The Once and the Future King


“Kay”, ujar Merlyn terdengar marah. “Lidahmu sungguh tajam dan akan membawa kemalangan bagimu. Kesulitan hidupmu berasal dari mulutmu.”

Buku yang sudah sangat kuharapkan baca sejak lima belas tahun lalu. Dalam inkheart ada nukilan kutipnya, dua. Dan alhamdullilah rasa penasaran itu terobati. Pertama adalah saat Wart marah saat dirinya hanya jadi orang kedua Kesatria sehingga mengeluarkan uneg-uneg legendaris.

“Kalau aku dilantik menjadi kesatria,” ujar Wart menerawang ke arah perapian. “Aku akan meminta agar diizinkan berjaga-jaga sendirian, seperti yang dilakukan Hob dengan burung elangnya, dan aku akan berdoa pada Tuhan agar aku bisa menghadapi semua kejahatan di dunia ini sendirian, sehingga jika aku berhasil menaklukkannya maka tidak ada lagi yang tersisa, sementara jika aku kalah, maka hanya aku sendirilah yang akan menanggungnya.” / “Kau sungguh angkuh,” ujar Merlyn. “Dan kau akan dikalahkannya, dan menderita karenanya.”

Dan kedua saat Wart jadi burung hantu, mempelajari kehidupan burung hantu, menjadi bagian darinya. Dan diminta untuk sabar. Hidup ini mengalir lembut, tak perlulah tergesa-gesa. Burung hantu adalah binatang paling sopan, tulus, dan juga setia. Umurnya panjang dan sepanjang waktu ia selalu berpikir, meskipun ia tidak berpikir dengan baik, tetap saja ia banyak berpikir.

Satu lagi nukilan di buku lain. Pertarungan fenomenal dua penyihir Merlyn versus Mim yang bisa berubah-ubah wujud. Dari naga, pohon, burung, nyamuk, ular, dan terakhir Nim menjadi Si Aulley raksasa, sementara Merlyn tak kelihatan, dan saat hitungan wasit dimulai, tiba-tiba tahulah kita ia jadi apa. Seru, mendebarkan, sangat menghibur. Duel dua penyihir yang sudah pernah kubaca di buku Dunia Sihir Harry Potter, nukilannya saja, dan akhirnya kini berhasil kutuntaskan penuh dari sumber aslinya.

Kisahnya tentang Wart, yang belajar bersama Kay. Wart dijuluki Wart karena kata itu berima dengan Art, yang merupakan singkatan namanya. Wart artinya kutil. Kay yang memberinya julukan tersebut. Wart bukanlah anak asli Sir Ector, sehingga hanya mendampingi sang putra asli Kay yang sejatinya dinobatkan menjadi kesatria kelak di masanya. Sayangnya Kay terdidik manja. Sikapnya angkuh begitu karena ia ketakutan gagal.

Maka dicarilah guru untuk mengajar mereka berdua di istana. Dalam proses pencarian, Wart dan Kay melakukan perburuan di hutan. Membawa serta burung elang Cully milik Hob, dan Kay dengan ceroboh melepasnya di hutan. Idenya sih, burung itu akan menjadi petunjuk, akan jinak dan kembali ke kandang yang dibawa. Namun semakin siang, burung itu terbang tinggi dari pohon ke pohon, dan makin jauh ke dalam hutan. Saat hari akan gelap sang putra kesatria Kay yang memang manja, memutuskan pulang, lepas tanggungjawab. Membiarkan burung lepas, sementara Wart tetap setia menantinya turun. Sungguh riskan, bermalam di hutan sendiri, tapi ini adalah sebentuk rasa tanggung jawab.

Nah di antara kerimbunan hutan itulah ia bertemu dengan Raja Pellinore yang sudah bertahun-tahun tersesat. Perkenalan absurd membentuk persahabatan. Lalu menemukan sebuah pondok dengan sumur dan api mengepul di dapur. Adalah penyihir Merlyn yang lalu mengantarnya pulang, bersama dengan burung yang terlepas. Merlyn punya asisten burung Archimides.

Luar biasa, istana yang panik semalaman sebab Wart tak pulang langsung ceria saat melihat Wart sampai istana. Dan begitulah, akhirnya Merlyn ditunjuk jadi guru mereka. Sejatinya memang penyihir Merlyn, nantinya di akhir kita ketahui, memiliki misi ke istana itu. Pertemuan dengan Wart bukanlah kebetulan, dan mereka sudah terikat takdir.

Wart sangat antusias. Sebagai penyihir, Merlyn bisa mengubah diri jadi apa saja. Jadi keantusiasan Wart bertemu dengan kehebatan Merlyn, jadilah petualangan seru. Wart pernah jadi burung hantu, mengajarkan untuk jadi manusia sabar. Ilmu melimpah dari seorang ahli sihir. Wow kan. Wart tidak hanya merasa lebih baik, dia bahkan merasa sangat baik, begitu baiknya sehingga hampir tidak mungkin baginya untuk tetap diam di tempat tidur.

