Engkau Sendiri Hanya Sarana, namun Tidak Lama, untuk Disejajarkan dengan Leluhur

Kuasa Ramalan Jilid 1 by Peter Carey

Engkau sendiri hanya sarana, namun tidak lama, untuk disejajarkan dengan leluhur.” – Ramalan Parangkusumo, sekitar 1805

Sejarah berkata: ‘Jangan berharap di sisi makam sebelah sini. tapi kelak sekali seumur hidup, Gelombang pasang keadilan yang didamba bisa tiba. Hingga harapan dan sejarah sirna.’ Maka berharaplah pada perubahan samudera, Di ujung dendam sebelah sana. Yakinlah bahwa pantai nun jauh Dapat dicapai dari sini.”Seamus Heaney

“Zaman edan. Terkutuklah nasibku, karena aku lahir untuk meluruskanmu.” Willaim Shakespeare, Hamlet, Babak I Adegan V

Catatan saya buka dengan tiga kutipan pembuka buku. Layak dibagikan dan dinikmati, mewakili isi cerita. Buku ini dimulai dari era sebelum kelahiran Pangeran dan ditutup tahun 1812, era sebelum Perang Jawa. Bayangkan, pengantar saja sekeren itu, bagaimana nantinya masuk ke inti. Salut sama Penulis, perlu dedikasi tinggi, perlu pengorbanan waktu dan tenaga lebih untuk merampungkan seribu halaman yang padat dan sangat menarik.

Game of Thrones (GOT), adalah kata pertama yang terlintas setelah ussai membacanya. Ini seperti novel rekaan GRR Martin. Bedanya setting Jawa, dan ini nyata. Wow, setelah baca GOT saya berkomentar, susah juga hidup di masa itu. Gerak apapun terasa salah. Mau bela kerajaan manapun tetap akan sulit bertahan, semua akan serba salah. Semua punya ambisi, dan harapannya masing-masing. Perang di mana-mana, dan nyawa begitu murahnya. Di Kuasa Ramalan, konfliks terjadi di banyak arah. Mau para penjajahnya sendiri, Belanda Inggris Prancis yang mempunyai tanah rampasan, berniat memetik sebesar-besarnya keuntungan di Negara kita. Pun, kerajaan Jawa yang saling curiga dan tak saling dukung. Sultan dan Sunan tak bisa bersatu, apalagi pasca Perjanjian Giyanti, Jawa mudah diadu domba, dan ini jelas menguntungkan pendatang.

Abad 19 sebenarnya mulai muncul persatuan. Cikal bakal gerakan kebangsaan disadari oleh Frans Gerhardus Valck (1799-1842), pejabat tinggi Belanda yang berdinas di Jawa selama dua dasawarsa yang mencakup masa Perang Jawa dan sesudahnya. Ia menulis, “Masa tugas (saya) selama hampir dua puluh tahun di berbagai keresidenan telah memberi saya pelajaran bahwa semngat rakyat biasa Jawa bersifat menentang kita, bukan karena kita orang Belanda memperlakukan dia dengan buruk tapi karena dia diresapi rasa kebangsaan… Kendati segala ekuntungan yang ia dapat dari kita, ia tidak dapat meniadakan hasrat untuk diperintah oleh penguasanya sendiri meski mereka mungkin akan memerintah dengan lebih buruk (daripada kita)…”

Dalam kata pengantarnya, Peter Carey menulis: Sultan Hamengkubuwono IX (bertakhta 1939-1988) dalam pidatonya yang tersohor saat naik takhta pada Oktober 1940, ‘Al ben ik Westers opgevoes, ik ben en bliff een Javaan.’ Yang artinya, “Mesti berpendidikan Barat, saya adalah Jawa dan akan tetap orang Jawa.” Dan digubah oleh Peter bahwa meski berpendidikan timur, saya adalah orang Inggris dan akan tetap jadi orang Inggris.

Banyak hal bisa dipetik dan ditelaah. Seperti asal kata pajak. Pajak dan cukai utama, dari kata pajeg (Jawa ajeg = “tetap”), pajak tetap atas hasil tananh yang biasanya diserahkan dalam bentuk bahan mentah dan disebut “pajak tanah”.

