Mengerikan, Semua Mengerikan

Night Shift by Stephen King

“Rumah ini dibangun dalam ketidakbahagiaan, ditempati ketidakbahagiaan, darah telah ditumpahkan di lantai-lantainya (sebagaimana kau mungkin sudah atau belum tahu, Bones, pamanku Randolph terlibat dalam kecelakaan di tangga menuju ruang bawah tanaj yang mengakibatkan kemarian putrinya Marcella; sang paman kemudian bunuh diri karena teramat menyesal…”

King lagi, dulu rasanya sulit sekali menuntaskan baca ini. Padat, terjemahan yang terlipat, hingga pembahasan horror yang tampak aneh, tapi entah kenapa seusai ulas Cell, saya ambil dari rak hari Minggu, 18 Sep dan berhasil dibaca cepat. Senin tak tersentuh karena ada tugas keluar kota, Selasa kubaca dua bab, Rabu, 21 Sep 2022 pagi sebelum kerja saya tuntaskan. Saya tak memahami aturan baca cepat/kilat, saya hanya baca saya, menikmati waktu. Santuy, hanya waktu luangnya diperbanyak aja. Nyaman, sangat nyaman sekalipun temanya horror.

#1. Jerusalem’s Lot

kisah digulirkan dengan cara surat-menyurat. Sang aristrokat Charles Boone dan pelayannya Calvin McCann baru saja tiba di Chapelwaite, rumah saudaranya Stephen. Rumah tua dan terabaikan itu dibersihkan, tetangga pada heran, berani-beraninya mereka datang dan akan tinggal di mansion tua dan angker tersebut. Banyak desas-desus yang beredar, bahwa rumah itu dikutuk, banyak hal buruk terjadi, suara-suara gaib, hingga tuah jahat menyelimuti.

Sampai akhirnya mereka menemukan peta tua di perpustakaan, peta Jerusalem’s Lot. Daerah dekat hutan yang dihindari semua warga. Dipatik rasa penasaran yang kuat mereka ke sana, dan menemukan banyak kegajilan. Kota hantu yang puluhan tahun tak disentuh kehidupan, debu, aroma busuk, hingga aura hitam. Di gereja yang juga terbengkelai, mereka menemukan kitab terbuka berjudul De Vermis Mysteriis (Misteri-misteri Sang Cacing). Saat dipegang, gereja bergetar dan serangan antah lewat. Sebuah peringatan keras sebenarnya untuk gegas pergi, tapi segalanya terlambat.

“Tuan Boone, Anda harus meninggalkan Chapelwaite dengan segera!”

#2. Gilir Kerja Pekuburan

Ini yang terbaik, bagaimana horror tikus dipadu dengan kelelawar menghantui. Bagaimana kalau tikus dan kelelawar bersatu, artinya ada kelelawar berbuntut panjang tikus! Serem. Dan begitulah, urusan uang jadi pemicu, tapi sekali lagi segalanya terlambat untuk dimengerti.

Warwick seorang mandor bangunan yang keras merekrut Hall, seorang gelandang yang sejatinya cerdas, pernah kuliah soalnya. Mereka dan tim sedang melakukan tugas membersikan gedung di baseman pabrik tua yang terbengkelai. Ada ribuan tikus, dan mereka harus membersihkannya.

Di ruang bawah tanah yang gelap itulah, mereka menarik selang, mengusir tikus-tikus jahanam yang sudah berevolusi. Tak disangka, ada ratu tikus sebesar anak sapi! Mengerikan, awalnya bertiga, tapi yang satu sudah kabur duluan karena takut, tinggal Warwick dan Hall, berhasilkah melarikan diri?

 “Jika ada tikus, hantam mereka!”

#3. Gelombang Pasang Malam

Virus A6 atau “Kapten Trips” yang menyapu kota. Sekelompok mahasiswa yang tersisa dan selamat pada malam bulan Agustus di pantai Anson, New Hampshire. Bernie percaya bahwa mereka bisa bertahan berkat antivirus A2. Virus yang bermula dari Asia Tenggara itu telah membunuh banyak orang. Saat di pantai menemukan manusia sekarat yang mengigau, langsung dibakar hidup-hidup, mengurangi resiko. Sampai akhirnya ditemukan fakta di antara mereka ternyata sudah terjangkit A6.

Sebuah dunia baru yang dibentuk, ataukah mereka turut musnah?

“Aku tidak merasa tidak enak, dalam pikiranku, maksudku. Kamu, lain lagi. Kamu banyak berpikir tentang itu. Aku bisa menebak.”

#4. Si Lubang Pintu

Perjalanan ke luar angkasa dan efek yang menjangkit para astronotnya sekembali ke bumi. Arthur yang sudah menginjak Venus kini memberi saran untuk tak melanjutkan jelajah ke sana. Ia gatal-gatal, bisa jadi karena terpapar mutagen alien yang berbahaya. Bermula dari ujung jarinya muncul mata alien, lalu lubang dicipta untuk mengintip kehidupan bumi. Para alien sendiri takut akan keberadaan manusia, sehingga mereka juga menunggu reaksi kehidupan.

Namun berjalannya waktu, bertahun-tahun setelah menghuni tubuh Arthur, mereka bermutasi dan makin besar menguasai tubuhnya. “Mereka menggunakan aku, sebenarnya memanipulasi aku.” Dari jari, merembet ke badan, dan sebelum terlambat Arthur harus membunuhnya, yang artinya bunuh diri. Apakah sisi kemanusiaanya yang unggul, ataukah egoism kehidupan? Mengerikan.

“Berapa banyak mantan astronot secara teratur menulis ke pejabat-pejabat di Washington dengan saran agar uang untuk penjelajahan ruang angkasa itu digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat?”

#5. Sang Pengoyak

Ini tampak absurd, mesin yang bisa berpikir dan membantai orang—orang yang menjalankannya. Mesin cuci binatu di sebuah industri pakaian baru saja membunuh karyawan. The mangle, nama mesinya bisa keluar dari prosedur penggunaan. Ada palang yang menghalangi orang di pintunya, bila ada anggota tubuh masuk, ada sensor yang seharusnya otomatis mesin mati.

John Hunton yang menyelidiki kasus ini semakin heran, saat kasus lain mengakibatkan kematian terjadi lagi. Dan dengan penelusuran lebih lanjut, mereka harus melakukan ritual pengusiran hantu dalam mesin. Dengan ugo rampe disertai mantra, mereka melakukannya. Oh, penghuni mesin ini sungguh kuat, dan mengerikan!

“Ayo, sebelum keberanian kita raib.”

