November2022 Baca

Karena kau perempuan, Nduk. Cah ayu yo kudune menikah, punya suami lantas mengabdi. Kuwi kodrate wong wedhok.” – Tabula Rasa, Ratih Kumala

Bulan Anniversary ini dilewati dengan banyak degub mengkhawatirkan. Pekerjaan menuntut untuk keluar kota hampir setiap minggu. Piala Dunia sudah dimulai, kini memasuki partai-partai akhir grup, hingga kesibukan di rumah yang memang butuh perhatian. Yang paling menyedihkan, teman istriku divonis sakit parah, #GWSAbu sakit kepalanya ternyata tak sekadar sakit kepala.

Lalu keputusan mengambil sepeda listrik (4.4 juta tunai, dari koperasi) merupakan langkah maju untuk membantu transpotasi, tapi langkah mundur dengan cicilan sejutaan di koperasi, makin banyak utangnya.

Dan hilangnya Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) 2022, setelah kepergiaan Richard Oh, belum ada yang meneruskan. Sehingga November yang biasanya rekap baca buku lokal melimpah, kini sedikit sekali. Saat menyadarinya, baru baca fiksi lokal 21 buku. Jauh dari rekap tahunan, makanya Desember ini saya fokus mengejarnya. Namun tetap, semuanya mengalir sahaja…

#1. A Dash of Magic by Kathryn Littlewood

Kisahnya tampak klise. Kompetisi masak Internasional di Paris dengan sihir menyertai, dan peserta finalnya adalah saudaraan. Kemungkinan seperti itu sangat amat kecil terjadi di dunia nyata. Seperti kompetisi catur dunia, apakah pernah terjadi final dalam satu keluarga? Atau mungkin satu Negara? Sekalipun fiksi, tetap pijakan utama adalah kehidupan kita. Sekalipun sihir, tetap logika kehidupan harus dijadikan acuan. Dan banyak sekali trik yang disampaikan juga tak se-majic yang diagungkan, atau seseru buku satu. Trik-trik curang demi menjadi nomor satu, disajikan dengan plot kanak-kanak. Cara pemilihan pemenang juga begitu sederhana, tak serumit kompetisi Chef memasak tingkat RT, apalagi tingkat TV Nasional yang lebai. Jelas, kisah di buku ini sebuah penurunan. Dengan bekal kata, “Mengalir saja”, semuanya memuncak di Paris yang glamor. Nyaris tak ada kejutan berarti. Mungkin keunggulan utama buku ini adalah cover yang ciamik. Enak dipandang mata saat disusun rapi di rak.

“Kita selesaikan masalah satu-satu, Mi Hermana, pertama kita dapatkan bunyi lonceng dulu.”

#2. How the World Works by Noam Chomsky

Lega. Itulah perasaanku setelah bertahun-tahun coba menyelesaikan baca buku ini. Kubeli tahun 2015, sempat menggebu membaca di awal. Down di tengah jalan,. Tahun 2016 sempat pula coba kulanjutkan, dan kembali tertunda. Dan begitulah, tertimbun buku-buku lain. Terlupakan. Memang bukan buku yang santuy, bahasannya berat. Politik, dan begitu kritisnya banyak ungkapan-ungkapan yang bikin pemerintah panas.

“Ada kasus yang sangat solid untuk didakwa setiap presiden Amerika sejak Perang Dunia Kedua bertanggung jawab atas berbagai peristiwa berdarah di seantero dunia. Mereka semua merupakan penjahat perang atau setidaknya dalam kejahatan perang yang serius.”

#3. Marxisme, Seni, Pembebasan by Goenawan Muhammad

Penuh dengan kutipan. Sampai-sampai tak tahu mana pemikiran asli penulis, mana kutipannya. Buanyaaaak banget. Aneh rasanya membaca kutipan bertumpuk-tumpuk dalam satu paragraph panjang. Menelusur masa lalu dengan Marx sebagai pusatnya, didedah dan diuji ketahanannya oleh masa. Dan setelah lebih seabad Marx rasanya abadi, dilihat dari sudut manapun, layak didiskusikan. Sosialisme mengklaim, reliji juga, seni, ideology hingga manzhab lebih tinggi terkait tafsirnya sungguh liar. Dan buku ini hanya sebagian kecil darinya. Apalagi saya sedang baca Teori Sosiologi Modern, di mana Marx menyita halaman (otomatis perhatian) sangat tinggi.

“… keindahan yang benar-benar, yang tertinggi adalah keindahan yang dijumpai oleh manusia di dalam dunia kenyataan dan bukanlah keindahan yang diciptakan seni.” – Chernishevski

#4. The Hundred Secret Sense by Amy Tan

Ini jelas lebih mudah dicerna ketimbang The Joy Luck Club yang plot-nya berlapis. The Hundred Secret Senses sekalipun menyertakan dunia yin yang absurd dan mengundang arwah untuk berdiskusi, mengunjungi hantu-hantu masa lalu untuk membantu memahami masa kini, setidaknya alurnya masih runut. Sudutnya fokus pada Olivia, yang lainnya hanya sempalan, atau kalaupun keluar jalur, hanya mencerita detail yang menunjang. Kwan jelas begitu dominan menemani, sebagai kakak-nya yang paling setia, Kwan justru tokoh terpenting, terutama aspal cerita yang padat, dan eksekusi kunci di endingnya yang tak terduga.

“Janji mengajakku ke bioskop atau kolam renang akan mudah terhapus dengan dalih lupa, atau lebih buruk lagi, variasi-variasi licik mengenai apa yang dikatakan dan dimaksud.”

#5. The Art of Novel by Milan Kundera

Kundera menulis dengan semangat merayakan lelucon. Dari judul-judulnya sudah terlihat. Harus membaca buku-bukunya dulu untuk bisa menikmati secara maksimal buku ini. Saya baru membaca empat: Pesta Remeh Temeh, Kitab Lupa dan Gelak Tawa, Identitas, dan Kealpaan. Dan itu tak cukup. Selain mengupas novel-novelnya, kita juga diajak bersafari ke novel-novel hebat sebelumnya. “Kita sering mendengar trinitas suci novel modern: Proust (belum baca), Joyce (Ulysses belum baca), Kafka (sudah baca). Menurut saya, trinitas itu tak ada. Kafka memberikan orientas baru, yaitu orientas post-Proustian. Caranya memahami diri sungguh-sungguh mengejutkan.” Ya, ketiganya sangat dominan dikupas, ditambah Cervantes (belum kubaca), Schweik (sudah kubaca), hingga Balzac. Sayangnya, hanya sebagian kecil yang kunikmati. Ada tiga kebijakan utama yang wajib dikembangkan manusia: toleransi, humor, dan imajinasi.

“Novel memiliki kekuatan untuk menggabungkan puisi dan filsafat, bukan sebaliknya.”

#6. Menyingkap Rahasia Akhirat by Al Ghazali

Luar biasa. Karena ini hal yang baru, saya terpesona. Alam akhirat yang misterius itu dijelaskan dengan gamblang, bagaimana kehidupan setelah kematian. Dari mulai detik-detik kematian, hingga putusan akhir penghakiman pada-Nya. Ini versi Islam, artinya segalanya bersumber pada Al Quran dan Hadist sehingga, diluar itu tak disinggung sama sekali.

“Tak ada yang bisa menyingkap rahasia-rahasia akhirat kecuali orang yang menguasai ilmu-ilmu keakhiratan.”

#7. Tabula Rasa by Ratih Kumala

Kisah sedih di Rusia, kisah sedih di Yogyakarta, kisah sedih di Kanada. Asmara yang yang melilit para karakter. Temanya berat, sebab melibat homo dan lesbi serta kematian-kematian orang terkasih. Mainnya jauh, sampai Benua Amerika dan Eropa. Bagi jelata macam saya, jelas tak relate. Banyak kejanggalan, atau mungkin tak nyaman dinikmati orang kebanyakan. Mahasiswa pintar yang mengikuti kemanapun ayahnya ditempatkan bekerja, tak main-main antar kota, tapi sudah melintang ke Rusia. Dan sesuai catatan sejarah di awal 1990-an terjadi perebutan kekuasaan yang mengambil banyak nyawa warga, termasuk sang kekasih. Lalu masa merentang sedasawarsa di Yogya, kini ia sudah dewasa dan menjadi dosen. Menemui rasa cinta lagi kepada salah satu mahasiswinya. Gayung seolah disambut, tapi enggak juga sebab, sang kekasih memiliki penyimpangan seksual. Dan begitulah, aliran kisahnya berkutat di masalah hati, dan tindakan. Mengikuti kata hati ataukah menjadi warga kebanyakan yang legowo?

“Kamu jangan mondar-mandir aja, kayak setrikaan.”

#8. Jejak Sufi Modern by Abu Fajar Alqalami

Lucu. Mungkin tak seberat buku-buku sufi kebanyakan, mungkin pula dan sak-klek sama aturan Islam yang kaku. Ini malah jadi sejenis diskusi, seorang awam agama, bertanya kepada pendiri pondok pesantren. Rasanya tepat, sebab biar ahlinya yang menjawab. Maka kiai Badrun memberi petuah-petuah hidup, yang mungkin bagi kita sudah umum (atau malah usang). Dasar agama, tuntunannya, hingga rasa syukur. Yang menarik, diskusi itu mengalir nyaman, dan apa adanya.

“Hujan sudah reda, kita jalan lagi.”

#9. Poison by Sara Poole

Novel renaisans di Italia. Tentang hari-hari menuju penunjukan Paus baru. Ini bisa jadi fiksi di sisian sejarah. Paus lama, yang sudah tua dan sakit-sakitan segera mengeluarkan dekrit yang sama dengan perintah dari Spanyol bahwa warga Yahudi akan dimusnahkan, atau diusir dari negerinya, tapi sebelum dektrit itu dirilis, drama terjadi di dalam istana. Racun menjadi alat bunuh yang umum, dan begitulah Francesca Giordano, ahli racun itu melaksanakan tugasnya. Di Roma yang panas, dan sejarah mencatat Rodrigo Borgia menapaki puncak kekuasaan.

“Apakah kauyakin ingin melakukan semua ini?”

#10. Wasripin & Satinah by Kuntowijoyo

Tak menyangka arah buku ini akan ke sana. Ini adalah novel kedua Kuntowijoyo yang kubaca, setelah Pasar yang fenomenal itu. Yang ini tampak lebih kompleks dengan ending yang lebih berani. Kritik politik dari arus bawah hingga pusaran pusat yang njelimet. Pasangan yang saling mencinta, dengan segala kekurangan dan segala kehebatan masing-masing, di puncak ketenaran dan kegemilangan, segalanya berbalik. Wasripin yang bak nabi, dan Satinah yang secantik merak, akhir yang tak terduga. Benar-benar dibawakan dengan sangat bagus, mengalir dengan sangat nyaman dan begitu rapinya. Ah, rasa itu, kenapa terlambat disampaikan, dalam lamaran aneh dengan hasil pancing di pantai sepi ikan, dan jelmaan indah, lantas dihempaskan.

“Ah, pasti kura-kura dalam perahu.”

#11. Logika Falus by Tomy F Awuy

Kumpulan cerpen dari penebit Metafor yang legendaris. Temanya lebih banyak menelusup di area psikologi. Dari hubungan lesbi, pemikiran liar para lelaki, hingga kehidupan malam para Jakartan. Sebagai cerpen yang diambil judul, Logika Falus justru malah yang paling biasa, di mana dua pria mendebat seorang penyanyi kafe yang elok. Lalu berjudi, dan bagaimana diakhiri dengan antiklimaks.

“Ayahmu converso. Apakah kau tidak tahu itu?”

#12. Ranah 3 Warna by A. Fuadi

Buku lanjutan Negeri Lima Menara yang sungguh biasa sekali. Sebuah penurunan drastis, ini seperti orang yang menceritakan pengalaman hidupnya, dari lulus pesantren hingga meraih impian keluar negeri. Kuliah di jurusan Hubungan Internasional, ke Kanada impian itu diwujudkan. Tersebab saya sudah membaca Laskar Pelangi dan lanjutan, seolah ini pengulangan. Dan, karena ini lebih mapan, lebih tampak menjaga image. Artinya, orang pesantren yang alim ini tak banyak mencipta konfliks, sungguh main aman. Jadi tentu saja, membaca novel dengan minim konfliks adalah sebuah pengalaman standar.

“Logika bahasa penutup kau tidak jalan, terlalu lemah. Tapi yang lain sudah baik.”

#13. Prey by Michael Crichton

Keren banget. Partikel dan bakteri dicipta, dengan kamera berukuran nano, dan jadilah penemuan dahsyat. Awalnya jinak, lalu lepas, dan pada akhirnya mereka dengan cepat beradaptasi, menjadi makhluk hidup yang menuntut eksistensi. Di sebuah lab di tengah gunung, Jack sang perancang program, seorang IT expert itu tercengang sebab kode yang ia cipta kini menjadi liar dan mengancam umat manusia. Ternyata penyebabnya justru istrinya sendiri yang juga seorang penemu, Julia yang beberapa hari tak waras. Pasangan ini saling silang, dan sebelum makhluk itu membunuh orang lebih banyak, harus dimatikan, harus dimusnahkan.

“Jadi kesimpulannya sederhana. Mengelompoklah dan jangan menonjol.”

#14. Sepotong Hati di Sudut Kamar by Pipiet Senja

Buku harian yang jadi buku. Luar biasa. Kita tahu kehidupan pribadi Pipiet Senja yang menderita leukemia. Namun detail bagaimana kehidupannya dari kecil, remaja, hingga awal mula meraih impian membuat buku, jelas tak banyak yang tahu, kecuali lingkar pertemanan/saudaranya. Nah, dari buku inilah kalian akan menemukan banyak hal pribadi beliau. Kehidupan keluarga, percintaan awal, hingga perkenalan dalam dunia teater, sandiwara nulis novel, dst. Di era Orde Baru yang minimalis, konvesional, di mana karya ditulis tangan atau diketik di mesin ketik, perjuangan seorang penderita leukemia menjadi penulis sungguh sangat inspiratif.