Karena saya belum baca Babad Diponegoro versi manapun. Baru tahu bahwa beliau sungguh agamis. Seperti saat akan diasingkan, ia meminta syarat. “Naskah-naskah yang diminta Diponegoro kepada pemerintah kolonial agar disalin di Surakarta untuk keperluan pendidikan anak-anaknya yang lahir di tempat pengasingan di Manado (1830-1833) dan Makassar (1833-1855), adalah seluruh kisah wayang Purwa hingga Bratayudha (perang saudara akbar). Termasuk kisah-kisah kepahlawan Islam terkenal, Menak Amir Hamzah, Asmoro Supi, suatu kisah percintaan yang berkaitan dengan cerita-cerita Menak, Serat Manikmoyo, suatu naskah tentang kosmogoni atau kisah asal usul alam semesta yang berasal dari kurun mistik Islam di Kartosuro (1680-1745) yang berkaitan dengan dongeng-dongeng pertanian dan tradisi wayang, Serat Gondokusimo (Angling Driyo) dan Serat Anggraeni, satu bagian dalam cerita Panji.”

Saat perjalanan laut, pengawalnya dinasehti untuk menjaga kesehatan dan pola makan yang benar sebab beberapa awak tewas di atas kapal. Pangeran menggantungkan obat tradisional dan ramuan rempah-rempah (jamu) seperti beras kencur dan kedawung. Sang pengawal, Letnan dua Justus Heinrich Knoerle mencatat perjalanan Diponegoro, perwira Jerman kelahiran Luxemburg di atas laut selama tujuh minggu ke Manado. Serta kehidupan sehari-harinya di pengasingan, memiliki catatan paling lengkap. Sebuah rujukan berharga.

Dari Knoerle pula kita tahu, pengenalan Diponegoro terhadap watak para pejabat Eropa yang ia temui sebelum Perang Jawa di Yogya dan sesudahnya juga snagat tajam dan tepat. Diponegoro punya jiwa penyelidik dan pengetahuan yang luas mengenai apa pun, khususnya sejarah dan cerita-cerita Jawa.

Diponegoro meminum anggur putih jika ada jamuan orang Eropa, dan menurutnya tak mengapa mengingat kenyataan bahwa orang Eropa meminumnya sebagai obat penangkal mabuk akibat minum Madeira atau anggur merah, suatu pandangan yang menunjukkan Diponegoro punya penafsiran sendiri atas larangan Nabi. Tentang madat, yang dipasok orang Tionghoa, tak ada bukti Pangeran pernah menyentuhnya.

Diponegoro menyarankan agar dia melakukan dzikir rangkap empat (napi-isbat, isim, isim gaib, isim gaib-qanaib) yang cocok untuk manusia sempurna (insan kamil) dan akan membawanya pada akhir pemisahan antara hamba dan Tuhan (kawula lan gusti). Bagi yang akrab sama kesastraan mistik Jawa, jelas tak ada yang baru sebab sudah ada dalam primbon Jawa (kitab ramalan).

Diponegoro mendapat ilham kerohaniannya dari sumber-sumber tradisional dan jelas tidak tergugah dengan gerakan pembaruan Wahabi fanatic yang selama hampir dasawarsa (1803-1812) pada awal kesembilan belas menguasai jazirah Arabia, yang kemudian berpengaruh ke pulau Sumatra Barat sebelum dan selama Perang Padri (1812-1838).

Ada bagian yang luar biasa keren bab IV Ziarah ke Pantai Selatan tahun 1805 (usia 20 tahun), seolah mencari jati diri. Melakukan serangkaian kunjungan untuk menyempurnakan pendidikan kagamaan dan menemukan guru-guru yang layak membimbing perkembangan rohaninya. Dan muncullah bisikan gaib yang terkenal itu di Parang Kusomo. Dengan baju biasa, pakaian warga kebanyakan dengan sarung kasar, dan kebaya dan sorban, ia menanggalkan baju Jawa berkerah tinggi, kainm dan penutup kepala. Rutenya dari Tegalrejo ke Dhongkelan, Gua Seluman, Parang Kusomo, Samas, lalu ke Selarong, dan pulang.

Terjadi dialog dengan Nyai Roro Kidul, tentang bantuan yang akan dikirim, tapi ia menolak sebab hanya dari Allah ia berharap. Sebuah keluhuran cita-citanya dan pengorbanan yang begitu banyak untuk mewujdukannya, namun demikian, ia tetap terpesona dengan kecantikan dewi yang tak pudar.

Sebuah ramalan Sultan Agung bahw aBelanda akan menjajah Jawa selama 300 tahun setelah ia wafat pada 1646 dan bahwa walaupun seorang di antara keturunannya akan bangkit melawan, ia akan dikalahkan. Ramalan ini disampaikan ibunda Diponegoro oleh sultan Mangkubumi yang sudah sepuh.

