu pasukan Mataram. Dan saat para bos keluar kota, Jan Pieterszoon Coen menyerahkan kepadanya, benteng itu rasanya hanya menunggu waktu buat dikuasai. Serbuan maut, sudah habis-habisan Madelijn yang orang Jerman kesal, ia bukan orang Belanda woy. Namun karena mendapat tugas itu, ia mencoba memimpin bertahan dengan pasukannya. Hingga muncullah ide gila, saat ia sedang buang air besar, terlintas pikiran setan. Tata cara melawan balik, apakah pasukan bantuan bisa hadir terpat waktu atau ide gila itu berhasil?

“Mundur semua! Mundur! Lupakan benteng bajingan itu!”

#3. Siluman Ular dari Rawa Atarja

Legenda ular yang dihormati, bahkan barangsiapa yang dipatok dipersalahkan. Di kota Atarja, ular itu jelmaan sang putri yang menyepi, pada tak berani buang air besar di rawa-rawa Atarja. Harus perjalanan jauh demi buang hajat. Namun saat era berganti, kini jadi kota besar, dan para pengembang mencipta modernitas, kepercayaan adanya siluman ular terkikis. Hingga suatu hari ada orang buang hajat di kakus umum dan dipatok. Suparman yang kaget dan marah, kemudian mati dengan luka gigitan di pantat. Lantas kepercayaan lama diapungkan. Namun saat toilet itu diledakkan, hujan lelelah yang terjadi. Ada apa gerangan?

“Siluman ular bangkit kembali! Dia bangkit kembali! Siluman ular tengah murka!

#4. Raja Mangkarak

Raja yang arif meninggal dunia, mewariskan takhta Kerajaan Palapa kepada si sulung Mangkarak. Kebetulan adiknya Jayawidata tak berminat politik, lebih suka bermain seni dan mencipta karya. Raja Mangkarak hobinya bikin bangunan demi pengakuan publik. Punya proyek besar mencipta candi, bangunan kerajaan yang elok. Padahal bujetnya kurang, tapi tetap dipaksakan. Ia lantas memaksakan kehendak, memungut pajak lebih besar, mencari uang dengan segala cara agar proyeknya terealisasi. Ia kena batunya.

Maka mulailah pembangunan candi raksasa itu.

#5. Kontradiksi Zangi dan Bagaimana Akhirnya Mati

Imanuddin Zangi yang memiliki sifat kontradiksi. Ia atabeg (gubernur) kota Mosul dan Aleppo kebangsaan Turki. Seorang jenderal perang yang berpengalaman, sudah banyak menaklukkan kota, dan ia begitu kejam, kasar, brutal.

Seorang pemabuk berat, boros di kedai tapi sekaligus sangat sederhana. Namun kontradiksi sifat itu suatu ketika membawa petaka, sebotol anggur mahal, dan ironi efek berikutnya.

Hidungnya lebih tajam dari penciuman seribu anjing digabungkan. Tentu hanya dalam kasus aroma anggur saja.

#6. Hanya Gerbang Kecil

Ini kisah Sultan Mehmet II di Turki yang terkenal itu. Sang Penakluk Kontatinopel dan bagaimana pengepungan itu berhasil meruntuhkan kota. Sebuah gerbang kecil yang disepelekan, terkadang terlupa untuk ditutup, dan menjadi titik lemah serangan lawan. Adalah Raynor yang kena tegur Jenderal Loukas untuk tak melalaikannya. Pastikan terkunci.

“Boom!”

#7. Aul

Di Pasundan lampau, tersebutlah petarung hebat dengan julukan Serigala Sunda bernama Aul. Ia bisa menyembuhkan luka seketika bak Wolverine. Bahkan kalau anggota badannya ada yang terlepas, bisa disatukan kembali. Ia asli Purbalingga, dan datang ke tanah Sunda untuk menantang sang jawara Asep Sunandar. Dan tarik ulur kekuasaan terjadi. Sampai akhirnya sebuah kekonyolan dilakukan asisten Aul.

“Grrrrr!”

#8. Membakar Monyet demi Sang Naga

Dua ribu tahun yang lalu, Xiang Yu komandan perang Chu dan lawan bebuyutannya Liu Bang melakukan tindakan heorik. Dan turun temurun hikayat membakar petasan sebagai kegiatan bersenang-senang, ketimbang membakar rumah. Menyerang musuh dengan monyet dipasangi kembang api, bagaimana kalau diganti dengan bom?

“Hei, ada apa ini? mengapa para monyet bisa meledak? Jelaskan.”

#9. Hou Yi dan Pembunuhan Sembilan Saudara

Manusia adalah perusak, melakukan hal buruk pula dengan sesamanya. Bahkan matahari di langit pun turut dirusak. Dulu, ada sepuluh sebelum Nuwa mencipta ras manusia, dan seorang pemuda dengan busurnya membidik matahari.

“Setelah sekian lama! Kini seseorang tersenyum memandang siang, bukan karena ada bulan di langit, tetapi karena ada matahari.”

Mencipta cerpen kudu lebih panjang. Standar cerpen bagus bagiku sudah tersemat pada karya-karya Haruki Murakami, atau Alice Munro. Atau kalau lokal ada Triyanto Triwikromo atau A.S. Laksana. Baik lokal maupun terjemahan, cerita yang bagus memang kudu ‘in’ sama plot, dan kebetulan nama-nama yang kusebut rerata cerpennya panjang dan meliuk-liuk. Beberapa menipu plot, ada twist, atau kalaupun biasa, pembaca berhasil ditautkan emosinya setelah diajak jalan-jalan panjang. Tak bisa sekadar seribu kata. Di buku ini rerata cerpen disajikan pendek, terlepas dari tema sejarahnya, apapun itu hampir semuanya belum panas dan sudah diakhiri.

Ini adalah buku pertama Bung Miguel yang kubaca. Buku kedua setelah novel Si Pembunuh Elemen (2019). Memiliki minat pada sejarah, dan beberapa kali kulihat menerjemahkan cerpen. Rusa Merah adalah toko buku beliau, baru dua atau tiga kali berbelanja di sana. Rekomendasi, buku-buku bagus dengan harga diskon. Terima kasih.

Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia | by Miguel Angelo Jonathan | Sehimpunan cerita | Copyright 2020 | 12.5 x 18.5 cm, viii + 130 halaman | Cetakan pertama, Mei 2020 | ISBN 978-623-7258-59-9 | Tata letak dan desain Gans, Ativ Yola | Desain sampul Fariddudin | Penyunting Ganjar Sudibyo | Pemeriksa aksara Marcel | Penerbit Rua Aksara | Skor: 3.5/5

Karawang, 200722 – 100822 – Clark Terry – Mumbles

Happy Birthday Calista Yumna 8 tahun

Thx to Rusa Merah, Jakarta

Para Lelaki yang Patah Hati

Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan by Haruki Murakami

“Tapi, melalui rute mana pun, kesimpulan cerita tetap sama ‘kan?” – Kino

Akhirnya saya berhasil menikmati buku asal film terbaik 2021. Ternyata banyak sekali modifikasi. Tim kreatifnya terlampau kreatif. Drive My Car versi cerpen sungguh berbeda dengan versi filmnya. Hanya poin-poin utama yang dipinjam, seperti nama karakter, fakta aktor teater, sopir wanita, hingga perselingkuhan sang istri. Mayoritas benar-benar dikembangkan sendiri. Pembunuhan terutama, itu tak ada. Hanya untuk menambah dramatisasi. Atau bagian film ‘dipaksa’ disediakan sopir, itu bukan keinginan tuan Yusuke Kafuku, padahal di buku, jelas-jelas dia sedang cari sopir sebab SIM-nya dicabut. Atau bagian makan malam dengan keluarga di mana sang istri Lee Yoon-a seorang tuna rungu, atau bagaimana isi teater dijejali Bahasa Indonesia. Sebuah adaptasi yang sangat kreatif.

Murakami adalah penulis besar, maka wajar banyak tulisannya diambil orang lain. Beberapa cerpen di sini sudah kubaca di kumpulan cerpen lain, oleh penerbit kecil (tentu tanpa izin). Setidaknya ada tiga. Jadi kemarin pas kubaca, wah kok familiar, lalu wah sama. Ternyata memang sumbernya sama. Atau bahkan sebah adegan di novelnya dinukil jadi cerpen, seperti Kota Kucing di 1Q84 jilid 1 yang kutemukan di kumpulan cerpen Kota Kucing. Wajar, semakin besar semakin banyak orang tertarik, dan karyanya menyebar di berbagai sudut literasi. Apakah ini sudah saatnya bilang, Murakami mainstream? Bisa jadi, sudah banyak diskusi (baik langsung atau daring) dilakukan.

#1. Drive my Car

Aktor senior yang sudah menduda, mencari sopir pribadi untuk keseharian dari dan ke tempat kerja. Kafuku mendapat rekomendasi dari kepala bengkel langganannya, Oba. Sopir ini perempuan yang pendiam, tak cantik, dan begitu mengenal Tokyo sebab pernah jadi sopir pengantar barang, penjaga minimarket, kerja serabutan. Sang sopir Misaki malah jadi teman curhat, bahwa mendiang istrinya pernah selingkuh, tak hanya satu tapi banyak. Salah satunya adalah aktor kelas teri yang akan ditemuinya, sang sopir yang pasif heran, bagaimana bisa?