#6. Suangi

Ini tragis, sungguh mengerikan membayangkan seorang ayah kehilangan ketiga anaknya karena makhluk gaib mengambilnya. Dr. Harper adalah psikiater yang menangani kasus Lester Billing. Lester mengaku melakukan pembunuhan terhadap anak-anaknya, dari diagnosis adalah penyakit kejang, jantung, dll. Kematian mendadak itu, sebenarnya di malam hari dimulai dengan igauan, atau teriakan sang anak: “Suangi… ada suangi, Papa.”

Sang anak menunjuk lemari terbuka, atau toilet terbuka. Dan begitulah esoknya mati. Begitulah, saat sesi terapi sejam sudah selesai, Lester keluar tak mendapati perawat, dan saat kembali, ia menemukan fakta mengejutkan lainnya.

“Jika tujuh ratus ekor monyet mengetik untuk tujuh ratus tahun, salah satu dari mereka akan menghasilkan karya-karya Shakespeare.”

#7. Sesuatu yang Kelabu

Ini tragedy keluarga. Seorang pensiunan yang gila minuman keras, menganggur dan mabuk-mabukan dari pesangon. Richie yang malang, menyepi dan jauh dari hiruk pikuk. Buat mabuk, ia selalu menaruh uang di atas lemari, anaknya akan membelikannya, menaruhnya, dan sang anak masuk kamar mengerjakan PR.

Henry yang pemilik bar, lantas tahu beberapa detail mengerikan dari cerita sang anak. Bahkan pernah memergoki ayahnya makan kucing hidup. Bau menyengat, hingga nafsu makannya yang luar biasa, Henry dan kawan-kawan lantas gegas ke rumah Richie untuk mengetahui apa yang terjadi. Mengerikan, Richie kini sudah jadi sejenis mutan, ia seolah makhluk jamur yang kosong, ia diminta keluar, dan gambaran ganjil itu membuat mereka ragu, apakah senapan akan ditembakkan atau tidak, sebab mereka tak tahu Richie apakah masih Richie atau sudah jadi monster?

“Pada suatu hari semua pintu dalam rumah terbuka lebar…”

#8. Ajang Pertempuran

Pembunuh bayaran yang galau dan menemukan diri diteror balik. Setelah melakukan tugasnya, Renshaw mendapat paket mainan berisi G.I. Joe Vietnam Footlock dari ibu sang korban. Sempat curiga berisi paket bom, tapi setelah dikocak tak ada suara detak jam, atau hal aneh lainnya, dibukanya paket.

Berisi mainan tentara-tentaraan, jip, tank, pesawat, dll. Paket mainan itu diluarduga hidup, mereka menyerang Renshaw hingga babak belur. Walaupun kecil, mereka banyak. Ia kalah senjata, kalah jumlah, kalah pengalaman perang. Dengan panik sembunyi di pinggi jendela, setelah jeda 15 menitan, ia menemukan kalimat dari para tentara, “Menyerahlah.” Oh tentu saja tidak, ia kini tersulut untuk melawan balik, dan meledakkan mereka semua. Hihi, mengerikan sekali pokoknya.

Hei anak-anak! khusus dalam koper Vietnam ini!

#9. Armada Truk

Sebuah rest area truk menjadi ajang bertahan hidup dari serangan aneh. Truk-truk itu hidup sendiri, menabrak apa saja yang ada di jalan tol. Seolah mesin pembunuh, menghancurkan apa saja di depannya. Di restoran itulah, enam orang bertahan hidup ala kadarnya, bersembunyi dan coba kontak tempat lainnya meminta bantuan. Sang aku, penjaga konter, sopir truk yang selamat, Jerry sang pemuda dan pacarnya, dan penjual bernama Snodgrass.

Mereka bertahan di restoran dari gempuran truk, dengan makanan seadanya, air seadanya, listrik yang tiba-tiba padam menambah suram. Saat genting kehabisan air bersih, dan truk-truk mulai jejer mengklakson, mereka pikir tamat sudah. Ternyata klason itu kode morse yang bilang, mereka kehabisan bensin, maka meminta para survival ini mengisinya dari pom yang ada atau mereka menabrakkan diri menghancurkan semuanya. Negosiasi itu alot terutama dalam resto tentu saja tarik ulur ambil tidaknya, dan setelah dipertimbangkan, mereka sepakat mengisi bahan bakar para truk.

Hingga akhirnya mereka mendengar suara deru dua pesawat terbang, apakah ada pilot di atas sana? Jangan-jangan…

“Aku pikir semua itu hanya gertakan saja!”

Sudah beberapa buku King saya baca, mungkin tak sampai menjadikannya penulis favoritku, tapi selalu bisa memuaskan, semua ceritanya Ok untuk ukuran genre yang bukan di andalanku. Polanya sama, horror psikologi. Mau cerpen atau novel, semuanya ndelujur bebas, bahasannya ke mana-mana. Sering kali keluar tema utama, mengalir bebas bak air bah, makanya rerata bukunya tebal-tebal. Untuk jilid 1 ini, ada dua pengantar. Pertama dari, John D. MacDonald, sebuah prawacana yang memicu untuk menjadi penulis. Pesan King selalu sama, “Jika anda ingin menjadi penulis, maka menulislah.” Tak ada rumus lainnya. Kedua Prakata dari sang penulis, panjang sekali, bisa jadi pembuka buku non fiksi sendiri. Poinnya, King menyukai tema-tema takut, berbagai penulis yang menjadi rujukannya, banyak membaca, hingga tips mencari ide bisa dari pengalaman. Sungguh nasehat yang jitu dan bermanfaat. Prakata ditulis di Bridgton, Maine tanggal 27 Februari 1977.

Banyak buku King di rak, dan akan terus kubacai. Bukunya melimpah, dan semoga waktuku juga. Terima kasih King, Anda hebat.

Bayang-bayang Temaram (jilid 1) by Stephen King | Diterjemahkan dari Night Shift | Copyright 1978 | Alih bahasa Wim Salampessy | Editor Dra. Y. Titik Lestari | Hak cipta terjemahan tahun 2004 | Penerbit Alice Saputra Communications, Co., | Skor: 5/5

Karawang, 210922 – The Cranberries – Promises

Thx to Toko buku Kharisma, KCP Karawang @ Feb’13

Mati, Truk, Menggeliat Keluar, Lompat, Lari, Seseorang, Pesan, Polisi, Obor Las

Room by Emma Donoghue

“Dan tempat-tempat itu juga nyata, seperti ladang dan hutan dan pesawat dan kota-kota…” “…” | “Tak mungkin. Mana mungkin semua itu muat?” | “Di sana, di luar.” | “Di luar dinding tempat tidur?” | “Di luar kamar.”

Buku dibuka dengan kutipan bagus yang mewakili sudut pandang Jack, sang anak.