Karawang, 011222 – Bon Jovi – Always

#Juli2022 Baca

“Betapa sekejap usia kebahagiaan.” – Tiga Cinta, Ibu by Gus TF Sakai

Dua buku tebal di bulan Juli berhasil kubaca cepat, 500 halaman dalam sehari! Dan 400 halaman non fiksi, dua hari. Waktu libur memang waktu yang tepat untuk menuntaskan bacaan. Nyaman sekali, enak sekali, sampai lupa waktu dan ruang. Sampai lupa kegiatan keluarga atau acara ke mana. Kalau sudah pegang buku, sudahlah, lupa segalanya. Bulan yang santuy dapat 12 buku. Semangat membara.

#1. Tiga Cinta, Ibu by Gus TF Sakai

Sederhana, dan menarik. Pusat cerita sejatinya bukan sang ibu, tapi cinta yang kandas dengan berbagai sebab. Pertama di Padang, dengan kegalauan akut mudik untuk meminta restu dan kelonggaran adat demi sang kekasih. Kedua, mahasiswa galau mencinta perempuan aneh yang di persimpang jalan. Ketiga, kali ini bukan rentang asmara kekasih, tapi kegalauan pasangan yang mendamba anak tapi belum siap program punya anak. Ribet ya? Enggak juga, manusia memang pusatnya kegalauan. Atas nama eksistensi, ketiganya dibaur samar. Padang, Banjarmasin, dan kembali ke Padang. Secara tak langsung ketiganya tak berhubung, tapi cinta ibu menentukan langkah antisipasi untuk diambil di kemudian hari.

“Hanya di Lembah inilah segala omong kosong masih mendapat tempat!”

#2. Laki-laki tanpa Perempuan by Haruki Murakami

Akhirnya saya berhasil menikmati buku asal film terbaik 2021. Ternyata banyak sekali modifikasi. Tim kreatifnya terlampau kreatif. Drive My Car versi cerpen sungguh berbeda dengan versi filmnya. Hanya poin-poin utama seperti nama karakter, fakta aktor teater, sopir wanita, hingga perselingkuhan sang istri. Mayoritas benar-benar dikembangkan sendiri. Pembunuhan terutama, itu tak ada. Hanya untuk menambah dramatisasi. Atau bagian film ‘dipaksa’ disediakan sopir, itu bukan keinginan tuan Yusuke Kafuku, padahal di buku, jelas-jelas dia sedang cari sopir sebab SIM-nya dicabut.

“Tidak perlu. Saya pernah bekerja sebagai sopir jasa antar paket. Peta Kota Tokyo sudah tercetak di kepala saya.”

#3. The Royal Game by Stefan Zweig

Menakjubkan. Bagaimana bisa dua buah cerita pendek, tapi tak terlalu pendek, bernarasi di atas kapal. Polanya sama, bertemu orang asing, lalu bercerita. Dua drama yang menakjubkan. Untuk buku ini, kekuatan cerita yang utama. Menegangkan, bahkan hanya dari dua orang duduk ngobrol kita turut khawatir dan ketakutan. Yang pertama, curhat dokter yang ketakutan sebab menyimpan rahasia gelap. Kedua, curhat mantan tahanan Nazi yang jenius aneh, sebab dalam penjara secara tak sengaja menanamkan buku catur di otaknya. Keduanya sungguh brilian cara penyampaiannya, cara menyelesaikan masalahnya, cara mengakhiri cerita.

“Bila Anda telah kehilangan segalanya, Anda berjuang mati-matian untuk yang terakhir yang tersisa, dan yang terakhir adalah warisannya kepada saya, kewajiban saya untuk menjaga rahasianya.”

#4. In a Strange Room by Damon Galgut

Dibagi dalam tiga bagian, perjalanan di tiga benua. Afrika sebagai home town sang penulis, ke Eropa ke tempat kenalan saat petualang, dan terakhir ke Asia, tepatnya Bombay, India. Secara umum, kisahnya acak, seenaknya bagaimana menyampaikan kisah, tak fokus ke mana arah mau dibawa cerita, makanya terbaca aneh, atau inti cerita mau ngapain jadinya tak jelas. Terlalu lama berkeliling tanpa menetap di suatu tenpat telah membuatnya jauh dari dunia nyata, bahkan ketika sejarah digoreskan di mana-mana.

“Aku sudah minum dua gelas kopi hari ini. aku tidak minum lebih dari dua gelas kopi tiap dua belas jam.”

#5. Mr. Midnight #10 by James Lee

Khas R.L. Stine. Seolah bagian dari kasih horror remaja karya Stine, terutama Goosebumps. Templatenya sama, mengambil sudut pandang orang pertama, para remaja/anak-anak ini dihantui. Karena ini buku pertama James Lee yang kubaca, jadi sempat menebak hantu-nya mungkin hanya pengalihan isu, atau pemancing saja. Ternyata, beneran ada. Dan fun, jangan berharap horror penuh darah dan menakutkan, ini sekadar kisah hura-hura. Seperti rangkaian buku Goosebumps, memang terbuka untuk dikoleksi. Kalau dapat ya, diambil, kalau tak nemu tak mengapa.

“Orangtuaku membawaku ke pemakaman tapi aku terpisah dan tersesat. Mereka pasti mencemaskanku…”

#6. Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children by Ransom Riggs

Mengejutkanku, foto-foto yang ditampilkan adalah asli. Sedari mula, kukira ini menjadi penunjang cerita, khas buku-buku lain. Ternyata, kita lebih cocoknya menyebut: foto-foto itulah yang menjadi dasar cerita. Kata-kata dicipta untuk menunjangnya. Penggambaran cerita, jelas dikembangkan dari sebaran frame. Dengan terang sang penulis bilang, ada ribuan foto lain yang tak bisa masuk, kudu selektif. Dan dengan ending menggantung, foto-foto yang tak ditampilkan kemungkinan muncul di Hollow City.

“Aku tahu kedengarannya gila, namun banyak hal yang lebih gila ternyata benar.”

#7. Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia by Miguel Angelo Jonathan

Sehimpuna cerita yang rerata menyinggung sejarah. Dari penelitian ke Indonesia Timur sampai serangan benteng di Batavia. Dari legenda ular yang merupakan jelmaan putri, sampai sejarah kata mangkrak. Dari serangan yang berhasil meluluhlantakkan kota akibat kesalahan gerbang yang dibuka kecil, sampai bagaimana ikan lele berkembang biak. Semuanya diramu bebas merdeka. Sah-sah saja, tapi sayangnya rerata cerita pendek yang benar-benar pendek, jadinya belum panas, sudah keburu selesai.

“Kakek, kami tak mungkin membakar rumah! Kami bermain untuk senang-senang, dan membakar rumah tidaklah menyenangkan!”

#8. Enough by John. C. Bogle

Investasi. Sebuah kata yang sering kita dengar. Butuh perjuangan untuk merealisasikannya. Butuh konsistensi, apalagi buat buruh, di mana gaji ketika turun gegas dialokasikan ke kebutuhan apa saja. Buat kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan, memenuhi hobi, tabungan, dan investasi. Buku ini tak membahas tata kelola investasi, tapi langsung ke pokok-pokok pentingnya. Ditulis langsung oleh seorang founder Reksadana terbesar di dunia, asli dari negeri kapitalis Amerika. Dan memang terbaca sungguh beda, misalnya hanya membahas dasarnya saja, atau orang Indonesia sekalipun pengalaman. Ini buku sungguh-sungguh bervitamin. Sekalipun saya sudah terjun dan menekuni saham, apa yang ditulis melalangbuana hebat ke teori finansial dan tepekur telaahnya.

“Ya, tetapi saya memiliki sesuatu yang tidak akan pernah ia miliki… rasa cukup.”

#9. Cantik itu Luka by Eka Kurniawan

Kisahnya merentang jauh sebelum Indonesia merdeka. Semuanya tentang manusia-manusia patah hati, hampir semuanya ding. Yang jelas, ketika cinta membuncah, apapun akan dilakukan, apapun akan dikorbankan. Dan ini terus berulang, tata cara bercerita bagus, di mana kita dibocori kejadian akhir, baru dijelaskan kronologinya. Sebagian dilakukan flashback. Dan karena ini novel tebal, banyak karakter yang memiliki riwayatnya sendiri dengan rentangan panjang. Tak ada tanda tanya, semua nasibnya jelas. Hanya beberapa yang samar, saat melibatkan dunia mistik. Dan itu, tafsir bebas.

“Ia sebenarnya waras bukan main, yang gila adalah dunia yang dihadapinya.”

#10. Aqidah Islam Ibnu Taymiyah by Mustafa Al’alim

Buku agama, ini seperti buku pelajaran sekolah dengan pendahuluan, inti, lalu penutup dengan pertanyaan dari isi bab. Tertata dan terstruktur. Sebagian besar jelas sudah kita dapati sewaktu pelajaran Agama Islam. Berisi pokok agama, enam Iman kepada dan rukun Islam. Yang membedakan, ini disarikan oleh Ibnu Taimiyah dengan penjelasan lebih panjang, sekaligus mematahkan aliran menyimpang, di masa itu.

“Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

#11. Larung by Ayu Utami

Sekuel yang biasa. Bab-bab awal sungguh cantik Larung Lanang mau membunuh neneknya yang seolah abadi, sudah berusia seabad lebih, dan memikili jimat yang kudu dilepas agar bisa kea lam seberang. Sayangnya saat masuk ke dunia Saman, melanjutkan kisah sejatinya, malah down. Selingkuh dan bagaimana mengatasinya, benar-benar tak bagus ditiru. Seolah kewajaran, teman-temannya yang hedon ke New York turut membantu para perempuan ini untuk bertemu lelaki beristri. Dan Yasmin yang sudah bersuami, dibantu bertemu lelaki lain. Dibuat dengan bahasa sesastra apapun, tata kelola selingkuh tetaplah busuk.

“Betapa anehnya ukuran, di manakah kita meletakkan patokan?”

#12. Kuasa Ramalan Jilid 1 by Peter Carey

Game of Thrones (GOT), adalah kata pertama yang terlintas setelah ussai membacanya. Ini seperti novel rekaan GRR Martin. Bedanya setting Jawa, dan ini nyata. Wow, setelah baca GOT saya berkomentar, susah juga hidup di masa itu. Gerak apapun terasa salah. Mau bela kerajaan manapun tetap akan sulit bertahan, semua akan serba salah. Semua punya ambisi, dan harapannya masing-masing. Perang di mana-mana, dan nyawa begitu murahnya. Di Kuasa Ramalan, konfliks terjadi di banyak arah. Mau para penjajahnya sendiri, Belanda Inggris Prancis yang mempunyai tanah rampasan, berniat memetik sebesar-besarnya keuntungan di Negara kita. Pun, kerajaan Jawa yang saling curiga dan tak saling dukung. Sultan dan Sunan tak bisa bersatu, apalagi pasca Perjanjian Giyanti, Jawa mudah diadu domba, dan ini jelas menguntungkan pendatang.

“…Saya benar-benar memohon hal ini dengan sangat dari segenap sukma dan lubuk hati saya yang paling dalam. Sungguh saya benar-benar bertujuan menyingkirkan kecemaran dari Jawa dan saya akan sangat bersyukur pada Allah sekiranya saya berhasil melakukan apa yang akan membawa kemaslatan…”

Karawang, 030822 –  Sherina Munaf – Singing Pixie

Februari2022 Baca

Cassie, kau harus percaya. Rumah ini berhantu. Ada sesuatu yang terjadi di sini.” Para Pengganggu (E.E. Richardson)

Bulan kedua tahun ini tetap santai. Sejatinya sedang kejar film-film Oscar, tapi entah kenapa mood menonton terkikis taham. Tetap nyamannya baca buku, sejauh ini filmnya tak sampai setengahnya kunikmati.

Buku memang pilihan utama untuk membuang waktu. Pagi, siang, malam. Di manapun bisa. Terutama kegiatan nyupir. Februari hampir tiap minggu nyupir, baik keluar kota. Depok, Cilamaya, atau sekadar jalan-jalan. Atau dalam kota, ya ampun ke mal-mal sampai bosan, saya sembunyi ke tempat parkir baca buku.

Dari delapan buku, buku nomor 8 paling krusial. Berulang kali dulu coba dibaca, akhirnya kelar separuhnya di Depok. Buku nomor 5 kubaca kilat, dua hari kelar. Namun ada yang lebih kilat, nomor 7, buku Atria tipis dan ketebak kubaca sehari saja. Memang butuh tekanan lebih berat untuk buku bagus.

#1. A Dog’s Life by Ann M. Martin

Daftar cerita binatang yang menarik sangat panjang, maka tanpa ragu saya ambil buku ini. A Dog’s Life membawa sub judul, autobiografi anjing terlantar, yang secara sederhana bisa kita tangkap, ini kisah hidup anjing liar dari lahir hingga mencapai titik tertentu. Dan benar, di pembuka kita sudah tahu anjing ini akan makmur. Akan damai, duduk di perapian yang hangat, dengan belai kasih pemilik. Namun, penyajiannya ternyata tak sehebat yang kuharap. Terlalu sederhana untuk novel yang menyandang stempel Newberry honor Award. Oklah kalau untuk kisah menyentuhnya, tapi secara cerita terlampau sederhana.

“Hati-hati! Aku tidak mau kau memegang anjing yang tidak kau kenal.”

#2. Pengantar Ilmu Antropologi by Koentjaraningrat

Buku non fiksi yang bergizi, saking bergizinya saya sampai sepintas membandingkannya dengan Sapiens. Namun ternyata setelah ditelaah lebih lanjut, tidak. Sapiens dibawakan dengan fun dan sangat luar biasa. Buku ini lebih banyak teori-nya, rerata dinukil dari buku-buku sebelumnya, teori yang sudah ada disusun dan dijadikan acuan. Sedang Sapiens malah banyak yang mengandalkan spekulasi, banyak yang berdasar pemikiran, dan ‘sejarah’ manusianya tampak fiksi. Maka, hanya beberapa yang laik disandingkan.

“Kepribadian Timur mementingkan kehidupan rohani, mistik, pikiran prelogis, keramah-tamahan, dan kehidupan kolektif. Sedang Barat, mementingkan kehidupan material, logis, hubungan berdasarkan azas-guna, dan individualism”

#3. Sebastian Darke by Philip Caveney

Lucu. Ini memang buku fantasi remaja, maka menempatkan diri ke sana itu penting. Beberapa bagian memang sederhana, beberapa klise, tapi idenya patut diacungi jempol. Seorang putri yang berjuang untuk merebut kembali haknya di tampuk pimpinan kerajaan. Langsung mengingatkanku pada Prince Caspian atau Lion King. Di sini para protagonist hanya ditempatkan sebagai peran pembantu memang, tapi tetap saja menyenangkan. Kunci utama adalah penyampaian kisah yang nyaman dan mudah dicerna. Kita hanya ada di lingkar luar kekuasaan, dan itu justru asyiknya.