Pernah jadi ikan perch, luak, pohon ek (Pohon ek adalah yang pertama berbicara, karena ialah yang paling mulia di antara pepohonan), burung hantu, ular, dan sebagainya. Pengalaman mengubah bentuk yang luar biasa seru dan mendebarkan. Sempat pula meminta Merlyn mengubah Kay juga, agar adil, tapi ternyata Kay memang tak kuat/tak layak untuk ikut berpetualang. Merlyn berkata dengan lembut, “Mungkin apa yang baik bagimu akan menjadi buruk baginya. Di samping itu, kau harus ingat bahwa dia tidak pernah meminta untuk diubah menjadi makhluk apa pun.”

Salah satu petualangan yang mendebarkan adalah ke area antah. Perjalanan mereka panjang dan mengerikan, melewati negeri-negeri kesedihan tengah malam menuju negeri yang tak-ditemukan Kennaquhair, yang berada di 91 derajat lintang utara dan 181 derajat bujur barat. Asing, ganjil, dan serba ketidakpastian. Namun lagi-lagi harus ditekankan, dia sedang belajar, jadi seperti contoh kita belajar memanjat pohon, sejatinya pengaman naik ke ketinggian tentunya sudah dipasang, jadi seandainya jatuh, tetap terikat. Aman, maka saat ke area antah surantah, sejatinya Merlyn-pun memasang pengaman (versi sihir tentunya).

Pada akhirnya waktu berjalan maju, dan enam tahun sudah kebersamaan mereka. Kay diangkat jadi kesatria, Wart jadi pengawalnya, sesuai jenjang pendidikan setiap bangsawan beradab pada masa itu biasanya melalui tiga tahap: pembantu kesatria, pengawal kesatria, dan kesatria. Merlyn yang merasa sudah cukup membekali ilmu, pamit. Di malam terakhir sebelum pergi, Merlyn mengubah Wart jadi luak. “Nikmatilah malam terakhirmu, dan sampaikan salamku pada si Luak.”

Sementara itu di Inggris pusat, tersiar kabar raja mangkat. Dan karena tak memiliki keturunan, posisi itu lowong. Sebuah pedang tertancap di batu di dekat gereja. Sang raja berwasiat bahwa hanya keturunannya yang akan bisa mencabutnya, dan menjadi raja Inggris yang sah. Banyak orang sudah mencoba dan gagal, orang-orang hebat menjajal dari yang perkasa hingga para tentara, dari para bangsawan hingga petani.

Maka saat kabar itu sampai di istana. Kay berkeinginan ke London. Sebab ada pawai dan banyak pesta. Perjalanan jauh yang ternyata memberi akhir indah.

Saya sempat bertanya-tanya, kover itu jelas mengenai raja Inggris dengan pedangnya. Judulnya Pedang yang tertanjap di batu. Namun saat buku sudah tinggal bab-bab akhir, tak kutemui korelasinya. Ternyata disimpan hanya sebagai eksekusi ending. Hehe, pantas saja Wart disebut JK Rowling sebagai nenek moyangnya Harry Potter.

Beberapa kali, Merlyn melakukan atau mengucapkan hal-hal yang tak dimengerti orang awam. Seperti saat ia marah, Wart melakukan kesalahan di hutan. Petunjuk jelas, Jangan lupa untuk mengikuti jalur ladang gandum. Atau saat adu tombak antar dua sahabat. Atau saat ia marah ditanyai Wart sesuatu yang tak disuka, ia teriak, “Castor and Pullox, terbangkan aku ke Bermuda.”

Atau saat ditanya burung favorit? Bukan marah sih, tapi bingung. “Wah itu pertanyaan yang berat, seperti pertanyaan apa buku favoritmu. Secara keseluruhan, bagaimana pun juga, kurasa aku lebih menyukai burung merpati.”

Entah disengaja atau kebetulan, ada malam perayaan bagi penyihir. Simbol di malam-malam Walpurgis pernah kubaca di buku Penyihir Cilik karya Otfried Preubler. Karena buku ini duluan terbit, maka bisa dipastikan Penyihir Cilik mengikuti. Ataukah sudah ada aturan lama sebelum ini, malam perayaan penyihir?

Kubaca cepat diantara buku-buku tebal pada 14.01.23 jam 15:15 hujan deras di teras, sampai 16.01.23 16:00 di masjid Raya Teluk Jambe, Peruri saat cuti. Sebagai buku pertama yang selesai kubaca di tahun ini, sungguh sebuah start yang luar biasa bagus.

Sebagai penutup, ini adalah novel pembelajar. Wart dididik untuk masa depan yang cemerlang, ia ditempa kesusahan, ia tak tahu sejatinya ini untuk apa. Makanya bersama Merlyn mereka telah mengalami petualangan yang tak terhitung jumlahnya. Ah, belajar. Tak akan pernah ada garis finish-nya, seperti kata Merlyn, “Hal terbaik untuk menyembunyikan gelisah adalah dengan belajar…”

The Sword in the Stone | by T.H. White | Copyright Lloyds TSB Offshore Trust Co., Ltd. 1938 | Penerjemah Rahmawati Rusli | Penyunting Nadya Andwiani | Pewajah sampul Kebun Angan | Pewajah isi Husni Kamal | Penerbit Media Klasik Fantasi (a division of Mahda Books) | Cetakan I: April 2011 | ISBN 978-97067-2-7 | Skor: 5/5

Karawang, 230123 – (1) Nellie McKay – Manhattan Avenue

Thx to Daniel, Yogyakarta

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s