Menjalankan Wejangan Ray Bradbury #35

Mulai agak malesi, beberapa kubaca di paginya, bahkan pernah siang hari berikutnya. Namun tak mengapa, saya terus berusaha melanjutkan komitmen ini, seribu itu banyak, dan ini baru 3.5% perjalanan, masih sangat panjang…

Hari 26

#1. Cerpen: Kepala Kantor Pos (Rabindranath Tagore)

Seorang petugas pos dikirim ke kantor cabang di pelosok untuk jadi kepala kantor pos. Desa yang sederhana ini memberi cerita mengharukan.

#2. Esai: How the World Work Bab Yang Kaya Sedikit dan Yang Gelisah Banyak (Noam Chomsky)

Amerika yang digdaya pasca Perang Dunia Kedua melakukan banyak invasi, menjaga harga minyak untuk menyuplai warganya. Bersekutu dengan Negara-negara ketiga, atau membumihanguskannya.

#3. Puisi: Ingin Menghilang (Triyanto Triwikromo)

Jauhilah Aku sesaat agar kau tahu betapa kita / begitu dekat. Aku ingin sendiri. Aku tak ingin kausentih / dengan cinta dan doa paling lembut sekalipun. Aku / ingin menghilang…

#4. Kata: Indonesia

Afdal: lebih baik, lebih utama; lengkap, komplet

Hari 27

#1. Cerpen: Ule Sondok So-Len (Al El Afif)

Cerpen buruk, entah kumpulan cerpen di sini makin tak jelas.

#2. Esai: Etika Dasar bab Suara Hati (Franz Magnis-suseno)

Ketika bermsyarakat kita sering memertanyakan kebebasan, tapi tak bisa seenaknya sendiri juga. Ada batasan, dan suara dalam hati berfungsi menjaganya.

#3. Puisi: Jika Kau Rupa Stasiun (Yopi Setia Umbara)

:Widzar Al-Ghifary

Jika kau serupa stasiun / merasa senantiasa ditinggalkan / lalu bagaimana dengan mereka / yang silih berganti datang / bawa wajah-wajah kisah / bukankah keberangkatan dan kedatangan / adalah rel melintang / pada dadamu / seperti garis takdirmu / terjaga dalam sunyi / jam menempel pada dinding hatimu / mencatat pada mereka yang datang dan pergi / bersama pilihannya / dalam risalah hidupmu / sebagai stasiun / kau layak menyediakan lobi sunyi / bagi segara keriuhan kisah / yang mereka bawa / juga mereka / tinggalkan padamu – 2007

#4. Kata: Indonesia

ambulans: kendaraan yang dilengkapi peralatan medis untuk orang sakit, korban kecelakaan, dll

Hari 28

#1. Cerpen: Budayut (Tony Lesmana)

Bunuh diri, gundul, masa depan yang aneh.

#2. Esai: Membangun Koperasi (Moh. Hatta)

Ceramah sang proklamator untuk kesekian kalinya untuk membangun ekonomi rakyat, membangun koperasi, dasarnya kuat.

#3. Puisi: Sang Guru (Yopi Setia Umbara)

:Riski Lesmana

Dan kau ucapkan selamat tinggal / pada keremajaan jalan / di sepanjang cekungan / yang tercipta dari kisah para hyang

di bawah garis merah lembayung / pada langit matamu / kau berjalan menuju sunyi satu kota / di mana hujan selalu turun lebih deras

mungkin di sana / namamu akan mengenang / pada tanah merah serupa tujuan hujan / yang resap ke dalam hati ibu bumi – 2007

#4. Kata: Indonesia

amendemen: usul perubahan undang-undang; penambahan pada bagian yang sudah ada

Hari 29

#1. Cerpen: Obat Mujarab (Mo Yan)

Seram. Hukuman mati dilakukan di atas jembatan di fajar yang baru merekah, satu keluarga ditembak algojo dan mayatnya dilempar di kolong jemabatan. Bapak anak menunggu di sana, untuk mencari obat mujarab.