“Aku sudah menyarankan Tuan Muda untuk membuangnya sebelum terjadi musibah, namun, seperti biasa, tidak ada yang mendengarkan aku.”

#4. Chicken Soup Romantic Soul (kolabs)

Saya sudah pernah membacanya doeloe tahun 2005/2006-an. Bukunya dipinjam teman tak kembali, makanya beli lagi. Bukunya dulu terasa bagus banget. Kisah-kisah romantis keluarga biasa orang Barat, hal-hal remeh temeh yang dilakukan pasangan untuk mengarungi kehidupan. Beberapa nempel di ingatan, hingga sekarang. Seperti seorang istri yang menyiapkan kejutan atas usulan kenaikan upah suami. Yang disambut meriah, suaminya heran, kok bisa tahu? Padahal istrinya, menyiapkan cadangan kejut bila gagal. Begitu juga pasangan, seorang tukang bangunan, mau romantis gmana? Ya udah, nama istrinya dicetak saja di tembok-tembok. Hehe, intinya sejenis itu. Kejadian biasa untuk hal-hal luar biasa. Kubaca ulang, selesai pas 14 Februari.

Setiap orang bisa bergairah, tetapi hanya pecinta sejati yang sanggup menjadi konyol.”Rose Franken

#5. Menunggu Godot by Samuel Bechett

Kubaca dalam dua hari. Secara cepat dan lugas. Walau berisi dua ratus halaman, tapi karena berisi dialog, isi buku tak padat. Pilihan katanya juga umum, tak perlu kerut kening. Intinya dua orang menunggu Godot di sebuah hutan, di bawah pohon. Lalu muncul orang asing yang mengisi kekosongan, lalu muncul utusan bahwa yang ditunggu tak bisa hadir, ia akan hadir besok senja. Dan esoknya beberapa hal terulang. Ini adalah naskah sandiwara, berisi dialog dan beberapa petunjuk gerak laku di atas panggung.

Estragon: Maka yang bisa kita lakukan tak lain cuma menunggu saja di sini.

#6. Days of Drums by Phillip Shelby

Kisahnya rumit, menyentuh 400an halaman guna mengungkap dalang pembunuhan Senator Charles Westbourne. Kudu sabar sebab untuk mencapainya kita diajak berkeliling mengenal para penghianat, pembunuh serial berdarah dingin, istri yang marah, affair, rahasia-rahasia gelap para pejabat, tampak kejam dan tak pandang bulu, mengenal organisasi agen rahasia pemerintahan yang bertugas menjaga keamanan Gedung Putih. Maka benar adanya, menikmati fiksi rumit dan panjang itu melelahkan, dan saat diganjar cerita bagus, sungguh memuaskan.

Dia sangat suka membunuh dan menyiksa, terutama wanita. Dia lari dari sini sebelum bisa kucegah. Dia dilaporkan meninggal, tapi muncul lagi di DC.”

#7. Sang Pengganggu by E.R. Richardson

Buku tipis yang tipikal. Kalian pasti bisa menebaknya. Keluarga baru, pasangan tunangan yang masing-masing sudah punya dua anak bersatu ke rumah tua yang baru saja dibeli. Rumah itu tampak angker, yang memang ada penghuni lain. Seperti judulnya, ia jadi sang pengganggu. Empat anak yang bersatu tak akur, saling silang tak mau bersatu. Dan misteri rumah tua itupun coba diungkap. Masa lalu kelam.

“Yah, Joel kasus ini semakin lama semakin menarik.” / “Kurasa maksudmu menyeramkan.”

#8. Notes From Underground by Fyodor Dostoevsky

Kita kadang-kadang memilih suatu omong kosong karena oleh kebodohan kita, kita mengira omong kosong itu jalan yang paling mudah untuk memperoleh sesuatu keuntungan. Catatan yang luar biasa. Melimpah penuh amarah, sekaligus ketakutan. Seolah benar-benar tulisan refleks curahan hati. Seorang penulis jenius curhat, hasilnya menakjubkan di satu sisi, mengerikan di sisi lain. Kata-kata kritik biasanya mengcuat di puncak, tapi kali ini justru memerlihatkan betapa muak ia, yang mengaku cerdik, terhimpit di tengah masyarakat yang bebal dan menyebalkan.

“Angan-angan biasanya bisa terasa manis dan hidup sekali setelah kita mengalami suatu masa sia-sia, mereka datang bersama penyesalan dan air mata, dan kutukan dan keharuan.”

Karawang, 120322 – Eliane Elias – Jammin’

#Juli2021 Baca

Lenin mengatakan, “Ploretariat tak mungkin mencapai kemerdekaan penuh tanpa ada kemerdekaan penuh bagi perempuan.”

Juli ini lebih slow bacanya, sebab kembali beraktifitas setelah isoman hampir sebulan. Karena kepadatan kerja, mood juga menurun dan benar-benar menguras emosi menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Hanya lima buku yang kutuntaskan. Memoirs of Geisha yang sebagian besar kubaca bulan sebelumnya, agak sulit dituntaskan, hanya modal maju terus. Tebal, lebar, dan kecil-kecil. Kelar juga. The March lebih gila lagi, tak ada tanda petik di dalamnya, padat melelahkan. Mau kalimat langsung atau tidak, pokoknya tak ada kutip. Ndelujur aja, kalau kisahnya di Indonieaakan lebih muda seperti Midah, ini tentang perang saudara di Amerika dengan geografi yang tak familier, dengan sudut pandang banyak. Melelahkan, maka saat akhirnya selesai, lega juga. Jadi mari kita simak kelima buku bulan tujuh tahun ini yang kutuntaskan.

#1. Memoirs of Geisha by Arthur Golden

Luar biasa. Seperti naik roller coaster, walau tak banyak liukan dan tanjakan terjal, ceritanya berliku. Awalnya sudah sangat manis, gadis miksin anak nelayan dengan kecantikan natural. Matanya yang cemerlang sering kali disebut, berulang kali. Lalu keadaan mencipta, ia dan kakaknya dikirim ke kota, dijual untuk dididik menjadi orang. Bisa jadi apa saja, tergantung nasib dan kemauan. Bisa jadi pelayan, pelacur, pekerja pabrik, atau geisha.

Memang suku kata ‘gei’ dalam kata ‘geisha’ berarti ‘seni’ jadi kata ‘geisha’ yang sebenarnya adalah seniman. Geisha, di atas segalanya adalah penghibur dan pementas. Menuang sake atau teh memang dilakukan, tapi jelas tak akan pernah mengambil acar tambahan. Geisha sejati tidak akan pernah mengotori reputasinya dengan membuat dirinya bisa disewa laki-laki dengan tarif per malam. Geisha tidak pernah menikah. Atau paling tidak, mereka menikah tidak menjadi lagi geisha.

Ke mana pun dia membawa kami, aku lebih memilih bersamanya daripada terdampar sendirian di tengah jalan-jalan besar dan bangunan-bangunan yang sama asingnya bagiku dengan dasar samudra.”

#2. Who Moved my Cheese? By Spencer Johnson

Buku motivasi lagi. kali ini tema utama adalah perubahan dan keniscayaan bahwa yang tak ikut berubah akan ketinggalan dan terlindas zaman. Sejatinya tema semecam ini sudah usang, atau sudah sangat banyak disebut dan dibahas, bahkan berulang kali kita dengar di seminar-seminar, sudah sering pula disampaikan, juga sudah banyak contohnya. Nokia, Blackberry, Bluebird, Fujifilm, dan seterusnya. Produk yang dulu merajai, bisa tenggelam saat ini. Dan tentu saja, mereka yang saat ini terasa raja suatu saat bisa ambruk. Semuanya butuh adaptasi. Nah itulah, topik utamanya, perubahan dan cara mengantisipasinya. Dibawakan dengan fun dan cerita yang nyaman diikuti.

“Karena orang mau semuanya seperti dulu dan mereka berpikir perubahan akan merugikan mereka. Saat satu orang bilang perubahan itu adalah ide buruk, yang lain akan berkata sama.”

#3. The March by E.L. Doctorow

Perang saudara di Amerika abad 19 yang menelan banyak korban dari tahun 1861 sampai 1865 antara Utara versus Selatan. Utara menuntut penyatuan disebut Union, Selatan meminta kemerdekaan dari Amerika Serikat yang membentuk Konfederasi. Tuntutan tentang perbudakan yang lanjut atau dihapus menjadi isu penting nan krusial. Ada kekayaan begitu melimpah yang dapat diperas dari tenaga budak; karena itu, tidak heran bahwa orang-orang ini mau berjuang sampai mati. The March ada di masa itu, seperti perang itu sendiri yang rumit, penceritaannya juga mencipta pusing sebab tak ada tanda kutip untuk kalimat langsung.

Kau tidak boleh mereduksi kehidupan menjadi sentimen-sentimen saja, Emily.

#4. Pseudonim by Daniel Mahendra

Menulis cerita itu sulit. Ralat, menulis cerita bagus itu sulit. Ralat lagi, menulis cerita bagus itu sulit banget. Nah, kira-kira gitulah. Jangankan novel, cerpen saja yang jumlah kata lebih sedikit, dan tak butuh waktu lama, butuh pemikiran tajam karena jelas memuaskan semua orang itu mustahil. Cerita bagus tak mutlak, tergantung banyak faktor. Salah satunya selera, ya kalau ngomongin selera bakalan ke mana-mana tak ada titik temu. Maka memang jalan terbaik adalah ngalir sesuai kemampuan penulis, setiap karya ada segmen pasaranya, setiap karya akan menemukan pembacanya sendiri.

“Dan di mana Radesya?”

#5. Kampus Kabelnaya by Koesalah Subagyo Toer

Curhat selama belajar di Uni Soviet. Bagus, menuturkan cerita dari orangnya langsung, pengalaman yang dikisahkan dengan fun, tak perlu telaah lebih, santuy dan asyik aja menikmtai kalimat-kalimat itu. Ini adalah dunia Eropa Timur di tahun 1960-an, dunia sedang Perang Dingin. Perang ideologi Demokrasi Liberal versus Sosialis. Ini adalah catatan penulis selama belajar di Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di Moskwa tahun 1960-1965, yang sedikit-banyak mencerminkan semangat zaman itu.

“Maafkan aku, ya, karena telah membuatmu ragu. Tapi aku memang ingin menangis. Biarkan aku menangis sampai puas. Sesudah itu aku takkan menangis lagi.”

Karawang, 260821 – Norah Jones – Don’t Know Why

#Juni2021 Baca

“Orang-orang dungu! Sekarang katakan bahwa Tuhan itu ada!”


Juni adalah bulan Isoman, sejak ulang tahun Sherina sampai awal bulan Juli. Seminggu pertama tidak banyak yang bisa dilakukan, fokus istirahat dan penyembuhan. Baru setelah itu gas, baca buku dan nonton film. Lumayan banyak untuk bulan Juni, 14 buku selesai baca! Tapi momen #30HariMenulis yang sudah sangat lama berjalan, tak gagal. Sehat itu penting.

#1. The Street Lawyer by John Grisham

Bagaimana hidup bisa berubah begitu drastis dalam sebulan? Kisahnya tentang Michael Nelson Brock, yang merupakan pengacara di sebuah biro kaya dan mapan Drake & Sweeney. Ia memiliki istri cantik yang bekerja di rumah sakit Claire, pasangan kaya ini tampak sangat ideal, materi terpenuhi, tapi dari dalam ada keruntuhan batin. Kesibukan dan cinta yang digerus waktu menjelma bosan, dan di dunia Barat yang liberal tentu saja arahnya mudah ditebak, perceraian. Menjadi bujangan lagi bukanlah hal yang hebat. Aku dan Claire sama-sama kalah.


“Aku menemukan panggilan hidupku. Kita masuk ke bisnis ini karena kita pikir menegakkan hukum adalah panggilan mulia. Kita dapat memerangi ketidakadilan dan penyakit-prnyakit masyarakat, dan mengerjakan karya-karya mulia karena kita pengacara. Kita pernah menjadi orang idealis, mengapa kita tak bisa mengulanginya?”

#2. Kanuku Leon by Dicky Senda

Cerpen-cerpen Dicky Senda mayoritas berkisah di tanah kelahirannya di Indonesia Timur. Banyak sekali mengambil bahasa lokal, melimpah ruah sampai butuh penjelasan di tiap akhir cerpen. Menonjolkan budaya lokal sah-sah saja, seolah memang menjual dan menyampaikan ke dunia bahwa budaya yang erat dilakukan itu ada. Seperti pencerita kebanyakan, kisahnya mencoba membumi dengan kegiatan rutinitas, pengalaman pribadi yang dibumbui fantasi. Semua cerpen di sini tertata dengan apik, tapi tetap inti cerita masihlah liar. Tak nyaman diikuti dengan santuy.


“Orang begitu lama mati, karena Tuhan masih kasih kesempatan untuk dia supaya bertobat.”

#3. Pasar by Kuntowijoyo

Novel dengan penggambaran detail mengagumkan. Mencerita apa adanya keadaan pasar dan par penghuninya. Sejatinya setting hanya satu tempat dari mula sampai jelang akhir. Pasar dan situasi yang ada. Orang-orangnya juga itu-itu saja, berkutat melelahkan. Pada dasarnya menggambarkan sifat manusia yang mengingin nyaman, ketika terusik maka ia marah, dan saat keinginan-keinginan tak terkabul, jadi petaka. Minim konflik tapi sungguh menohok saat masalah itu dilemparkan ke pembaca.


“Kalau macan mati meninggalkan belang, Pak Mantri mati meninggalkan tembang.”

#4. The Mummy by Anne Rice

Kisahnya tentang cinta dan pengorbanan, kerelaan, serta keabadian itu tak segaris lurus dengan kebahagiaan. Relatif, dan perubahan, apapun itu adalah keniscayaan. Termasuk para mumi yang diawetkan lalu berhasil dibangkitkan, perbedaan zaman, perabadan yang sudah sangat usang, manusia jadul itu bangkit di zaman sekarang, lantas apakah mereka bahagia? Jelas belum tentu.