“Tidak perlu. Saya pernah bekerja sebagai sopir jasa antar paket. Peta Kota Tokyo sudah tercetak di kepala saya.” – Misaki

#2. Yesterday

Musik punya kekuatan untuk membangkitkan ingatan dengan amat jelas sampai terkadang membuat sesak dada. Dengan pijakan lagu Yesterday-nya The Beatles yang terkenal itu, seorang mahasiswa memiliki teman sekerja paruh waktu dai kafe. Orang Denenchofu, Kitaru yang malah belajar dan mempraktekkan dialeg Kansai. Orang lucu yang suka memplesetkan nyanyi Yesterday. Suatu hari mereka sepekat untuk memperkenalkan pacarnya Erika Kuritani ke Aku untuk kencan. Pacar masa remaja hingga kini, ia selalu gagal masuk universitas. Ada beban mental di sana. Dan sebuah film Woody Allen menjadi kenangan. Fakta-fakta pahir diedarkan. Jodoh memang tak ada yang tahu.

“Mimpi dapat saling dipinjamkan sesuai kebutuhan, mungkin.” – Tanimura

#3. Organ Mandiri

Dr. Tokai yang berpendirian aneh. Memilih memiliki perempuan tanpa ikatan. Hubungan yang terjalin adalah hubungan kilat, atau sekadar fun. Sang Aku, Murakami mendapati cerita langsung darinya sebagai teman di gedung olahraga tenis, dan juga skuas. Sebagai pendengar, Aku bersikap pasif. Dan sah-sah saja yang namanya manusia memilih cara pandang kehidupan. Hingga suatu hari sang dokter bedah mendapati masalah berat, ia jatuh hati sejatuh-jatuhnya, sehati-hatinya. Pada perempuan bersuami. Hiks,…

“Seorang gentlemen tidak banyak bicara tentang jumlah pajak yang dibayarkan serta tentang wanita yang pernah ditidurinya.” – Dr. Tokai

#4. Syahrazad

Hubungan seks tanpa ikatan kembali diapungkan. Kali ini Habara yang secara rutin mendapat kunjungan istri orang, yang ia juluki sebagai Syahrazad, puteri dalam dongen 1001 Malam. Mereka bercinta secara rutin, mencari waktu luang. Syahrazad akan datang, bercinta, berdiskusi di ranjang, lalu pulang ke suaminya. Diskusinya juga sangat amat aneh, bagaiamana Syahrazad sewaktu masih sekolah suka masuk ke rumah orang. Mencuri hal-hal kecil dari teman sekelasnya yang tampan, dari pensil, hingga barang pribadi. Emang freak, makanya ia suka menyelinap ke rumah Habara. Selingkuh dengan gaya? Sampai suatu ketika, ada nada kekhawatiran besar di hati Habara…

“Di kehidupan lampau aku adalah seekor lampei. Kutub Utara berada jauh di Utara.” – Syahrazad

#5. Kino

Kafe Bar yang menjadi titik utama kisah malah menjadi semacam tempat sakral bagi sang kucing. Lelaki yang ditinggal selingkuh istrinya, bercerai damai, lantas resign dari kerjaan, dan menepi. Di sebuah rumah milik bibinya, disulap jadi kafe bar yang tenang. Dengan jazz menemani. Seorang pengunjung tetap, dengan buku dan pesanan yang sama, duduk di pojokan. Mencipta rutinitas, mengakrabkan, walau jarang bersapa langsung. Masalah timbul, saat Kino dekat sama seorang perempuan, dan tidur di lantai atas dengan dalih memperlihatkan sudutan rokok di tubuh.

“Aku ingin bertemu langsung dan meminta maaf padamu atas hal ini.” – mantan Istri Kino

#6. Samsa Jatuh cinta

Di Wina di masa perang, Samsa terbangun dengan bingung. Kelaparan, tak ada orang di rumah. Mencari makanan di lantai bawah, dan banyak tanya itu terjawab sebagian saat mendapati kunjungan perempuan yang datang membawa peralatan tukang kunci. Ia akan tukang kunci yang dikirim untuk mengecek keadaan kunci kamar Samsa. dan benar saja, kunci itu rusak parah. Interaksi mereka menghasilkan buing-buing asmara. Dan janji temu berikutnya. Aneh rasanya, di masa perang orang masih peduli sama keadaan kunci kamar yang rusak?

“Sepertinya aku membangunkanmu dari istirahat.” – Perempuan muda

#7. Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan

Meliuk-liuk. Kisah panjang yang disajikan dengan cara tak lazim. Melalalngbuana tak terkendali. Kabar kematian seorang asing, maksudnya istri orang yang sekarang asing mencipta kesedihan mendalam. Mereka pernah dekat, M adalah pacar sama SMA. Mati bunuh diri, dan suatu malam suaminya menelpon memberinya kabar. Lantas membawanya ke masa lalu, dan bagaimana perasaannya andai dia-lah yang kehilangan istri. Empati, rasa menempatkan diri pada orang lain.

“Alasan aku suka musik begini adalah, pokoknya soal ruang.” – M

Ketujuh cerpen khas Murakami, panjang berbelit, detail, dan kesemuannya memiliki setidaknya, hati lelaki yang terluka akibat perempuan. Pertama, Kafuku ditinggal mati istrinya yang sebenarnya sudah tahu selingkuh, tapi tak berani menanyakan langsung. Kedua, Kitaru yang gagal ujian universitas ditinggal kekasihnya yang sudah kuliah duluan, dan akhirnya menjalin kasih di belakangnya. Ketiga, Dr. Tokai yang patah hati, ia kena karma-nya. Kali ini, malah lelakinya yang mati. Keempat, Habara yang ketakutan ditinggalkan selingkuhan, istri orang yang datang rutin ke rumahnya. Kelima, Kino yang ditinggal selingkuh istrinya, dan menyepi. Keenam, tokoh rekaan Kafka dibali, di mana seekor kecoa menjadi manusia, dan belajar memahami kehidupan barunya. Jatuh hati sama pengujung, perempuan yang dapat sebentar untuk mengecek kunci. Terakhir, Lelaki yang patah hati, perempuan masa lalunya yang meninggal dunia, meninggalkan kenangan dan ilusi. Kesemuanya memang cocok sama judulnya. Khas Murakami yang kalem, dan merespons kehidupan dengan lapang seolah air mengalir. Tak ada ledakan, tak ada letupan dahsyat. Tenang, menghanyutkan.

Ini adalah buku Murakami ke tujuh (di luar buku tentangnya atau pretelan cerpen dan esai beliau) yang kubaca setelah, Hear the Wind Song, Norwegian Wood, The Wind-Up Bird Chronicle, Kafka on the Shore, 1Q81 (jilid 1), Colorless Tsukuru Tazaki. Untuk cerpen-cepren, atau wawancara, atau esai juga beberapa sudah kubaca. Kesemuanya kuberi lima bintang. Dan setiap tahun kujagokan menang Nobel Sastra. Penulis terbaik yang masih hidup, legenda di masa kita. Favorit selamanya.

Next, 1Q84 jilid 2. So far so good…

Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan | by Haruki Murakami | Judul asli Onna No Inai Otoko-Tachi | Copyright 2014 | Koi Suru Zamuza | Copyright 2013 | KPG 59 22 02014 | Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia | Cetakan pertama, April 2022 | Penerjemah Ribeka Ota | Penyunting Ining Isaiyas | Perancang sampul Naela Ali | Penataletak Setyo Bekti Nugroho | v + 262 hlm.; 13.5 cm x 20 cm | ISBN 978-602-481-766-4 | Skor: 5/5

Karawang, 120722 – 220722 – 040822 – Letto – Sandaran Hati

Thx to Dojo Buku, Tangerang

#Juli2022 Baca

“Betapa sekejap usia kebahagiaan.” – Tiga Cinta, Ibu by Gus TF Sakai

Dua buku tebal di bulan Juli berhasil kubaca cepat, 500 halaman dalam sehari! Dan 400 halaman non fiksi, dua hari. Waktu libur memang waktu yang tepat untuk menuntaskan bacaan. Nyaman sekali, enak sekali, sampai lupa waktu dan ruang. Sampai lupa kegiatan keluarga atau acara ke mana. Kalau sudah pegang buku, sudahlah, lupa segalanya. Bulan yang santuy dapat 12 buku. Semangat membara.

#1. Tiga Cinta, Ibu by Gus TF Sakai

Sederhana, dan menarik. Pusat cerita sejatinya bukan sang ibu, tapi cinta yang kandas dengan berbagai sebab. Pertama di Padang, dengan kegalauan akut mudik untuk meminta restu dan kelonggaran adat demi sang kekasih. Kedua, mahasiswa galau mencinta perempuan aneh yang di persimpang jalan. Ketiga, kali ini bukan rentang asmara kekasih, tapi kegalauan pasangan yang mendamba anak tapi belum siap program punya anak. Ribet ya? Enggak juga, manusia memang pusatnya kegalauan. Atas nama eksistensi, ketiganya dibaur samar. Padang, Banjarmasin, dan kembali ke Padang. Secara tak langsung ketiganya tak berhubung, tapi cinta ibu menentukan langkah antisipasi untuk diambil di kemudian hari.

“Hanya di Lembah inilah segala omong kosong masih mendapat tempat!”

#2. Laki-laki tanpa Perempuan by Haruki Murakami

Akhirnya saya berhasil menikmati buku asal film terbaik 2021. Ternyata banyak sekali modifikasi. Tim kreatifnya terlampau kreatif. Drive My Car versi cerpen sungguh berbeda dengan versi filmnya. Hanya poin-poin utama seperti nama karakter, fakta aktor teater, sopir wanita, hingga perselingkuhan sang istri. Mayoritas benar-benar dikembangkan sendiri. Pembunuhan terutama, itu tak ada. Hanya untuk menambah dramatisasi. Atau bagian film ‘dipaksa’ disediakan sopir, itu bukan keinginan tuan Yusuke Kafuku, padahal di buku, jelas-jelas dia sedang cari sopir sebab SIM-nya dicabut.

“Tidak perlu. Saya pernah bekerja sebagai sopir jasa antar paket. Peta Kota Tokyo sudah tercetak di kepala saya.”