Anakku: Kesukaran yang kumiliki. | Sementara kau tertidur, hatimu tenteram; | Kau bermimpi dalam rimba kesedihan; | Dalam malam berselimut merah tua; | Dalam biru kelam kau berbaring geming dan bersinar. Simonides (abad 556-468 SM), “Danae” (terj. Richmond Lattimore)

Lima tahun untuk selamanya. Mengubah segala hal yang selama ini ditempa. Buku ini, bisa jadi renungan ilmu psikologi. Lingkungan membentuk seseorang. Kita dicipta oleh keadaan sekitar, pendidikan sekitar. Makanya, yang kaya makin kaya sebab diolah oleh pendidikan dan pergaulan orang kaya, begitu juga yang miskin, pola pikirnya tetap miskin. Ya, pahit, tapi nyatanya seperti itu.

Novel dan film (baca di sini ulasannya) sama saja, bagus semua. Dibuat dalam dua babak utama, di dalam kamar dan adaptasi di kehidupan sesungguhnya. Dengan cerdas mengambil sudut pandang seorang anak lima tahun yang polos dan menggemaskan. Pendidikan itu penting, tapi lingkungan jauh lebih penting. Bagaimana sifat dan karakter dibangun di ruang sekecil itu. Dari lahir dan pada akhirnya kabur, bagaimana Jack beradaptasi sama hidup baru. Polos dan tampak sangat menyentuh. Seperti filmnya, menurutku bagian pertama luar biasa. Keren abnget, ide memenjara dan dengan segala keterbatasannya. Bagian kedua menurut drastis. Itulah mengapa orang suka drama pahit, sebab cerita pahit selalu mematik penasaran. Nah, untungnya, ending buku ini bagus banget. Pamit itu menampar teori-teori sosiologi, mengukuhkan betapa sempit dan lega itu sangat subjektif.

Kisahnya tentang Ma yang dikurung di kamar. Ia adalah korban penculikan, sang pelaku kita sebut saja namanya Nick Tua. Diculik sejak masa sekolah, dan kini ia sudah tujuh tahun berlalu. Diculik dijadikan budak seks, hingga melahirkan anak. Anak pertama meninggal dunia, dan dikuburkan di kebun belakang. Anak kedua, kini berulang tahun kelima. Jack, yang polos dan sangat menginspirasi.

Mengambil sudut pandang anak lima tahun, semua tampak penuh tanya. Bagaimana mendidik anak, itu sangat berpengaruh. Ma, dikurung di ruangan dengan kunci digital di bekalang rumah. Berbagai percobaan kabur sudah dibuat. Sedih sekali, menempatkan diri sebagai korban kekerasan seksual. Nick Tua, tiap beberapa malam mendatangi, bercinta dan Jack diminta sembunyi di almari.

Setiap minggu, ada traktiran. Artinya Ma dan Jack meminta barang, dan akan dicarikan. Dari obat, mainan, makanan, hingga kebutuhan mendesak lainnya. Dan begitulah, pola pikir Jack dibentuk. Sempit, dan sangat terbatas.

Tv menjadi hiburan utama, maka dirinya dibentuk oleh film-film kartun. Dora adalah yang paling sering disebut, maka ia suka menirunya, mengidolainya. Semua karakter kartun yang disaksi menjadi panutan. Kehidupannya benar-benar dibentuk dari kartun TV. “TV tidak menyala, aku rindu teman-temanku.”

Bacaan buku-buku klasik juga jadi hiburan, pengantar kehidupan Jack. Alice yang terjebak di negeri ajaib menjadi metafora kehidupannya. Kita seperti orang-orang di buku, dan dia tidak akan membiarkan orang lain membacanya. Maka Ma dengan sedih bilang, “Nah, aku seperti Alice.”

Segalanya dikira fiksi, dan Ma berulang kali menjelaskan di Luar banyak hal fakta. Tak hanya khayal, hal-hal yang tak bisa dipahami Jack. “Di luar ada segalanya. Setiap kali aku memikirkan sesuatu sekarang seperti ski atau kembang api atau pulau atau elevator atau yoyo, aku harus mengingat kalau semua itu nyata, mereka semua benar-benar terjadi di Luar bersamaan.”

Maka di ulang tahunnya kelima, sebuah misi penyelamatan disusun. Awalnya dibuat dengan scenario, Jack sakit keras dan minta Nick untuk mengantarnya ke rumah sakit. Demam, mual, dan tampak kritis. Nick diomeli, dan dibuat panik, tapi tak boleh menyentuhnya. Namun, berjalannya waktu, Ma mengubah rencana. Malam berikutnya, saat Nick datang, Ma memberitahunya Jack meinggal dunia. Digulung bungkus tikar, dan dengan akting sesenggukan, kesedihan kehilangan anak kesayangan, meminta Jack menguburnya jauh-jauh dari rumah, tak boleh dilihat. Permohonan terakhir yang jadi kunci utama misi.

Saat pertama kali di Luar, Jack ketakutan. Menghitung tikungan, dan mencoba kabur dari truk. Bertemu orang asing dengan anjingnya, menjadi penyelamat. Nick yang baru sadar ditipu, panik. Sempat mau menangkap Jack, tapi mendapat perlawanan si Bapak. Dan gegas telelpon polisi. Misi itu sukses besar, dan segalanya lalu berputar cepat. Impian Ma kembali menghirup udara bebas kesampaian, berkah aksi heroik Jack.

Lucu, bagaimana Jack menghadapi ketakutan dengan menghitung gigi, bolak-balik. Ada 20 pcs, tapi kadang terlewatkan. Kepolosannya saat mengambil lima mainan, bukan empat malah tampak betapa anak ini tak gegas paham dunia barunya. “Aku tidak mau menghitung deritan tapi aku melakukannya.”

Nah, kehidupan sesungguhnya dimulai di sini. mendadak terkenal. Beerapa hari dirawat di rumah sakit, mendatangkan psikiater, melakukan visum, perawatan intensif. Hubungan sama ibunya kembali tersambung, ibunya yang memanggilnya Gadis Kecil-nya kini sudah menikah lagi, ayahnya kini tinggal di Australia dengan kehidupan barunya. Begitu pula, dengan sang kakak, Palu yang kini sudah menikah dengan Deana dan punya anak Bronwyn. Yeay, Jack punya saudara.

Segalanya kembali terhubung. Jack berpikir keras sampai kepalanya sakit. “Aku tidak di dalam kamar. Apakah aku masih aku?”

Bagian ini, di film terasa boring. Sebab cekam kengerian sudah lewat, hanya bagian saat minum pil over itu yang bikin panik. Di buku sama saja. Separuh buku ini, melelahkan. Dari satu pengobatan ke pengobatan lain, dari pengenalan dunia baru Jack ke pengalaman lainnya, segalanya tampak baru, dan membingungkan. “Hanya ide yang sama yang berputar-putar seperti tikus di roda.”