Tema usang cinta diapungkan, dan tak akan bosan. Usang itu hanya beda bentuk dan genre, kali ini mumi gagah nan aneh merindu masa lalu, ia adalah raja di eranya, kini ia hanya rakyat biasa. Ini demokrasi dengan kebebasan individu, maka keputusan membangkitkan kekasihnya tentu saja wajar, walaupun tak selalu sesuai harapan.


“Berdoalah kepada dewa-dewamu, tanyakan pada mereka apa yang harus kaulakukan. Tuhanku hanya akan mengutuk perbuatanmu. Tapi apa pun yang terjadi atas makhluk itu, ada satu hal yang pasti. Kau tak boleh mengolah ramuan itu…”

5. Putri Cina by Sindhunata

Kisahnya panjang nan melelahkan, sepertiga pertama agak boring sebab menarik lurus ke balakang sejarah orang-orang Cina di tanah Jawa, agak berbelit dan seolah menikmati dongeng/sejarah. Sepertiga kedua baru kita memasuki are sesungguhnya, bagaimana arah cerita terbentuk. Dari kesenian keliling, bintang ketoprak seorang putri Cina yang menarik perhatian dua tentara/orang penting. Sepertiga akhir barulah meledak. Waktu mengubah mereka menjadi pejabat, tapi persaingan lama terus menggelayuti. Saat geger geden, eksekusi ending yang pilu disajikan. Klimaks, bagaimana susunan itu membuncah luar biasa. Sedih, tapi kisah yang bagus memang rerata berakhir dengan kesedihan.


“Semar punika saking basa samar, mapan pranyata Kyai Lurah Semar punika wujudira samar.”

#6. Isinga: Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany

Kisahnya tentang sejoli anak asli Papua yang saling mencinta namun kandas hubungan sebab keadaan yang memaksa. Bagaiman hubungan itu dicipta, dirasa, lalu ambyar berkeping-keping. Yang cewek terus menjaga asa hingga akhirnya perang pecah antar kampung lalu ia diculik dan dijadikan alat damai. Yang cowok juga menjaga asa dalam diam, memilih menyepi pergi dari kampung melalangbuana untuk meredakan sedih, dan akhirnya menjadi ‘orang’. Sejatinya hanya itu, tapi karena ini tentang cinta yang tak sampai dengan balutan budaya daerah yang kental, kisahnya diputar jauh bertitian dengan sejarah Indonesia.


“Mulai sekarang kamu tidak boleh makan pandan merah, Irewa. Karena warna merah dari buah pandan merah adalah darah menstruasi.”

#7. Mati Bahagia by Albert Camus

Mencintai hidup berarti menjalani hidup yang mempesona dan tak terkendali. Kisahnya mendayu-dayu. Tentang hidup dan pilihan yang tersaji. Dibuka dengan menghentak, pembunuhan yang dilakukan oleh Patrice Mersault, nama akrab dalam Orang Aneh ini menjadi seolah antagonis. Ia membunuh sobatnya Zegreus di vilanya dengan menembak jarak dekat di hari minggu pagi yang suram.


Namun semua tak seperti yang kita duga, ‘pembunuhan’ itu sudah dirancang oleh sang ‘korban’ sebab ia muak akan kondisi hidupnya. Veteran perang yang terluka, satu kakinya diamputasi, mengeluhkan keadaan, mengeluhkan rutinitas, mengeluhkan suasana hati yang memang gundah, intinya mengeluhkan hidup. Saat hidup sudah tak senyaman masa lalu, apa yang bisa diharapkan?


“Ada hari-hari aku ingin bertukar hidup denganya, tapi kadang-kadang keberanian hidup lebih susah diraih daripada keberanian untuk bunuh diri.”

#8. Lotre by Shirley Jackson

Ini adalah buku pertama dari Shirley Jackson (1916 – 1965) yang kubaca. Lahir di San Francisco, California, USA. Penulis dengan genre horror dan misteri. Lulusan Syracuse University New York dan aktif di jurnal sastra kampus. Bertemu dengan calon suaminya Stanley Edgar Hyman, dan setelah lulus keduanya berkarier di The New Yorker. Shirley menjadi penulis fiksi, suaminya contributor ‘Talk of the Toen’.


“Hari saat kita mulai bekerja bersama.”

#9. Bisik Bintang by Najib Mahfuz

Luar biasa. Tipis, memukau. Dibaca sekali duduk di malam isoman tengah bulan Juni lalu. Terpesona sama plot yang disajikan tiap cerita, sederhana nan menghibur, beberapa menyakitkan tapi itu nyata, beberapa menggugah hati seperti perkataan gelandangan yang meminta orang kaya korup untuk membersihkan hartanya, beberapa lagi menampar kenyataan yang pahit seprti di permainan usia tua tapi baru merasa diberkahi. Tokoh-tokohnya juga sering sama memakai Kepala Kampung yang mengatur warganya, orang-orang kaya yang kikir, lalu gua di benteng kuno yang mistis, kaum papa yang melawan, sampai lingkup dunia Islam yang moderat.


“Ini adalah kelebat seorang perempuan yang lewat… mengapa kau berada dalam kegelapan di malam begini? Kesendirian akan mengarahkanmu pada hati yang berdebar dan akhir yang tak pasti.”

#10. Komune Paris 150

Eksperimen 72 hari yang dikenal sebagai Komune Paris. Disebut ‘komune’ karena pada rahun 1792 kaum revolusioner telah menata kota-kota mereka ke dalam kantung-kantung teritorial yang mengembangkan prinsip-prinsip pemerintahan swakelola.


Komune bermula sebagai tindakan patriotic, suatu cara untuk mempertahankan Paris dari tentara Prusia; tetapi dengan cepat ia mengambil watak demokratis yang lebih radikal sebagai konsekuensi dari kehendak rakyat dan pengaruh kelompok-kelompok revolusioner.


“Atas nama rakyat, komune diproklamirkan.”
Vive la Commune, teriak orang-orang. “Topi-topi diacungkan di ujung-ujung bayonet, bendera-bendera berkibaran di udara,”

#11. Misa Ateis by Honore de Balzac

Kumpulan cerpen yang menggugah, tipis dilahap dalam sehari hanya sebagai selingan ‘Sumur’-nya Eka Kurniawan yang juga selingan dari Memoar Geisha. Keduanya hanya selingan, saat isoman karena Covid-19. Untuk menjadi hebat memang tak selalu harus tebal, tipis semacam ini dengan penyampaian inti kisah, langsung tak banyak cingcong juga sungguh aduhai. Semua konfliks diramu dengan pas, beberapa tanda tanya sempat diapungkan, arti judul juga jadi saling kebalikan, misa dilakukan untuk orang-orang relijius, ateis berarti tidak tes, tak percaya tuhan, lantas Misa Ateis? Tenang, jawaban itu tak menggantung, ada penjelasan runut dan sajian kuat mengapa itu bisa dan harus dilakukan.


“Segala kemarahan akibat kesengsaraan ini aku lampiaskan ke dalam pekerjaan…”

#12. Sumur by Eka Kurniawan

Satu cerpen dalam satu buku. Terdengar gila ‘kan? Gila nggak? Ya aja deh. Biasanya kita disuguhi kumpulan cerpen, minimal dua atau tiga cerpen. Berarti ini diluar biasanya, hanya Eka Kurniawan yang bisa. Penulis lokal dengan ketenaran dan jaminan mutu. Hebatnya lagi, laris. Dari beranda sosmed saat masa pre-order dibuka dari harga 50k menjadi 40k, banyak sekali toko buku daring yang pajang sold out. Mendekati hari H penutupan, saya yang penasaran malah ikutan klik beli. Dan, setelah #unboxing, ini benar-benar satu cerpen dijual lima puluh ribu rupiah! Dibaca lima menit. Kalau value biaya jelas kurang worth it, tapi kembali ke kualitas yang utama. Eka adalah brand, di mana namanya yang tercetak di sampul memberi rasa penasaran, minimal ada keinginan memilikinya.


“Kamu bertemu Siti di sumur?”

#13. 100 Film by Ibnu M. Zain

Sebuah panduan tontonan yang disarikan dari era jadul awal mula film ditemukan sampai tahun 2000-an. Buku ini terbit tahun 2009 jadi selang 12 tahun ini jelas sudah sangat banyak film rilis dengan kualitas mumpuni. Sekalipun begitu tetap relevan untuk dinikmati. Sayangnya di era digital, panduan nonton sudah sangat mudah ditemukan. Gampangnya tinggal buka situs imdb.com kamu sudah bisa menemukan rating film-film yang biasanya sejalan lurus dengan kritikus.


“Di sebuah galaksi nun jauh di atas sana…”

#14. Therese Desqueyroux by Francois Charles Mauriac

Ini buku lama yang kubaca lagi, kisah istri yang diadili sebab meracuni suaminya. Penggambarannya sulit dicerna sebab meliuk-liuk rumit. Jelas ini adalah novel luar biasa. Dari pemenang Nobel Sastra!


Karawang, 130821 – 180821 – Sherina Munaf – Singing Pixie

#April2021 Baca

“Politik dalam karya sastra adalah sebuah pistol yang ditembakkan di tengah-tengah sebuah konser, sebuah tindakan kejam yang mustahil diabaikan. Kita hendak membicarakan sebuah urusan gelap.”Stendhal, The Charterhouse of Parma

Bulannya Oscar yang aneh. Tahun yang memang tidak wajar, maka saat acara penghargaan film  tahunan ini mundur jauh, saya terpaksa menyesuaikan. Menonton di rumah streaming di Senin pagi, puasa. Bulan April tak banyak yang kuselesaikan baca, sebab kebanyakan nonton film dan kejari ulas. Empat buku, salah satunya sangat tebal dalam petualangan ke Turki.

Sudah saya rekap lama, baru sempat edit Agustus ini. Waktu luang yang begitu berharga sungguh tipis. Memilahnya untuk menikmati buku, film, nulis, bola harus benar-benar dimanfaatkan sebaik mungkin.

#1. Kitab Writer Preneur by Sofie Beatrix

Kiat-kiat sederhana yang sudah sangat umum. Saya memang baru sedikit membaca buku-buku non fiksi pengembangan diri tentang tips menulis, tak sampai dua digit. Sebagian besar atau hampir semuanya jelas berdasarkan pengalaman pribadi, termasuk ini. Secara umum apa yang disampaikan adalah hal wajar, tak muluk-muluk, tak ada mantra atau hal khusus yang dijadikan patokan untuk menerbitkan buku. Intinya, ya kembali ke pribadi masing-masing untuk memaksa diri menulis, dan waktu akan membuktikan, apakah sampai finish ataukah terjebak di tengah jalan.

“Anda hanya butuh ‘dipaksa’ untuk menulis dengan step-step yang terjadwal ‘harus’ selesai namun Anda tidak terasa ketika mengerjakannya.”

#2. Pinky Promise by Kireina Enno

Buku yang penuh kepahitan. Tak seperti judul dan kover-nya yang pink merona, menawan bak perawan belia di usia remaja, kisah ini sungguh berat dan membuat kita menjadi berpikir ulang, sebaik dan sebijaknya kita harus bersyukur atas apa yang sudah kita dapat dari Tuhan. Dengan bintang utama Chelsea Islan, seperti filmnya, Chelsea muncul di jelang akhir. Ia tampak sebentar, hanya mengisi bagian kosong di sela kesesakan nasib apes yang menimpa para karakter.

Novel tentang empat perempuan yang terikat dalam perjuangan yang sama. Hidup tidak selalu menerima, tetapi memberi dengan tulus akan membuat hidupmu lebih bermakna. Empat perempuan yang akhirnya menyadari bahwa kenyataan pahit pun bisa menjadi akhir yang manis, jika dihadapi dengan berani. Empat perempuan yang menjadi sahabat sejati.

“Ya, makanya! Kan berarti gue emang mau dicuci dosanya. Atau gue sial aja.”

#3. Snow by Orhan Pamuk

Ka dan kehidupan yang dijalaninya di usia jelang tua. Penyair terkenal yang menjadi pelarian ke Eropa. Terkenal di Turki, tapi juga jadi bulan-bulanan sebab ideologinya dianggap membahayakan Negara, maka ia pergi ke Eropa, ke Jerman yang menampung. Nama aslinya Kerim Alakusoglu, nama kerennya Ka. Kisah ini dimulai dengan tenang, kedatangannya kembali ke Turki setelah lama pergi, ke desa kecil Kars, di mana ia diundang dan dijadwalkan membacakan puisi. Di sanalah ia kembali bertemu dengan yeman kuliahnya, cinta sejatinya Ipek. Dan drama panjang bergesekan dalam gelegar politik, budaya, serta kemampuan bertahan dalam tekanan penguasa melawan pemberontak. Ka diombang-ambing kebimbangan, yang mana keputusan-keputusan yang tamnantinya menjadi martir kematiannya di negeri jauh.

“Aku sedang sangat bahagia sekarang ini. aku tidak butuh agama,” kata Ka. “Dan lagi pula, bukan karena itulah aku kembali ke Turki. Hanya satu hal yang mampu mendorongku kembali ke sini: cintamu… apakah kita akan menikah?”

#4. Belajar Mencintai Kambing by Mahfud Ikhwan

Kumpulan cerpen dari Penulis yang menghantar kita lewat novel terkenal Dawuk. Sama bagusnya, rerata kisah di cerpen membumi, menjadikan kita bisa dengan mudah membayangkan, mengira-ira bagaimana rasanya menjadi bagian plot. Sebagian cerita tentang kucing, binatang rumah kesukaan banyak orang. Sebagian cerita tentang kera, yang aneh dan misterius. Sebagian lagi tentang kambing, yang akan dikurbankan dan yang dipelihara dengan cinta terpaksa. Lika-liku kehidupan yang umum, normal, menghantui.

Saat musim libur sekolah itu, ia berharap dibelikan sepeda. Namun, bapaknya malah membelikannya seekor kambing. “Kambing bisa membuatmu lebih dewasa, sedangkan sepeda akan membuatmu tetap jadi kanak-kanak.” Demikian bapaknya memberi alasan.””

Karawang, 310521 – 310721 – 020821 – Virginie Teychene – You Make Me Feel So Young

#Juni2020 Baca

Rekap baca bulan Juni, bulannya Sherina Munaf.