#3. The Royal Game by Stefan Zweig

Menakjubkan. Bagaimana bisa dua buah cerita pendek, tapi tak terlalu pendek, bernarasi di atas kapal. Polanya sama, bertemu orang asing, lalu bercerita. Dua drama yang menakjubkan. Untuk buku ini, kekuatan cerita yang utama. Menegangkan, bahkan hanya dari dua orang duduk ngobrol kita turut khawatir dan ketakutan. Yang pertama, curhat dokter yang ketakutan sebab menyimpan rahasia gelap. Kedua, curhat mantan tahanan Nazi yang jenius aneh, sebab dalam penjara secara tak sengaja menanamkan buku catur di otaknya. Keduanya sungguh brilian cara penyampaiannya, cara menyelesaikan masalahnya, cara mengakhiri cerita.

“Bila Anda telah kehilangan segalanya, Anda berjuang mati-matian untuk yang terakhir yang tersisa, dan yang terakhir adalah warisannya kepada saya, kewajiban saya untuk menjaga rahasianya.”

#4. In a Strange Room by Damon Galgut

Dibagi dalam tiga bagian, perjalanan di tiga benua. Afrika sebagai home town sang penulis, ke Eropa ke tempat kenalan saat petualang, dan terakhir ke Asia, tepatnya Bombay, India. Secara umum, kisahnya acak, seenaknya bagaimana menyampaikan kisah, tak fokus ke mana arah mau dibawa cerita, makanya terbaca aneh, atau inti cerita mau ngapain jadinya tak jelas. Terlalu lama berkeliling tanpa menetap di suatu tenpat telah membuatnya jauh dari dunia nyata, bahkan ketika sejarah digoreskan di mana-mana.

“Aku sudah minum dua gelas kopi hari ini. aku tidak minum lebih dari dua gelas kopi tiap dua belas jam.”

#5. Mr. Midnight #10 by James Lee

Khas R.L. Stine. Seolah bagian dari kasih horror remaja karya Stine, terutama Goosebumps. Templatenya sama, mengambil sudut pandang orang pertama, para remaja/anak-anak ini dihantui. Karena ini buku pertama James Lee yang kubaca, jadi sempat menebak hantu-nya mungkin hanya pengalihan isu, atau pemancing saja. Ternyata, beneran ada. Dan fun, jangan berharap horror penuh darah dan menakutkan, ini sekadar kisah hura-hura. Seperti rangkaian buku Goosebumps, memang terbuka untuk dikoleksi. Kalau dapat ya, diambil, kalau tak nemu tak mengapa.

“Orangtuaku membawaku ke pemakaman tapi aku terpisah dan tersesat. Mereka pasti mencemaskanku…”

#6. Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children by Ransom Riggs

Mengejutkanku, foto-foto yang ditampilkan adalah asli. Sedari mula, kukira ini menjadi penunjang cerita, khas buku-buku lain. Ternyata, kita lebih cocoknya menyebut: foto-foto itulah yang menjadi dasar cerita. Kata-kata dicipta untuk menunjangnya. Penggambaran cerita, jelas dikembangkan dari sebaran frame. Dengan terang sang penulis bilang, ada ribuan foto lain yang tak bisa masuk, kudu selektif. Dan dengan ending menggantung, foto-foto yang tak ditampilkan kemungkinan muncul di Hollow City.

“Aku tahu kedengarannya gila, namun banyak hal yang lebih gila ternyata benar.”

#7. Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia by Miguel Angelo Jonathan

Sehimpuna cerita yang rerata menyinggung sejarah. Dari penelitian ke Indonesia Timur sampai serangan benteng di Batavia. Dari legenda ular yang merupakan jelmaan putri, sampai sejarah kata mangkrak. Dari serangan yang berhasil meluluhlantakkan kota akibat kesalahan gerbang yang dibuka kecil, sampai bagaimana ikan lele berkembang biak. Semuanya diramu bebas merdeka. Sah-sah saja, tapi sayangnya rerata cerita pendek yang benar-benar pendek, jadinya belum panas, sudah keburu selesai.

“Kakek, kami tak mungkin membakar rumah! Kami bermain untuk senang-senang, dan membakar rumah tidaklah menyenangkan!”

#8. Enough by John. C. Bogle

Investasi. Sebuah kata yang sering kita dengar. Butuh perjuangan untuk merealisasikannya. Butuh konsistensi, apalagi buat buruh, di mana gaji ketika turun gegas dialokasikan ke kebutuhan apa saja. Buat kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan, memenuhi hobi, tabungan, dan investasi. Buku ini tak membahas tata kelola investasi, tapi langsung ke pokok-pokok pentingnya. Ditulis langsung oleh seorang founder Reksadana terbesar di dunia, asli dari negeri kapitalis Amerika. Dan memang terbaca sungguh beda, misalnya hanya membahas dasarnya saja, atau orang Indonesia sekalipun pengalaman. Ini buku sungguh-sungguh bervitamin. Sekalipun saya sudah terjun dan menekuni saham, apa yang ditulis melalangbuana hebat ke teori finansial dan tepekur telaahnya.

“Ya, tetapi saya memiliki sesuatu yang tidak akan pernah ia miliki… rasa cukup.”

#9. Cantik itu Luka by Eka Kurniawan

Kisahnya merentang jauh sebelum Indonesia merdeka. Semuanya tentang manusia-manusia patah hati, hampir semuanya ding. Yang jelas, ketika cinta membuncah, apapun akan dilakukan, apapun akan dikorbankan. Dan ini terus berulang, tata cara bercerita bagus, di mana kita dibocori kejadian akhir, baru dijelaskan kronologinya. Sebagian dilakukan flashback. Dan karena ini novel tebal, banyak karakter yang memiliki riwayatnya sendiri dengan rentangan panjang. Tak ada tanda tanya, semua nasibnya jelas. Hanya beberapa yang samar, saat melibatkan dunia mistik. Dan itu, tafsir bebas.

“Ia sebenarnya waras bukan main, yang gila adalah dunia yang dihadapinya.”

#10. Aqidah Islam Ibnu Taymiyah by Mustafa Al’alim

Buku agama, ini seperti buku pelajaran sekolah dengan pendahuluan, inti, lalu penutup dengan pertanyaan dari isi bab. Tertata dan terstruktur. Sebagian besar jelas sudah kita dapati sewaktu pelajaran Agama Islam. Berisi pokok agama, enam Iman kepada dan rukun Islam. Yang membedakan, ini disarikan oleh Ibnu Taimiyah dengan penjelasan lebih panjang, sekaligus mematahkan aliran menyimpang, di masa itu.

“Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

#11. Larung by Ayu Utami

Sekuel yang biasa. Bab-bab awal sungguh cantik Larung Lanang mau membunuh neneknya yang seolah abadi, sudah berusia seabad lebih, dan memikili jimat yang kudu dilepas agar bisa kea lam seberang. Sayangnya saat masuk ke dunia Saman, melanjutkan kisah sejatinya, malah down. Selingkuh dan bagaimana mengatasinya, benar-benar tak bagus ditiru. Seolah kewajaran, teman-temannya yang hedon ke New York turut membantu para perempuan ini untuk bertemu lelaki beristri. Dan Yasmin yang sudah bersuami, dibantu bertemu lelaki lain. Dibuat dengan bahasa sesastra apapun, tata kelola selingkuh tetaplah busuk.

“Betapa anehnya ukuran, di manakah kita meletakkan patokan?”

#12. Kuasa Ramalan Jilid 1 by Peter Carey

Game of Thrones (GOT), adalah kata pertama yang terlintas setelah ussai membacanya. Ini seperti novel rekaan GRR Martin. Bedanya setting Jawa, dan ini nyata. Wow, setelah baca GOT saya berkomentar, susah juga hidup di masa itu. Gerak apapun terasa salah. Mau bela kerajaan manapun tetap akan sulit bertahan, semua akan serba salah. Semua punya ambisi, dan harapannya masing-masing. Perang di mana-mana, dan nyawa begitu murahnya. Di Kuasa Ramalan, konfliks terjadi di banyak arah. Mau para penjajahnya sendiri, Belanda Inggris Prancis yang mempunyai tanah rampasan, berniat memetik sebesar-besarnya keuntungan di Negara kita. Pun, kerajaan Jawa yang saling curiga dan tak saling dukung. Sultan dan Sunan tak bisa bersatu, apalagi pasca Perjanjian Giyanti, Jawa mudah diadu domba, dan ini jelas menguntungkan pendatang.

“…Saya benar-benar memohon hal ini dengan sangat dari segenap sukma dan lubuk hati saya yang paling dalam. Sungguh saya benar-benar bertujuan menyingkirkan kecemaran dari Jawa dan saya akan sangat bersyukur pada Allah sekiranya saya berhasil melakukan apa yang akan membawa kemaslatan…”

Karawang, 030822 –  Sherina Munaf – Singing Pixie

Dua Drama Mendebarkan di Atas Kapal

“Aku memahami pokok-pokok, bahaya dan kerasnya serangan dan pertahanan, teknik berpikir bergerak ke depan, perencanaan, dan serangan balik. Dan aku mampu mengenali kepribadian dan gaya masing-masing…”

Menakjubkan. Bagaimana bisa dua buah cerita pendek, tapi tak terlalu pendek, bernarasi di atas kapal. Polanya sama, bertemu orang asing, lalu bercerita. Dua drama yang menakjubkan. Untuk buku ini, kekuatan cerita yang utama. Menegangkan, bahkan hanya dari dua orang duduk ngobrol kita turut khawatir dan ketakutan. Yang pertama, curhat dokter yang ketakutan sebab menyimpan rahasia gelap. Kedua, curhat mantan tahanan Nazi yang jenius aneh, sebab dalam penjara secara tak sengaja menanamkan buku catur di otaknya. Keduanya sungguh brilian cara penyampaiannya, cara menyelesaikan masalahnya, cara mengakhiri cerita.