Namun di buku, tampak lebih bagus. Terutama bagian saat Jack memaksa kembali ke Kamar. Ia memaksa Ma, yang tentu saja trauma, untuk kembali ke sana. Setidaknya mengucapkan selamat tinggal. Dan begitunya, novel ini terselamatkan ending yang luar biasa mengintimidasi. Lebih bagus bukunya, kalau yang ini. feel-nya beda.

Kubaca santuy bulan Agustus, dari tanggal 4 di malam selepas Isya sampai tanggal 21 lewat tengah malam. Buku pertama Emma yang kubaca, dan aku suka. Catatan saya tutup dengan kalimat filosofis ini, “Hanya karena kau belum pernah bertemu mereka, tidak berarti mereka tidak nyata. Ada lebih banyak hal di dunia daripada yang pernah kau bayangkan.” Bukankah begitu juga dengan Tuhan?

Room | by Emma Donoghue | Diterjemahkan dari Room | Terbitan Little, Brown and Company, Hachette Book Group, New York | Copyright 2010 | Penerjemah Rina Wulandari | Penyunting Jie Effendie | Cetakan ke-1, Agustus 2016 | 420 hlm; 14×21 cm | ISBN 978-602-385-136-2 | Penerbit Noura (PT. Mizan Publika) | Skor: 4.5/5

Room dipersembahkan untuk Finn dan Una, karya terbaikku

Karawang, 050922 – Tasya – Ketupat Lebaran

Thx to Andryan, Bekasi

Cerpen-cerpen Kuuuueeereeeennnnnn

“Ini menyedihkan. Ini sangat mengguncang. Cinta obsesi yang membabibuta, meledak dalam kesedihan mendalam. Rumit dan kuasa uang membuat orang kalap, dan bodoh.”

Luar biasa. Keren banget, maaf maksudnya Kueeereeeennnnnn. Kumpulan cerpen yang langka, di mana semua cerpennya mengandung kejutan. Twist. Dituturkan dengan sabar dan muram, telaten. Hingga pukulan telak disiapkan di akhir. kesepuluhnya wow, jelas ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah kubaca, setelah menyelesaikan baca langsung terbesit menyusun 100 buku kumpulan cerpen terbaik, dan ini akan kumasukkan 10 besar. Efek yang murni bagus, dan dengan senang hati saya rekomendasikan untuk kalian.

#1. Tak Kunjung Kembali

Mark Sanderson yang kaya dan lajang, menjaga hati untuk tak jatuh hati sama wanita. Ia seorang pengusaha properti yang mendirikan saham Hamilton. Dengan otak tajam seperti pisau pencukur bila menghadapi urusan properti, ia tahu banyak bisnis ok atau yang banyak tak memberi untung. Keteguhannya untuk menjaga jarak dengan kaum hawa pupus saat di sbuah acara pengumpulan dana. Adalah wanita bersuami, Angela Summers seorang perempuan lokal yang tinggal di pantai Spanyol. Ia perempuan setia, sekalian mereka kencan, Summers tak mau melanjutkan hubungan gelap. Maka Mark menyusun rencana jahat, ia menyewa pembunuh Calvi untuk menghabisi suami Summers, dan sebuah fakta mengejutkan disampaikan.

“Mark hanya berputar-putar dalam lingkaran, dan lingkaran itu akan menuju kegilaan, dan hanya ada satu jalan untuk mendobraknya.”

#2. Tak Ada Ular di Irlandia

Orang Punjab itu mengekang kemarahannya karena ia memerlukan uang. Ram Lal dari India, mahasiswa kedokteran di Bangor yang sedang membutuhkan uang tambahan. Ia lalu dikenalkan McQueen yang memberinya tugas merubuhkan gedung tua. Sayangnya, dalam bekerja terjadi konfliks dengan mandor. Rasis, pemarah, dan tak segan memukul. Maka Ram memiliki dendam, ia ingin menyingkirkannya.  Seram sekali, hati-hati dalam pergaulan. Orang yang sakit hati bisa begitu berbahaya. Tak ada unsur mistik di sini, rencana dan pelaksaannya jelas dan masuk logika.

Dan apa yang harus dilaksanakan, harus dilaksanakan. Ia pulang ke India, mencari ular berbisa. Setelah tawar-menawar, ia membawa ke Irlandia ular kecil sangat berbisa Echis Carinatus. Dengan rencana matang, tapi malah amburadul saat pelaksanaan. Inilah alasan, mengapa di Iralndia ada ular.

“Kau tahu ini pekerjaan yang sungguh berat?”

#3. Sang Kaisar

Jelas ini adalah penghormatan atas cerita The Old Man and the Sea-nya Ernest Hemingway. Turis Murgatroyd, seorang bankir yang mendapat liburan ke Mauritians bersama istrinya yang suka ngomel. Ia menginginkan liburan tak terlupakan, dan perjalanan laut itu mengubah hidupnya, saat memutuskan untuk memancing.

“Sama saja seperti bila kamu menemukan sesuatu yang salah dalam kolom angka-angka. Naluri.”

#4. Ada Hari-hari…

Keren banget. Bagaimana sebuah perampokan memiliki twist, sebuah komplotan berencana membajak truk berisi anggur. Setelah keluar dari pelabuhan, mengurus perizinan dengan berbagai birokrasinya. Mereka mencanangkan mencegat saat di area sepi dekat bukit. Membajaknya dengan sukses, tapi setelahnya malah amburadul saat melakukan kesalahan kecil, akibatnya malah bui dengan durasi panjang.

“Ya hari itu memang salah satu dari hari-hari tersebut di atas. Ia tidak hanya gagal membajak 9000 botol brendi. Tapi bahkan berhasil mencegat pengapalan rahasia senjata seseorang..”

#5. Uang Pemerasan

Sejenis balas dendam dengan sangat gaya. Petugas asuransi tua, Tuan Nutkin mendapati iklan kencan di sebuah kereta api. Kertas itu berisi alamat dan rayuan seks. Untuk menjaga privasi, ia datang dengan hati-hati. Dan menjaga sedemikian rupa agar tak ketahuan orang yang dikenal. Apes, ternyata mereka adalah komplotan penipu. Setelah seks kilat, ia mendapat ancaman. Meminta menyerahkan sejumlah uang, atau kelakuan negatifnya ketahuan. Yang kita dapati adalah sebuah cerita ledakan dahsyat.

“Minta uang dengan ancaman adalah frasanya. Sungguh frasa yang bagus di bidang hukum.”

#6. Dipergunakan sebagai Bukti

Cerita detektif yang sungguh gila. Pria tua yang coba bertahan di rumahnya dari pengusiran. Setelah menghilangnya istrinya 15 tahun lalu, ia mendapati ada mayat di dinding. Kasus itu kembali terbuka, dan bagaimana bisa dia tetap diam?

“Kamu tidak wajib mengatakan sesuatu, tapi apa pun yang kaukatakan akan dicatat dan bisa dipergunakan sebagai bukti.”

