
Misteri Sutra yang Robek by S. Mara Gd
“Aku bukannya mau membalas dendam, sama sekali tidak. Aku hanya perlu berbicara dengan seseorang.” – Ayu Sutra
Cerita deketif yang bagus. Seperti biasa, perpaduan polisi dan mantan pencuri mencoba mengungkap pembunuhan keluarga dengan dalih kekerasan rumah tangga. Mungkin tertebak, karena lingkaran kandidat pelaku tak beranjak dari tiga: pertama sang istri yang jadi tersangka utama, dipenjara sementara sebab ketika suaminya meninggal dialah yang terakhir bertemu, keluar rumah sore itu. Kedua, sang selingkuhan. Ia-lah yang menemukan mayat korban, datang setelah ditelepon. Ketiga tetangganya yang juga menemukan mayat, bersama mereka membuka paksa pintu rumah dan begitulah, penyelidikan dilakukan. Siapa pembunuhnya, kalian akan dengan mudah mendapati, sebab potensi utama sang istri dengan sangat mudah dicoret, jelas bukan pembunuhnya. Lalu siapa?
Kisahnya mengambil banyak sudut pandang, jadi setiap ganti bab kita bisa merasakan perasaan para karakter. Dengan banyak sudut pandang gini, kita bisa dengan mudah mengetahui klu-klu penting. Seperti sang istri Ayu, jelas ia tak bersalah. Rasa cintanya kepada suami memang luntur akibat perlakukannya buruk, tapi tetap ia memegang tinggi ikatan suci pernikahan, bahkan sekalipun mengalami kekerasan fisik.
Jadi Ir. Sutra ini adalah suami berengsek. Kenapa? Menikah dalam posisi tidak perjaka, tapi marah-marah tak jelas kepada istrinya Ayu karena sudah tak perawan. Ia dididik menjadi pengusaha, dan sukses secara finansial, sayang akhlaknya tidak. Selingkuh dengan seorang gadis kaya, berpendidikan Barat Roda Darsono. Sutra memang punya titel sarjana, tetapi di Indonesia sekarang sarjana tumbuh seperti cendawan di musim hujan, jadi itu bukan suatu keistimewaan. Sutra beristri, dan tidak tampan, tidak gagah, tidak menarik. Lalu apa yang diperebutkan? Perselingkuhan yang menghabiskan waktu berhari-hari di penginapan, sayangnya, ia lupa bahwa kaum hawa pun saat marah, bisa berbalik mengambil jalan kekerasan. Rupanya kali ini waktu bukanlah obat yang ampuh. Semakin lama semakin parah kasusnya.
Ayu sejatinya sudah lelah, apa yang ditunggu dan apa yang masih diharapkan? Ingin bercerai dan beberapa kali curhat sama tetangganya yang tinggal sendirian Nyonya Diah, hobinya berkebun, dan seperti kebanyakan emak-emak lainnya, bergosip. Maka kabar Ayu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pun sudah diperdengar, dan mendukung rencana perpisahan.
Sementara itu, sahabat lama Ayu semasa sekolah Manaseh Lubis kembali hadir di kehidupannya. Setelah lama merantau di ibukota, ia dikirim tugas ke deerah, sebagai marketing yang baik, mendapat promosi dan kini tinggal di kota yang membesarkannya. Nah, mereka bertemu secara tak sengaja. Saling sapa, saling tegur kabar. Dan begitulah, cinta monyet itu kembali bersemi. Sejatinya masih di tahap awal, Manaseh Lubis masih menjaga jarak, dan hati. Saat ditanya ibunya tentang jodoh ia defensif. Bahkan saat dijodohkan, dikenalkan dengan seorang gadis, ia menurut. Walaupun, pada akhirnya taka da rasa. Gadis masih berpola pikir belum dewasa. Maka setelah gagal, ia mengaku pada ibunya. Ia jatuh hati sama istri seseorang, yang lalu ditangkap polisi karena dituduh sebagai pelaku. Ibunya was-was, sebesar itu cintanya? Apakah worth it untuk diperjuangkan? Apakah menunggu itu layak? Sesuatu yang wajar, seorang ibu mengharap yang terbaik pada anaknya, dan mendamba kebahagiaan. Mengingin anaknya menikah dan membentuk keluarga. “Tapi itu kan konyol, kamu tidak bisa menikah dengannya, tapi kamu menyukainya sampai kamu nggak mau pacaran dengan gadis lain!”