Amok secara hebat menelusur masa lalu sang dokter yang terasing, bagaimana masa lalu menciptanya jadi segila saat ini. The Royal Game juga sama, secara hebat menelusur sang dojter yang terasing, bagaimana masa lalu menciptanya jadi sejenius saat ini. Keduanya ditempa kesepian, keterasingan, dipaksa keadaan. Dan keduanya menjadi tokoh sentral yang bercerita pada sang aku, sang aku menjadi pendengar yang sangat baik, lantas menjadi penulis kisah yang brilian.

#1. Amok

Dinarasikan oleh penumpang tak bernama, sang penulis yang naik kapal dari India. Tiket sudah habis, tapi kalau ada kapal dari Hindia Timur nanti dikabari. Dan benar saja, ada tiket murah menuju Eropa, seadanya. Ga masalah, sebab ia memang ingin gegas mudik. Selama perjalanan kapal India ke Eropa itulah ia berkenalan dengan orang aneh di dek gelap.

Setiap tengah malam, ia ngopi menikmati kesunyian, memandang cakrawala. Lalu secara tak sengaja bersinggungan dengan orang aneh, yang mabuk dan waspada. Kesamaan sepi dan nasib menyatukan mereka, lalu ia pun menjadi pendengar kisah menakjubkan tentang cinta yang kandas dan rahasia besar.

Seorang dokter Belanda yang ditugaskan di Pulau Jawa, keterasingan dan beban hidup yang ditimpakan membuatnya kesepian. “Dalam keterasingan yang bagai neraka ini. Ah, hutan, keterasingan, ketenangan, saya bermimpi!” Keseharian melayani masyarakat, pernah membantu anak walikota yang kakinya terluka, terkenal baik hati dan suka menolong. Hingga pada suatu hari muncullah tamu agung, seorang istri pejabat Belanda yang galau. Awalnya ngaku sakit kecil, “Bukan hal serius, hanya hal-hal kecil, masalah perempuan… pusing-pusing, pingsan.”

Keluhan sakitnya, tak secara langsung disampaikan. Secara tersirat meminta tolong, tapi sang dokter memberi bayaran berat, yang ditolak, tarik ulur itu menghasilkan putusan memalukan. “Ada percikan hasrat dalam diriku mengatakan: jangan terlalu cepat! Ciptakan kesulitan. Buatlah dia mengemis!”

Sang dokter yang kesepian, hasrat seks-nya yang selama ini tersalur dengan penduduk lokal yang pasrah dan dingin, kini mengingin perlawanan. Dan cintanya terhalang tembok besar. “Saya sangat lemah terhadap wanita dengan sikap dingin dan angkuh.”

Suami pejabat itu akan turun dari kapal hari Sabtu, maka mereka yang kembali bertemu di pesta jamuan malam tampak canggung, dan sayangnya takdir yang menyentuh mereka adalah putusan hitam. “Bila Anda telah kehilangan segalanya, Anda berjuang mati-matian untuk yang terakhir yang tersisa, dan yang terakhir adalah warisannya kepada saya, kewajiban saya untuk menjaga rahasianya.”

Dan di sinilah, di atas kapal perjalanan jauh ini sang dokter memiliki misi menjaga warisan rahasia itu. Di Napoli, segalanyanya ditutup. Pilu, sedih, tragis.

#2. The Royal Game

Bertema catur, duo jenius beradu di atas kapal. Yang pertama adalah juara dunia yang ditemukan secara tak sengaja oleh bapak pendeta di Yugoslavia. Anak yatim piatu bernama Mirko Czentovic yang tinggal di gereja menjadi anak asuh. Tumbuh buta huruf, tak mengenal sekolah, seolah tanpa harapan. Namun suatu malam saat sang pendeta main catur melawan si polisi, ada panggilan tugas mendadak yang memaksa permainan dihentikan. Pak polisi yang mengamati bocah yang penasaran melihat papan catur, mengajaknya melanjutkan main, dan si bocah menang. Menantang berulang, menang terus, besoknya bapak angkatnya penasaran dan saat bertanding si bocah menang berulang kali. Hingga akhirnya mencipta kegemparan, jenius catur ditemukan. Hingga ia mendapat gelar juara dunia. Yang kedua adalah penumpang asing, yang secara tak sengaja turut serta pusaran permainan.

Nah, dalam perjalanan kapal uap dari New York ke Buenos Aires. Si aku (lagi-lagi mengambil sudut pandang penulis) penasaran, sebab di kapal ada juara catur, ia coba memancingnya. Menantang main catur sama sobatnya McConnor di area merokok, lalu menggoda temannya untuk menantang sang juara dunia. Promotornya memiliki banyak syarat, salah satunya ada uang yang dipertaruhkan, dua ratus lima puluh dollar dalam satu permainan. Tak masalah, Czentovic melawan semua penonton, artinya boleh membantu memberi saran, dan pertandingan dilakukan jam 3 sore.

Seperti dugaan, McConnor kalah. Dan menantang tanding ulang, dan saat di tengah permainan, McConnor diberi nasehat orang asing. Penonton di belakangnya nyeletuk, kasih nasehat, beri saran tiap langkah, dan hasil seri sepertinya sudah cukup. Benar saja, semua intruksi diikuti, sampai membuat jenius kita kewalahan, hingga meminta seri. Pikirannya yang cepat harus menghitung semua pergerakan lawannya mungkin terlebih dahulu.

Besok, juara dunia yang penasaran malah gantian meminta tanding lagi. Di jam yang sama, dan kali ini sang aku meminta bantuan orang asing tersebut, dan tahulah kita semua masa lalu Dr. B. Bagaimana ia mendapat ilham catur, di penjara, introgasi, frustasi, dan dalam keterasingan, ia mendapat ilham. “Dan dengan empat atau lima benda-benda yang bisu: meja, tempat tidur, jendela, wastafel. Kauhidup seperti penyelam di lautan hitam dalam keheningan… ketiadaan di mana-mana.”

Buku yang diambilnya, diselundupkannya adalah buku catur, dank arena dalam penjara tak bisa ngapa-ngapain, ia lalu memelajari catur dengan luar biasa intens, menciptanya jadi manusia super. “Aku bermain ‘buta’ menggunakan istilah teknis. Catur memiliki efek mengagumkan karena energi intelektual yang dikumpulkan dalam bidang sempit yang dibatasi. Aku memikirkan kemustahilan yang aneh: ingin bermain catur melawan diriku sendiri.”

Singkat cerita, besoknya ia maju dan meminta jangan terlalu berharap banyak, ia mengingatkan sang aku untuk menegurnya, bila meminta tanding ulang, ingat ini hanya satu laga. Duo jenius berhadapan, siapa menang?

“’Kau bermimpi’, aku berkata pada diriku sendiri. ‘Kau bermimpi’ apapun yang kau lakukan, jangan buka matamu! Membiarkannya pergi, mimpi ini. atau kau akan melihat kamar yang terkutuk di sekitarmu lagi: kursi, wastafel, meja, dan wallpaper dengan pola selalu sama. Kau bermimpi, pergilah dari mimpi!”

Ini adalah buku Stefan Zweig pertama yang kubaca. Bagus banget, dua cerpen (atau bisa disebut juga novela) yang kusikat dalam dua kali kesempatan duduk. Malam Minggu (09/07/22) dan Minggu paginya di suasana Adha. Ada biografi singkat sang penulis di halaman belakang, perjalanan hidupnya yang membenci Nazi, dan bagaimana ia mengungsi ke Inggris lantas ke benua Amerika dan memutuskan bunuh diri, bergitu juga istrinya. The Royal Game adalah karya terakhirnya, dan malah menjadi buku perdananya yang kulahap. Di rak ada buku satu lagi karya beliau. Tak sabar rasanya, apa kekejar bulan Juli ini juga?

The Royal Game and other stories | by Stefan Zweig | Penerjemah Maria Vregina & Aprilla Rizqi Parwidanti | Editor Wayan Darmaputra | Penyelaras akhir Naufil Istikhari KR & Wahyudi Kaha | Perancang sampul dan lukisan Anzi Matta | Penata letak Mawaidi D. Mas | Penebit Papyrus, 2017 | Cetakan pertama, 2017 | vii + 239 hal; 13 x 19 cm | ISBN 979-602-19513-9-2 | Skor: 5/5

Karawang, 110722 – Caro Emerald – Back it Up

Thx to Warung Sastra

#Mei2022 dan #Juni2022 Baca

Catatan baca kali ini saya rekap langsung dengan Juni sebab Juni lalu saya fokus 30 hari menulis review buku.

Mei 2022

#1. Melihat Pengarang tidak Bekerja by Mahfud Ikhwan

Menurutku buku ini setara bagusnya dengan Cerita, Bualan, Kebenaran. Tips-tips menulis yang dibalut bukan tips menulis. Nyaman dan terasa sangat masuk akal. Jelas lebih keren dari Menumis itu Gampang yang bertema umum. Poinnya sama, Cak Mahfud bercerita kesehariannya. Buku ini terasa lebih asyik sebab bahasannya fokus ke proses kreatif, yang setelah ditelaah, tak kreatif juga, tak banyak nasehat, atau petuah membumbung. Benar-benar cerita bagaimana ketahananan menulis buku itu perlu, pengalaman dari Penulis pemenang DKJ dan KSK. Dua penghargaan sastra paling bergengsi tanah air. Walau judulnya provokatif, bagaimana penulis menganggur, percayalah, itu hanya jeda. Judulnya biar tampak eksotik. Itu hanya masa santuy, sejatinya menulis memang kudu tahan banting, konsistensi, dan dipaksa.