“Antara teologi dan ilmu pengetahuan terletak suatu wilayah tak bertuan. Wilayah itu diserang baik oleh teologi maupun oleh ilmu pengetahuan. Wilayah itu adalah filsafat.”Bernard Russel

Bulan Juni memang khusus untuk #30HariMenulis #ReviewBuku jadi bulan kelahiran Sherina Munaf ini kuantiti baca ga kugubris, dan mengimbas ke kualitas bukunya juga. Lebih banyak yang tipis, dan tak kusangka, semua 14 buku yang selesai kubaca berhasil kuulas di bulan yang sama! Menyenangkan sekali menghabiskan asupan buku melimpah, bersyukurnya kita hidup di era sekarang. Akses ke karya jadi mudah, dan terhubung instan.

#1. Cala Ibi Nukila Amal

Sebuah buku sebenarnya hanya terdiri dari beberapa kalimat utama. Sisanya adalah pengulangan, pemekaran, penjelasan, perumitan, bahkan pembingungan. Buku yang merumitkan diri sendiri. Memainkan pola acak, memilih diksi yang mencoba puitik – bisa juga kalian sebut aneh, menelusur kata seenaknya sendiri. Ini semacam puisi berbentuk prosa, atau bisa disebut puisi panjang tanpa penggalam rima, bagaimana bisa nyaris tak ada tanda kutip sekalipun itu kalimat langsung. Beberapa kalimat bagaikan mengingatku pada sesuatu, kadang terasa seperti remah roti dalam hutan menguatkan dugaan, menepis keraguan, menambah keraguan, bahkan membatalkannya. Maksdunya jelas, agar tampak syahdu, biar terlihat eksotis. Tindakan, tak ada yang lebih percuma daripada gagasan tanpa laku yang mengikuti, puisi yang dihidupi. Bayangkan, untuk bilang kipas angin/AC saja ia menulis: ‘Udara hasil manufaktur, dingin seperti marmer di dinding dan lantai.’ Haha… jan, sak enak dewe. Buku tanpa tanda kutip sehingga pembaca diminta menafsir mana kalimat langsung? Dalam sunyi, namun sarat bunyi.

#2. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Dr. Harry Hamersma

Makin banyak manusia tahu, makin banyak pertanyaan timbul. Tentang asal usul dan tujuan, tentang dia sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasan, dan kemungkinan-kemungkinannya. Betapa beruntung saya bisa menikmati buku bermutu ini, kubeli dari Surabaya (Thx to Adi Angga, AFP) dalam rangkaian buku The Good Wives. Tipis sehingga bisa dinikmati singkat, tapi ilmunya jelas begitu tebal. Seperti judulnya, ini buku 50 halaman yang bisa jadi hanya di teras menyaksi sepintas ilmu dasar, tepat di depan pintu tuan rumah yang memiliki persoalan kompleks nan rumit, karena filsafat yang luas maka segala tanya itu harus didedah dan ditelusur. ‘Dalam sajak kuno, ada tanya besar yang hingga kini masih snagat relevan dan akan tetap revelan nantinya. ‘Aku datang – entah dari mana, aku ini – entah siapa, aku pergi – entah ke mana, aku akan mati – entah kapan, aku heran bahwa aku bergembira…’ – anom.

#3. The Devil Wears Prada Lauren Weisberger

Tentang gadis kosmopiltan di New York yang selepas lulus kuliah, melakukan kehendak bebas keliling dunia selama beberapa bulan sama pacarnya, lantas kembali ke Amerika guna menatap hidup, menata karier yang lebih serius. Dengan semburan energi baru, aku meneguk habis sisa kopiku, memanasakan lagi secangkir untuk Alex. Bercita-cita menjadi penulis di media keren The New Yorker, maka ketika ada peluang kerja di majalah mode, kontrak satu tahun diambilnya, idep-idep jadi batu loncatan, sebagai fresh graduate jelas membutuh pengalaman. Majalah runaway yang tersohor, bagi kalangan penikmat mode dan fashion. Baginya sesuatu yang baru, apalah itu, namanya majalah – satu gen dengan koran, konek ke literasi yang jadi impiannya. Dan siapa sangka, setahun di kantor itulah kenangan horror hidupnya terjadi. Bos paling kejam sedunia, yang tulunjuknya adalah perintah, yang perintahnya adalah sabda, yang sabdanya menjadi rujukan kerja, seolah SOP (standar Operational practice). Sungguh mendebarkan, sungguh mengasyikkan, diluardugaku, kisah chicklit ini sangat sangat menghibur. Bagaimana dunia perkantoran di kota sibuk, kota Apple di jantung Amerika itu berdetak. Thx to Raden Beben, Bekasi.

#4. The Mozart’s JourneyEduard Morike

Perjalanan sang maestro dari Wina ke Praha, mampir hotel lalu diminta menginap ke rumah bangsawan. Mencipta makan malam yang menakjubkan, diskusi seni melimpah, dan pamer keahlian memainkan musik. Sebuah kado istimewa dari dan untuk sang tuan rumah. Canda Tawa di Balik Karyanya. Sang istri yang seperti kehidupan khalayak umum, pusing memikirkan putaran uang, mendampingi seorang manusia besar. Thx to Afifah, Yogyakarta.

#5. Bulan KertasArafat Nur

Buku kedua bulan Juni yang kunikmati, sedang ingin bersantai memang makanya saya pilih yang roman modern dengan kerumitan kisah di level sedang. Cinta pertama memang selalu istimewa, cinta pertama di kala sekolah dari tanah Rencong, setting dari kelas tiga SMA sampai kuliah, mencintai adik kelas pindahan dari Medan, lalu ketika rasa itu bersambut ada sebuah halangan yang tak lazim. Iya, saya bilang tak lazim karena kendala itu dari dalam. Bukan internal dari kedua personal, tapi lebih dari sang gadis yang memimpikan dunia lain, dengan kesendirian, kesunyian, dan bulan kertas. “Di akhir zaman, orang yang menegakkan hukum agama, seperti memegang bara api dengan tangannya. Bila terus dipegang, tangan akan terbakar; bila dilepaskan bara akan padam.”

#6. Bukan Pasar MalamPramoedya Ananta Toer

Novel tanpa nama tokoh sama sekali. Dengan sudut pandang anak sulung, yang pulang kampung untuk menjenguk ayahnya yang sakit keras. Dengan setting Indonesia pasca merdeka di kota Blora yang sederhana. Keluarga ini memang sudah tidak utuh lagi. Si sulung yang pulang bersama istrinya yang baru setengah tahun dinikahi, penyampaian hidungnya yang dulu disukai, kini tidak lagi, heleh… bolak-balik rumah-rumahsakit, dan hari-hari terakhir penuh perenungan makna hidup sang ayah yang banyak jasanya kepada orang-orang sekitar. Drama keluarga 100 halaman yang lebih banyak merenung. “Hidup ini, Anakku, hidup ini tak ada harganya sama sekali. Tunggulah saatnya, dan kelak engkau akan berpikir, bahwa sia-sia saja Tuhan menciptakan di dunia ini.”

#7. Creative WritingA.S. Laksana

Banyak buku menyaji tips-tips menulis, saya baru baca 4-5 buku, termasuk ini. Sebelum menikmati, jargon Penulis Stephen King selalu kupegang, kuncinya satu: “Tulis, tulis, tulis.” Karena hanya mantra itu yang cocok untuk menjadi penulis. Action menulis adalah langkah utama yang tak bisa dibantah, setiap kali menikmati tata-cara entah namanya apa, termasuk saat menikmati Creative Writing. Lalu latiahn terus menerus yang akan mengasahnya. Seperti pemain bola yang pandai bikin gol, itu tak serta merta, itu butuh latihan yang keras, ditempa dengan darah dan keringat. Menurut William Blake, penyair Inggris hasrat saja tanpa ada tindakan akan membiakkan penyakit.  Oke, menulislah sekarang juga. Dan ‘menulislah yang buruk’. Beberapa tips usang, beberapa terasa baru. “Menulis cerita adalah seni merangkai adegan demi adegan, memusatkan penuturan dan memberi perhatian lebih pada bagian-bagian penting dan menurutkan secukupnya bagian-bagian kecil, tetap dengan cara yang menarik.”

#8. Kisah-kisah Perdagangan Paling Gemilang Ben Sohib

Saya tak mengenal Ben Sohib, dari biodata di akhir buku ternyata pernah nulis dua buku: The Da Peci Code (2006), Rosid dan Delia (2008). Memang selalu ada yang pertama, dan buku ini cukup menjelaskan bagaimana beliau bercerita, gayanya absurd, diselingi komedi, lalu di akhir – kalau di Stand Up Comedy, muncul punch-line yang menohok. Beberapa cukup bikin tersenyum geram, beberapa belum tune-in sama alur, ujug-ujug sudah kelar, terlalu pendek. Ada dua dari sebelas yang sukses mencipta bahak, lalu berujar, “Ya ampuuun.” Sungguh aneh, sungguh menggelitik, dan hampir semua yang dikisahkan ada di sekitar kita, ada di sekeliling kita dengan budaya Betawi yang kental, khas ente, gue, serta segala akhiran ‘e’ yang termasyur itu. Nama-nama karakter unik atau dibuat merakyat disertai julukan, kehidupan kaum jelata dengan pemikiran terdalamnya guna bertahan hidup. “Lu pade demen ngajakin Apang pegi, bakal lucu-lucuan doang. Lu pade demen nanggepin apang, terusnye lu bayar pake duit recehan. Lu pade kagak pernah mikirin nasibnye!” Thx to Dema Buku, Jakarta.

#9. No ManyoonEndang Rukmana

Cerita plesetan New Moon-nya Stephanie Meyer. Dengan budaya betawi yang kental, lengkap dengan makanan tradisionalnya, bahkan mencantumkan resep masak. Cerita vampire versus manusia srigala jadi-jadian. Sungguh biasa, entah kenapa dulu saya membeli buku semacam ini. Dan bukan satu lagi, karena Toilet dari Twilight-pun juga kubeli. Sebelum ulas saya baca ulas singkat, sungguh mengecewakan.

#10. The Stranger Albert Camus

Terbitan Immortal tampak lebih sopan, bagian ketika Marie bercinta dengan sang protagonist hanya ditulis sepintas lewat tidur bersama, dan paginya dibangunkan. Atau untuk bilang bernafsu, Marina menulis ‘indraku terangsang’, tampak sungguh aman untuk Remaja, seolah para petinggi Lulus Sensor memantau ketat. Atau bisa dibilang pemilihan diksinya lebih pas dan nyaman. Unggul di banyak segi, dari sampul saja sudah terlihat istimewa. Kesempatan baca kedua ini, tetap asyik dan aneh. Terima kasih #MojokStore

#11. Martin Luther KingAnom Whani Wicaksana

Martin Luther King Jr. lahir pada 15 Januari 1929 di Atlanta, Georgia. Bernama asli Michael King Jr., ayahnya mengganti nama untuk menghormati tokoh Kristen Protestan Martin Luther. Anak ketiga dari empat bersaudara, terlahir dari keluarga berada. Saat berusia 10 tahun, menjadi penyanyi Gereja untuk  pemutaran perdana film Gone with the Wind. Pada bulan Mei 1941, neneknya meninggal dunia. Sempat membuat depresi hingga berniat bunuh diri. Semasa kecil hingga remaja dicekokin agama terus, justru membuatnya meragukan agama. “Keraguan saya mulai muncul tak henti-hentinya.” Namun bergeraknya waktu, ia menjadi relijius. Kekristenan adalah kekuatan potensial untuk perubahan sosial.

#12. Sepotong Senja Untuk PacarkuSeno Gumira Ajidarma

Menatap senja adalah suatu cara berdoa yang langsung menjelma, perubahannya dari saat ke saat meleburkan diri seseorang ke dalam peredaran semesta. Senja adalah janji sebuah perpisahan yang menyedihkan tapi layak dinanti karena pesona kesempurnaannya yang rapuh. Dunia senja yang sempurna bagi siapa pun yang memburu senja di pantai seperti memburu cinta yang selalu berubah setiap saat, meraih pesan-pesan dari kesementaraan terindah seantero semesta… kumpulan cerpen yang luar biasa dari sastrawan besar Indonesia yang masih hidup. Waktu meninggalkankan jejak, begitu pula saat-saat yang dilaluinya bersama dia. Segenap makna perjumpaannya meresap ke dalam hatinya dan ia tidak bisa melupakan dia. Thx to Fatihah Store, Yogyakarya.

#13. Cocktail for ThreeMadelaie Wickham (Sophie Kinsella)

Tentang tiga sahabat yang bekerja di majalah Londoner yang hobi menghabiskan malam di Manhattan Bar, kafe yang menyajikan koktail terlezat di kota London dengan jazz dan keriuhan pengunjung. Ngumpul sebulan sekali apapun aktivitas dan kesibukan yang mendera, menyempatkan waktu bergosip dan blak-blakan dengan konco kental. Roxanne: glamor, percaya diri, memiliki kekasih gelap dan berharap pria itu akan meninggalkan sang istri dan menikah dengannya. Maggie: ambisius dan mumpuni dalam pekerjaan, hingga menemukan satu hal yang tak dapat diatasinya, menjadi ibu. Candice: polos, baik hati, jujur hingga suatu ketika hantu masa lalu muncul mengacaukan hidupnya. “Aku berusaha menebus kesalahan. Aku berusaha membantu…”

#14. Aisya Putri: Operasi Milenia Asma Nadia

Asiyah Putri, anak bungsu dari single parent. Tinggal di Jalan Kemuning nomor satu. Ayahnya meninggal, dibesarkan dengan penuh cinta. Punya empat kakak: Vincent berkaca mata, tinggi tamvan. Kedua Harap, kuliah di IKJ dengan trendy aksesoris di banyak bagian, secara ga langsung calon seniman besar. Ketiga Hamka, gondrong dan kekar, olah raga adalah makanan sehari-hari. Keempat, Idwar kuliah di UI ambil Sastra. Semuanya memiliki kelebihan masing-masing, entah kekurangannya apa, tak tampak nyata. Put-Put eh Puput, panggilan sayangnya, kelas satu SMU 2000, nama beken SMU Mandiri. Diambil dari tarif ojek yang mengarah dan dari sekolah. Ada yang jago karakte, berguna banget ketika Putri dkk diganggung preman mendem. Ada yang jago puisi, merayu, gombal ala kadar. Ada yang rajin bersih-bersih kamar, cool. Ada yang hobi manjat gunung, mencintai alam. Hobi-hobi positif, dan catat! Mereka ga merokok semua. Sungguh sangat luar biasa, mendekati sempurna! “Burung dara nyangkut di kawat. Adinda cantik… nggak kuat.” Thx to Masa Laluku.