#7. Hak Istimewa

Pengusaha yang coba diperas seorang wartawan yang bahkan tak pernah bertemu. Mendapati dirinya menuju jurang kebangkrutan. Hanya kejaiban yang bisa menyelamatkannya. Pagi-pagi di hari Minggu, Bill Chadwick dibangunkan telepon dari Henry Carpenter yang memintanya membaca sebuah artikel di koran Sunday Courier yang membuatnya kesal. Maka, rencana-rencana harus dibuat mengantisipasinya. Sebuah tonjokan merentet kasus ke pengadilan, dan luar biasa shock buntutnya.

“Ia tidak bisa mengatakan hal-hal demikian itu tentang diriku. Ini sama sekali tidak benar.”

#8. Tugas

Ini adalah cerita sahabat FF yang diceritakan ulang, sepasang Irlandia yang melakukan liburan di tahun 1950-an. Dalam perjalanan darat, mobil tua Triumph Mayflower itu terbatuk dan mogok. Meminta bantuan warga sekitar, dan fakta-fakta mengejutkan dituturkan. Semua ada keterkaitan, tak ada yang namanya kebetulan.

“Bernadette gelisah di sebelahku. Ia tegang dicekam gagasannya.”

#9. Seorang yang Hati-hati

Luar biasa, seorang kaya raya kena kanker dan ia mengingin warisannya tak jatuh ke tangan yang salah. Keluarganya yang medit dan begitu mengesalkan, dan betapa sisa waktu beberapa bulan ini akan menentukan nasib kekayaannya. Maka Timothy Hanson menghubungi asisten sekaligus sopir kepercayaannya Richards untuk melakukan hal-hal yang rahasia dan berharga.

Surat warisan dibuat, dan saat benar ia berpulang. Ia meminta dikuburkan di laut, dan syarat-syarat unik, yang bisa mencipta tawa sekaligus geram. Hehe, kocak dan biadab emang.

“… Tujuan tuan Hanson ialah menolak tiap akses  ke harta karunnya setelah ia meninggal dunia kepada para ahli waris dan kepada Jawatan Pajak…”

#10. Praktek Lancung

Kisahnya sederhana seperti suatu kisah sedih. Pastor yang membagongkan diri. Penipuan di atas kereta api dari Kingbridge ke Tralee. Dua penumpang sedang main judi kecil-kecilan, dan hakim Comyn yang penasaran terseret ikut. Awalnya hanya have fun, permainan kartu itu menjadi serius saat akhirnya uang yang dipertaruh makin membengkak. Saat kereta api mendekati garis finish, uang taruhan digenggam lawan. Sesederhana itu? Oh tidak, di ruang sidang, menjadi shock mengesalkan sebab sekali lagi, tak ada yang kebetulan. Semua terstruktur rapi. Dus tenan!

“Untuk sesaat hening menyeramkan.”

Setelah membacanya, langsung terlintas untuk membuat daftar buku kumpulan cerpen terbaik sepanjang masa. Kalau hanya 100 buku, sepertinya sudah pernah baca. Menyusul 100 novel terbaik versiku. Buku ini jelas saya masukkan. Buku langka, di mana 10 cerpen, kesepuluhnya mengandung twist.

Semuanya istimewa, tapi dialog ini sungguh lucu dan sangat memuaskan. “… Aku juga sudah berkesempatan menggunakan jasa seorang agen sangat terhormat untuk melacak ahli waris yang hilang. Kini nampaknya para ahli waris hadir, tetapi harta tetapnya yang hilang. Namun…”

Bisakah November nanti saya bikin daftarnya? Mari kita lihat…

Tak Kunjung Kembali | by Frederick Forsyth | Judul asli No Comebacks, 1982 | Alih bahasa Joko Raswono | Editor Daru Susilowati | Copyright 2000 | Penerbit Interaksara, Batam Center | Skor: 5/5

Karawang, 0305622 – 010822 – Ella Fitzgelard – Mack the Knife

Thx to Ade Buku, Bandung

Manusia, Makhluk yang Diboncengi Perasaan Bersalah

Kasus Dendam Membara by Erle Stanley Gardner

Hubungan antara seorang ibu dan putrinya sangat sensitif. Anda bisa dengan mudah kehilangan kasih sayang putri Anda. Jika Anda menegur, mereka mungkin akan menjawab dengan sopan, tapi cinta mereka pada Anda sudah hilang.”

Kisah detektif dengan sudut pandang seorang pengacara. Pengalaman pertamaku menikmati cerita serial Perry Mason. Lumayan memuaskan. Pembunuhnya tak tertebak, atau memang saya tak menebak, hanya mengikuti arus. Menyenangkan sekali dikejutkan fakta-fakta. Lewat tengah malam, seorang ibu menjadi saksi pembunuhan playboy yang menggoda anak tunggalnya. Berusaha menyingkirkan semua bukti, justru ia yang menjadi tersangka. Perry Mason sedang liburan di pegunungan itu, dan menjelma pembela yang hebat.

Carlotta, remaja tujuh belas tahun menjadi harapan keluarga, ibunya Belle Adrian sudah memintanya untuk tak bergaul dengan begundal desa Arthur B. Cushing. Anak bankir, orang kaya yang banyak gaya, suka hura-hura dan foya-foya. Laiknya orang kaya broken home, cinta remaja dipermainkan. Dan laiknya remaja yang mengalami cinta buta, kata-kata orang tuanya sambil lalu saja. Maka tengah malam itu, Mrs. Adrian kesal anaknya belum pulang juga. Ia ke rumah Arthur sebab ada kegaduhan di lantai atas untuk menjemput putrinya, yang ditemukan di sana sungguh mengejutkan, mayat Arthur Cushing terduduk di kursinya, ada noda darah bekas tembakan, masih menetes yang berarti baru saja terjadi. Di bawah kursi ada kotak bedak dengan cermin pecah bulat milik Carlotta, kado ulang tahun. Setelah beberapa lama berdiri terdiam, ia bertindak membersihkan TKP, menjauhkan hubungan pembunuhan ini dari anaknya. Tindakan yang memberinya konsekuensi panjang dalam kisah ini.

Sam Burris membangunkan istrinya karena mendengar suara rebut di rumah Arthur, suara kaca pecah dan tembakan. Istrinya yang suka gosip sekitar langsung terjaga. Rumah Cushing yang berisik dan mengganggu kenyamanan tetangga ini dulunya merupakan tanah milik Sam, dijual karena butuh uang. Ada nada penyesalan sebab ternyata sang pembeli adalah tetangga rebut yang suka hura-hura. Melalui teropong mereka melihat jendela vila, terlihat Nyonya Belle membersihkan TKP dan bergegas. Menemukan klik dengan adegan mula.