“Jadi, sekali lagi, mood itu eksis. Ia bukan mitos. Ia ada, dan beberapa orang betul-betul memerlukannya untuk mencipta. Ia, membentuk sejenis pola bagi orang-orang tertentu…”

#2. No Comebacks by Frederick Forsyth

Luar biasa. Keren banget. Kumpulan cerpen yang langka, di mana semua cerpennya mengandung kejutan. Twist. Dituturkan dengan sabar dan muram, telaten. Hingga pukulan telak disiapkan di akhir. kesepuluhnya wow, jelas ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah kubaca, setelah menyelesaikan baca langsung terbesit menyusun 100 buku kumpulan cerpen terbaik, dan ini akan kumasukkan 10 besar. Efek yang murni bagus, dan dengan senang hati saya rekomendasikan untuk kalian.

“… Aku juga sudah berkesempatan menggunakan jasa seorang agen sangat terhormat untuk melacak ahli waris yang hilang. Kini nampaknya para ahli waris hadir, tetapi harta tetapnya yang hilang. Namun…”

#3. The Belly of Paris by Emile Zola

Kisah panjang berliku, padahal intinya hanya berkutat di sebuah pasar di Paris abad kesembilan belas. Politik, gosip, percintaan, diaduk sampai lumer dalam keseharian orang-orang pasar. Pijakan kisah memang kuat, keluarga yang berbeda karakter itu, dipecah oleh pandangan politik. Acara ngopi tiap pekan malam hari malah jadi ajang diskusi terlarang, orang-orang lurus merasa terusik. Ditambah drama persaingan dua pedagang besar, politik dalam di sini malah seolah jadi tunggangan. Makanya ending-nya seperti itu. Tepuk tangan untuk itu.

“Dia boleh makan dan tidur di sini dan merepotkan kita kalau mau; kita bisa menghadapi itu, tetapi yang tidak akan kutoleransi adalah kalau dia membuat kita terlibat urusan politik… Kita memerlukan tiga belas tahun agar tabungan kita cukup untuk mandiri, kita tidak pernah terlibat politik, kita hanya ingin membesarkan anak kita dengan baik dan memastikan usaha kita lancar. Kita orang baik dan jujur!”

#4. The Buried Giant by Kazuo Ishiguro

Buku pembunuh naga dimana naganya tidak muncul-muncul bahkan hingga halaman 400 hari 480! Ada tiga konfliks utama sejatinya, dijabarkan dengan sabar dan telaten. Buku bagus memang harus sabar, tak tergesa. Pertama, pasangan tua yang ingin mengunjungi anak mereka di desa seberang, untuk bisa mencapainya butuh waktu lama, tak memiliki kuda, hanya jalan kaki. Warga Briton yang sudah damai dengan warga tetangga. Kedua, seorang kesatria yang diberi mandat membunuh naga betina tua, ia adalah seorang Saxon. Kedua desa sejatinya sudah berdamai tapi percikan amarah masih kadang muncul. Dan ketiga kesatria tua yang menjadi kepercayaan Raja Arthur yang juga mendapat tugas membunuh naga yang sama. Karena ini buku sastra, jangan harap mudah dicerna, bahasanya berpanjang-panjang, meluik-liuk tak tentu arah, sampai akhirnya setiap karakter menemukan titik akhir takdir cerita.

“Kami hanya dua pengelana yang tersesat, kedinginan dan lelah, pakaian kami basa karena air dungai tempat kami diserang baru saja oleh peri-peri yang bisa…”

#5. Mrs Dalloway by Virginia Woolf

Njelimet, novel tak biasa. Tak ada bab, tak ada keterangan tambahan, ndelujur saja dari awal hingga garis finish. Melelahkan memang, tapi seringkali buku yang ditantang mikir, melelahkan, tak biasa, adalah buku yang ok. Mrs. Dalloway jelas tak sekadar ok, ini novel memberi nuansa imaji tersendiri. Pembaca diajak jalan-jalan ke pesta, yang pestanya bahkan masih dalam rancangan, rancang bangun itu lantas diputar ke masa lalu sang penyelenggar. Hari-hari indah dengan mantan kekasih, harapan-harapan yang kandas, hingga semacam penyesalan kesalahan memilih pasangan hidup. Lingkar kawan memang sangat penting mencipta nasib, dan nasib dibentuk dari nukilan-nukilan kejadian sehari-hari.

“Setiap orang merelakan sesuatu ketika mereka menikah.”

#6. The Road by Cormac McCarthy

Bagaimana yang tidak akan pernah ada berbeda dari tidak pernah ada? Buku tanpa tanda petik. Semua, baik kalimat langsung atau sebuah kata yang perlu kutip, tak ada tanda petiknya. Benar-benar ya, mana ceritanya juga antah pula. Sejatinya, setelah menyelesaikan baca, inti kisah tak rumit amat. Duo ayah anak yang melakukan perjalanan dari kota ke kota, bergerak terus untuk mencari perlindungan berujung di pantai di zaman masa depan yang kelam. Itu saja, dari awal sampai akhirnya terjadi tragedi itu, segalanya dicerita datar. Tak ada yang perlu diperdebat lebih, selain kenapa ini terjadi. Jadi pertanyaan filosofisnya, mengapa bumi bisa sedemikian mengerikan. Ini jelas penggambaran hitam, mengerikan kurang pas, hhmm… porak poranda mungkin lebih pas. Sebuah masa suram dunia yang kita tinggali.

Jadi, katakan kepada kami, menuju ke mana dunia ini?

#7. The Bookseller of Kabul by Asne Seierstad

Apa yang pertama terlintas saat Negara Afganistan disebut? Perang? Islam? Osama bin Laden? Atau Negara Islam yang tata kelolanya semrawut? Saya lebih ingat bagian terakhir ini. Sebuah kudeta tahun 1970-an mengubah Negara ini. Lebih tepatnya Zahir Shahm raja yang memerintah selama empat puluh tahun yang boleh dikatakan aman dan damai, didepak tahun 1973. Lalu serangan Uni Soviet selama sedekade, lantas perang saudara, dan Taliban mencipta kekeruhan politik, hingga akhirnya perang tak kunjung usai, dari satu kekuasaan ke kuasaan lain. Saat ada pengumuman perang telah usai. Itu hanyalah perang baru yang akan dimulai – perang yang melindas semua keceriaan. Bahkan hingga kini, terbaru tahun lalu saat Amerika pergi, berita mancanegara bersliweran kepanikan warga, pembersihan politik, hingga kekhawatiran krisis terjadi.

Kutipan penyair favorit Fedusi, “Untuk bisa berhasil, kadang kita harus menjadi serigala dan kadang domba.”

#8. The Frog Princess by E. D. Baker

Cerita pangeran yang dikutuk jadi katak, lalu mendapat ciuman putri sehingga bisa kembali normal mungkin sudah melegenda, sehingga sudah dikenal banyak orang. Cerita asli karya Grimm Brother itu sudah sangat umum. Jadi dasar buku ini adalah legenda itu. Ya, namun jelas modifikasi dicipta, sebab judulnya saja Sang Putri Katak, bukan Pangeran Katak. Yang jadi katak ceweknya dong? Yup, yang nyium Pangerannya? Ah tidak juga, ini adalah kisah pelintiran, jadi sang penulis bebas mengotak-atik pijakan. Dan karena ini terbitan Atria, di mana jaminan mutu sudah melekat, harapan itu tetap terwujud! Luar biasa. Hebat, buku kelima tahun ini dari Atria yang selesai kubaca ini tetap memuaskan. Saya suka cerita sederhana Putri Emma yang menggemaskan.

“Tentu saja. Mengubah manusia-jadi-katak adalah mantra yang sangat sderhana dan mduah diingat. Aku sendiri sudah pernah mempraktikkannya beberapa kali. Kenapa kau bertanya?”

Juni 2022

Juni ini program #30HariMenulis #ReviewBuku menghadirkan tribute untuk para penjual buku atau orang-orang yang meminjami atau menghadiahiku. Agak sulit memilahnya, sebab ada ratusan orang/toko yang telah kusentuh.

#1. The Tales of Beedle the Bard by J.K. Rowling

Luar biasa. Cerita sederhana diramu, menjadi pendukung cerita Potter yang sudah melegenda. Saya sudah menginginkan buku ini jauh hari, tapi ga gegas terwujud. Untuk ada teman film menawarkan. Semua Potter mania tahu, cerita ditutup happy ending, dan dongeng ini menyisakan beberapa pijakan penting. Tiga Saudara dengan tiga benda sihirnya. Hanya bisa bilang wow untuk JK Rowling.

“Jadilah pemberani teman-teman, dan jangan menyerah.”

#2. A Room of One’s Own by Virginia Woolf

Buku yang (rasanya) sulit dipahami, terutama saat awal mula. Namun setelah berhalaman-halaman yang melelahkan, kita akhirnya diajak memasuki maksud utama sang penulis. Lima bab awal, seolah esai ini berputar-putar tak keruan, curhat panjang lebar kehidupan, mengelilingi dunia pustaka di London, sulit dicerna mau ke arah mana. Dan bab penutup, bab Enam menjelaskan segalanya. Gamblang, bahwa untuk menjadi penulis, Virginia Woolf mensyaratkan dua: Jika kau ingin menulis fiksi atau puisi perlu memiliki uang lima ratus pound per tahun dan kamar beserta kuncinya tergantung di pintu. Lima ratus pound setahun berarti kekuatan untuk merenung bahwa kunci yang tergantung di pintu berarti kekuatan untuk berpikir mandiri, tetap saja kau dapat mengatakan bahwa pikiran harus naik di atas hal-hal seperti itu; dan bahwa penyair yang hebat seringkali adalah orang-orang miskin.