Kedekatan itu membuat marah suaminya, dan kekerasan kembali terjadi di sore itu. Padahal sudah sepakat mereka berdamai, tidak jadi cerai, berjanji untuk memperbaiki hubungan, dan kondisi, dan akan berjuang untuk mendapatkan keturunan. Agak heran juga melihat sinar kelembutan dalam mata laki-laki itu. Namun dengan kemarahan itu, Ayu kembali bergeming. Ia sudah berencana ke rumah orangtuanya sore itu, dan sekalipun kekerasan itu, dan kesepatakan itu terjadi, niatnya ke rumah orangtua tetap harus dilakukan.
Dengan keputusan rujuk itulah, diluar duga mencipta marah Roda. Gadis kaya, pendidikan tinggi, berpikiran bebas, dan cantik. Entah kenapa tak diterima putus oleh lelaki beristri? Gengsi! Dari Roda kita bisa belajar, bahwaa mendidik anak itu penting. Tak dimanja agar bisa mandiri. Anak-anak yang dilahirkan ke dunian ini dapat menjadi anak yang baik atau anak yang jahat tergantung andil pendidikan yang diberikan orangtuanya. “… Benar juga dia. Mungkin itu cara berpikir Barat ya, Mas? Serbapraktis gitu?”
Maka terjadilah pembunuhan. Sore itu Ir. Surya ditemukan tewas di kamarnya bermandikan darah. Mayat ditemukan oleh Roda yang sore itu memang ke rumahnya, bersama Nyonya Diah yang kebetulan melihat. Laporan ke polisi masuk, dan tindakan pertama pencarian pelaku adalah istrinya.
Dan di sinilah, muncul jagoan kita. Kapten polisi Kosasih dan partnernya mantan pencuri Gozali. Keduanya adalah detektif hebat. Kosasih punya keluarga, mapan dan dihormati. Gozali masih lajang, mantan pencuri dengan otak encer. Memecahkan banyak kasus, kali ini setelah meneliti, menginterogasi, mewawancarai saksi dan tersangka, ternyata pembunuhan tak berhenti. Terjadi lagi pembunuhan, kali ini tetangga Sutra, seorang emak-emak. Dan jelas ini ada kaitannya. “Pembunuhan itu pasti ada kaitannya dengan pembunuhan Ir. Sutra. Dua pembunuhan yang terjadi di jalan yang sama dalam waktu yang berdekatan pasti ada hubungannya.” Kata Kosasih
Jadi siapakah pelakunya? Dengan menyingkirkan sang istri, maka kemungkinan itu mengerucut. Sempat tebak Nyonya Diah sebab pernah baca buku Kasus Dendam Membara by Erle Stanley Gardner, di mana tetangga resek mengakibat kriminal. Mencuriga Manaseh juga, sebab cinta monyet itu ternyata tak semonyet yang kita duga, ia begitu mencinta Ayu. Terbesit pula Roda, gara-gara gengsi ia melakukan tindakan bodoh. Darah muda, didikan Barat pula. Marah bisa sangat mengerikan. Apalagi ia mendesak terus pada polisi untuk segera menetapkan Ayu sebagai pelaku. “Prinsip kami, Nona Roda, adalah keadilan baru tecapai apabila kami dapat membuktikan tanpa keragu-raguan lagi bahwa seseorang itu benar-benar bersalah. Sebelum seseorang terbukti tanpa keraguan bahwa memang dia bersalah, dia tetap dianggap tidak bersalah.” Kata Kosasih. Atau malah yang lain?
Dari daftar buku karya S. Mara Gd yang tercantum di belakang novel (totalnya 26), sudah sangat banyak cerita detektif yang dibuat. Duo Gozali dan Kosasih bisa seperti Watson dan Sherlock. Luar biasa. Bu Mara ini hebat, punya serial ikonik. Dengan judul bermula ‘misteri’, dan penelusuran deduksi yang bagus, produk lokal ini seharusnya suatu hari difilmkan. Dijadikan film detektif ikon Nusantara. Selain kata ‘misteri’, beliau juga menyinggul judul unik, menyebut nama karakter dengan kata baku Indonesia. Dulu baca Misteri Dian yang Padam, ternyata korbannya bernama Dian yang berarti pelita, atau penerang dengan nyala api kecil. Begitu juga yang ini, Sutra adalah korban yang bisa juga berarti kain halus. Sungguh permainan kata yang oke.
Jelas, buku-buku beliau layak dikoleksi dan kalau perlu diulas semuanya di sini. Semoga panjang umur dan bisa.
Misteri Sutra yang Robek | by S. Mara Gd | GM 401 06.021 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Gambar sampul DavidG | Sampul dikerjakan oleh Eduard Iwan Mangopang | Jakarta, Juni 2006 | 320 hlm.; 18 cm | ISBN 979-22-2160-3 | Skor: 4/5
Karawang, 230123 – Nellie McKay – Manhattan Avenue
Thx to Fasilah Haryati, Bekasi