Ya, Juni 2020 tak ada catatan khusus tentang Sherina Munaf, tahun lalu sudah penuh sesak tiga ribu kata. Sampai jumpa di momen yang sama tahun depan.

Karawang, 170720 – Cry Johnnie Ray & The Four Lads (1951)

#Mei2020 Baca

Bulan Mei 2020 dalam rekap bacaan.

“Aku tidak pernah memberitahu siapa pun hingga sekarang. Benar-benar bisnis kotor… setiap sekolah menawarkan uang tunai, Paul, jangan naïf. Itu bagian dari permainan.” – Neely

Bulan Mei 2020, rekapnya baru sempat kulakukan bulan Juli, setelah sebulan penuh ulas buku. Menyingkirkan banyak hal, menyita waktu melimpah karena harus fokus #30HariMenulis #ReviewBuku beberapa hari bahkan pulang kerja sampai Isya. Bulan Mei ternyata total baca 13 buku, sama dengan bulan sebelumnya. Baru sempat rekap. Yuhui…

#1. Little WomenLouisa May Alcott
Empat saudari March yang legendaris: Bejo MAy: Beth, Jo, Meg, Amy. Dengan latar Amerika abad 19, kesederhanaan keluarga demi kebersamaan menjadi tema utama. Ayah yang bertugas perang, ibu yang mengayomi. Karena betapa pun buruknya suasana hati mereka, kelebatan terakhir wajah keibuan itu pasti akan memengaruhi mereka seperti cahaya matahari. Inilah masa remaja dengan impian-impian yang ingin digapai. “Cita-citaku berada dalam sinar mentari nun jauh di sana. Mungkin aku tak dapat mencapaiknya, tetapi aku bisa mendongak dan melihat keindahannya, dan berusaha mengikuti ke mana ia pergi.”

#2. The High Mountains of Portugal Yann Martel
Dua bagian pertama luar biasa, bagian ketiga agak menurun tapi memang pada dasarnya novel berkelas. Apalah arti kita tanpa orang-orang yang kita cintai? Apakah ia berhasil bangkit dari duka? Ketika ia menatap matanya di cermin saat bercukur, hanya relung-relung kosong yang tampak. Semua tersaji dari jiwa laki-laki yang rapuh. “Aku berbicara dengannya di dalam kepalaku, ia hidup di situ sekarang.”

#3. The GatesJohn Connolly
Terlanjur beli tiga seri, jadi di buku ini sekadar bagus tetap harus dituntaskan. Ini kisah tentang malam Helloween yang janggal. Perjalanan antar dimensi, antara dua dunia. Novel aneh, teori lubang hitam dan terbentuknya semesta. Gerbang neraka dibuka, rajanya neraka menju bumi untuk menhancurkan, tapi dengan mudah digagalkan seorang bocah Samuel Johnson dan anjingnya, dibantu setan nyentrik yang bosan di padang pasir. “Bagaikan lalat di tangan anak-anak ceroboh, begitulah kita di mata para dewa, mereka membunuh kita untuk hiburan.”

#4. StardustNeil Gaiman
Tentang petualangan anak setengah manusia setengah peri yang menakjubkan. Untuk memulai perjalanan kita perlu mengenal desa asal, Desa Tembok di padang rumput Inggris yang tenang. Tak sembarangan yang bisa melintas, setiap Sembilan tahun sekali di seberang tembok yang bercelah ada bazar festival yang digelar dan desa itu menjadi penginapan mendadak. Syahdan, seorang pemuda rupawan Dunstan Thorn berusia delapan belas tahun mengalami malam sensasional. Terasa gigil dan gemetar di pusat alam. “Ini kuucapkan: kau telah mencuri pengetahuan yang tak layak kauperoleh, tetapi pengetahuan ini tak akan menguntungkanmu…”

#5. Love StoryErich Segal
Pasangan muda yang tampak ideal, mahasiswa Havard keturunan orang kaya dengan gadis cerdas dari keluarga sederhana. Oliver dan Jennifer yang menyenangkan dalam percintaan ini lantas mendapat musibah besar, berat sekali menghadapi kehilangan. Benar-benar kisah cinta yang menguras air mata. Cerita cinta memang harus berkonflik berat, ga penuh pelangi. “Cinta berarti tak perlu minta maaf.”

#6. BleachersJohn Grishman
Kisah love-hate pelatih hebat di kota kecil Messina. Eddie Rake adalah legenda, raihan gelar semasa ia melatih football memang luar biasa. Untuk menjadi pemenang memang harus kerja keras, latihan ekstra. Neely menjadi kapten dan bagian tim di masa puncak, perpisahan yang buruk mencipta jarak. Di akhir karier sang Pelatih ada noda besar. Kota terpecah. Dan ini tentang masa kabung, kematiannya menjadi duka sekaligus menggali masa lalu hitam yang tersembuyi. “Ayolah, hentikan. Nikmati saja kenangannya.”

#7. Corona Ujian TuhanQuraish Shihab
Buku yang sangat singkat, padat, dan dinikmati kilat di meja kerja. Sebuah ungkapan ‘Manusia mengenal kebaikan sejak manusia mengenal keburukan. Bagaimana mengenal indah kedamaian kalau dia tidak mengenal kekacauan? Manusia mengenal kebajikan sejak adanya keburukan. Dan mengenal keluhuran dan kesetiaan sejak adanya iblis.’ Keidupan manusia suka atau tidak, mengandung penderitaan, kesedihan, dan kegagalan di samping kegembiraan, prestasi, dan keberhasilan. Ujian adalah keniscayaan hidup. Tetap bersyukur dan tentu saja tetaplah waras, bersama keluarga. Firman Allah: “Sesungguhnya bersama kesulitan terdapat dua kemudahan.” (QS. Asy-Syarh [94]: 5-6)

#8. Reportase-Reportase TerbaikErnest Hemingway
31 tulisan Ernest Hemingway semasa di Prancis sebagai wartawan era pasca Perang Dunia Pertama. Tulisan yang bersinggungan dengan politik, sosial, budaya. Lebih merakyat dari yang kita kira, Ernest tampak menyatu dengan kehidupan setempat sehingga hafal harga hotel-hotel setara Melati, harga makanan kelas warteg sampai gang-gang sempit untuk mencari jalan untuk memotong kemacetan. Lucu dan menghibur. “Aku tidak tahu Paris itu seperti ini. Aku kira meriah banyak cahaya, indah.”

#9. Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah MengeringHasan Aspahani
Suatu hal yang wajar yang tidak bisa dihalang-halangi oleh penyair yang konon memiliki lisensi puitik maupun lembaga yang diberi tugas ‘menjaga’ bahasa. Dan karena bahasa tidak lain adalah wadah dari ‘dongeng’, bahkan juga ‘dongeng’ itu sendiri, maka ia terus bergerak tanpa arah yang bisa ditebak. Kumpulan puisi @jurubaca pertama yang kubaca. Narasinya padat. Yang menyatukan bait-bait sajak itu bukan prinsip kausalitas, tetapi suasana. Benda dan konsep yang disebut dalam sajak itu saling mendukung terciptanya suatu suasana yang, kalau boleh meminjam larik Amir Hamzah, ‘bertukar tangkap dengan lepas’. Dalam sajak ini, kematian adalah suasana dan bukan makna.

#10. The Fault is Our Stars – John Green
Novel yang luar biasa menyedihkan. Ini bukan buku tentang kanker, karena buku tentang kanker itu payah. Air pilu laksana air bah yang menghantam deretan kata sejak mula hingga perasan titik kalimat akhir. Bayangkan, The Fault in Our Stars garis besarnya bercerita tentang pasangan remaja yang keduanya sekarat, satu bermasalah dengan paru satu lagi memakai satu kaki palsu. Sederhananya keduanya sakit kanker yang menggerogoti organ vital, dan berdua harus bertahan demi kasih. Saling mencinta, saling menjaga, sampai maut benar-benar memisahkan. “Sadarlah, berusaha menjaga jarak dariku tidak dapat mengurangi rasa sayangku padamu.”

#11. The Chronicles of Narnia: Prince Caspian – C.S. Lewis
Saya baca ulang untuk Hermione jelang tidur, dua bab per malam. Melanjutkan seri sebelumnya langsung, Caspian dalam perebuatan takhta melawan pamannya sendiri. Pevensie bersaudara dipanggil via terompet Susan. Ketika mereka sedang di stasiun bersiap berangkat sekolah, kereta melaju dan semesta dimensi berganti latar. Peter, Edmind, Susan, dan Lucy datang bak dewa penolong. Seribu tiga ratus tahun di Narnia bisa saja hanya setahun di dunia kita.

#12. Kata Pengantar: Anthony GiddensB. Herry – Priyono
Kajian utama ilmu sosial adalah praktik sosial yang per definisi adalah titik temu dari dualitas struktur dan pelaku. Ilmu-ilmu sosial (politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, sejarah, psikologi, hukum) mulai dari apa yang sudah, sedang, atau mungkin akan dilakukan orang. Giddens menyebut tindakan dan praktik sosial itu sebagai ‘dunia yang sudah ditafsirkan’. Istilah-istilah teknis yang dirumuskan ilmu sosial sudah menjadi kamus sehari-hari khalayak, dan karena sudah menjadi bagian dari insting dan praktik sehari-hari maka orang jarang mempertanyakan lagi asal-usulnya. Inilah buku tentang pokok-pokok pemikiran teoritis Giddens dalam ringkas dan seringan mungkin. B. Herry-Priyono mencipta ulang pemikiran itu dalam upaya asyik tanpa bikin kerut kening. Meskipun sudah berusaha untuk tidak salah mengerti pemikiran dasar Anthony Giddens, saya tetap jauh dari keyakinan bahwa saya tidak keliru memahaminya yang begitu luas memang bagaikan mengejar kawanan gejala modernitas yang selalu berlarian tunggang-langgang.

#13. PersepolisMarjane Satrapi
Di Iran, segala kebijakan pemerintah di masa peralihan itu memicu pro-kontra, wajar sih segala yang baru memang mematik dua sisi. Sang shah yang lengser tahun 1979, lalu mengungsi. Inilah Persepolis, masa revolusi Islam dan segala pergeserannya. Berisi 19 judul cerita, semua bersudut pandang Marji yang polos, memahami hal-hal baru yang terjadi di negaranya, sampai ending yang menyentuh. Keputusan berat, tapi mau bagaimana lagi keselamatan yang utama. “Aku ingin menjadi keadilan, cinta kasih, sekaligus kemarahan Tuhan.”

Iya, iya… segera kubuat rekap Juni, semangat…

Karawang, 020720-160720 – Bill Withers – Use Me

#Maret2020 Baca

Dunia menghancurkan semua orang, dan setelahnya, sebagian masih berdiri tegar di tempat-tempat yang luluh lantak.” Ernest Hemingway

Maret ini saya lebih santuy padahal, pasca Oscar mau kejari film menuntaskan rutinitas bikin daftar terbaik di akhir bulan. Ternyata santuy pun dapat sembilan buku, dengan enam sudah ulas. Dua buku baru dengan keduanya adalah Penulis yang sudah berteman menjadi prioritas kejar. Sejujurnya kurang memenuhi ekspektasi, sebagai naskah yang menang di kompetisi sekelas DKJ, tapi memang beberapa naskah lain tahun-tahun sebelumnya ga jauh beda sih. Jadi mari kita lihat buku apa saja yng kutuntaskan di bulan ketiga ini.

#1. Babad Kopi ParahyanganEvi Sri Rezeki
Cerita sejarah kopi dengan iringan fiksi. Kubaca hanya dalam sehari, dari pagi sampai sore di hari Senin, 16 Maret 2020 di Galuh Mas dari satu ruko ke ruko lain, lalu ke kursi Taman Baca Bustaka, Karawang. Ceritanya membentang dari present day di sebuah kedai kopi dengan blazer menawan dikenakan bertemu dengan barista terkait motif pertemuan. Lalu alurnya jauh ke masa kolonial di perkebunan Bandung. Monoton, maaf Marjin Kiri. “Orang sunda itu tidak pemalas Rim. Tidak perlu dipaksa-paksa buat kerja. Kami hanya mengambil sesuatu dari alam secukupnya.”

#2. Seorang Gembala Yang Tertidur Panjang di Akhir ZamanA. Mustofa
Cerita tentang waria, seorang penganut Ahmadyah dan selingan sebuah kolam lumpur dengan hikayat babi. Setelah 2/3 buku yang datar, jangan letakkan bukunya. Endingnya menyelamatkan cerita ini, hufh… karena saya memang ngalir saja jadi ada kejutan manis bagaimana sang gembala terbangun. Berdasarkan kisah nyata Roro Willis, menjadikannya lebih jleb. Semarang di temaram malam di pinggir jalan, dengan bidadari yang mewarnai. “Cinta-cintaan itu Cuma buat anak kecil Wan, kamu pikir kalau aku percaya sama cinta, aku bakalan nyebong kayak gini?” Selamat Opan!

#3. Kitab Para PencibirTriyanto Triwikromo
Kumpulan puisi serasa kumpulan fiksi mini. Bagus banget, ngalir diskusi tuhan dan hakikat hidup. Isinya lebih nyaman diikuti ketimbang puisi yang hanya menutur beberapa bait. Perlu tafsir jua karena banyak diskusi makhluk dengan tuhan. Aib terbesarku adalah menciptakanmu. “Di mana kau sembunyikan sesuatu yang menyerupai laut?” Ini bisa jadi kumpulan puisi pertama yang memuaskan saya. Sejauh itu, saya tak terlalu ‘in’ dengan kata-kata puitis.

#4. The Book of MirrorE.O. Chirovici
Luar biasa. Kejutan itu memberi alur mundur, penelusuran pembunuhan tiga puluh tahun yang tak terungkap tiba-tiba muncul ke permukaan dan meyentak pribadi-pribadi yang tenang. Mengalir dalam balutan novel, potongan-potongan masa lalu menjadi cekam menakjubkan. Memainkan kenangan, memainkan hati, lalu jiwa yang sekarat itu menuliskan novel berdasarkan kisah nyata, mencekam dan mengungkap dalang pembunuhan lama yang tertutup. Dengan pola telusur seru. Mendebarkan, saling slinag tebak pelaku, hingga ledakan di akhir. “Dengarkan saran orangtua Richard. Ketika perempuan merasakan kau punya sesuatu terhadapnya, dia akan mulai menguji kekuatannya dan mencoba mendominasimu.”