Nyonya Adrian pulang dan menemukan garasi masih kosong yang berarti putrinya belum pulang, wah berat, kalau putrinya benar-benar membunuh si bajingan dan langsung kabur tentu pola seperti ini sudah umum dalam kasus kriminal. Hit and run. Namun betapa terkejutnya ia karena ketika di kamarnya menemukan Carlotta tidur. Dibangunkan dan ditanya kemana saja? Padahal sudah lama, lhaa kok garasi kosong? Pas pulang, ban mobilnya bocor maka ditinggalkan di jalan, ia jalan kaki. Waah kalau begitu apa yang terjadi jelang tengah malam menjadi misteri.

Lantas siapa yang membunuh Arthur?

Kita sudah tahu jawaban pasti bukan Belle dan Carlotta Adrian sebab kita mengambil sudut pandang padanya. Walau segala bukti mengarah pada Belle, apalagi ada saksi Sam dan istri melihatnya gegas pergi beberapa saat setelah kejadian, kita bisa pastikan bukan, kecuali sudut pandang itu menipu kita, pembaca dikelabui dengan godaan polos, bahwa ia menyembunyikan fakta. Di sinilah kisah menjadi sangat menarik. “Astaga! Matikan semua lampu. Jangan sampai ada yang tahu bahwa kita belum tidur. Naiklah ke ranjangku, dan kita bicarakan hal ini.”

Kebetulan di vila dekat danau kelabu itu menginap sang pengacara legendaris Perry Mason. Sebagai debut buku beliau yang kubaca, jagoan baru disebut di bab empat terasa mengesampingkan urgenitas. Memberi narasi adegan dengan template kasus terdengar janggal. Seharusnya kita curiga, orang terlihat berniat baik belum tentu menolong. Tetangga Belle mendatanginya, menyampaikan detail kejadian dan menyarankan segera mencari pengacara sebab sheriff sudah menuju ke rumahnya, dengan segala dalih pun surat penangkapannya sudah ada. Maka gegas pula Belle menemui sang pengacara. “Setiap usaha berbohong akan berakibat sangat fatal.”

Perry Mason adalah pengacara yang baik, pengguna jasanya banyak kalangan bawah, bahkan kalau sedang merasakan angina baik, ia rela tak dibayar. Maka ketika siang itu ia mendengarkan detail Belle Adrian, ada kejanggalan dalam alur kejadian malam itu, ia menerima kasusnya.

Sheriff Elmore dan tim mulanya menginterogasi Nyonya Adrian, janda yang menyayangi putrinya dan bertekad melindunginya sesalah apapun. Segala bukti penyelidikan menguat tertuduh itu bisa mereka berdua, tapi karena kesaksian Sam begitu menyakinkan bahwa malam tengah itu yang terlihat di jendela adalah Nyonya Adrian maka, kasus ini menyeretnya ke meja tersangka.

Berikutnya adalah permainan detail, penelusuran benang merah bagaimana hal-hal yang tak dicerita tiga bab mula akan dikupas oleh detektif Drake, rekan Perry Mason. Sebagai pembela tersangka ia mencari hal-hal yang terlewat, bukti sebab ban bocor, menit-menit malam itu, dan bagaimana kronologi kematian sang playboy dikupas dengan sangat meyakinkan.

Dan pada akhirnya buku ini menjelma kisah pengadilan kasus pembunuhan. Kalau biasanya kita diposisi jaksa yang coba menyeret sang tersangka ke bui maka kali ini, kita ada menjadi sang pembela. Dengan dasar sangat kuat kliennya tak bersalah maka guliran kata itu menemui titik akhir yang sungguh mengejutkan. Perhatikan lingkar karakter mula, bila kalian menyangka pembunuh adalah orang asing yang belum disebut atau baru disebut setelah separuh jalan, tentu salah.

Sebagai buku pertama koleksi kasus Perry Mason, saya terkesan. Saya beli trial satu buku, tiba dari Jakarta tanggal 27 Juni, novel ini selesai baca bahkan sebelum bulan berganti. Karena percobaan pertama sukses, seperti biasa saya berburu buku lainnya, dan Lifian, teman penjual buku dengan senang hati mengirim lagi empat novel lainnya. Yes, kii masuk antrian.

Tak terlalu muluk ekspektasiku akan kisah proses dijelaskan dengan deduksi penyelidikan tinggi macam Sherlock atau Poirot, jauh sekali. Karena karakter utama adalah pengacara maka ia memang menempatkan diri sebagai pembela sejati. Menarik sekali nantinya saat kliennya adalah pelaku utama kejahatan, makanya langsung kubeli buku seri lain. Ayooolah kejutkan aku, Mason!

Ketika pengadilan tampak begitu mudah untuk menentukan pelaku utama, jari yang sepertinya sudah bisa dengan mudah memutuskan, hakim yang tinggal ketuk palu, seolah sidang ini formalitas, sampai ada celetuk pendengar sidang , “Tampaknya kasus ini bisa diselesaikan dengan cepat.” Haha, tunggu dulu. Kalian harusnya dengan senang hati menikmati riak-riak kelabu itu. Ketahuilah sang pembunuh telah merencanakan kriminal ini, dan hati-hati sama orang yang sok peduli, sebab kata-kata seringkali mengelabui. Jangan lupa, kisah detektif akan terasa kurang tanpa kehadiran kesaksian pembantu rumah tangga, di banyak sekali kisah justru profesi inilah yang menjadi kunci banyak kasus. Termasuk di sini…

“… Tempat yang paling aman bagi pengacara saat ini adalah di kantornya.

Kasus Dendam Membara | by Erle Stanley Gardner | Judul asli Angry Mourner | Alih bahasa Ivonne S. | Penerbit Alice Saputra Communication | Copyright 1993 | Cetakan pertama 1995 | Skor: 4/5

Karawang, 201120 – Bill Withers – Harlem

Thx to Lifian, Jkt

A Fall From Grace: Jatuh yang Janggal

Kau tiba-tiba ingin menjadi pahlawan dan mengusut kasus?” – Rory

Tentang pengacara muda yang menangani kasus pembunuhan. Anehnya, mayat korban tak ditemukan. Jadi ini seolah menelusur kabut. Kamu melakukan penghajaran, tapi tubuh korban hajar menghilang. Ide absurd macam apa ini? Kalau diibaratkan kurva, A Fall seperti sebuah pendakian gunung dimulai dari bukit, naik-naik sampai puncak adegan pukulan bisbol, lalu menurun, terus turun, dan terjun bebas saat kejutan dibuka, terperosok jurang. Agak konyol, sangat disayangkan endingnya terkesan mengada. Terasa dibuat-buat.

