14 Buku Terbaik 2022 – Fiksi/Luar

“Bukankah kau sendiri yang mengatakannya, Putri? Kehidupan kita bersama itu seperti dongeng dengan akhir yang bahagia, tidak peduli ke mana cerita itu akan berbelok sebelumnya.”  – Axl  dalam The Buried Giant (Kazuo Ishiguro)

Total fiksi terjemahan kubaca 54 buku, selalu terbanyak di area ini. Rekomendasinya banyak, dan yah, paling nyaman. Makanya sampai kapanpun, fiksi terjemahan adalah yang paling laku dan menghibur. Memang kecintaanku pada buku bermula di sini. 14 terbaik ini diperas dengan susah payah.

Dari perjalanan pemusnahan cincin sampai pangeran konyol tukang lawak. Dari penampungan anak-anak aneh yang terjebak waktu sampai kota Paris yang elok di abad 19. Dari kumpulan cerpen sangat dahsyat penuh twist sampai perjalanan pahlawan pembunuh naga. Dari berkas keluarga detektif sampai surga tersembunyi di Afrika. Dari pencarian tuan Black tersebab misteri sampai riwayat singkat bocah gendut. Dari bocah yang tersekap di ruang bawah tanah sejak lahir hingga lika-liku laki-laki yang sedih tanpa perempuan. Semuanya luar biasa. Setahun yang sangat menyenangkan.

Berikut daftar buku fiksi terjemahan terbaik yang kubaca tahun 2022 versi LBP – Lazione Budy Poncowirejo:

#14. Sebastian Darke by Philip Caveney (Mizan) – 2009

Lucu. Ini memang buku fantasi remaja, maka menempatkan diri ke sana itu penting. Beberapa bagian memang sederhana, beberapa klise, tapi idenya patut diacungi jempol. Seorang putri yang berjuang untuk merebut kembali haknya di tampuk pimpinan kerajaan. Langsung mengingatkanku pada Prince Caspian atau Lion King. Di sini para protagonist hanya ditempatkan sebagai peran pembantu memang, tapi tetap saja menyenangkan. Kunci utama adalah penyampaian kisah yang nyaman dan mudah dicerna. Kita hanya ada di lingkar luar kekuasaan, dan itu justru asyiknya.

“Jadi, akar dari muslihat kita sudah berada pada tempatnya.”

#13. The Spellman Files by Lisa Lutz (Atria) – 2008

Novel keluarga yang sungguh absurd. Keluarga detektif, semuanya berbakat dan memang hebat dalam investigasi, luar biasa mencengangkan. Sebab jalinan kisahnya rumit, awalnya. Penuh tanda tanya, penyelidikan satu ditumpuk ke penyelidikan lain, kasus satu belum tuntas muncul kasus lainnya, dan itu sungguh menyenangkan. Keluarga Spellman dan ketiga anaknya yang cekatan, tapi selalu ada pengeculian. Anak nomor pertama malah tumbuh sempurna, tak seperti yang lain yang rumit dan berkutat di bisnis penyelidikan, ia malah tumbuh hebat dan lurus-lurus saja menjadi pengacara dengan gaji besar. Ah, keluarga yang kompleks.

“Kita semua tahu bahwa petunjuk akan selalu ada kalau kita membruunya.”

#12. Night Shift book 1 by Stephen King (Alice) – 2004

King lagi, dulu rasanya sulit sekali menuntaskan baca ini. Padat, terjemahan yang terlipat, hingga pembahasan horror yang tampak aneh, tapi entah kenapa seusai ulas Cell, saya ambil dari rak hari Minggu, 18 Sep dan berhasil dibaca cepat. Senin tak tersentuh karena ada tugas keluar kota, Selasa kubaca dua bab, Rabu, 21 Sep 2022 pagi sebelum kerja saya tuntaskan. Saya tak memahami aturan baca cepat/kilat, saya hanya baca saya, menikmati waktu. Santuy, hanya waktu luangnya diperbanyak aja. Nyaman, sangat nyaman sekalipun temanya horror.

