The Last Dragonslayer – Jesper Fforde

image

“Jangan biarkan seseorang memberitahumu bahwa masa depan sudah tertulis.”

Sebuah buku sihir di era modern lagi. Yang terlintas pertama kali saat melihat sampulnya bergambar naga dengan Volkswagen kuning di atas butuhnya adalah kisah Harry Potter yang fenomenal itu. Dengan latar gedung Big Ben jelas setting yang diambil jugalah kota London. Kisah menjadi makin menarik ketika tahu melibatkan detektif Norton dan Villiers, kerajaan dan para hulubalang-nya dan potensi perang yang terjadi di antara bisingnya ibu kota Inggris. Raja Snodd IV dan Duke Brecon, sayangnya mereka terlampau lembut. Ekspektasi yang tinggi itu langsung drop ketika sampai di halaman 26 yang menyatakan bahwa tongkat, sapu dan topi kerucut adalah untuk buku dongeng. Well, terus terang saya langsung marah. Kalaupun dunia sihir Fforde tak mengenalkan hal itu setidaknya jangan ’mengejek’ dunia sihir lainnya.
Kisahnya runut. Enak dibaca. Benar-benar bacaan ringan yang menarik. Tentang seorang remaja perempuan yang menjalankan usaha sihir. Jennifer Strange adalah anak terlantar dari panti asuhan milik Bunda Zenobia yang mendapat kerja wajib ke menara Zambini. Di usianya yang 15 tahun, dirinya ditunjuk Mr Zambini memimpin usahanya karena beliau harus menghilang. Sampai halaman berakhir, kalian tak akan tahu menghilang ke mana beliau. Walau diberi jawab kabur karena menjalankan usaha menggelikan mempertontonkan sulap di depan anak-anak, namun itu tidaklah terlihat jelas.

Cerita dibuka dengan sebuah tugas dari Mr. Digby untuk membenahi gedung. Awalnya dia sangsi, Jenny terlampau muda untuk menjalankan sebuah agensi. Namun setelah diyakinkan bahwa pekerjaan akan selesai sesuai jadwal, pembetulan pipa pun dimulai. Sihir di sini diakui oleh masyarakat, namun sihir rendah yang digunakan untuk semisal mengantar piza dengan kapet terbang atau membetulkan saluran air yang tersumbat. Bah, sampai di bagian karpet terbang saya sempat marah, kenapa dia mengolok tongkat sihir sementara tetap mencatut aturan permadani? Ini tidak fair!

Di menara Kazam terdiri dari beberapa lantai yang dihuni oleh para penyihir dengan keahlian masing-masing. Ada Lady Mawgon yang pemarah dan cemberut. Ada Full Prince yang nyentrik, nama aslinya Dennis dan memiliki saudara kembar David. Ada Kevin Zipp. Karamazov bersaudari – Deirdre dan Deirdre. Jenny sebagai manager pengganti sementara Mr Zambini memiliki binatang Quarkbeast yang aneh sekali. Binatang yang makannya besi, aluminium dan sejenisnya. Tercipta seperti anjing namun dari benda mati. Bisanya bilang “Quark”. Nantinya ini binatang punya peranan penting di penentuan akhir cerita. Menara Zambini baru saja menerima anak baru bernama Horton Prawns, mereka memanggilnya Tiger. Jadi setiap anak terlantar menjalankan kewajiban selama enam tahun di Kazam sampai usia 18 tahun.

Setelah basa-basi panjang lebar mengenalkan para karakter dan aturan dunia sihir milik Fforde kita benar-benar memasuki cerita sebenarnya saat di tengah halaman. Setelah kabar ramalan yang mengatakan bahwa naga Maltcassion akan mati Minggu tengah hari, Jenni menyelediki kebenarannya. Karena kalau naga terakhir mati maka sihir akan punah, Jenni mencoba melawannya. Mencegah agar tak sampai terjadi. Dia bertemu orang tua asuhnya Bunda Zenobia. Sang bunda bercerita panjang lebar mengenai sejarah naga, perjanjian naga dan sang penyihir hebat Mu’shad Waseer dan Shandar Yang Perkasa.