#2. Esai: Apakah Kita Masih Perlu Ngantor? (Andina Dwifatma)

Selama pandemi kita dihadapkan nama baru: Work From Home (WFH). Banyak kantor melakukannya, juga sekolah online. Banyak keuntungannya, tanpa mandi, tanpa perlu make-up, bahkan 15 menit sebelum jam masuk kita masih bisa rebahan! Nantinya kalau sudah enddemi, apakah masih dilakukan?

#3. Puisi: Catatan Masa Kecil, 4 (Sapardi Djoko Damono)

Ia tak pernah sempat bertanya kenapa dua kali dua hasilnya sama dengan dua tambah dua sedangkan satu kali satu lebih kecil dari satu tambah satu dan tiga kali tiga lebih besar dari tiga tambah tiga. Sejak semula ia sayang pada angka nol. Dan setiap kali ia menghitung dua tambah tiga kali empat kurang dua ia selalu teringat waktu terjaga malam-malam ketika ibunya sakit keras dan ayahnya tidak ada di rumah dan di halaman terdengar langkah-langkah bakiak almarhum nenek dan ia ingin kencing tetapi takut ke kamar mandi yang dekat sumur itu dan lalu kencing saja di kasur.

Sungguh, sejak semula ia hanya mempercayai angka nol.  

#4. Kata: Indonesia

amonia: gas tak berwarna, baunya menusuk, terdiri atas unsur nitrogen dan hidrogen, mudah larut dalam air, dll

Hari 30

#1. Cerpen: Lelaki Tua di Jembatan (Ernest Hemingway)

Lelaki tua yang mendaku sebagai penggembala, pemelihara binatang. Ia diminta segera pergi sebab akan ada serangan, tenang saja binatang-binatang itu akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi kucing. Benarkah?

#2. Esai: Filsafat Administrasi bab Planning (Dr.S.P. Siagiam, MPA)

Rencana adalah separuh keberhasilan.

#3. Puisi: Jarak (Triyanto Triwikromo)

Aku sudah di balkon. Kau masih di tanah becek. / Aku sudah jadi semacam burung. Kau masih jadi / semacam kecoa. Aku sudah asap. Kau masih api. Aku / hujan. Kau awan. Aku lima kaki. Kau dua kaki. Aku / topeng. Kau wajah busuk. Aku meninggalkan neraka / lima hari lagi. kau berjalan tertatih-tatih ke neraka / hingga tujuh hari. Aku sedih. Kau menari-nari.

#4. Kata: Indonesia

andal: dapat dipercaya, memberi hasil yang sama pada ujian atau percobaan berulang

Hari 31

#1. Cerpen: Kejadian di Michigan (Ernest Hemingway)

Cinta buta. Jill Gilmore dicintai Liz dengan membabibuta di pedesaan yang lengang, hanya lima rumah di sana. Liz tak bisa tidur saat Jill dan para lelaki berburu di hutan, dan saat kembali, terjadilah apa yang selama ini diidamkan Liz, tapi tak sepenuhnya sama.

#2. Esai: Filsafat Administrasi bab Organizing (Dr.S.P. Siagiam, MPA)

Atasan dan bawahan diatur dalam organisasi yang tepat, saling menghargai dan menjalankan tugas sesuai perannya.

#3. Puisi: Kurang Ajar (Triyanto Triwikromo)

Ada makhluk-makhluk yang kurang ajar pada-Ku. / Di laut penuh hantu, ada seekor paus yang selalu / menganngap aku hanyalah beruang kutup. Galak. / Berjalan sendirian. Di langit penuh merpati, ada seekor / rajawali yang menganggap Aku hanyalah cacing / di tanah gembur. Rapuh. Diabaikan oleh siapa pun.

“Kau hendak menghukum makhluk-makhluk itu? Katamu

#4. Kata: Indonesia

antre: berdiri berderet-deret di belakang menunggu giliran, antrean

Hari 32

#1. Cerpen: Meninggalkan Maverley (Alice Munro)

Gadis tukang sobek tiket bioskop yang lucu menghilang. Dibawa pemain musik, yang mencipta geger kota kecil Maverley. Waktu terus bergulir dan kabar itu tertimpa kabar-kabar lainnya. Namun saya tak kan melupakannya.