Setiap wakil pemerintah penjajah Letnan Jenderal atau yang setara yang ditempatkan di Jawa memberi ketegangan dan kewaspadaan masing-masing. Ada yang memberi harapan, salah satunya saat Waterloo bikin janji bahwa pemerintahnnya mewakili pemerintahan baru Eropa pasca Revolusi yang arif, suatu pemerintahan yang jantung hatinya adalah “kesejahteraan” rakyat. Tentu saja, pernyataan ini adalah omong kosong belaka.

Salah satu tokoh panutan Pangeran adalah Raden ronggo yang menolak menyerah. Ia melakukan perlawanan dan menghimpun kekuatan pemberontakan, dalam suratnya kepada Notodiningrat, ia berujar, “…Saya benar-benar memohon hal ini dengan sangat dari segenap sukma dna lubuk hati saya yang paling dalam. Sungguh saya benar-benar bertujuan menyingkirkan kecemaran dari Jawa dan saya akan sangat bersyukur pada Allah sekiranya saya berhasil melakukan apa yang akan membawa kemaslatan…” Walau akhirnya tumbang juga, ia memberi teladan mati syahid. Melawan penindasan, tak mau menyerah begitu saja.

Dan sekali lagi, ketidakmampuan kalangan atas Yogya membaca tanda-tanda zaman dalam percaturan sejarah dunia dan menyesuaikan diri dengan tata internasional yang berubah cepat akan mengakibatkan malapetaka. Buku ini diakhiri jatuhnya kerajaan Yogya pada bulan Juni 1812 setelah dibombardir artileri beberapa hari. Sebuah ujung tahap awal. Inggris yang digdaya, tapi tak lama sebab ini adalah tatanan mula, sebuah pra perang besar sedekade kemudian. Mari kita simak jilid 2-nya.

Di rak sudah ada Jilid 2 dan 3, mungkin tak terlalu tergesa, santuy saja. Tak seperti buku ini yang lebih semangat memulai, seri berikutnya akan kubaca disela bacaan lain. Nama Raffles berulang kali disebut, bukunya The History of Java yang tebal itu jadi rujukan. Begitu juga Babad Tanah Jawa dan Babad Diponegoro (banyak versi) sering dikutip. Rasanya keduanya masuk daftar wajib kejar. Buku tebal nan mahal, mungkin bisa setahun kemudian masuk rak, kudu nabung dulu.

Sulit memilih antara kenyataan dan mitos mengenai Pangeran. Seorang pengeran dengan sosok manusia biasa yang snagat jauh dari sempurna dan penggemar perempuan tentulah tak cocok dengan ‘sejarah nasional’ Indonesia dewasa ini.

Luar biasa. Buku bagus, hampir 400 halaman kubaca dalam tempo dua hari. Sabtu (30/07/22) pagi sebelum nyupir ke SDIT al Madinah, kulanjutkan di sana di gazebo taman belakang di lantai atas, lalu malam Minggu di Blok H hingga hampir tengah malam. Minggu pagi (31/07/22) kugas lagi di rumah, dan seharian dalam cuaca Karawang yang panas, akhirnya selesai setelah Isya di lantai atas Blok H. Padahal ini buku non fiksi, buku sejarah yang biasanya sulit ditelaah. malah setiap lembarnya mencipta penasaran. Beginilah buku harusnya dibuat, buku sejarah dicipta fun dan sangat amat bervitamin. So lucky, bisa menikmati buku bagus, setiap menitnya menghujam kenyamanan hati. Love, love, love.

Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785 – 1855 Jilid 1 | by Peter Carey | Judul asli The Power of Prophect: Pince Dipanagara and the end of an old order in Java, 178-1855, second edition | Copyright 2007 Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde | Penerjemah KPG | KPG 901110487 | November 2011 | Cetakan kedua, April 2012 | Penerjemah Parakitri T. Simbolon | Penyunting Christina M. Udiani | Perancang sampul Wendie Artswenda | Penataletak Dadang Kusmana | XLVI + 397 hlm.; 15 cm x 23 cm | ISBN 978-979-91-0393-2 | Ilustrasi sampul “De onderwerping van Diepo Negoro aan Luitenant-General De Kock, 28 Maart 1830” (Penyerahan diri Diponegoro kepada Letnan-Jenderal De Kock, 28 Maret 1830) oleh Nicolaas Pieneman (1809-1860) | Foto seizing Rijksmuseum, Amsterdam | Skor: 5/5

Karawang, 020822 –Sarah Vaughan – But Not for Me

Dipersembahkan kepada keluarga dan keturunan Pangeran Diponegoro. Dengan penuh hormat dan takzim

Thx to Justin Secondbook, Jakarta

Promising Young Woman: Tepuk Tangan Untuk Kelihaian Plotnya

Cassie: “Aku memaafkanmu.”