“Kebodohan akan mengalir dari bibirku, tetapi mungkin ada beberapa kebenaran tercampur dengannya; tugasmu mencari kebenaran ini dan memutuskan apakah ada bagian yang layak disimpan.”

#3. The Parable of the Pipeline by Burke Hedges

Saluran-saluran pipa merupakan saluran-saluran kehidupan, karena saluran-saluran ini mampu memasok diri sendiri. Saluran itu memang perlu diperbaiki dan dirawat sewaktu-waktu, bahkan kadang perlu membangun kembali, tapi jelas saluran-saluran pipa mampu memompa keuntungan terus-menerus, dari tahun ke tahun.

John Naisbitt bilang, “Semakin banyak kita menggunakan teknologi canggih semakin perlu pula kita mengembangkan sentuhan kemanusiaan.”

#4. Quidditch Through the Ages by J.K. Rowling

Buku penunjang kisah Harry Potter lainnya. Setelah menikmati Fantastic Beast and Where to Find Them, dan The Tales of Beedle the Bard, kali ini kita memasuki tema olahraga. Sejatinya sama saja, ini adalah kisah rekaan, jadi semua yang ada di sini juga rekaan dari modifikasi keadaan sebenarnya. Fantastic mengambil hewan-hewan yang ada dengan menambahkan berbagai mitologi, ada yang berbahaya ada yang jinak nan imut. The Tale begitu juga, mengambil dongeng-dongeng yang ada, dimodifikasi. Dari Cinderella hingga Putri Tidur, jadi kisah penyihir yang baik hati. Dan sama, yang baik akan menerima karma baik. Nah, di Quidditch, olahraga sapu terbang, kita menemui modifikasi dari basket dan sepakbola, lebih kental sepakbola bila merujuk historinya. Begitulah, kiga diajak berjalan-jalan di antara ring dan desingan udara di atas lapangan.

“Tindakan-tindakan Stooging sudah semakin sering saja dilakukan. Kami menganggap peraturan baru ini akan mencegah terjadinya cedera berat pada Keeper…”

#5. Puisi-Puisi Terpilih Catullus by Catullus

Catullus 7: Kautanya berapa banyak ciuman milikmu / Yang cukup, bahkan lebih, bagiku, Lesbia? Sebanyak jumlah butir-butir pasir Libia.

#6. Meet Your Maker by Jacob Julian

Cerita horror tanpa hantu. Sebenarnya pembuka hingga adegan ditemukan kejanggalan, buku ini bagus sekali. Pengenalan karakter dan penggambaran suasana lelaki jomblo menyendiri, jauh dari keluarga dan rekan-rekan, dan karakter pemalas tapi tak malas seperti ini bijaknya dikembangkan jadi karakter umum, dengan problematika kebutuhan sehari-hari. Sayang, sejak adegan terkunci, jendela macet, dan ditemukan banyak darah di luar kamar, kisah jadi ala film kelas C, yang suka mengkaget-kagetkan penonton. Mencoba filosofis, tapi tak sepenuh hati.

“Ketika aku menjelaskan bahwa serangan itu bukan perang, memang itu benar. Manusia tidak perlu perang untuk menjadi monster… kita adalah monster yang berada di dunia yang salah, saat oenghakiman pertama datang sampai penghakiman terakhir muncul…”

#7. Projo & Brojo by Arswendo Atmowiloto

Novel unik. Tukar orang yang dipenjara, dan katanya buku ini merupakan terinspirasi dari pengalaman Arswendo selama dipenjara? Apakah beliau pernah melakukan tukar posisi seperti ini? Ataukah ini pure imajinasi, seandainya punya jabatan penting, bisa seenaknya saja kabur secara tersirat dari jeruji besi? Menarik, walau ditemukan beberapa kejanggalan. Seperti, bagaimana bisa istri tak mengenali suami yang menyamar? Atau perubahan sifat karakter secara tiba-tiba akibat kepergok, seolah materi tak penting? Seakan di otaknya dipasangi rem yang kelewat pakem. Atau bagian, kepolosan perempuan desa yang luar biasa sederhana, polos. apa adanya, dan begitu sabar. Mungkin ada orang-orang seperti itu, di sini diumbar dengan pesonanya sendiri.

, “Kenapa sih kamu ini, apa hidup ini urusannya hanya saruuuung melulu. Ini dunia hampir kiamat.”

#8. 5 Detik dan Rasa Rindu by Prilly Latuconsina

Apa yang bisa diharapkan dari seorang artis yang menulis buku, menulis puisi? Hanya sedikit artis yang sukses menapakinya, sayangnya debut Prilly ini tak sukses. Tertatih, dan biasa sekali. Harapan yang rendah, dan sesuai. Puisi memang sulit dipahami, susah diprediksi, kutipan-kutipan yang pantas di-sher di sosmed biasanya yang berhasil menautkan emosi pembaca, emosi pendengar, penikmat syair. Di sini, tak banyak, atau malah tak ada yang untuk dibagikan. Mengalir saja. Tema cinta dan kerinduan, jatuh cinta memang indah, akan lebih sangat indah bila tak bertepuk sebelah. Mencipta rindu, dan kenangan, yang tak sertamerta merangkul erat para pecinta.

Kamu: Kamu sangat populer di kepalaku / Bahkan saat aku tidur / kepalaku tetap disibukkan olehmu. / Karena kamu selalu singgah dalam mimpiku. / Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku / tak pernah berhenti.

#9. Yang Tersisa Seusai Bercinta by Cep Subyan KM

Kesannya malah terjatuh. Seolah-olah bilang, “saya keren”, “saya gaul”, atau “begitu nyastra”. Jatuh. Kembali saya teringat catatan lama saya, dengan menyebut nama-nama keren, kamu tak otomatis keren. Dengan menyebut Gabriel’s Palace: Jewish Mystical Tales, Lo-shu, Montase Retrofilis, Venus in Furs, Hannibal Lecter, The Golden Bough, Dante’s Dream, Sappho’s Lyre, hingga Septem Sermones of the Dead, tak serta merta kamu wow. Malah janggal, novel mengutip para orang hebat sebelumnya terlampau sering, atau terlalu banyak. malah memuakkan dan pengen muntah.

“Pandu Dewana tak akan mati sepanjang dia tidak melanggar larangan bersetubuh dengan Dewi Madri.”

#10. Bokis 2 by Maman Suherman

Apa yang bisa diharapkan dari buku gosip? Sambil lalu, lalu menghilang. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah buku yang isinya curhat, cerita kebobrokan dunia selebrita? Tak muluk, walaupun ditulis oleh seorang jurnalis pengalaman, CV-nya merentang dari hiburan cetak sampai visual. Buku yang tak terlalu berfaedah, buku sekadar hiburan, yang kurang relate sama jelata macam saya. Jauh dari hingar bingar infotaiment, jelas ini akan gegas terlupakan, hanya mampir di memori sementara. Bokis, tahu artinya? Enggak? Sama. Baik saya ketik ulang Prabokis-nya ya.

. “… sudahlah, nggak usah dipaksakan. Bikin yang seperti biasa saja. Yang sensasional-sensasional. Masyarakat kita suka gosip sensasional.”

#11. Aliansi Monyet Putih by Ramadya Akmal

Bagus. Cerpen yang bagus itu, memberi efek kejut di akhir. dengan keterbatasan kata-kata, prosedur cerita kudu dicipta. Karena saya sudah membaca buku Franz Kafka hingga Jack Kerouac, standar cerpen naik. Dan sebagian cerpen di sini memenuhi, saya bilang sebagian sebab hanya beberapa saja yang laik disandingkan. Cerita Tuan yang Paling Mulia misalkan, kita baru tahu motif Pak Joachim dengan anjingnya pada halaman terakhir, setelah diajak berputar panjang kali lebar, ternyata itu to maksudnya. Cerita utama, Aliansi Monnyet Putih juga menyimpan kejutnya, bagaimana kekecewaan dan harapan disandingkan, lalu mengapa seorang WNI yang migrasi itu berada di sana, bagus.

“Ternyata kamu pejudi sampai ke darah, ya.”

#12. TLotR: The Fellowship of the Ring by J.R.R. Tolkien

Akhirnya salah satu novel yang sangat ingin kubaca ini terkabul juga, di rak sudah komplit tiga seri. Sudah punya sejak September 2020, baru kubaca tahun lalu dan butuh waktu setengah tahun untuk menuntaskan. Memang tak muda, sebab fantasinya kompleks. Kalau dibanding Narnia yang lebih santai dan tipis, atau Harry Potter yang walau tebal tapi kocak, dan genrenya remaja. The Lord of the Rings sungguh berat. Banyak kosotaka baru, perlu settle dulu memulai pengembaraan. Dan jelas, ini salah satu novel fantasi terbaik yang pernah ada, atau malah yang terbaik?

“Bilbo pergi untuk menemukan harta, lalu kembali tapi aku pergi untuk membuang harta, dan tidak kembali, sejauh yang kupahami.”

#13. Potongan Tubuh by Pyun Hye-young, dkk

Luar biasa, memesona. Beginilah seharusnya cerita pendek dicipta. Dicerita dengan abu-abu tapi tetap mencipta penasaran. Dunia yang sejatinya di sekitar kita, dibuat rumit untuk membuat pembaca penasaran. Pintar sekali yang bikin kisah, kita tak dibiarkan tenang. Nama-nama penulisnya asing, tak satupun kenal. Namun tak ragu saat kubeli bukunya, sebab kualitas terbitan Baca yang beberapa kali kulihat mengalihbahasakan buku-buku Korea, bagus. Ini sama saja, sama kerennya. Tak perlu jadi fans BTS untuk bisa masuk ke dunia literasi Negeri Gingseng.

“Bagiku, kawasan rumahku dan Pecinan merupakan buritan kapal yang sudah dimasuki air dan akan segera tenggelam.”