#2. Esai: Perkara Nama (Andina Dwifatma)

Nama anak zaman sekarang memang unik dan panjang-panjang. Saya mau complain, tapi kok ya anakku juga sebelas dua belas. Wajar, nama adalah doa. Justru yang mengagetkanku motifnya. Tak ada keinginan untuk mencipta web dengan nama anak.

#3. Puisi: Sunyi yang Lebat (Sapardi Djoko Damono)

Sunyi yang lebat: ujung-ujung jari / sunyi yang lebat: bola mata dan gendang telinga / sunyi yang lebat: lidah dan lubang hidung / sunyi yang dikenal sebagai hutan: pohon-pohon roboh, / margasatwa membusuk di tepi sungai kering, para / pemburu mencari jejak pencaindra…

#4. Kata: Indonesia

asas: dasar, dasar cita-cita, hukum dasar

Hari 33

#1. Cerpen: Kerikil (Alice Munro)

Bekas tambang di samping rumah yang kini menjelam danau sebab ditempa hujan. Keluarga ini pindah ke sana, kehidupan baru yang lebih berat. Dan tragedy dicipta dengan penuh intimidasi.

#2. Esai: Manusia Indonesia Bab Dunia Kini (Mochtar Lubis)

Modernitas yang rumit. Indonesia ingin seperti dunia barat, tapi orang-orang Eropa malah mengingin hidup sederhana seperti orang timur.

#3. Puisi: Membangun Kata (Deddy Arsya)

Memang ada kota yang didirikan dari gerutu / dari derap omong-kosong rak sudah-sudah!

Lalu mereka berkata: kita mesti atur itu siasat / masa depan hanya dapat diraih dengan gelegak hasrat / harus kau pilih jembatan antar selat atau kapal pengankut segala / pesawat-pesawat semakin sering jatuh dan orang-orang takut terbang / padahal kelak ato dan sepit akan diberi sayap / “tapi maaf, ya, penyair partikelir seperti Anda susah dibawa serta!”

Penyair-penyair mabuk menguping dari biliknya yang pengap / sebab tak punya bini, hanya bisa menggerutu pada diri sendiri. / mereka kira kata-kata seperti sak-sak semen / dan setumpuk batu-bata yang bisa bangun gedong bersusun / mereka kira puisi bisa menyelamatkan kita dari amok-murka?

Memang ada kota yang dibangun dari lentingan kata-kata?

#4. Kata: Indonesia

astronaut: antariksawan, kosmonaut

Hari 34

#1. Cerpen: Surga (Alice Munro)

Perbedaan pandangan kepercayaan, mencipta perdebatan antar keluarga. Sang dokter tak ingin mengenal kakaknya yang musisi, dan istrinya begitu taatnya.

#2. Esai: Jalan Pintas Menuju Cinta (Andina Dwifatma)

Sudah nonton film The Tinder Swindler yang menegangkan itu, dan sepakat sama tulisan di sini betapa manusia memang menyukai yang instan, bahkan cinta.

#3. Puisi: Di Radio Lokal (Deddy Arsya)

Di radio lokal / ia menunggu / menjelang akhir lagu / hujan dan waktu

Ke langit lengang ia bersuara / Kapan kau akan segera tiba?

Serupa kilau / mata kucing / hatinya nyala

Di radio lokal / Ia menunggu / menjelang datang sepi / dan mendesak ragu

Kau entah di mana berada

#4. Kata: Indonesia

autentik: dapat dipercaya; asli, tulen; sah

Hari 35

#1. Cerpen: Harga Diri (Alice Munro)

Riwayat hidup gadis bernama unik. Melewati masa perang dunia dan mencoba bertahan hidup, menjadi piatu saat remaja, kini ia yatim piatu. Dan sang aku melewatkan hari bersama, saling mengisi.

#2. Esai: Hidup yang Saling Bersinggungan (Andina Dwifatma)

Cerita burung nuri yang akan dicuri tetangga. Triknya lucu, dan seperti itulah hidup, terkadang lucu. Tetangga menjadi orang terdekat yang bersinggungan dengan kita.