Tidak ada perselisihan tentang rasa dan merasakan. Ini adalah film komedi, tapi ternyata tawa itu pahit. Ini film thriller, tapi ketegangannya merajah mual, ini film drama romantis, ah ga juga. Adegan pembunuhannya menampar roman indah para pujangga. Ini jelas kisah yang kompleks, aduhai sampai menang Oscar. Tepuk tangan untuk kelihaian plotnya. Menakjubkan, rentetan kepedihan menguar sampai menit akhir, bahkan setelah layar ditutup saya tak tahu mau bilang apa. Tema yang ditawarkan adalah dendam yang disimpan, lalu direncana dibalaskan dengan kesabaran tinggi dan gaya jungkir balik. Endingnya mungkin membuat shock, tak selancar itu tatanan rencana yang dibuat. Menohok dengan keras para penikmat happy ending Disney. Semua itu menyembur dari kalian bagaikan sebersit api dalam kegilaan balas dendam. Dan bilamana mereka menyebut diri manusia benar, hhhmmm… bagaimana ya menyebutkan, sederhananya takdir mencoba senyum dalam, yang baik dan yang adil.

Kisahnya tentang Cassandra ‘Cassie’ Thomas (diperankan dengan brutal sekaligus menawan oleh Carey Mulligan). Ia adalah perawan tua yang menganggur, kuliah kedokteran drop out, menikmati masa lajang bersama ibu-bapaknya dengan (seolah) hura-hura di diskotek, pub, bar, tempat nongkrong sosialita. Di usianya yang awal kepala tiga ia tampak tak tentu mau ke arah mana. cantik, itu luka. Kehendak adalah kuasa.

Dibuka dengan adegan mabuk di bar, Cassie menggoda para pria, dengan kode dan arah ke seks bebas. Dia menunggu orang-orang yang kehendaknya berjalan dengan kaki-kaki lemah – dia menunggu-nunggu seperti laba-laba, menggoda yang ada. Maka saat ia bergelayut di pundak Jerry, di taksi yang lalu berbelok ke apartemen. Dalam drama romantis yang umum dan kita kenal, ini mengarah ke adegan wik-wik, tapi tidak kawan. Ini kisah horor buat penikmat seks bebas, Jerry kena tampar di menit akhir di atas ranjang.

Wanita muda yang menjanjikan ini hanya bekerja di kedai kopi milik temannya, ia menikmati masa sendiri. Banyak pengunjung menggoda, banyak pria terpesona tapi memilih jomblo, sampai-sampai Gail sobatnya heran. Pada suatu masa salah satu tukang ngopi itu adalah teman sekolahnya Ryan Cooper (Bo Burnham) yang sudah jadi dokter muda, tampan, dan tampak terpesona. Meminta nomor HP, malah dikasih nomor palsu.

Di ulang tahunnya Cassie dapat koper pink dari orangtuanya, seolah pertanda diminta cabut dari rumah. Memertanya arti kehidupan, ke depan sebenarnya mau apa? Tak ada ambisi, taka da keinginan menikah atau karier yang lebih menjanjikan, padahal cantik dan penuh sensasi seksual. Lalu kita tahu, ada masa lalu kelam dalam hidupnya. Bagaimana rasa kehilangan sahabat menjadi titik penting dalam hidupnya, dalam cerita ini. Kesalahan pun dapat menimbulkan efek samping yang menarik.

Hatinya lalu sedikit dibuka, ajakan kencan Ryan diladeni, ajakan jalan itu memberi asa kepada kedua orangtuanya, dibawa pulang diperkenalkan dengan canggung dan tawa kaku, Cassie normal dan memiliki harapan segera menikah. Dalam kencan Ryan secara sepintas menyebut rekan kuliahnya Alexander ‘Al’ Monroe (Chris Lowell) akan menikah, kalimat sepintas itu malah memicu klik dahsyat. Sebuah fakta buruk dicerna, diolah, lalu didengungkan dengan liar.

Adalah Nina Fisher, sobat kentalnya yang menjadi korban. Ia adalah korban pemerkosaan al dan kawan-kawan, walaupun sudah melapor dan memerjuangkan keadilan, harapan ganjaran ke pelaku tak didapat, Nina akhirnya bunuh diri. Inilah pemicu utama, Cassie luluh lantak, hatinya hancur. Lantas saat mendengar Al, sang pelaku akan menikah langsung membara dendam dan segala niatan balas.