Kisahnya tentang pasangan muda berkulit keling, pengacara hijau Jasmine Bryant (Bresha Webb) bekerja di firma hukum Negara, pasangan polisi Jordan Bryant (Matthew Law). Tinggal di Virginia, sepertinya memiliki masa depan cerah dengan karier dan pasangan yang saling kasih. Film dibuka dengan kasus di sebuah rumah, ada nenek frustasi di puncak mengancam terjun bunuh diri, Jordan sudah di jendela untuk menolong, naas misi itu gagal. Sang nenek yang memiliki persoalan penik tak kuasa menahan, dan ia loncat. Skoring masuk, judul muncul.

Jasmine mendapat tugas dari bosnya Rory (dimainkan langsung sang kreator langsung Tyler Perry) untuk menangani kasus pembunuhan, ia memintanya mendatangi tersangka lalu meminta pengakuan. Terlihat kasus mudah, karena Grace Waters (Crystal Fox) menuju ke keputusan itu, ia hanya meminta dipenjara di dekat domisili anaknya. Saat Jasmine akhirnya bertemu langsung dengan Grace, ternyata tak semudah itu. Pengakuan itu hampir dilakukan, tapi Grace yang faceless malah curhat.

Dari catatan Negara, Grace adalah warga Negara yang ideal, baik hati dan tak sombong, melakukan pelayanan dan bernyayi untuk abdi gereja, menjadi orang tua yang manis, memasak untuk yatim, dst. Hanya kasus dugaan pembunuhan inilah yang mengganjal janggal (entah kenapa kasus bank ga disebut Jasmine). Maka Jasmine mengata akan meminta keringanan 15 tahun dengan pengurangan masa tahanan, kalau siap. Tidak, justru Grace ngoceh akan kasih tuhan. Dan hancurnya masa hidupnya secara instan.

Jasmine lalu menyelidiki, datang ke sobat terdekatnya Sarah (Phylicia Rashad). Darinya kita tahu, awal mula kasus ini. Awal mula sekali kenapa Grace bisa berubah radikal. Grace adalah janda, mantan suaminya menikah lagi dengan gadis muda, hal yang membuatnya patah hati dan pesimis. Sarah lalu mencoba menyelamatkan hari, ia tak bisa menyelamatkan masa lalu, tapi ia bisa menawarkan masa depan, ia memberinya kartu nama/undangan ke pameran fotografi Shannon (Mechad Brooks), sang fotografer menyambutnya, menatap damba, berkenalan, dan memberinya harap. Jadi sarah merasa turut bersalah telah menjadi koneksi pasangan itu. Mengenakan kalung sebuah simbol. Penjelajah Afrika yang mencinta nenek-nenek, well catet yes.

Dari kunjungan berikutnya, Jasmine yang dipaksa bosnya meminta pengakuan, dan nyaris diiyakan malah menentang. Ada yang janggal, entah apa, harus dikorek, harus ditelusur. Maka kepada Grace ia memohon kisah selengkapnya. Yes, kita akan maju ke pengadilan. Alur lalu mundur, di awal mula lagi. Grace yang merasa sudah tua malu akan cinta menggebu khas remaja, pasca kenalan sang fotografer mengajak makan malam, ngobrol kencan menghabiskan waktu hingga larut, datang ke kantor bank-nya membawa bunga, mengucap kata-kata romantis, sungguh segala tindak cinta liar khas anak muda menghantamnya dengan keras. Grace merasa terberkati mendapat Shannon yang lembut dan romantis, sehingga ia bisa move on kilat dan menatap masa depan dengan lebih bersemangat.

Maka suatu malam di kebun bunga penuh kunang-kunang, Shannon berjongkok melamarnya, tak ada kuasa menolak. Romantisnya mengalahkan kisah cinta pujangga yang puitik, tapi justru terlalu romantis malah adalah kejanggalan belaka. Apalah, pada akhirnya menikahlah mereka, pasangan yang tak muda lagi ini memenuhi beranda waktu dengan kebahagiaan. Perkenalan singkat, pacaran singkat, menikah kilat. Mungkin ada sisi positifnya kalau cinta itu murni, tapi di sini enggak. Ada motif terselubung, saya sudah curiga sih dari gerak-geriknya. Ini pasti ada niat jahat, lelaki bejat sudah tampak dari tatapan mata. Seperti kebahagiaan yang datang mendadak, kesedihan menyapa cepat pula.

Benar saja, Grace suatu hari dipanggil bos dan pemangku direksi bank. Ia dipecat dengan tak hormat karena melakukan transaksi transfer ilegal ratusan ribu dollar ke akunnya, konyol sekali sih kalau dengan sadar melakukannya. Ia diminta mengembalikan uangnya atau dituntut penjara. Shock pertama ini berlanjut ketika diusut lebih lanjut, rumah yang dibeli dengan kerja keras dan tabungan ketat itu dihipotek, jadi akan disita. Hah, kok bisa ia merasa tak melakukan, ia merasa tak menandatangani, oh sudah disahkan notaris, dan ketika ke alamat notaris, kantor itu palsu. Surat menumpuk, dan kosong.

Kalut, benar-benar hancur segalanya. Langit runtuh, segala-galanya ambyar. Maka ia meminta pihak bank memutar rekaman cctv kala transaksi terjadi. Bukan kejutanlah, pelakuknya adalah suaminya. Marah, sangat marah. Tak ada cinta ternyata, ia hanya memanfaatkannya. Ketika uang diminta, ga bisa. Ia harus membayar utang, maka hampa sudah rasa itu, jeruji besi siap memantri. Maka ketika suatu hari Shannon membawa gadis lain ke rumah, wikwik dan menggangap Grace sekadar pengganggu, terjadilah kasus yang menghinggapi titik utama film ini. Grace memukul suaminya dengan tongkat bisbol berkali-kali, dengan keras nan mematikan. Grace yang kalut menelpon sahabatnya, bahwa ia telah membunuh suaminya lalu kabur.

Ketika kembali ke masa kini, jadilah ¼ akhir film adalah persidangan. Kurang menggigit karena sejatinya tampak aneh, sungguh aneh, kasus pembunuhan tapi mayatnya tak ditemukan. Jasmine yang pengacara muda tampak menolak nyerah, melawan jaksa pengalaman. Bos Rory akan memecatnya pasca kasus ditutup, memalukan firma, suaminya tetap mendukung karier istrinya. Sampai akhirnya saksi kunci dipanggil, Sarah yang bijak menyatakan kebaikan Grace dan dengan sangat terpaksa meminta maaf, pengakuan telpon pasca kejadian menenggelamkan segalanya. Dan sisa menit kejut, terasa hambar. Sangat hambar, sayang sekali.

