
Mulai agak malesi, beberapa kubaca di paginya, bahkan pernah siang hari berikutnya. Namun tak mengapa, saya terus berusaha melanjutkan komitmen ini, seribu itu banyak, dan ini baru 3.5% perjalanan, masih sangat panjang…
Hari 26
#1. Cerpen: Kepala Kantor Pos (Rabindranath Tagore)
Seorang petugas pos dikirim ke kantor cabang di pelosok untuk jadi kepala kantor pos. Desa yang sederhana ini memberi cerita mengharukan.
#2. Esai: How the World Work Bab Yang Kaya Sedikit dan Yang Gelisah Banyak (Noam Chomsky)
Amerika yang digdaya pasca Perang Dunia Kedua melakukan banyak invasi, menjaga harga minyak untuk menyuplai warganya. Bersekutu dengan Negara-negara ketiga, atau membumihanguskannya.
#3. Puisi: Ingin Menghilang (Triyanto Triwikromo)
Jauhilah Aku sesaat agar kau tahu betapa kita / begitu dekat. Aku ingin sendiri. Aku tak ingin kausentih / dengan cinta dan doa paling lembut sekalipun. Aku / ingin menghilang…
#4. Kata: Indonesia
Afdal: lebih baik, lebih utama; lengkap, komplet
Hari 27
#1. Cerpen: Ule Sondok So-Len (Al El Afif)
Cerpen buruk, entah kumpulan cerpen di sini makin tak jelas.
#2. Esai: Etika Dasar bab Suara Hati (Franz Magnis-suseno)
Ketika bermsyarakat kita sering memertanyakan kebebasan, tapi tak bisa seenaknya sendiri juga. Ada batasan, dan suara dalam hati berfungsi menjaganya.
#3. Puisi: Jika Kau Rupa Stasiun (Yopi Setia Umbara)
:Widzar Al-Ghifary
Jika kau serupa stasiun / merasa senantiasa ditinggalkan / lalu bagaimana dengan mereka / yang silih berganti datang / bawa wajah-wajah kisah / bukankah keberangkatan dan kedatangan / adalah rel melintang / pada dadamu / seperti garis takdirmu / terjaga dalam sunyi / jam menempel pada dinding hatimu / mencatat pada mereka yang datang dan pergi / bersama pilihannya / dalam risalah hidupmu / sebagai stasiun / kau layak menyediakan lobi sunyi / bagi segara keriuhan kisah / yang mereka bawa / juga mereka / tinggalkan padamu – 2007
#4. Kata: Indonesia
ambulans: kendaraan yang dilengkapi peralatan medis untuk orang sakit, korban kecelakaan, dll
Hari 28
#1. Cerpen: Budayut (Tony Lesmana)
Bunuh diri, gundul, masa depan yang aneh.
#2. Esai: Membangun Koperasi (Moh. Hatta)
Ceramah sang proklamator untuk kesekian kalinya untuk membangun ekonomi rakyat, membangun koperasi, dasarnya kuat.
#3. Puisi: Sang Guru (Yopi Setia Umbara)
:Riski Lesmana
Dan kau ucapkan selamat tinggal / pada keremajaan jalan / di sepanjang cekungan / yang tercipta dari kisah para hyang
di bawah garis merah lembayung / pada langit matamu / kau berjalan menuju sunyi satu kota / di mana hujan selalu turun lebih deras
mungkin di sana / namamu akan mengenang / pada tanah merah serupa tujuan hujan / yang resap ke dalam hati ibu bumi – 2007
#4. Kata: Indonesia
amendemen: usul perubahan undang-undang; penambahan pada bagian yang sudah ada
Hari 29
#1. Cerpen: Obat Mujarab (Mo Yan)
Seram. Hukuman mati dilakukan di atas jembatan di fajar yang baru merekah, satu keluarga ditembak algojo dan mayatnya dilempar di kolong jemabatan. Bapak anak menunggu di sana, untuk mencari obat mujarab.
#2. Esai: Apakah Kita Masih Perlu Ngantor? (Andina Dwifatma)
Selama pandemi kita dihadapkan nama baru: Work From Home (WFH). Banyak kantor melakukannya, juga sekolah online. Banyak keuntungannya, tanpa mandi, tanpa perlu make-up, bahkan 15 menit sebelum jam masuk kita masih bisa rebahan! Nantinya kalau sudah enddemi, apakah masih dilakukan?