“Tuan Boone, Anda harus meninggalkan Chapelwaite dengan segera!”

#11. Room by Emma Donoghue (Noura) – 2016

Lima tahun untuk selamanya. Mengubah segala hal yang selama ini ditempa. Buku ini, bisa jadi renungan ilmu psikologi. Lingkungan membentuk seseorang. Kita dicipta oleh keadaan sekitar, pendidikan sekitar. Makanya, yang kaya makin kaya sebab diolah oleh pendidikan dan pergaulan orang kaya, begitu juga yang miskin, pola pikirnya tetap miskin. Ya, pahit, tapi nyatanya seperti itu.

“Di luar ada segalanya. Setiap kali aku memikirkan sesuatu sekarang seperti ski atau kembang api atau pulau atau elevator atau yoyo, aku harus mengingat kalau semua itu nyata, mereka semua benar-benar terjadi di Luar bersamaan.”

#10. Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children by Ransom Riggs (GPU) – 2016

Mengejutkanku, foto-foto yang ditampilkan adalah asli. Sedari mula, kukira ini menjadi penunjang cerita, khas buku-buku lain. Ternyata, kita lebih cocoknya menyebut: foto-foto itulah yang menjadi dasar cerita. Kata-kata dicipta untuk menunjangnya. Penggambaran cerita, jelas dikembangkan dari sebaran frame. Dengan terang sang penulis bilang, ada ribuan foto lain yang tak bisa masuk, kudu selektif. Dan dengan ending menggantung, foto-foto yang tak ditampilkan kemungkinan muncul di Hollow City.

Kenapa orang-orang sanggup menjalani hari yang sama berulang kali selama berpuluh-puluh tahun tanpa menjadi gila. Ya di sini memang indah dan kehidupan pun terasa nyaman, tapi kalau setiap hari selalu persis sama dan anak-anak ini tak bisa pergi, berati tempat ini bukan sekadar surga, tetapi juga semacam penjara.”

#9. Extremely Loud & Incredibly Close by Jonathan Safran Foer (Mahda Books) – 2010

Dicetak dengan tak biasa. Dipenuhi kepadatan kata-kata, kalimat langsung bertumpuk dalam satu paragraf, ada gambar-gambar, bisa foto atau ilustrasi tangan, warna-warni sesuai mood Oscar, hingga aturan tak baku bagaimana lembar nyaris kosong hanya berisi satu dua kalimat, kata-kata tumpang tindih tak beraturan. Menabrak banyak aturan bahasa, tapi memang isinya sungguh bagus. Misinya terdengar sederhana, mencari Tua/Nyonya Black yang memiliki lubang kunci. Kunci peninggalan ayahnya yang meninggal dalam tragedi 11/9. Namun tak seserhana itu sebab berapa peluangmu menemukan lubang kunci dari seantero New York? Ada berapa orang bernama Black di sana? Maka Oscar mencari, menemui satu per satu, menanyakan, berkenalan, hingga petualang-petualang tak terduga.

“Aku terus memikirkan betapa semua ini adalah nama orang yang sudah meninggal, dan betapa nama pada dasarnya adalah satu-satunya hal yang masih tetap bisa dimiliki oleh orang yang sudah meninggal.”

#8. The Belly of Paris by Emile Zola (GPU) – 2017

Kisah panjang berliku, padahal intinya hanya berkutat di sebuah pasar di Paris abad kesembilan belas. Politik, gosip, percintaan, diaduk sampai lumer dalam keseharian orang-orang pasar. Pijakan kisah memang kuat, keluarga yang berbeda karakter itu, dipecah oleh pandangan politik. Acara ngopi tiap pekan malam hari malah jadi ajang diskusi terlarang, orang-orang lurus merasa terusik. Ditambah drama persaingan dua pedagang besar, politik dalam di sini malah seolah jadi tunggangan. Makanya ending-nya seperti itu. Tepuk tangan untuk itu.