#14. Tiga by retagalih.pHe

Novel remaja lagi, hufh… sekalipun kubaca saat remaja, buku sejenis ini takkan kusuka. Banyak hal tak relate, terlalu lebai, terlalu lo gue end, terlalu sinetron. Atau malah persis sinetron, plot, karakter, cara penyampaian. Sungguh tak enak dibaca. Cari duit segampang itu, cari pacar seindah itu, cari penyakit sesederhana itu. Sekalipun buku remaja, banyak hal tak pantas disebarkan ke remaja, persis sinetron kita kan. Sayangnya, hal-hal buruk sejenis ini laku, cerita tak mendidik yang meracuni generasi muda. Miris.

“Apa yang diberikan dunia fotografi bagi hidup Anda?” / “Kepuasan, uang dan kebebasan.”

#15. Aisyah Putri 2: Chat On-Line! by Asma Nadia

Merupakan lanjutan Operasi Milenia, kali ini kita diajak berchatting ria. Semua tokoh seri pertama masuk lagi, tak banyak tambahan. Hanya permasalahan dan konfliksnya berbeda. Di tahun 2000, online tentunya belum semudah sekarang. Belum sebanyak dan senyaman saat ini. masih harus di warnet, tarif yang mahal, hingga tak sesederhana sekarang bila ingin lanjut ke chat berikutnya, atau hingga akhirnya kopi darat. Dalam singkatnya, zaman itu untuk chat butuh perjuangan lebih. Tak seperti sekarang, bisa rebahan dan murah.

“Kalau mau lebih aman lagi, ngajak ahwat lain pas buka internet atau chatting. Jadi kalau satu niatnya nyeleweng, yang lain bisa ngelurusin.”

#16. Mengarang Novel Itu Gampang by Arswendo Atmowiloto

Ini adalah sekuel dari Mengarang itu Gampang. Saya belum baca, akan kukejar cari. Kali ini fokus ke novel, di mana pengarang butuh perjuangan ekstra. Ini mengarang novel yang lebih membutuhkan napas yang panjang. Tak seperti cerpen yang spint, novel adalah bentuk lari marathon.

“Akan tetapi realita bukan hanya yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang berdialog. Realitas itu juga merupakan realitas keseharian.”

#17. Bertanam Cabai dalam Pot by Redaksi Trubus

Buku tipis yang bermanfaat. Kubaca sekali duduk siang tadi pas istirahat kerja, langsung kelar. Sejatinya sudah beberapa kali memiliki tanaman cabai di pot depan rumah, sudah berulang kali panen pula. Secara praktek sudah, niat membeli buku adalah tahu teorinya. Dan terpenuhi, benar-benar bermanfaat. Simple, sederhana, ngena. Contoh, pemilihan bibit, dulu saya selalu mengambil biji cabai yang busuk, tidak dimasak, sehingga ketimbang dibuang, bijinya saya tabor di pot. Tumbuh, dan berbuah. Di sini dijelaskan, bibit biji cabai harus yang prima, yang bagus. Benar-benar cabai yang fresh, itupun tak sembarangan. Dipilah dengan disebar di air, yang melayang apalagi terapung, itu bibit buruk, pilih bibit yang tenggelam. Lalu pilih yang segar, tak keriput atau ngeruntel. Sederhana ya, tapi penting.

“Hasil penelitian IPB tahun 1997 membuktikan, harga cabai lebih banyak dipengaruhi oleh suplai. Bila suplai kurang maka harga langsung naik. Bahkan dengan kecanggihan komunikasi saat ini, harga cabai di pasar induk bisa berubah dalam hitungan menit, sesuai ketersediaan barang di sentra produksi.”

#18. Captain Corelli’s Mandolin by Louis de Bernieres

Tebal dan lebar, butuh waktu intens selama sebulan ini untuk menuntaskannya. Filmnya sudah pernah kutonton, tapi agak lupa. Samar saja tentang tentara Italia yang ditugaskan ke sebuah pulau di Yunani di masa penjajahan, kala Perang Dunia Kedua, lalu jatuh hati sama penduduk lokal. Maka saat kutelusuri kata-kata, makin takjub detailnya. Langsung browsing pulau Cephallonia, setelah saya googling, nama pulaunya sekarang Kefalonia, terletak di Yunani Barat, dinamai dari mitologi Cephalus, meskipun artinya ‘Pulau dengan Kepala’. Bahkan air laut sekalipun lebih tembus pandang daripada udara di tempat lain mana pun. Orang bisa terapung di air dan memandangi dasarnya yang jauh, dan dengan jelas melihat ikan-ikan pari, yang entah mengapa selalu disertai ikan-ikan flasfish mungil.

“Aku mencintai Pelagia, tapi aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menjadi laki-laki sejati sampai aku melakukan sesuatu yang penting, sesuatu yang hebat, sesuatu yang bisa kubanggakan, sesuatu yang berharga. Itulah sebabnya aku berharap perang akan pecah.”

#19. Neraca Kebenaran  by Al Ghazali

Buku tipis, dicetak mungil. Bagus sekali, saya menemukan cara pandang baru terhadap Al Quran. Banyak hal memang tak bisa dilogika, maka terhadilah percakapan antara si Fulan (F) dengan al Ghazali (G). Membahas kebenaran kitab suci. Bagian terbaik adalah Ijtihad. Sebuah upaya mencari jalan keluar, karena tidak tercantum dalam Al Quran dan Hadist. Butuh ilmu dan akal sehat, dan tertimbangan matang. Mencari arah kiblat contohnya, setiap individu bisa lain, maka butuh ilmu, walau sekarang dengan mudah dengan kompas, kita bisa bayangkan beerabad-abad lalu tanpa alat itu.

“Bertakwalah kepada Allah dan jangan lalim dengan menggunakan ta’wil dalam penafsiran.”

Karawang, 020622 – 080722 – Rihanna –Take a Bow

Mata Penuh Darah #3

“Aplikasi-aplikasi adalah bagian dari peradaban yang tak dapat ditolak. Yang juga menjelma racun dalam obat.”Eko Triono, Kukirimkan Padamu Sebuah Hari dari Masa Depan

Kumpulan cerpen yang maaf, so so. Mencerita masa depan itu sulit. Kumpulan cerpen yang diterbitkan untuk merayakan 10 tahun penerbit Shira Media, dari berbagai penulis, dan karena nama Faisal Oddang dipajang, ia adalah penulis paling sukses dan menjual. Sayangnya banyak bagian cerita menulik masa depan yang gelap, tak bisa diterima, hanya memprediksi, beberapa bahkan ada yang luar biasa buruk. Hufh…

#1. Mata Penuh Darah: Dua Peristiwa, 1966 – 2033 by Faisal Oddang

Presiden Soeharto diadili atas kejahatan tahun 1966, sebuah masa kelam negeri kita akan pembersihan PKI. Tahun 2033 pengadilan fiktif itu dilakukan oleh keturunan yang tersangkut kejadian 1966.

“Anda di sini untuk menjawab, bukan bertanya.”

#2. Siasat Jitu Membunuh Mantan Kekasih by Adam Yudhistira

Cerita aneh tentang cinta, tikus, hingga pembunuhan terencana. Ini Amerika yang gegap gempita, dan presiden beserta pasangannya menghilang.

“Kenapa sih urusan cinta selalu lebih pelik dari urusan politik.”

#3. Siapa yang Membawa Lesatan Ingatan ini Bermula? by Teguh Dewangga

Memainkan waktu dan ruang, lesatan ingatan dan sejarah bangunan masjid. Melalui lorong di bawah tanah, memasuki dimensi lain. Hutan-hutan, bamboo itu berubah jadi bangunan beton di kemudian hari.

#4. Venesia by Pringadi Abdi Surya

Jakarta di masa depan tenggelam, menjadi Venesianya Indonesia. Transpotasi dengan kapal, K berangkat kerja dan begitulah. Ia berangkat dari Bogor. Generasi Vetsin, tak terikat tahun kelahiran.

“Selamatkan generasi kami dari vetsin!”

#5. Mengenang Olea by Wi Noya

Banyak cara mengenang orang terkasih meninggal dunia. Di masa depan dengan virtual, mengundang teman-teman lama, dan Olea bangkit dalam hologram untuk merakayakn ulang tahun. Namun tak semua puas.

“Pulang? Kan baru mulai, Mas.”

#6. Secangkir Kopi Ethanolic by Ahmad Ijazi

Dylan di tahun 2111, masa depan yang tak pasti itu disajikan dengan pernikahan… robot? Helena yang bisa berpikir dan menentukan keputusan.

“Tapi.. aku tak memiliki ayah dan ibu.”

#7. Perempuan dari Jalan Kuno Lingkar by Pilo Poly

Lanskap tak terbatas para Guardian di negeri antah.

“Yang berlari ke gunung membunuh harimau, dialah penguasa Lenin. Yang bertempur ke masa depan, dialah pahlawan Lenin.”

#8. Ule Sondok So-Len by Al El Afif

Cerita dari Makassar dengan banyak kata daerah.

“Dikenangnya suatu senja yang lalu, kala angin berputar di atasnya…”

#9. Budayut by Tony Lesmana

“Negeri ini kosong!”

“Negeri ini gosong!”

“Negeri ini bolong!”

“Seperti kumbang yang memburu angin.”

#10. Program Pembaca Nasib by Muhammad Aan

Bagaimana weton di Jawa dijadikan ramalan. Sebuah ramalan untuk menentukan jodoh, pasangan ideal, tanggal baik. Dipadukan teknologi, jadilah ladang bisnis.

“Laksi, menurutmu, seberapa besar kesabaranmu?”