#3. Puisi: Surat dari Ibu (Asrul Sani)

Pergi ke dunia luas, anakku sayang / pergi ke hidup bebas! / Selama angin masih angina buritan / dan matahari pagi menyinar daun-daunan / dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayang / pergi ke alam bebas! / selama hari belum petang / warnasenja belum kemerah-merahan / menutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudar / dan elang laut pulang ke sarang / angina bertiup ke benua / Tiang-tiang akan kering sendiri .  dan nahkoda sudah tak pedoman, / boleh engkau dayang padaku

#4. Kata: Indonesia

azan: seruan mengajak untuk salat berjemaah

Karawang, 040422 – M2M – The Day You Went Away

Kata-kata Meluap Seperti Soda Pop

“Suara jangkrik bisa didengar bahkan oleh gadis di balik maskernya.”

Karena judul filmnya sudah eksotis maka aku tak perlu mencari judul ulasan. Words Bubble Up Like Soda Pop atau dikenal juga sebagai Palabras que burbujean como un refresco, keren ya kalimatnya. Filmnya juga, sederhana tapi sangat asyik. Walau mengetengahkan cerita remaja, cinta yang bersemi lalu dirajut sungguh menyenangkan diikuti. Gabungan pria snob dan perempuan narsis. Dunia memang penuh dengan kontradiksi, dan itu malah saling melengkapi. Laiknya aku memilih pasangan, kita bisa dengan mantab bilang, “Aku punya alasan tersendiri waktu memilihmu.”

Kartun Jepang lagi. Saya sedang menikmati film random, asal klik saja. Untuk film ini, cenderung karena puas sama Earwig. Kisah-kisah Asia Timur yang membumi, kali ini tentang remaja beda kelas. Remaja laki snob ke mana-mana memasang headset, membawa buku catatan untuk mencatat inspirasi yang tertangkap tiba-tiba lalu menggores bait-baitnya agar tertangkap lekat. Pasangannya adalah remaja populer, sekali live di sosmed penontonnya membludak. Karena kepopulerannya, penampilan tentu harus dijaga, maka untuk menutup giginya yang maju, ia selalu memakai masker. Keduanya ditemukan takdir.

Dibuka dengan langkah aneh, pria tua membawa bungkus rekaman vynil berjalan ke kebun, tampak kebingungan. Ia mencari sesuatu yang akan diungkap di tengah film. Dibantu remaja kalem, Cherry/Yui Sakura (disurakan oleh Ichikawa Somegoro) untuk kembali ke panti jompo. Cherry mengenakan headset bukan karena sedang mendengarkan musik, perilakunya lebih untuk meredam kebisingan, melawan kearamaian. Sementara itu di tempat lain, Smile/Yuki (Hana Sugisaki) melakukan siaran langsung pakai HP. Hal-hal yang biasa, tapi karena ia populer dengan banyak follower, aksinya di depan kamera HP begitu dinanti. Giginya yang tongos sedang dipermak, dikawat biar rapi, maka ia mengenakan masker. Ia tampak malu dengan ‘kekurangan’-nya itu.

Suatu hari mereka ditemukan takdir di mal, sebuah tabrakan tak sengaja membuat buku catatan Cherry dibawa Smile, begitu juga sebaliknya HP Smile sebagai gantinya. Memang tampak mirip, makanya gerak cepat pertukaran itu bisa berlangsung. Betapa terkejutnya Smile, ketika di rumah menyadari. Ia lantas meminjam HP adiknya untuk menghubungi, meminta balik. Cherry yang di rumah, bersama teman-temannya mengangkat panggilan dan janjian ketemu untuk dikembalikan. Bisa ditangkap adegan sederhana di sini tapi bermakna dalam, makan keluarga jangan main HP. Hormati pasangan, hormati yang memasak, hormati waktu kebersamaan. Hal-hal yang terjadi di dunia maya masih bisa ditunda kok, hadapi keadaan asli saat itu. Kurangi buka HP saat bersama orang lain. Catet!

Sudah tertebak, mereka akrab. Bertukar akun sosmed, bertukar cerita. Status Cherry lebih banyak tentang puisi, atau di Jepang lebih akrab disebut haiku. Memandang senja dari taman, melihat air mengalir, awan beriring yang dihalau angin, sejuknya suasana perkebunan. Dan seterusnya, mereka saling mencinta, tapi dalam diam. Gerak bisa saja ditafsir, tapi kata-kata tertahan.