#3. Puisi: Catatan Masa Kecil, 4 (Sapardi Djoko Damono)
Ia tak pernah sempat bertanya kenapa dua kali dua hasilnya sama dengan dua tambah dua sedangkan satu kali satu lebih kecil dari satu tambah satu dan tiga kali tiga lebih besar dari tiga tambah tiga. Sejak semula ia sayang pada angka nol. Dan setiap kali ia menghitung dua tambah tiga kali empat kurang dua ia selalu teringat waktu terjaga malam-malam ketika ibunya sakit keras dan ayahnya tidak ada di rumah dan di halaman terdengar langkah-langkah bakiak almarhum nenek dan ia ingin kencing tetapi takut ke kamar mandi yang dekat sumur itu dan lalu kencing saja di kasur.
Sungguh, sejak semula ia hanya mempercayai angka nol.
#4. Kata: Indonesia
amonia: gas tak berwarna, baunya menusuk, terdiri atas unsur nitrogen dan hidrogen, mudah larut dalam air, dll
Hari 30
#1. Cerpen: Lelaki Tua di Jembatan (Ernest Hemingway)
Lelaki tua yang mendaku sebagai penggembala, pemelihara binatang. Ia diminta segera pergi sebab akan ada serangan, tenang saja binatang-binatang itu akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi kucing. Benarkah?
#2. Esai: Filsafat Administrasi bab Planning (Dr.S.P. Siagiam, MPA)
Rencana adalah separuh keberhasilan.
#3. Puisi: Jarak (Triyanto Triwikromo)
Aku sudah di balkon. Kau masih di tanah becek. / Aku sudah jadi semacam burung. Kau masih jadi / semacam kecoa. Aku sudah asap. Kau masih api. Aku / hujan. Kau awan. Aku lima kaki. Kau dua kaki. Aku / topeng. Kau wajah busuk. Aku meninggalkan neraka / lima hari lagi. kau berjalan tertatih-tatih ke neraka / hingga tujuh hari. Aku sedih. Kau menari-nari.
#4. Kata: Indonesia
andal: dapat dipercaya, memberi hasil yang sama pada ujian atau percobaan berulang
Hari 31
#1. Cerpen: Kejadian di Michigan (Ernest Hemingway)
Cinta buta. Jill Gilmore dicintai Liz dengan membabibuta di pedesaan yang lengang, hanya lima rumah di sana. Liz tak bisa tidur saat Jill dan para lelaki berburu di hutan, dan saat kembali, terjadilah apa yang selama ini diidamkan Liz, tapi tak sepenuhnya sama.
#2. Esai: Filsafat Administrasi bab Organizing (Dr.S.P. Siagiam, MPA)
Atasan dan bawahan diatur dalam organisasi yang tepat, saling menghargai dan menjalankan tugas sesuai perannya.
#3. Puisi: Kurang Ajar (Triyanto Triwikromo)
Ada makhluk-makhluk yang kurang ajar pada-Ku. / Di laut penuh hantu, ada seekor paus yang selalu / menganngap aku hanyalah beruang kutup. Galak. / Berjalan sendirian. Di langit penuh merpati, ada seekor / rajawali yang menganggap Aku hanyalah cacing / di tanah gembur. Rapuh. Diabaikan oleh siapa pun.
“Kau hendak menghukum makhluk-makhluk itu? Katamu
#4. Kata: Indonesia
antre: berdiri berderet-deret di belakang menunggu giliran, antrean
Hari 32
#1. Cerpen: Meninggalkan Maverley (Alice Munro)
Gadis tukang sobek tiket bioskop yang lucu menghilang. Dibawa pemain musik, yang mencipta geger kota kecil Maverley. Waktu terus bergulir dan kabar itu tertimpa kabar-kabar lainnya. Namun saya tak kan melupakannya.
#2. Esai: Perkara Nama (Andina Dwifatma)
Nama anak zaman sekarang memang unik dan panjang-panjang. Saya mau complain, tapi kok ya anakku juga sebelas dua belas. Wajar, nama adalah doa. Justru yang mengagetkanku motifnya. Tak ada keinginan untuk mencipta web dengan nama anak.