“Aku bersyukur kepada pemerintah kalau usaha lancar, kalau aku bisa makan dengan tenang, bisa tidur tanpa dibangunkan bunyi tembakan.”

#7. Paradise by Abdulrazak Guranh (Hikmah) – 2007

Buku istimewa. Pasca pengumuman pemenang Nobel Sastra 2021, langsung berburu. Paradise sejatinya tersedia di platform jualan, bersaing harganya, dan sesuai prediksi akan jadi rebutan. Karena saya belum punya m-banking sehingga kalah cepat, tak butuh waktu lama ludes. Untungnya ketemu di Facebook, tersedia dalam satu paket dengn terbitan Hikmah lainnya, plus bonus Atria. Jadilah saya sukses menuntaskannya. Anehnya, sebagai buku utama incaran. Paradise malah jadi yang terakhir baca, jadi yang paling ujung diulas. Memang buku yang tak biasa, cara bercerita disajikan dengan sangat bagus. Pengelana, ah… cerita-cerita perjalanan selalu mendebarkan. Kali ini karakter utamanya sungguh tampan, sesuai namanya yang juga tampan, Yusuf.

“Kijana Mizuri. Bocah tampan”

#6. Men Without Women by Haruki Murakami (KPG) – 2022

Akhirnya saya berhasil menikmati buku asal film terbaik 2021. Ternyata banyak sekali modifikasi. Tim kreatifnya terlampau kreatif. Drive My Car versi cerpen sungguh berbeda dengan versi filmnya. Hanya poin-poin utama yang dipinjam, seperti nama karakter, fakta aktor teater, sopir wanita, hingga perselingkuhan sang istri. Mayoritas benar-benar dikembangkan sendiri. Pembunuhan terutama, itu tak ada. Hanya untuk menambah dramatisasi. Atau bagian film ‘dipaksa’ disediakan sopir, itu bukan keinginan tuan Yusuke Kafuku, padahal di buku, jelas-jelas dia sedang cari sopir sebab SIM-nya dicabut. Atau bagian makan malam dengan keluarga di mana sang istri Lee Yoon-a seorang tuna rungu, atau bagaimana isi teater dijejali Bahasa Indonesia. Sebuah adaptasi yang sangat kreatif.

“Tidak perlu. Saya pernah bekerja sebagai sopir jasa antar paket. Peta Kota Tokyo sudah tercetak di kepala saya.”

#5. The Brief Wondrous Life of Oscar Wao by Junot Diaz (Qonita) – 2011

Buku yang panjang nan melelahkan, cara penyampaiannya sungguh unik. Polanya acak, sudut yang diambil juga bergantian. Tokoh utama memang Oscar Wao, siswa gembrot penyuka fiksi ilmiah, tapi sejatinya ia juga roda penggerak yang sama seperti kakaknya, teman kampusnya, kakeknya, dst. Budaya lokal Rep. Dominika sungguh kental, perpaduan area mistis dan terjangan modernitas. Dan tentu, karena kisah bersisian dengan sejarah, dengan masa sang diktator maka secara fasih kita diajak mengenal masa lalu Negara ini. Ini buku untuk semua orang, semua genre. Menyenangkan nan menghibur.

“Mengapa tak pernah kulupakan wajah itu, bahkan hingga sekarang, meski bertahun-tahun telah berlalu? Tubuh lelah bekerja, mata membengkak karena kurang tidur, campuran kemarahan dan kerapuhan yang sangat tidak masuk akal, itulah Lola, selalu dan selamanya.”

#4. No Comebacks by Frederick Forsyth (Interaksara) – 2000

Luar biasa. Keren banget, maaf maksudnya Kueeereeeennnnnn. Kumpulan cerpen yang langka, di mana semua cerpennya mengandung kejutan. Twist. Dituturkan dengan sabar dan muram, telaten. Hingga pukulan telak disiapkan di akhir. kesepuluhnya wow, jelas ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah kubaca, setelah menyelesaikan baca langsung terbesit menyusun 100 buku kumpulan cerpen terbaik, dan ini akan kumasukkan 10 besar. Efek yang murni bagus, dan dengan senang hati saya rekomendasikan untuk kalian.