#5. All the Bright PlacesJenniver Niven
Kisah remaja bunuh diri yang janggal. Dibuat sepuitis mungkin, apa yang ditampilkan memang menawarkan drama remaja tapi problematikanya dewasa karena menyangkut nyawa. “Ke mana kau akan pergi kalau kau bisa ke mana saja?” / “Aku akan ke Bukit Hoosier bersama gadis cantik.” Heleh, gombal! Tapi untuk karaketr yang sakit psikologis dan mau bunuh diri, yah silakan sih. Aku merasakan desakan untuk mengucapkan sesuatu yang mengesankan dan puitis, tapi satu-satunya yang terpikir olehku adalah, “Ini Elok.” Mungkin karena mencoba memesona, justru cara itu malah mbulet sendiri, terjerat kata-kata. Toh akhirnya mati juga.

#6. Ender’s GameOrson Scott Card
Invasi pertama bugger ke bumi bisa digagalkan oleh pahlawan kita Mazzer Rackman. Invasi kedua pun bisa sukses dihalau, kini bumi menghadapi rencana invasi ketiga, tapi kali ini kita mempersiapkan diri lebih matang. Sebelum makhluk alien bugger menyerang, kita akan melakukan tindakan terlebih dulu. Adalah Ender Wiggin yang menjelma anak didik, ditempat istemewa sejak umur tujuh tahun. Di sekolah luar angkasa. Game itu menjelma nyata, tanpa ada pemberitahuan. Kisahnya berlaur lambat karena memang mengedepankan drama keluarga dan hubungan emosional aliens. Sebuah masa depan yang tak jauh dari sekarang, di mana planet-planet diduduki, dan monster luar angkasa saling menaklukkan. “Sekarang, sebelum sabun mengering. Sekarang, selama tubuhku masih licin untuk dipegang.”

#7. Mengukir Masa DepanNidhoen Sriyanto
Upaya Negara menghilangkan kesenjangan sosial di era Orde Baru dengan mensimulan warga bahwa bekerja itu ga harus di kantor. Ga harus gajian, bisa dengan berwiraswasta, dalam cerita dimodelkan dengan keluarga ideal: kerjaan mapan sang ayah, ibu rumah tangga dengan dua anak laki dan perempuan. Benar-benar untuk warga Negara yang bahagia. Meninabobokan, buku klasik yang umum ditaruh di perpustakaan sekolah. “Kau sebagai tukang di pabrik perakitan mobil, masih menerima gaji dari pabrik. Sedangkan saya sebagai tukang kayu, tak ada yang menggaji saya. Yang menggaji saya adalah pekerjaan saya. Pekerjaan yang saya ciptakan sendiri. Saya tak khawatir sedikti pun. Dapat makan, dapat membeli pakaian dan dapat membuat rumah seperti orang-orang lain yang menerima gaji tiap bulan.”

#8. A Monster CallsPatrick Ness
Ceritanya berat, monster pohon yew yang muncul di tengah malam lebih tujuh menit. Ibunya sekarat, ga cocok sama neneknya, ayahya kawin lagi dan tinggal di Amerika. Dan kesuraman akut menyelingkupi. Dengan modal empat kisah masa lalu yang mendetail menuju masa kini, dari ilusi yang tampak menyeramkan menjelma kenyataan. Sempat kubacakan ¼ awal untuk Hermione, tapi kuhentikan karena ternyata bukan cerita anak-anak. Conor O’Malley remaja dengan fantasi kelamnya. Ilustrasinya keren. Salut! Sudah difilmkan, baiklah masuk daftar buru untuk kutonton. “Kisahnya berakhir dengan penghancuran yang tepat, kalau itu maksudmu.”

#9. Winnie The PoohA. A. Milne
Sudah sejak tahun 2018 memilikinya, mau baca ketunda terus. Bukan karena ga ada waktu, sedang menanti saat yang tepat saja kubacakan ke Hermione. Dan alhamdulllah, sukses mempesonanya. Dia langsung menjadi fan berat Winnie The Pooh, bahkan bisa mencerita per bab isinya apa. Suka menyanyi lagu Pooh, suka bermain dengan binatang rekan-rekan Christopher Robin di Hutan Seratus Ekar. Dan antusias tinggi ingin memiliki boneka si kuning.

Terima kasih Noura, sudah menghadirkan buku bagus banget sebagai teman dongeng Hermione jelang tidur. Kubaca dua bab perhari yang berarti selama lima malam yang luar biasa melalangbuanakan imaji ke dunia ajaib. “Ya, sambil berjalan ke sini aku berkata kepada diriku sendiri, mungkinkah Christopher Robin punya semacam balon? Aku berbicara sendiri, memikirkan balon, dan penasaran.”Berkat buku ini, Apa cita-cita Hermione? Jadi ilustrator seperti Ernest H. Shepard. Wow

Karawang, 100420 – 160420 – Sherina Munaf – Kisah Sang Lebah

Buku Yang Saya Baca 2018

Tahun yang sibuk, sebenarnya sebelumnya juga baca banyak sih tapi ga kuhitung. Baru tahun 2018 saya coba hitung, karena baru punya HP Ok dan instagram yang mulai aktif, jadi catatan ini saya ambil dari ig: lazione.budy sebagian sudah ulas di blog ini, sebagian besar lagi masih menunggu antrian. Sudah kususun pula Best 14 nya. Berikut buku yang kutuntaskan baca tahun lalu:

32 buku yang kubaca Januari ada di sini.

#33. The Last Song – Nicholas Spark
Cerita cinta yang mudah sekali ditebak. Kisah cinta putri sulung kepada ayahnya dan persembahan ‘Lagu Terakhir’ yang dicipta. “Karena kau hanya menyinggungnya sambil lalu selama beberapa minggu terakhir dank au tak pernah ngobrol dengannya di telepon, tidak sulit mengambil keputusan ada sesuatu yang terjadi.”

#34. Ratu Sekop – Iksaka Banu
Kumpulan cerpen yang absurd. Penyuka seni, sad ending, menyisakan tanya dan pilihan judul yang unik. Twist!

#35. Pesta Remeh Temeh – Milan Kundera
“Keremehtemehan kawanku, adalah esensi dari eksistensi. Semua itu ada di sekitar kita. Dan di mana-mana serta senantiasa. Anak-anak tertawa tanpa tahu sebabnya, bukankah itu indah?” Kehebatan buku ini terletak pada penempatan kata-kata yang pas, membawakan kisah tanpa tergesa dan hal-hal kecil remeh temeh dijadikan lelucon seru.

#36. Kelir Slindet – Kedung Darma Romansha
Baru tahu arti telebuk dari sini. Campuran kearifan lokal Indramayu dari dangdut, kasidah, miras sampai pelacuran. Gelar haji yang terbeli dan seabreg hal-hal klenik. Liar, dendam dan saling tempar teluh.

#37. Three Sisters – Anton Chekov
“Jadi menurut Anda, bahkan hanya memimpikan kebahagiaan saja itu tidak ada gunanya? Bagaimana kalau aku sekarang sedang bahagia?” Penikmat teater wajib baca, penikmat fiksi pasti suka detail-detail seperti ini. Jadi seberapa pelik permasalahan tiga saudari Olga, Marsha dan Irina?

#38. Potret Diri – Atasi Amin
Kumpulan puisi yang menyasar berbagai tema, dari potret diri akan kenarsisan sang penyair “… mari bersama atasi. Amin” sampai beragam tema dari hal sepelemacam kegiatan cacing, suara suara sampai narasi aneh Punokawan.

#39. Kealpaan – Milan Kundera
“Prediksi hanyalah satu dari sekian kepastian yang ditangguhkan kepada umat manusia.” Dua karakter emigrant yang terasing, Irena ke Prancis, Joseph ke Denmark lalu keduanya mudik ke Ceko tahun 1989 dan bagaimana mereka mengenang hal-hal yang sudah disapu waktu.

#40. Kaas – Willem Elsschot
Awalnya kukira bakalan klise tentang motivasi pekerja yang resign untuk memulai usaha keju, tapi ternyata enggak sehampar yang kusangka. “Maka kulakukan hal itu seperti orang sakit yang diam-diam ke dukun, tanpa sepengetahuan dokter.”

#41. Smokol – Cerpen Kompas Pilihan 2008
Tumben yang njelimet kisahnya yang dipilih hanya sebagian kecil. Biasanya cerpen Kompas butuh telaah lebih. Untuk cerpen yang terpilih sebagai judul, Smokol adalah pesta makan absurd yang ironi.

#42. Klop – Putu Wijaya
Kumpulan cerpen yang masuk kandidat Kusala Sastra, sayangnya pengalaman pertamaku dengan sang sastrawan senior ini berakhir biasa sekali. Sebagian besar klise, kritik Pemerintah yang ambigu, tak banyak kejutan. “Aku jadi takut berharap, aku jadi takut merasa senang, aku jadi tak berani melakukan perubahan. Karena kau tahu semua sudah diterapkan.”

#43. Laut Bercerita – Leila S Chudori
Maaf ya, dengan menyebut Pramoedya, Gabo, The Beatles sampai Tan Malaka tak otomatis keren. Cerita yang utama, harus tetap kuat dan membuat pembaca tetap semangat. Sayang sekali buku pertama Leila yang kubaca berakhir membosankan. Drama penculikan 1998 terpendam, ekspektasiku ketinggian.

#44. Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali – G. Sunarto & J. Sumardianta
Buku yang penuh kutipan cerita, tapi setelah menelusur kisah using kita dipertemukan cerita pengalaman pribadi yang laik dinikmati. John C. Maxwell mempelajari proses seseorang menjadi pemimpin: 5% akibat krisis, 10% dari karunia alam, dan 85% karena pengaruh pemimpin sebelumnya.

#45. Never Let Me Go – Kazuo Ishiguro
Luar biasa, buku perenungan kelas satu. Manusia sudah bisa dikloning, organ didonorkan, dengan sudut pandang Kathy sang perawat kita diajak berpetualang dalam cinta, persahabatan, eksistensi manusia yang emosional.

#46. The English Patient – Michael Ondaatje
Novel yang butuh kesabaran tingkat tinggi. Semua rumit: alur, karakter, pembawaan cerita, konflik. “Beri aku sebuah peta dan aku akan membangun sebuah kota untukmu. Bari aku sebatang pensil dan aku akan menggambar sebuah kamar untukmu di Kairo Selatan, bagan gurun di tembok, selalu ada gurun di tengah kami.”

#47. Semusim dan Semusim Lagi – Andina Dwifatma
Premis bagus hanya di tengah, bagian awal mengingatkanku pada The Last Song-nya Nicholas Spark, di tengah sok filsafat dengan mengutip banyak Penulis Besar tapi langsung terperangah saat ada ikan koki yang ngajak bicara, jelang akhir langsung kedodoran, drop. “Atas nama demokrasi, pura-puranya setiap orang dapat bebas mengemukakan gagasan. Tapi jika gagasanmu tak sesuai harapan orang maka kau bersalah.”

#48. My Irresistible Earl – Gaelen Foley
Di abad 19 Prancis sedang bermusuhan dengan Inggris dengan menyusupkan mata-mata untuk saling merongsong pemimpin lawan. Ada adegan bagus saat adu strategi hingga sang agen rahasia tewas, sayangnya novel ini lebih ke kisah cinta ala Harlequin. Cinta pertama Jordan kepada Mara yang mudah ditebak. “Kau adalah malaikat kiriman Tuhan untukku.”

#49. Gempa Waktu – Kurt Vennegut
Mopery! “Ilmu pengetahuan tak pernah membahagiakan siapa pun. Kebenaran tentang situasi manusia terlampau mengerikan.” Mari kita mundur sepuluh tahun ke 1991.

#50. Anna Karerina – Leo Tolstoy
Kejamnya cinta. Saya malah tak setuju dengan pendapat, “Cinta tak selalu membutuhkan pertanyaan mengapa.” Apalagi statusnya adalah seorang istri yang terikat janji suci pernikahan dengan suami penyayang dan ideal. Ini adalah cetakan Gradien Mediatama, versi yang dipadatkan.

#51. Trilogi Insiden – Seno Gumira Ajidarma | 1 | 2 | 3
Kumpulan cerpen, novel dan kumpualn esai. Bagaimana SGA menentang Orde Baru terkait insiden di Timor Timur. Tahun 1990an sebuah era peralihan.

#52. Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer – Pramoedya Ananta Toer
Buku ini kubeli dan baca karena efek buku Trilogi Insiden, di bagian akhir disinggung kisah Perawan Remaja ini. Sayangnya kisah yang disajikan sebagian bukan karya asli Pram tapi saduran, kutipan dari wawancara atau perjalan hidup orang lain dalam telusur di Pulau Buru. Kejahatan perang saat Jepang menginvasi Indonesia.

#53. Mary Poppins Is Back – P. L . Travers
Sekuel Mary Poppins yang fenomenal. Sayangnya nyaris semua adalah pengulangan, kayak pertama kita makan es cream, rasanya sungguh lezat, kedua kalinya biasa. Formula sang nany mengasuh anak-anak keluarga Banks.

#54. A Mercy – Toni Morison
Buku pertama Penulis Amerika yang menyabet Nobel Sastra yang kubaca. Narasinya juara, tentang perbudakan Negeri Paman Sam tahun 1690an. Arti kesepian dan esensi bertahan hidup.

#55. Siddharta – Hermann Hesse
Buku yang mengulas beliau sebelum jadi Gautama. Terkejut juga apa yang disampaikan, tema perjalanan reliji yang berliku. Bab terakhir terkait pemaknaan hidup yang luar biasa.

#56. Panggilan Telepon – Roberto Balano
Pengalaman kreatifitas sang Penulis dari Cili ke Meksiko. Kumpulan cerpen yang anehnya ketika karakter Roberto Balano pakai nama B dan pasangan atau orang lain dengan inisial X.

#57. Sahabat Sejatiku – Farras Salsabila
Kisah nyata anak SD yang penuh gaya, persahabatan yang diuji dan bukti siapa yang ada di samping kalian saat kalian terjatuh. Lupakan konflik, cerita ini hanya cocok untuk generasi pelajar.