#11. Sembilan yang Kedelapan by Asmi

Perayaan penikahan, tapi sudah tak menikah dengan pasangan. Perayaan yang dilanda kebimbangan. Loka dan Moze yang mengenang hal-hal yang selayaknya masih bisa dikenang.

“Ka, kita ini lucu ya. Kita datang ke sini untuk ulang tahun pernikahan kita yang bahkan rasanya nggak layak dirayakan.”

#12. Perihal Mesin dan Peristiwa Setelahnya by Galeh Pramudianto

Area-area yang saling bersinggungan menentukan tindakan dan hal-hal yang layak dilakukan.

“Aku ingin membuat cerita, tanpa harus bersusah payah memikirkan sebuah judul.”

#13. Bagaimana Kita Menulis Cerita Pendek 20 Tahun dari Sekarang by Ardy Kresna Crenata

Di tahun 1998 dan 20 tahun kemudian, cara menulis cerpen jelas berbeda. Dan cerpen yang bagus sering kali muram, gelap, busuk, tragis, dan hhhmm… menjijikan.

“Manusia bertanggung jawab atas punahnya sejumlah mamalia besar di bumi…”

#14. Nosarara Nosabatutu by Budi Saputra

Negeri Zamrud yang berubah, di musim panas dan kenangan abadi.

“Ya, menjadi mahasiswa di negeri ini adalah pilihan, agent of change…”

#15. Adam-Hawa, Iblis, dan Eksperimen Ali Mugeni by Ken Hanggara

Sejarah manusia, sebelum duo Adam Hawa turun ke bumi, iblis sudah duluan. Dan masa melesat di tahun 2381 Masehi, kotak raksasa ditemukan.

“… seiring dengan itu, anak-cucu Ali Mugeni pun berbuat hal yang sama, yang tak kalah hebat dari iblis dan anak-cucunya…”

#16. Katakombe Santa Fallecia by Agus Noor

Kepercayaan dan kontradiksi. Rahasia sakit yang diderita, dan pengorbanan untuk anak memang sepanjang masa.

“Bila pun kamu tak percaya doa, tak ada salahnya bila kamu mendoakan ibumu.”

#17. Percintaan Terakhir M by Bernard Batubara

Tinder, dan gelagat aneh M. Cinta dan nafsu di dunia digital, seinstan itu.

“Mantan mertuaku juga menganggapku alien…”

#18. Kukirimkan Padamu Sebuah Hari dari Masa Depan by Eko Triono

Kiriman masa dari masa depan yang bahagia.

“Hasrat kadang seperti haus yang diberi air laut.”

Mungkin karena usia juga, selera saya sekarang memang yang sederhana-sederhana saja. Makanya saya malah memilih cerpen Sembilan yang Kedelapan karya Asmi sebagai yang terbaik. Cerita ketemu mantan pasangan, yang dirayakan dengan sederhana dan aneh pula. Tak perlu muluk-muluk, tak perlu pakai kata futuristic nan fenomenal untuk membuat takjub pembaca. Hal-hal yang umum dan dekat dengan pembaca dan berhasil meletup emosi adalah bukti keberhasilan cerita, dan Sembilan yang Kedelapan tentu saja sangat membumi, dan dekat. Semua orang makan, semua orang berpesta di rumah makan, semua orang pernah mengalami cinta, memeluk kekosongan yang buat fun.

Oiya, mayoritas cerpen ini saya masukkan dalam program Menjalankan Wejangan Ray Bradbury. Dibaca nyaman satu cerpen satu hari. Sebuah kehormatan sejatinya, bahkan saya isi di sela kumpulan cerpen dunia, dan buku tebal cerpen Ernest Hemingway, yang juga kubeli dari Warung Sastra. Mengalir dan nyaman…

Mata Penuh Darah: Dua Peristiwa, 1966 – 2033 | by Faisal Oddang, dkk. | Penyunting Tim Redaksi | Rancang isi Tim Redaksi | Ilustrasi isi Marwa Pipit, Mutiara Arum K.S. | Ilustrasi sampul Bambang Nurdiansyah | Rancang sampul Katalika Project | ISBN 978-602-6657-98-4 | 206 halaman | 14×20 cm | Cetakan pertama, April 2018 | Penerbit Shira Media | Skor: 3/5

Karawang, 030522 – Tasya – Ketupat Lebaran

Thx to Warung Sastra, Yogyakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #3 #Juni2022

Permata Lembah Hijau

“Atih, aku suka suasana kelabu seperti mendung, lembab dan setengah hujan. Kurasakan ini semacam nestapa, tapi nikmati.” – Danar

Ini adalah jenis bacaan sederhana yang bisa diselesaikan sekali duduk. Terdapat dua cerpen, keduanya drama sinetron, sederhana secara tampilan, sederhana secara cerita, sederhana secara penyampaian. Saya tak tahu, tapi saya tebak ini adalah dua cerpen dari majalah wanita Femina karya Ike Soepomo yang dibukukan. Jumlah halamannya yang sedikit, tampilan buku mungil nan tipis. Mari sedikit kita kupas.

#1. Permata Lembah Hijau

Ini adalah cerita penerimaan takdir, legowo. Ratih, adalah seorang istri yang sedang galau. Ia menyepi ke lembah hijau ke rumah bibinya. Ia kabur dari rumah, masalah rumah tangganya pelik. Ia ingin merengkuh dalam pelukan Bibi Mirah, curhat beban hidup. Apa masalahnya? Kita diajak flashback.

Suaminya Danar sejatinya adalah pasangan yang ideal, baik hati dan tak sombong. Keluarga ini tampak harmonis dan begitu romantis. Sampai akhirnya ujian tiba. Danar mengalami kecelakaan yang mengakibatkannya tak bisa aktif bekerja. Awalnya bosnya kasih kesempatan, lalu kendala kendala muncul, lantas ia tak kuasa mengikuti rutinitas dan arus kerasnya dunia kerja. Ujungnya berat.

Ratih lalu memandang hijaunya pegunungan, kabur dari kepenatan hidup. Kabur dari nasib buruk, tapi sampai kapan? Bukankah keluarga adalah segalanya. Kalau kalian siap menerima hal-hal baik dari pasangan, maka kalian sejatinya harus siap menerima hal buruknya juga. Pengertian kesetiaan diuji kala pasangan terpuruk.

Ya, seperti yang selalu kaukatakan. Udara seperti ini semacam nestapa tapi nikmat.” – Ratih

#2. Malam Hening, Kasih Bening

Ini juga cerita tentang penerimaan takdir, kudu legowo. Endingnya mungkin terlalu manis, tak selarut sakit seperti cerpen pertama, tapi langkah menuju bahagia di akhir itu sungguh terjal. Pasangan bahagia Andrito dan Lestari sejatinya tak terkendala gosip apapun, kecuali satu. Mereka berlimpah materi, mereka sama-sama setia, mereka menghabiskan wkatu bersama hingga membuncah. Namun setelah sekian lama menikah, keinginan memiliki momongan tak kunjung mewujud. Lalu untuk melengkapi kesempurnaan, diputuskanlah mengadopsi anak.

Oki diadopsi dari orangtua tunggal ibu Nuriah, dimana pasangan kabur. Dari keluarga miskin, maka saat dokter kandungan teman lama SMA Andrito, dokter Sukrisno menawarkan melepasnya dengan sukarela ke keluarga kaya, ia setuju. Kesepatakan itu awalnya berjalan mulus, semuanya berjalan seperti yang direncana, hingga suatu hari keadaan Nuriah yang sudah membaik dan kangen meminta balik.

Karena taka da dokumen resmi adopsi, karena adopsi itu sukarela, maka seandainya dibawa ke ranah hukum, pasangan Andrito yang kalah. Maka mereka meminta waktu, menunda dulu, tak siap melepas Oki. Baiklah, perpanjangan waktu diberi, tapi karena waktu linier, sememuaskan diri bagaimana pun tetap akan berkahir. Hiks,…

Kasih sayang yang bening kadang membutuhkan pengrobanan dan dalam hening semalam saya sadari saya…”

Apa yang kudapat seusai menikmati buku tipis ini? Kesetiaan. Jelas kesetiaan itu mahal. Kita kudu legowo sama pasangan. Tak hanya karena kaya, ganteng/cantik saja. Pernikahan adalah menyatukan dua pribadi yang berbeda, kudu siap menerima pula segala hal-hal negative pasangan. Syukur jelas wajib diapungkan. Ingat, pasangan itu adalah pilihan sendiri. Kita yang mencari, kita yang memperjuangkan, kita pula yang menerimanya. Kecuali dijodohkan, atau dipaksa kawin. Pasangan normal di era modern sejatinya sudah berhak menerima kebebasan memilih jodoh. Makanya. Segala plus minus pasangan harus diterima.

Yang pasti, buku-buku jadul seperti ini nyaman sekali dinikmati. Tak peduli tebal atau tipis, cerpen-cerpen masa lalu malah mencipta kejadulan asyik. Sederhana, serba nyaman, tak seperti zaman sekarang yang instan dan mudah. Romansa kisah jadi terasa lebih jleb, klasik dengan cerita yang juga dicipta di zaman dulu. Bukan cerita yang dibuat saat ini dengan setting zaman lampau.

Cinta, kata misterius yang sedari dulu selalu jadi pegangan. Manusia bisa bahagia karenanya, sekaligus bisa menangis sedih akibatnya. Dunia yang fana, cinta yang abadi.

Permata Lembah Hijau | Seri Femina | Gaya Favorit Press | Jakarta, 1984 | Gambar kulit oleh Fung Wayming | No. B 52 | Penerbit Gaya Favorit Press | Cetakan pertama, 1984 | Dicetaj PT Dian Rakyat, Jakarta | Skor: 3.5/5

Karawang, 100422 – Female Jazz Singer

Thx to Sri Purwani, Bandung