Tentang para pembantai naga, dan betapa dunia bisa damai tanpa binatang penyembur api. Di sini naga persis seperti gambaran hikayat, namun bijak dan bisa bicara dengan bahasa Naga yang bisa dipelajari manusia. Naga yang ternyata tinggal satu itu tinggal di tanah naga yang dikelilingi batu sihir, siapa saja yang melewatinya akan melebur jadi abu. Hanya pembantai naga dan asisten magangnya yang bisa. Termasuk naga tak bisa keluar dari wilayahnya. Perjanjian yang ditulis empat ratus tahun yang lalu penuh legenda. Alasan sebenarnya sungguh mengejutkan, nantinya di akhir akan membuat kalian shock.

Jenni diminta bunda untuk bertemu si tua aneh William dari Anorak di stasiun. Si tua yang selalu berbicara dengan fakta dulu baru mengutarkan maksudnya itu lalu meminta Jenny pergi ke bar Dog and Ferret di jalan Wimpole bertemu Brian Spalding. Nah inilah bab paling memukau, cara bertemunya yang elegan. Pengungkapan faktanya seru. Keterkejutan Jenny akan sebuah tugas berat. Dan seperti di gambar ilustrasi di halaman pertama, Brian meleleh jadi abu dengan hanya menyisakan tongkat, baju, dan topinya sebagai bukti bahwa dia pernah ada. Mendapat tugas maha berat itu berhasilkan Jennifer Strange melawan takdir?

Ada tiga puluh tiga bab yang panjang dan melelahkan, namun worth it kok untuk dilahap. Cerita yang ringan dan yah, dengan aturan sihir yang tak baku sang Penulis bisa saja menjalankan imajinasinya sendiri. Eksekusi ending-nya kurang seru, karena seakan dipaksa happy untuk semua pihak. Eksekusi penting ketika di tanah naga ketika sebuah kejutan dari Gordon juga lemah sekali. Sempat berharap karakter penting tewas, atau sebuah kerusakan besar melanda akibat perang atau sebuah tempur naga penuh keseruan. Sayangnya tidak, endingnya akan menyenagkan para Raja dan rakyatnya. Para penikmat cerita Disney yang lembut. Sayang sekali, harusnya jangan nanggung. Setelah jalinan kisah panjang yang seru, cerita malah anti-klimak. Fforde jelas menyiapkan lanjutan, ataukan prequel. Apapaun itu patut disayangkan, kisah Miss Strange harus seperti ini.

Banyak karakter yang tak berkembang. Tiger Prawns yang digadang-gadang punya peran besar, tenggelam. Full Prince yang melakukan penelitian sihir yang bisa mengubah logam menjadi emas juga terlantar. Mr Zambini yang terdengar hebat juga tak muncul. Rasanya benar-benar disimpan untuk lanjutan?

“… bahwa sihir seperti emas yang berbaur di dalam pasir, berharga tapi tidak berguna jika kau tidak bisa mengambilnya.” – halaman 37

“Raja tidak bergurau Miss Strange. Dalam kesempatan langka ketika beliau akan bergurau beliau mengedarkan memo sebelumnya untuk menghindari kesalahpahaman.” – 161

“Namaku Jennifer Strange,” kataku seanggun mungkin. “Dengan dua huruf N.” | “Di Strange atau Jennifer?” | “Jennifer.” | “Oh,” kata sang Naga. “Cuma memastikan.” – 135

“Aku tidak tahu siapa yang memasang iklan di surat kabar, tapi itu bukan aku.” | “Biar kujelaskan dengan mudah,” seraya menyeringai. “Itu aku.” | “Kau? Mangapa?” | “Aku ingin menjadi yang pertama di dalam antrean. Pembantai-Naga perlu asisten, jadi kupikir aku akan menghindarimu dari masalah pemasangan iklan.” – 146

The Last Dragonslayer | by Jesper Fforde | terbitan Houghton Mifflin Harcourt, New York 2012 | cotyright 2010 | Penerjemah Ingrid Dwijani Nimpoeno| Penyunting Dyah Agustie| Proofreader Emi Kusmiati | Cetakan 1, Oktober 2015 | Penerbit Mizan | design sampul Windu Tampan | ISBN 978-979-433-904-6 | untuk Stella Morel (1897 – 1933 | 2010 – …), Nenek yang penah kukenal – Putri yang akan kukenal | Skor 3,5/5

Karawang, 210516 #Nikita Willy – Pantas Untukku

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s