#58. Dover – Gustaaf Peek
Tentang pencarian suaka. Dari Negara-negara Non Barat menuju Prancis, Inggris dan Belanda. Salah satunya adalah warga Indonesia yang terusir akibat tragedi 1998.

#59. Hear The Wind Song – Haruki Murakami
“Dua hal yang seharusnya tidak ada dalam cerita adalah kematian dna hubungan seks sebab cepat atau lambat orang akan mati dan pria akan tidur dengan wanita. Tidak ada kegunaan menulis sesuatu yang niscaya.” – Nezumi

#60. Memorizing Like An Elephant – Yudi Lesmana
Untuk jadi pengingat yang kuat poinnya satu, berlatih, berlatih dan berlatih. Semua teori yang disampaikan hanya sarana. Mengimajinasikan dalam kata dan gambar hanya langkah satu dari banyak cara. Tetap latihan yang utama karena segala yang berulang pastinya akan nempel dalam kepala.

#61. Kura-Kura Berjanggut – Azhari Aiyup
The Chronicles of Bandar Lamuri. Buku panduan membunuh sang Sultan Nuruddin, anak haram penguasa Durud Dunya. Pertikaian perebutan kekuasaan di ujung Barat Indonesia.

#62. The Cave of Time – Edward Packard
“Pilih sendiri petualanganmu.” Kisah yang tentu saja memainkan waktu, pembaca diberi pilihan masuk ke halaman mana yang dipilih, dan berputar-putar hingga Pembaca berhasil menyentuh garis finish.

#63. Kambing dan Hujan – Mahfud Ikhwan
Gumuk Genjik menjadi saksi persahabatan dua manusia aliran Muhammadyah dan NU semasa remaja, perseteruan merebak dengan banyak unsur hingga kedua anak mereka saling mencinta. Apakah egoistis masih tinggi atau melupa gengsi demi kenangan masa lalu?

#64. Mobil Bekas Dan Kisah – Bernard Batubara
Menjadikan mobil jip sebagai saksi orang-orang sekeliling. Kumpulan cerpen dengan tema variatif. Bagus juga ide sebuah jip menonton diam atas tingkah polah manusia.

#65. The Strain – Guillermo Del Toro & Chuck Hogan
Cerita mayat hidup dengan aturan yang aneh. 1/3 pertama sungguh menjanjikan, pesawat mendarat di bandara JFK hanya menyisakan empat penumpang yang hidup. Taka da tetoris, taka da wabah, taka da pathogen atau virus. Boleh saja kita buat permasalahan yang bombastis, tapi penyelesaian juga harus bombastis bukan antiklimak gini.

#66. Misteri Dian Yang Padam – S Mara GD
Pembunuhan Dian yang diperumit. Pemudi bermasa depan cerah, siapa yang membunuh? Kekasih, mantan kekasih, mantan tunangan kekasih yang marah? Atau tangan lain yang ingin dian itu padam? Kisah Detektif Indonesia zaman dulu yang asyik diikuti.

#67. Seruni Merah Jambu – Pearl S. Buck
Buku dari Penulis The Good Earth, dengan setting Perang Dunia Kedua dan setelahnya Jepang dalam masa transisi setelah luluh lantak. Pemuda Amerika yang jatuh hati dengan gadis Jepang, pertentangan dan segala upaya tak mempersatu dicoba tapi kekuatan cinta mengalahkan segalanya. Jiah, klise ya? Tunggu dulu, ini buku dari Pemenang Nobel Sastra, jelas ada yang sitimewa.

#68. Bidadari Yang Mengembara – AS Laksana
Banyak kiasan, banyak hal mirip dengan kumpulan cerpen Murjangkung. Nama-nama karakterpun sama, Alit dan Seto seolah adalah nama favorit. “Ayah terus menerus mengingatkan aku agar jangan pernah mengumpat dan menyesali nasib, bahkan untuk nasib yang paling buruk sekalipun.”

#69. Sine Qua Non – Marga T
Dancing with the holy spirit. Kumpulan cerpen, Penulis roman legendaris Indonesia dari tahun 1964-5014. Rentang waktu yang lama, cerita-cerita yang dihimpun dari media massa. Perayaan 50 tahun yang mulia. Hebatnya, seluruh royalty buku ini disumbangkan ke Yayasan Nusa Membaca.

#70. Timeline – Michael Crichton
Petualangan Marek, Kate dan Chris, mahasiswa 1990an yang dikirim ke abad 14 untuk menyelamatkan professor. “Kita semua diatur oleh masa lalu, meskipun kita tidak ada yang memahami masa lalu. Tidak ada yang mengenali kekuatan masa lalu. Kalau dipikirkan kembali, masa lalu lebih penting dari masa depan.”

#71. Harimau Harimau – Mochtar Lubis
Para pencari damar di hutan yang diteror harimau lapar. Ketika salah seorang tewas dan mereka terancam, mereka dipaksa mengakui dosa-dosa masa lalu.

#72. The Spirit Of Loving – Emily Hipburn Sell
Kumpulan kutipan saja, ga ada apapun. Buku terburuk tahun 2018, sungguh keterlaluan ada buku berisi hanya kutipan, seolah ini makalah mahasiswa tingkat awal.

#73. Manifesto Flora – Cyntha Hariadi
Kisah-kisah tak lazim yang ada di sekeliling kita. Kegetiran hidup dan segala janji demi masa depan.

#74. Catatan Adam Hawa – Mark Twain
Kehidupan mula manusia yang diturunkan ke bumi dan kisah-kisah lainnya khas Twain.

#75. Muslihat Musang Emas – Yusi Avianto Pareanom
Kumpulan cerpen yang bagus sekali. Kafe menjadi tempat pemulaan cerita, masyarakat urban yang mencipta keanehannya sendiri.

#76. Rose Madder – Stephen King
Cerita berliku seorang istri yang kabur dari suaminya. Lukisan hidup yang menjadi sandaran dan tempat pelarian.

#77. Bartleby, Si Juru Tulis – Herman Maville
Satu cerpen dalam satu buku? Terlalu, sekedar lumayan bagus. Dunia saham di abad 19.

#78. Gentayangan – Intan Paramaditha
Sepatu merah yang melalangbuana, pilih sendiri petualanganmu. Seorang gadis yang mengikat diri dengan iblis demi perjalanan dunia.

#79. Tiba Sebelum Berangkat – Faisal Oddang
Bagian tengah, saat arti Tiba Sebelum Berangkat adalah bagian menakjubkannya. Bagaimana manusia istimewa bisa melihat masa depan dan mengaplikasikannya sama.

#80. Sai Rai – Dicky Senda
Kumpulan cerpen dari Indonesia Timur, bahasanya rumit dan bagus. Temanya juga nyeleneh.

#81. Gerimis Di Kuta – Wendoko
Kumpualn cerpen cinta dengan memainkan kata berlebih: gerimis, senja, pantai, Bali. Otomatis romantis.

#82. Ibu Susu – Rio Johan
Pemenang Kusala Sastra tahun ini kategori karya pertama atau kedua yang sungguh mengecewakan. Terlalu berkutat dalam pencarian ibu susu, sungguh monoton.

#83. Sang Raja – Iksaka Banu
Sejarah rokok Indonesia. Mendalami perjuangan hidup penguasaha di era colonial.

#84. Buku Panduan Matematika Terapan – Triskaidekaman
Kerumitan matematika yang diterapkan dalam kehidupan, dengan sudut pandang dua remaja menjelajah dunia.

#85. Biografi Jack Ma – Chen Wei

Cerita yang disajikan kebanyakan masa setelah sukses, kurang dalam karena sang asisten memang dulu adalah muridnya. Tak mendalam mengenai perjuangan sang Godfather.

#86. 1Q84 Book 1 – Haruki Murakami
Fantasi dunia pararel tahun 1984. Dengan dua karakter saling silang. Novel filosofis, membunuh demi keadilan? Mengedit dan menulis ulang naskah untuk sebuah prestis?

#87. Matinya Seorang Penulis Besar – Mario Vargas Llosa
Kumpulan esai yang fantastis. Seluk beluk proses kreatif sang Penulis mencipta karya dan bagaimana Llosa melihat dunia literasi.

#88. Gadis Pantai – Pramoedya Ananta Toer
Novel yang melawan kemapanan di era kolonial. Gadis pantai dan masyarakat yang ‘kalah’ dalam mengarungi kehidupan melawan kuasa.

#89. Pulang – Leila S Chudori
Mengejutkan. Bagaimana bisa kisah biasa gini menang Kusala Sastra kategori prosa? Tentang orang-orang terbuang, Indonesia tahun 1965 dan orang-orang kiri harus tersingkir. Dengan judul Pulang kita pasti tahu mereka akan kembali-kan?!

#90. The Trial – Franz Kafka
Inilah buku terbaik tahun 2018. Joseph K yang diadili atas kejahatan yang jelas. Karena merasa tak bersalah, menjalani sidang dengan pede-nya, hingga fakta demi fakta terungkap, bagaimana sidang pengadilan seolah sandiwara radio.

#91. For One More Day – Mitch Albom
Cerita yang biasa banget, lama-lama membosankan membaca Labom, malah jatuhnya kayak
Tere Liye yang mencoba membuat petuah, tapi flop.

#92. Pedro Paramo – Juan Rulfo
Satu-satunya novel karya Juan Rulfo. Bahasa tingkat tinggi, butuh pemahaman lebih. Harus baca untuk ‘dong’ di beberapa poin.

#93. Mycroft Holmes – Kareem Abdul Jabeer & Anna Water
Kisah saudara Sherlock Holmes, sang detektif. Asal mula bagaimana sang kakak masuk dalam lingkaran istana. Merentang jauh ke Trinidad dalam pengungkapan kasus pembunuhan anak-anak di pantai.

#94. Fathers And Sons – Ivan Turgenev
Perjalanan hidup manusia atas kebanggaan kasta. Rusia yang berwibawa dan tanggung jawab moral. Ah hubungan erat ayah-anak yang sungguh menyentuh. Ah cinta…

#95. Cerita Cinta Tanpa Cinta – Rayya Indira Dkk.
10 cerpen yang mengaduk emosi. Tak kusangka melebihi ekspektasi, Rayya Indira dkk membuat cerita tanpa satu kata cinta pun di dalamnya. Cinta di sekeliling kita.

#96. Ford County – John Grisham
Grishman sejauh ini selalu memuaskan. Cerita khas berkutat mengenai pengadilan, dan kumpulan cerita pendek yang tak pendek ini sungguh bervitamin.

#97. Kisah Dalam Satu Jam – Kumpulan Cerpen Penulis Dunia
Kumpulan cerpen dari orang-orang termasyur. Karya-karya besar yang dicetak penerbit kecil.

#98. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia – Michael H. Hart | 1 | 2 | 3
100 orang hebat disusun dan dirangking, sungguh buku kaya nutrisi. Kita tinggal menikmati rangkuman jasa dan ‘jasa’ orang-orang terdahulu yang legendaris.

#99. American Gods – Neil Gaiman
Kisah Dewa-dewa Amerika yang galau, dengan gabungan mitos dan legenda mereka jelang perang besar, akankah bisa dicegah?

#100. Sihir Perempuan – Intan Paramaditha
Buku keseratus adalah Sihir Perempuan. Dimulai baca di Rawa Monyet, Karawang dan bagaimana cerita hantu tak melulu soal setan gentayangan.

#101. The Art of Giving F*ck – Mark Manson
Book of the year versi para penjual buku tentunya, cetak ulang berulang kali, nangkring di banyak toko buku. Buku motivasi dari seorang blogger. Bodo amat…

#102. Lelaki Tua Yang Membaca Kisah Cinta – Luis Sepulveda
Novelet dari Penulis Cili yang mengingatkanku pada Harimau Harimau-nya Mochtar Lubis. Bagaimana seorang tua yang mencoba menikmati buku kisah cinta mencoba adaptasi dengan lingkungan hutan baru dirambah.

#103. Matinya Burung-Burung – Fiksi Mini Penulis Amerika Latin
Ternyata tulisan satu dua paragraph bisa disebut karya. Benar-benar simpel, genre fiksi mini yang mendua. Yang paling bagus adalah cerita pesawat jatuh, bagaimana dua penumpang berdialog.

#104. Mata Malam – Han Kang
Tuhan akan memaafkan dosa kami, seperti kami memaafkan mereka. Aku tidak memaafkan dan dimaafkan siapapun. Buku dari Korea Selatan, bagaimana sebuah rezim melindas segala hal di depannya tanpa perasaan.

#105. Seribu Kunang-Kunang Di Manhattan – Umar Kayam
Kekuatan ngobrol. Manusia-manusia rantau yang kesepian di Amerika. “Tetapi Marno, bukankah aku harus berbicara? Aku kira Manhantta tinggal lagi kau dan aku yang punya. Apalah jadinya kalau sudah salah satu pemilik pulau ini capek berbicara? Kalau dua orang yang terdampar satu pulau, mereka akan terus berbicara hingga kapal tiba, bukan?”

#106. The ABC Murders – Agatha Christie
Pembunuhan dengan korban bernama huruf ABC dan tempat kejadian perkara berawal huruf ABC, lalu pola rusak saat seharunya D malah E. Ada sesuatu yang janggal dan Poirot membongkar kebusukan sang pembunuh.

#107. Ibu Mendulang Anak Berlari – Cyntha Hariadi
Kumpulan puisi tentang keluarga. Ibuku melahirkanku. Sebagai seorang anak. Anakku melahirkanku. Sebagai seorang ibu.

#108. A Man Called Ove – Fredrik Backman
Si tua penggerutu, Ove adalah warga Negara Swedia yang mengeluhkan segalanya. “Seluruh jalan berubah menjadi rumah sakit jiwa. Kekacauan total.” Dan Saab.

#109. Christ The Lord – Anne Rice
Jesus kecil yang banyak tanya akan kekuatannya. “Simpan apa yang akan kukatakan ini dalam hatimu, akan tiba saat kaulah yang akan memberi jawabannya pada kami.”

#110. Originals – Adam Grant
“Ciri khas orisinilitas adalah menolak status quo dan mencari pilihan yang lebih baik. Titik awalnya adalah keingintahuan.” Buku penutup tahun adalah hadiah dari Noura.

Karawang, 310119 – Nikita Willy
Inter 1-1 Lazio. (Lazio wins 4-3 penalti)