
The Glass Palace by Amitav Ghosh
“Orang-orang berpikir bahwa ini menyedihkan dan memang begitu. Tapi itu juga berarti bahwa aku tak punya pilihan lain kecuali memilih keterikatanku sendiri. Ini tidak mudah, seperti yang kaulihat. Tapi itu semacam kebebasan, dan oleh sebab itu, tidak tak bernilai.”
Penerbit Hikmah lagi, beberapa kali terjemahan Hikmah (grup Mizan) begitu memuaskan. Yang ini sungguh tebal, kumulai baca 3 Juni, dan diharapkan selesai akhir Juli, ternyata mbablas panjang sampai 17 September 2022. Buku tebal, lebar, walaupun fiksi ini bisa jadi adalah fiksi dengan sisipan sejarah yang sangat kental. Karena saya tak tahu sejarah Myanmar, maka banyak fakta sejarah yang fresh. Beberapa bagian malah membuatku mencipta kerut kening, terutama bagian awal bagaimana sang raja yang menyerah dengan mudah terhadap tentara Inggris (yang jua menjajah India), sehingga saat serbuan kompeni itu campuran Inggris – India. Di sana sampai mencipta sentiment anti-India. Begitu juga fakta sejarah, bagaimana tentara Inggris warga asli India lalu membelot membentuk tentara Nasional India, masa tahun 1940-an yang riuh akan kemerdekaan.
Kisahnya bisa jadi tentang Rajkumar, lelaki Burma (sekarang Myanmar) keturuan India. Ia adalah keturunan terakhir dalam silsilah keluarganya sebab dalam perjalanan perahu ke Mandalay, ibunya meninggal di atas sungai, namun sejatinya buku berkisah tentang sejarah Myanmar, Kolkota, Malaysia, hingga India. Semenajung Asia Tenggara di akhir abad Sembilan belas hingga seabad kemudian.
Seperti kita tahu, abad dua puluh riuh akan Perang Dunia pertama dan kedua, dan ini adalah salah satu efeknya. Perang sering menimbulkan benturan antara sejarah dan kehidupan individu. Dalam keadaan perang, situasi seperti revolusi, evakuasi massal, pemindahan populasi secara paksa, dan seterusnya, tak ada yang bisa memilih untuk menjauh dari sejarah. Abad dua puluh menjadi saksi atas berbagai malapetaka di Asia dan The Glass Palace mencoba mengisahkan dampak peristiwa tersebut terhadap keluarga dan individu.
Rajkumar muda, 11 tahun sampai di Mandalay untuk menjadi pelayan kedai Ma Cho. sebagai asisten pelayan kedai makanan yang dekat dengan Istana Kaca Raja Thebaw. banyak desas-desus tentang kehidupan kerajaan, rakyat jelata sekalipun di belakang sering mengeluhkan kemlaratan, mereka tetap mencintai kehidupan para bangsawan. Hormat hingga sembah sinuhun. Maka saat serangan Inggris tiba-tiba datang, Mandalay berubah total. Anehnya, kerajaan yang compang-camping mengeluarkan edaran yang kontradiksi, “Bangsa kita akan berpacu bersama para jenderalnya, kapten-kaptennya disertai kekuatan besar indanteri, artileri, pasukan gajah, dan kavaleri, lewat darat dan air, dan dengan keperkasaan tentaranta akan menghadapi orang-orang kafir ini…”
Dari kedai itulah, Rajkumar jadi saksi perubahan pepindahan kekuasaan, dengan mudah kepemimpinan raja dirampas, dan Burma menjadi tanah jajahan Inggris. Saat raja, Ratu Supayalat, dan segala pemangkunya dipaksa keluar untuk diasingkan, sebuah momen romansa tercipta, Rajkumar jatuh hati pada pandangan pertama kepada Dolly, salah satu pelayan putri. ia menandai, ia memberi hadiah, dan walau tak seindah harapan, ia menjaga asa api. Raja dan segala pasukannya diasingkan ke sebuah pantai di Ratnagiri India Barat, sejauh ribuan mil, jauh dari rakyatnya.
Rajkumar telah melihat terlalu banyak hal di Mandalay dan menemukan terlalu banyak ambisi baru. Rajkumar dengan semangat membaja, ikut dan berguru pada Saya John, seorang wirausahawan yang seolah menjadi bapak angkatnya. Bisnis kayu jati, dan menjadi saksi betapa balok-balok kayu bisa mencipta darah mengalir di berbagai sudut. Singkat kata singkat cerita, Rajkumar sukses besar. Ia berhasil dalam perjudian bisnis, meminjam uang dan memutarnya dengan jitu, dan tersebab ia ingin merekrut orang-orang India, ia meminta tolong sama orang dalam, Uma sang istri Kolektor. Ia ingin bertemu Dolly, dan menyampaikan cintanya. Pengasingan yang dikira sebentar, ternyata lama. Di tahun 1905, 21 tahun pengasingan sang raja. Dan nantinya Ratnagiri menjadi tempat tiada pula bagi snag raja terakhir Burma.