Cherry ternyata sedang dalam proses pindahan, musim panas ini di tanggal 17 Agustus ia harus pindah. Kerja sementara di panti jompo hanya sukarela, Smile tak tahu karena memang tak diberi tahu. maka saat di hari H pindahan, Smile mengajak menonton festival kembang api, Cherry ragu, tapi tetap mengiyakan. Lihat, hal-hal yang tak jujur atau terbuka, malah membuat runyam keadaan. Apa sulitnya bilang, maaf tak bisa karena harus cabut. Selesai. Oh tidak, Cherry terlalu banyak merenung, terlalu banyak pertimbangan. Maka saat mobil itu tiba-tiba berhenti, lantas ia berlari. Itu bisa jadi adalah salah satu masa terpenting dalam hidupnya. Ia memang harus mengambil resiko.

Di satu sisi mereka memiliki misi mencari rekaman vynil sang kakek yang berangsur pikun. Selidik punya selidik, ternyata rekaman itu adalah milik istrinya bernama Sakura. Ia tak ingin melupakan istrinya yang sudah almarhum, ia ingin mengabadikan momen, ia ingin mendengarkan lagunya sebelum ingatannya tergerus, sebelum ia mati. Sudah sangat langka, susah dicari, di toko rekaman miliknya dibongkar sampai lelah juga ga nemu. Saat akhirnya menyerah, malah dapat. Sayangnya saat akan diputar, sama Smile, kaset malah tak sengaja dipatahkan. Karena dirasa agak melengkung, saat diluruskan malah patah. Huhuhu…

Berhasilkan keinginan sang kakek merasai suara istrinya lagi? berhasilkan cinta dua remaja ini disatukan, karena festival kembang api dan hari kepindahan terjadi di hari yang sama. Well, seperti judulnya, endingnya menghentak dengan ribuan kata membuncah. Bak soda yang meletup histeris, kata-kata itu menjelma bising, terlontar tak terkendali, indah laksana kembang api yang juga sedang gemericik di angkasa.

Aku yakin kalian punya teman dengan gaya keduanya. Seorang yang sok puitis, di mana status sosmed-nya digores penuh makna dan kutipan orang terkenal (baik dicantumkan penulis aslinya atau tidak), atau benar-benar ditulis sendiri setelah mendapat inspirasi saat jiwa kreatifnya sedang meluap-luap. Sah-sah saja, zaman dulu dicatat dulu di kertas, sekarang sudah bisa dihamburkan dalam digital. Aku yakin juga kalian memiliki sahabat populer yang tak bisa lepas HP, sok cantik, sok imut, tiap menit update status, memiliki pengikut melimpah padahal kontennya juga biasa (atau jujur saja, banyak yang jelek), narsis abis, suka joget tiktok, suka pamer tete, suka pamer skincare, suka sekali mengikuti trend. Ya ‘kan, ya ‘kan? Wajar, dunia memang berlari mengikuti perkembangan, tingkah laku manusia otomatis menghambur bersamanya. Hanya bentuk gaya, dan bungkusnya saja yang tampak lebih kreatif. Satu bait saja yang ingin kubagikan di sini, “Bagian ‘membuat awal yang salah’ dalam Cahaya malam musim panas, awal yang salah.” 

Selalu menyenangkan menonton film sederhana disampaikan dengan ciamik. Hembusan kisahnya mengalir lancar, pilihan dialog dibuat dengan nyaman. Adegan ending di festival itu kalau salah proses saja akan jadi lebai, atau salah pemilihan kata yang diluapkan sekencang-kencangnya bila terpeleset bisa jadi roman remaja biasa bak FTV. Namun tidak, endingnya pas sekali saat kita masih terpukau dan hanyut dalam nuansa puitik sehingga aura seninya masih membayang sepanjang detik lagu penutup berkumandang. Memang tepat pemilihan judulnya, di awal meluap dalam tulisan, di akhir meluap dalam gempita jeritan. Bukankah kita semua mendamba adegan romantis dari pasangan yang diguratkan dengan manis, semanis syair?

