
“If you can survive the hallways of dudley high, you can survive anything.”
Kisahnya tentang Aisha Johnson (Khai Tyler), dituturkan bak sebuah curhat. Mengambil sudut pandang orang pertama, seperti judulnya, ini memang bernarasi sang protagonist. Bagaimana impiannya untuk melanjutkan kuliah di kampus bergengsi dengan beasiswa terhambat oleh kehidupan keras di sekitarnya. Adiknya Kevon (Juvan Elisma) bermasalah dengan obat terlarang dan salah gaul. Ayahnya sudah meninggal, dan untuk melindungi ibunya dari kabar-kabar buruk, Aisha coba melakukan apapun. Keluarga adalah segalanya.
Aisha bersahabat akrab dengan Marcus (Nick Walker) dan Marisa (Carolina Soto). Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu, dan sungguh normal saat mereka memiliki masalahnya sendiri. Persahabatan itu mutlak diperlukan orang, agar ingatannya bisa bekerja dengan baik. Marcus ternyata gay, pilihan hidupnya tentu ditentang keluarga. Bapaknya memanggil pemuka Gereja untuk mengusir aura jahat, ibunya memarahinya sebab ia adalah jamaah yang taat, dan pilihan itu akan membawa aib keluarga, apa kata dunia! Wajar, sungguh kekhawatiran yang wajar. Namun Marcus komit, pilihannya untuk segera merantau dan menjadi artis dilandasi oleh tekad baja dari dalam.
Sementara Marisa karena dari keluarga yang sederhana dan saat itu terrlilit utang, memaksa menjual berbagai perabot, mengurangi jatah kuota, dst. Melakukan penghematan di berbabagi sektor, sampai pada memutuskan bolos sekolah demi tambahan uang dengan menjadi pelayan restoran. Amerika yang keras! Memiliki kekasih yang ekspresif, mencium di depan khayalak, di dalam bus penuh siswa. Romantis? Yah, awalnya tapi ya terlihat norak jua, hingga suatu siang pulang sekolah mereka bertiga memergoki pacar Marisa mencium gadis asing di lapangan basket. Hahaha… asem. Di situ juga langsung diputuskan. Nantinya, anehnya ia luluh, sebab ada tato namanya di tangan, dan pembacaan puisi membuatnya memaafkan. Duh gampang men!
Aisha adalah siswa cerdas, ia adalah kebanggaan sekolah dan sedang diajukan ke kampus bergengsi untuk dapat beasiswa. Dalam kelas ia dengan cekatan melibas banyak soal, baik secara attitude, baik pula secara sosial dengan lingkungan dan sekitar. Singkatnya, ia istimewa dan ini memoar tentang masa remajanya. Inilah album kencana memori semasa sekolah. Dan saking sempurnanya ia, harus ada yang mengusik. Masalah timbul di sini…
Trio siswi nakal suatu hari bolos kelas, Shakia (Alexandra Cruz), Rudy (Juliette Estime), dan Tonya (Taylor Phillips) merokok di toilet. Apesnya, Aisha sedang ke sana. Gegas buang hajat, gegas cuci tangan, gegas cabut. Di lorong ketemu guru, ditanya kenapa bau rokok, ia lantas menunjuk toilet. Ketiganya kena strap, skoring tiga hari, dan dengan konyolnya menyalahkan Aisha sebab mengadu. Tak hanya itu, rokok itu bersumber dari siswa nakal lainnya, dalam loker dibongkar ada barang bukti, ia juga kena skoring. Dari orang-orang tolol inilah, Aisha akhirnya bersentuhan persoalan.
Sepulang sekolah Aisha dicegat, dibully, dan videonya disebar di sosmed.
Membuat down, suatu hari dalam bus ia seolah mendapat surat penggemar, diberi permen, tapi ternyata menciptanya melayang yang membikin pusing di kelas. Puncaknya adalah saat ia berangkat wawancara beasiswa, ini hari krusial, ini hari menentukan, di tengah jalan karena tergesa, ditawari tumpangan mobil sama trio kacrut itu, dan ternyata tak mengarah pada gedung tempat interview, ia diculik. Sungguh menegangkan, seperti di film-film superhero, akankah kini Aisha bakal diselamatkan di menit-menit paling krusial ini? eksekusi di gudang dengan tergesa dan remeh-temeh itu sungguh kocak, bagiku justru menghibur. Ingat ya, ini film dengan bujet biasa. Nikmatilah! Semacam adegan drama cengeng untuk ditonton sendiri. Berapa kali dalam hidupnya ia punya kesempatan wawancara beasiswa? Berapa orang punya kesempatan seperti ini?
Judul aslinya adalah Memoirs of a Snitch. Sebuah sindiran yang dilontarkan para siswi bermasalah, sebab Aisha dianggap snitch (mengadu) padahal jelas ia tak berniat, dan ia terpaksa. Justru karena kebodohan mereka sendiri aja mereka kena masalah. Film tanpa orang dikenal baik cast and crew-nya. Kunikmati dengan santuy, dan nyaman-nyaman saja. Mengalir seolah membaca biografi, benar-benar enak. Secara cerita mungkin biasa saja, permasalahan sederhana siswa di lingkungan yang biasa pula. Secara akting juga terlihat datar, memang untuk sebuah film sederhana. Namun balik lagi, secara hiburan sebagai pecinta buku, aku sungguh menikmati. Terhibur.
Lingkungan itu penting, membentuk jati diri kita. Lingkungan baik akan mencipta nasib baik, begitu pula sebaliknya. Kamu tidak mungkin bisa batuk, tanpa membuat tiga orang lain tertular. Begitu pula saat kamu mengeluarkan secangkir kopi untuk dinikmati, dan jelas orang-orang sekitar akan menikmati pula, minimal baunya yang aduhai. Memoirs of a Black Girl mencoba mengupas pergaulan dan efeknya, wajar dan sungguh normal, dan ini malah keunggulan utama. Kalian harus coba saksikan.
Memoirs of a Black Girl | Year 2021 | USA | Directed by Thato Rantao Mwosa | Screenplay Thato Rantao Mwosa | Cast Khai Tyler, Christian Thomas, Colin Costello, Alexandre Cruz | Skot: 3.5/5
Karawang, 131021 – Melody Gadot – Worrisome Heart