#3. Puisi: Sunyi yang Lebat (Sapardi Djoko Damono)
Sunyi yang lebat: ujung-ujung jari / sunyi yang lebat: bola mata dan gendang telinga / sunyi yang lebat: lidah dan lubang hidung / sunyi yang dikenal sebagai hutan: pohon-pohon roboh, / margasatwa membusuk di tepi sungai kering, para / pemburu mencari jejak pencaindra…
#4. Kata: Indonesia
asas: dasar, dasar cita-cita, hukum dasar
Hari 33
#1. Cerpen: Kerikil (Alice Munro)
Bekas tambang di samping rumah yang kini menjelam danau sebab ditempa hujan. Keluarga ini pindah ke sana, kehidupan baru yang lebih berat. Dan tragedy dicipta dengan penuh intimidasi.
#2. Esai: Manusia Indonesia Bab Dunia Kini (Mochtar Lubis)
Modernitas yang rumit. Indonesia ingin seperti dunia barat, tapi orang-orang Eropa malah mengingin hidup sederhana seperti orang timur.
#3. Puisi: Membangun Kata (Deddy Arsya)
Memang ada kota yang didirikan dari gerutu / dari derap omong-kosong rak sudah-sudah!
Lalu mereka berkata: kita mesti atur itu siasat / masa depan hanya dapat diraih dengan gelegak hasrat / harus kau pilih jembatan antar selat atau kapal pengankut segala / pesawat-pesawat semakin sering jatuh dan orang-orang takut terbang / padahal kelak ato dan sepit akan diberi sayap / “tapi maaf, ya, penyair partikelir seperti Anda susah dibawa serta!”
Penyair-penyair mabuk menguping dari biliknya yang pengap / sebab tak punya bini, hanya bisa menggerutu pada diri sendiri. / mereka kira kata-kata seperti sak-sak semen / dan setumpuk batu-bata yang bisa bangun gedong bersusun / mereka kira puisi bisa menyelamatkan kita dari amok-murka?
Memang ada kota yang dibangun dari lentingan kata-kata?
#4. Kata: Indonesia
astronaut: antariksawan, kosmonaut
Hari 34
#1. Cerpen: Surga (Alice Munro)
Perbedaan pandangan kepercayaan, mencipta perdebatan antar keluarga. Sang dokter tak ingin mengenal kakaknya yang musisi, dan istrinya begitu taatnya.
#2. Esai: Jalan Pintas Menuju Cinta (Andina Dwifatma)
Sudah nonton film The Tinder Swindler yang menegangkan itu, dan sepakat sama tulisan di sini betapa manusia memang menyukai yang instan, bahkan cinta.
#3. Puisi: Di Radio Lokal (Deddy Arsya)
Di radio lokal / ia menunggu / menjelang akhir lagu / hujan dan waktu
Ke langit lengang ia bersuara / Kapan kau akan segera tiba?
Serupa kilau / mata kucing / hatinya nyala
Di radio lokal / Ia menunggu / menjelang datang sepi / dan mendesak ragu
Kau entah di mana berada
#4. Kata: Indonesia
autentik: dapat dipercaya; asli, tulen; sah
Hari 35
#1. Cerpen: Harga Diri (Alice Munro)
Riwayat hidup gadis bernama unik. Melewati masa perang dunia dan mencoba bertahan hidup, menjadi piatu saat remaja, kini ia yatim piatu. Dan sang aku melewatkan hari bersama, saling mengisi.
#2. Esai: Hidup yang Saling Bersinggungan (Andina Dwifatma)
Cerita burung nuri yang akan dicuri tetangga. Triknya lucu, dan seperti itulah hidup, terkadang lucu. Tetangga menjadi orang terdekat yang bersinggungan dengan kita.
#3. Puisi: Surat dari Ibu (Asrul Sani)
Pergi ke dunia luas, anakku sayang / pergi ke hidup bebas! / Selama angin masih angina buritan / dan matahari pagi menyinar daun-daunan / dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang / pergi ke alam bebas! / selama hari belum petang / warnasenja belum kemerah-merahan / menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar / dan elang laut pulang ke sarang / angina bertiup ke benua / Tiang-tiang akan kering sendiri . dan nahkoda sudah tak pedoman, / boleh engkau dayang padaku
#4. Kata: Indonesia
azan: seruan mengajak untuk salat berjemaah
Karawang, 040422 – M2M – The Day You Went Away