Jalan itu berliku, dimulai dengan Madison McPhee (Alison Brie) yang diajaknya makan siang, sebagai teman lama yang lost contact, Madison senang aja mabuk bersama. Namun ini hanya kamuflase yang tak disadari teman lamanya, sebab ia lalu meminta lelaki untuk membereskannya. Kedua, ia lalu ke sekolah mencari siswi bernama Amber yang dijebak untuk makan malam dengan band ternama, yang menghubungkan dengan Dean Elizabeth Walker (Connie Britton), teman lama yang kini menjadi pengajar. Ia menuntut penjelasan dan permintaan maaf, sebab putrinya Amber kini terbaring lemah di sebuah hotel. HPnya dibalikin dan ia menuai kepuasan dendam, bagaimana kasus Al memudar adalah kesalahan.

Target ketiga adalah mantan pengacara Jordan Greene (Alfred Molina), pengacara yang membela Al, ternyata ia sudah tobat. Rencana jahat Cassie ditangguhkan sebab Jordan sudah mengakui segala kesalahannya, menangis penuh penyesalan. Tindakan tepat, sebab pembunuh bayaran yang menanti di luar diminta mundur. Cukup? Belum, target utama adalah Al, dan susunan itu menjadi liar saat salah satunya malah memberi rekaman video saat kasus itu terjadi.

Ada Ryan, yang awalnya akan memenuhi hatinya. Pria jahat yang akhirnya jadi jembatan menuju pesta bujang Al di sebuah vila sewa di sebuah pulau yang redup dan mematikan. Rencana dendam itu disusun dengan bagus, melibatkan busana perawat, borgol dan segala jenis seks appeal yang coba dituangkan. Namun tak berjalan mulus. Sang wanita menjanjikan, menuntaskan misi dengan kejutan menawan. Ditutup dengan menakutkan sekaligus indah lagu Angel of the Morning-nya Juice Newton.

Bagus sekali, pantas menang naskah asli terbaik Oscar tahun ini. Dibanding kisah nomaden yang boring, atau keluarga Korea yang galau, cerita yang disajikan Promising memang paling liar dan penuh gaya. Tak tertebak, tak semulus paha Carey Mulligan, plotnya malah gelap dan menghantui. Kurang lega? Wajar, sudah lega? Wajar juga. Penafsiran akhir memang bercabang, sejatinya kisah nyeleneh semacam ini malah bagus sekali.

Debut Emerald Fennell yang manis. Dalam sebuah adegan Cassie membaca buku di kedai kopi dengan judul ‘Careful How You Go’ yang ternyata adalah naskah film pendek yang dibuat sang sutradara. Semakin banyak dan berbeda-beda watak tokohnya, semakin tidak jelas karakter yang dicipta dalam skenario, semakin bagus. Pantas dinanti karya-karya berikutnya.

Promising memuat suatu obsesi ganjil yang, saat dipikir ulang ternyata wajar saja. Kita tak bisa menarik suatu kesimpulan yang absah dari cerita yang bersikap rekaan. Yang kita dapatkan hanyalah sejumlah alternatif yang bisa menjelaskan mutu film ini yang, terutama ditampilkan paling akhir. Kalung yang disatukan, kelegaan yang tak melegakan atau ketidaksenangan atas kepuasan. Entahlah, Promising memang bercabang di mana kita berdiri titik tengah diantara senang dan sedih.

Ceritanya terlalu memesona untuk dikeluarkan dari relnya oleh analisis. Dengan begitu pemecahannya tetap dilakukan secara puitis. Karena ini fiksi, cara mengidentifikasinya juga kudu benar-benar khayali. Cumbuan di antara keanggunan yang penuh kemenangan, semua kegairahan nyanyian tak peduli proses penangkapan itu dalam dramatis pernikahan. Biarkan kalung itu disatukan dengan damai dan teks-teks terencana itu dikirim dalam keteduhan, ‘ Love, Cassie and Nina 🙂

Tidak ada hal lain yang kita percayai dibanding perasaan kita sendiri, ego kita sendiri.

Promising Young Woman | Tahun 2020 | Directed by Emerald Fennell | screenplay Emerald Fennell | Cast Adam Brody, Ray Nicholson, Sam Richardson, Carey Mulligan, Timothy E. Goodwin, Bo Burnham, Christopher Mintz-Plasse | Skor: 4.5/5

Karawang, 120521 – Frank Sinatra – Something Stupid