“Ini menyedihkan. Ini sangat mengguncang. Cinta obsesi yang membabibuta, meledak dalam kesedihan mendalam. Rumit dan kuasa uang membuat orang kalap, dan bodoh.”.

#3. Mrs Dalloway by Virginia Woolf (Narasi) – 2022

Njelimet, novel tak biasa. Tak ada bab, tak ada keterangan tambahan, ndelujur saja dari awal hingga garis finish. Melelahkan memang, tapi seringkali buku yang ditantang mikir, melelahkan, tak biasa, adalah buku yang ok. Mrs. Dalloway jelas tak sekadar ok, ini novel memberi nuansa imaji tersendiri. Pembaca diajak jalan-jalan ke pesta, yang pestanya bahkan masih dalam rancangan, rancang bangun itu lantas diputar ke masa lalu sang penyelenggar. Hari-hari indah dengan mantan kekasih, harapan-harapan yang kandas, hingga semacam penyesalan kesalahan memilih pasangan hidup. Lingkar kawan memang sangat penting mencipta nasib, dan nasib dibentuk dari nukilan-nukilan kejadian sehari-hari.

“Aku merasa kasihan pada orang-orang yang terobsesi pada pesta.”

#2. The Buried Giant by Kazuo Ishiguro (GPU) – 2019

Buku pembunuh naga dimana naganya tidak muncul-muncul bahkan hingga halaman 400 hari 480! Ada tiga konfliks utama sejatinya, dijabarkan dengan sabar dan telaten. Buku bagus memang harus sabar, tak tergesa. Pertama, pasangan tua yang ingin mengunjungi anak mereka di desa seberang, untuk bisa mencapainya butuh waktu lama, tak memiliki kuda, hanya jalan kaki. Warga Briton yang sudah damai dengan warga tetangga. Kedua, seorang kesatria yang diberi mandat membunuh naga betina tua, ia adalah seorang Saxon. Kedua desa sejatinya sudah berdamai tapi percikan amarah masih kadang muncul. Dan ketiga kesatria tua yang menjadi kepercayaan Raja Arthur yang juga mendapat tugas membunuh naga yang sama. Karena ini buku sastra, jangan harap mudah dicerna, bahasanya berpanjang-panjang, meluik-liuk tak tentu arah, sampai akhirnya setiap karakter menemukan titik akhir takdir cerita.

“Master Wistan, aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kau dan Lord Brennus, tapi misimu membinasakan Querig si naga buas, aku mohon, jangan biarkan perhatianmu teralihkan dari tugas itu. Ada waktu untuk membalas dendam nanti.” – Beatrice

#1. The Lord of the Ring: The Fellowship of the Ring by J.R.R. Tolkien (GPU) – 2002

Akhirnya salah satu novel yang sangat ingin kubaca ini terkabul juga, di rak sudah komplit tiga seri. Sudah punya sejak September 2020, baru kubaca tahun lalu dan butuh waktu setengah tahun untuk menuntaskan. Memang tak muda, sebab fantasinya kompleks. Kalau dibanding Narnia yang lebih santai dan tipis, atau Harry Potter yang walau tebal tapi kocak, dan genrenya remaja. The Lord of the Rings sungguh berat. Banyak kosotaka baru, perlu settle dulu memulai pengembaraan. Dan jelas, ini salah satu novel fantasi terbaik yang pernah ada, atau malah yang terbaik?

“Bilbo pergi untuk menemukan harta, lalu kembali tapi aku pergi untuk membuang harta, dan tidak kembali, sejauh yang kupahami.”

Karawang, 020123 – Dinah Shore – My Funny Valentine

Terima kasih untuk para penjual buku, kalian luar biasa. Speechless buat perjuangan kalian di tengah gempuran serba digital.