Rajkumar di usia matang, Dolly yang cekatan dan begitu mengabdi awalnya tak tahu sejarah sang pemuja. Bahkan saat diminta untuk menjadi istri sang juragan, ia menolak. “Dia mencintai apa yang diingatkanya. Itu bukan aku.” Uma menjadi mak comblang, meyakinkannya, memintanya mengambil kesempatan. Ini hanya satu kali peluang, bila ia menolak maka, Dolly bisa jadi akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai pelayan di tanah pengasingan. Dan dengan dramatis, lewat kapal yang beranjak, ia berlari mengejar masa depannya sendiri.
Begitulah, kisah ini lalu menuturkan kehidupan Rajkumar yang bahagia, dan segala turunannya. Memiliki dua anak, Neel yang melanjutkan bisnis keluarga, dan Dinu yang suka fotografi. Lalu satu cucu yang menyatukan keluarga ini nantinya karena terpecah akibat perang, Jaya. Si bayi, Jaya menjadi pengikat yang menyatukan seluruh keluarga. Kisahnya sendiri menjadi pencarian di bab akhir, bagaimana Jaya mencari pamannya di sebuah kota kecil sang asing.
Plotnya sendiri jadi sangat liar kemana-mana. Uma yang janda menjadi seorang revolusioner. Bagi Uma, pemberontkan dan cara penumpasannya merupakan kulminasi mimpi buruk sebulan lamanya. Ia nantinya bergabung dengan Mahatma Gandhi. Ia menjadi saksi kejahatan Rajkumar melakukan tindakan asusila terhadap perempuan bawahannya, dan ia pula nantinya di hari tua menghabiskan malam-malam hening dengan yang ia kutuk. Tampak absurd sebenarnya, Uma yang sungguh kuat dan saking hebatnya, terlihat tak masuk akal.
“Bagaimanakah kau akan melawan musuh yang bertempur bukan karena kebencian maupun kemarahan, tetapi karena rasa patuh pada perintah atasan, tanpa protes maupun kesadaran?”
Bagian yang bikin salut adalah perjuangan India mengusir Inggris. Salah satu keturuan Rajkumar nantinya jadi tentara Inggris, dan bersama rekannya terbelah antara berdiri sendiri menjadi pribumi (sehingga disebut penghianat, pemberontak) ataukah bergabung dengan tentara baru, India. Yang merka inginkan hanyalah mengusir Inggris supaya mereka bisa melangkah masuk dan menggantikan posisi Inggris. Bahkan masuknya Jepang makin membelah kubu. Yah, kita harus ingat bahwa mereka adalah generasi pertama tentara India yang terdidik. Mirip Indonesia tahun 1940 s/d 1945, terpecah dan rumit. Dia telah membentuk unit independen – Tentara Nasional India. “Kapten Mohun Singh telah mengambil langkah besar. Dia memutuskan untuk berpisah dengan Inggris.”
Tak ada penguasa yang baik dan penguasa yang buruk, semakin baik seorang penguasa, semakin buruk kondisi sang budak, karena dia berhasil membuat sang budak melupakan siapa dirinya. “Apa mereka juga bicara soal politik? Ya, sepanjang waktu. Mustahil untuk tak melakukannya, di Myanmar.”
Mengutip Weston, atau Trotsky bahwa bentuk seni dan revolusioner bisa menyentakkan orang atau mengusik rasa puas diri mereka atau menantang ide-ide lama berkat ramalan konstruktifnya mengenai perubahan.
Nilai novel sebagai suatu tulisan, kemampuannya untuk menginkorporasikan berbagai elemen yang terkandung dalam setiap aspek kehidupan – sejarah, sejarah alam, retorika, politik, keyakinan, agama, keluarga, cinta, seksualitas.
Ini adalah buku pertama Amitav Ghosh yang kubaca. Lahir di Kolkota (sejak 2001 ejaan Inggris Calcutta diubah menjadi Kolkota, karena begitulah sebutan dalama bahasa Bengali, sekaligus menghapus pengaruh kekuasaan Inggris), kecil di Bangladesh, Sri Langka, da India Utara. Ia tinggal di New York bersama istri dan kedua anaknya.
Mungkin kurang sreg sama pemilihan penyampaian kisah, terlalu klise dan mudah ditebak, panjang berliku dan isinya kurang nendang. Hanya bagian-bagian tertentu yang mencipta wow, rerata biasa. Nilai lebihnya ini buku fiksi sejarah yang nyaman dan mudah diikuti, nilai kurangnya, bahasanya kurang satrawi, umum, dan sangat mudah dicerna. Tak sampai meluap-luap seperti buku Hikmah lainnya, tapi sudah cukup sebagai permulaan Amitav Ghosh, pemennag penghargaan Satra Italia, Grinzane Cavour Prize. Kalau ada buku lainnya, siap dinikmati.
Istana Kaca | by Amitav Ghosh | Diterjemahkan dari The Glass Palace | Terbitan Random House Trade Paperbacks, Inc. New York, 2000 | Penerjamah Reni Indardini | Penyunting Suhindrati a. Shinta | Penyelarasa aksara Alfiyah, Indah | Pewajah sampul Andreas Kusumahadi | Penata letak elcreative26@yahoo.com | Penerbit Hikmah (Pt. Mizan Publika) | ISBN 978-979-114-220-5 | Cetakan I: September 2008 | Skor: 4/5
Untuk Kenangan tentang Ayahku
Karawang, 200922 – Gerry Mulligan – Capricious
Thx to Ade Buku, Bdg