Terlihat sekali ini film budget mini, banyak adegan tampak kasar. Tergesa, seolah editing dilakukan mahasiswi magang. Lihat pembukanya, loncatnya palsu tampak sekali. Lihat sidangnya, hiruk pikuk pengadilan tampak monoton tanpa ketegangan, lihat eksekusi akhir bagaimana para korban dilepas, ya ampun… itu nenek-nenek sangat ketara kesedihannya akting permukaan. Setelah kucek trivia, ternyata shoting film hanya lima hari, dan ini debut film panjang Tyler Perry Studio. Hhhmm…

Bayangkan, dari film yang nyaris wow. Terutama pas Grace yang bahagia menemukan belahan hati, lalu wajah hampa dan melakukan kejahatan, A Fall benar-benar terjatuh di separuh kedua, luluh lantak penuh onak kejanggalan. Apalagi saya habis menikmati film persidangan yang wow, Section 375. Drama India berkelas yang memainkan pikiran, menantang nalar. A Fall jelas sulit mendekati. Orang-orang memang memuakkan, dan hidup ini sungguh sulit dan tidak bisa ditebak. Kebanyakan dari kita menjalani hidup ini asal ngalir aja, dan sebagian malah sungguh-sungguh tersesat.

A fall from grace, terrible acting, a lame script, and predictable. Film dekektif/pengacara/thriller/polisi-polisian ga bisa seperti ini. Anggap saja, ini sekadar tontonan pasca sahur lalu lupakan.

A Fall From Grace | Year 2020 | Directed by Tyler Perry | Screenplay Tyler Perry | Cast Crystal Fox, Phylicia Rashad, Bresha Webb, Mehcad Brooks, Cicely Tyson, Tyler Perry, Donovan Christie Jr., Walter Fauntleroy, Angela Marie Rogsby | Skor: 2.5/5

Karawang, 150520 – Bill Withers – Something That Turns You On

Thx to Rani S.kom

Who Am I: Stylish Hacker Thriller – Perfect Score!

Wow, Jackpot! Kejutan jelang Summer 2015 bukan dari film blockbuster dengan special efek nan berlebihan, bukan dari film-film dengan bintang dan sutradara ternama, bukan pula dari film snob ala Oscar. Tapi kejutan itu datang dari Jerman. Tanpa ekpektasi berlebih, tanpa info sedikitpun ini film tentang apa, saya dibuat shock oleh sekumpulan hacker penuh gaya.

Dari adegan pembuka saja kita sudah dibuat terkesan. Gaya penceritaan mundur lalu ke masa kini dan maju sampai ending yang tak terduga. Seorang hacker menyerahkan diri pada satuan keamanan Jerman setelah rekan-rekannya tewas mengenaskan. Benjamin (Tom Schilling) merasa sangat bersalah setelah sebuah kesalahan dalam meretas jaringan membuat identitasnya terbuka. Dia datang dan mengaku kepada kepala BND yang sedang diskors, Hanne Lindberg (Trine Dyrholm). Dia bertutur dari masa kecilnya yang suram, ayahnya tewas dalam perang, ibunya bunuh diri, diasuh neneknya yang sudah pikun. Sebuah fakta yang sempurna untuk sebuah kisah superhero. Pijakanan Benjamin adalah Spiderman yang diasuh paman dan bibinya, Superman yang tak punya orang tua dan Batman yang yatim piatu. Benjamin memang seorang pendiam yang bercinta-cita jadi hacker. Sejak 14 tahun dirinya sudah bisa Bahasa pemprogaman.

Bekerja sebagai delivery order makanan cepat saji, dirinya bertemu dengan Marrie (Hannah Herzsprung) teman masa kecilnya di kampus. Marrie yang akan ujian merasa pening, mendengar itu Benjamin berniat membobol jaringan kampus dan mencuri soal ujian demi Marrie. Sayang aksinya kepergok, dirinya lalu dihukum 2 hari melakukan kerja sosial. Nah saat kerja sosial pelayanan masyarakat itulah dia bertemu Max (Elyas M’barek) yang mengajaknya bergabung dengan Stephan (Wotan Wilke Mohring) sang ahli software dan Paul (Antoine Monot Jr) sang ahli hardware. Mereka menamakan kelompok hacker CLAY (Clown Laughing At You – Badut menertawakanmu). Dunia hacker memang tak berbatas, dalam film ini pertarungan antar user disajikan dengan brilian lewat visualisasi sebuah kereta yang berpenumpang penuh topeng. Ada kelompok FR1ENDS – pemain hacker yang paling dipuja karena kasi-aksinya. Dipimpin oleh MRX (Leonard Hornung) yang berpedoman: 1. No system is safe 2. Aim for the impossible 3. Enjoy the meat world as much as the net world. MRX ini semacam idol bagi kebanyakan hacker, termasuk Max dan Benjamin. Sehingga setiap aksinya CLAY selalu memantau komentar MRX. Aksi CLAY bervariasi dari yang mudah seperti membajak konferensi sebuah partai, membobol jaringan bank sampai yang terbesar meretas satuan keamanan Jerman, BND.

Saat membobol BND itulah Benjamin membuat kesalahan, untuk membuat MRX terpesona dia mengirim data rahasia nama-nama agen hacker yang mengakibatkan terbunuhnya mata-mata pemerintah. Namun dari kejadian tersebut, CLAY diapresiasi oleh MRX yang lalu menugaskan CLAY untuk misi mustahil meretas jaringan Interpol Eropa yang berpusat di Den Haag (Belanda). Misi besar demi pengakuan, CLAY berangkat. Selanjutnya, seperti yang saya sampaikan di awal. Misi ini berantakan dan Benjamin meyerah, tapi bukan itu inti segalanya. Kejutan besar disajikan dengan penuh gaya, salute sama screenplayer nya. Clue kejutan adalah, di markas CLAY ditemukan poster film Fight Club dengan foto Brad Pitt dan Edward Norton. Clue berikutnya, meretas jaringan itu seperti sulap semakin sulit trik yang disajikan semakin penonton terpukau. Clue berikutnya, perhatikan tangan Benjamin selama bertutur kepada Hanne yang terluka. Clue berikutnya adalah obat yang diminum Benjamin terasa familiar dengan Tyler Durden? Jdai apakah Benjamin dan tim CLAY akan selamat?

Ini benar-benar film fun. Duduk dan nikmatilah. Skore musiknya renyah ala musik diskotik yang berderak tiap detik. Penampilan aktornya pas, kejutan ditata rapi karena saat kita disuguhkan twist lalu dihantam twist dan muncul twist lagi. Twist yang dicipta masuk logika sehingga bisa diterima sepenuhnya. Setelah nonton Who Am I, film Black Hat seperti akan SMU yang belajar Bahasa pascal, beginner mengolah script kiddie. Jomplang sekali. Endingnya benar-benar hebat, kombinasi Fight Club, the Prestige, dan Se7en. Excellent movie, smart, fast-paced, well aimed, great message, and shocking story. Stop baca review saya dan TONTON filmnya SEKARANG!!!

Who Am I | Director: Baran Do Odar | Screenplay: Jantje Friese, Baran Do Odar | Cast: Tom Schilling, Elyas M’Barek, Hannah Herszprung | Skor: 5/5

Karawang, 200515