Words Bubble Up Like Soda Pop | 2020 | Japan | Directed by Kyohei Ishiguro | Screenplay Kyohei Ishiguro, Dai Sato | Cast Ichikawa Somegoro, Hana Sugisaki, Megumi Han, Natsuki Hanae, Yuichiro Umehara, Megumi Nakajima | Skor: 4/5

Karawang, 071021 –Billie Holiday – Stormy 

Words Bubble Up Like Soda Pop bisa dinikmati di Netflix

Tiga Kata Ajaib

Gambar

Bagi yang sudah pernah kerja di Perusahaan ketika saya menulis kalimat ‘Tiga Kata Ajaib’ saya yakin sebagian sudah paham apa yang saya maksud. Seperti yang biasanya disampaikan kepada calon karyawan baru, disetiap training akan diselipkan motivasi dalam bekerja, seperti jangan sampai melakukan 3M: Menerima barang NG (Not Good; baca ‘en-ji’), membuat barang NG dan Mengalirkan barang NG. Nah, kalau training motivasi maka di suatu kesempatan akan ada istilah ‘Tiga Kata Ajaib’. Tiga kata itu adalah:

MAAF – TOLONG – TERIMA KASIH

Dalam hidup, saya percaya bahwa apa yang kita tanam maka akan kita tuai. Singkatnya, kalau kamu ingin dihormati maka hormatilah orang lain. Bila kamu ingin dihargai maka hargailah orang lain. Jika kamu (suatu saat) perlu pertolongan, maka biasakan menolong sesama. Begitu seterusnya. Maka dari itu tanamlah kebajikan sebanyak mungkin dengan iklas tanpa pamrih, maka suatu saat Tuhan akan membalasnya. Kita tak tahu melalui tangan siapa yang jelas pasti ada.

Dalam dunia kerja, rasa saling menghormati sangat penting untuk interaksi. Baik dengan teman kerja, atasan, bawahan ataupun dengan kolega Perusahaan lain. Dalam prakteknya kita perlu menjalankan tiga kata ajaib tersebut. Biasakan ucapkan “MAAF” ketika akan memulai berbicara, di sini dalam artian ketika kita akan menyela pekerjaan orang lain. Di saat orang lain bekerja maka kita meminta maaf karena menggangunya.

“Maaf menggangu waktunya”

“Maaf sebelumnya, bisa bantu saya”

“Maaf menyela pekerjaannya sebentar”

Kata berikutnya adalah “TOLONG”. Walaupun itu adalah job mereka kita sebaiknya mencoba menghormatinya dengan membuka percakapan dengan meminta tolong. Contohnya ketika kita mau foto copy kita memberi instruksi kepada OB agar terdengar sopan maka tinggal bubuhi kalimat pembuka dengan kata ajaib ini.

“Bisa minta tolong, foto copy kertas ini?”

“Minta tolong kesediaanya besok lembur”

“Bisa minta tolong lanjutkan print out ini”

Dan kata ajaib terakhirnya adalah ucapan “TERIMA KASIH”. Setelah semua usai biasakan ucapkan terima kasih atas apresiasi-nya. Ini juga ga peduli apakah yang dilaksakan adalah job dia atau bukan. Bagian HRD paling sering mendengar kata ini setelah selesaikan pekerjaannya. Ya iya-lah interaksinya manusia tiap hari, bukan mesin atau alat ukur.

“Terima kasih sudah membantu”

“Terima kasih ya”

“Makasih sudah mau memperbaiki absensinya”

Ada analogi yang biasa saya paparkan ketika training karyawan baru. Si A mau meminta balik bolpoin yang dipinjam si B. Ini tergantung dari si A memulai percakapan.

Cara 1: “Kembalikan bolpoin saya sekarang”

Cara 2: “Maaf B, saya lagi butuh bolpoinnya. Tolong dikembalikan ya. Terima kasih”

Dari dua cara tersebut, pada intinya bolpoin memang kembali ke si A. Namun alangkah lebih bijak cara yang ke 2 dipakai, karena pasti membekas di pikiran si B untuk kembali menghargai orang lain. Simple tapi mengena.

Mari kita prakterkan tiga kata ajaib ini, dan rasakan bedanya!

Karawang, 081013