
“Maafkan aku, ya, karena telah membuatmu ragu. Tapi aku memang ingin menangis. Biarkan aku menangis sampai puas. Sesudah itu aku takkan menangis lagi.”
Curhat selama belajar di Uni Soviet. Bagus, menuturkan cerita dari orangnya langsung, pengalaman yang dikisahkan dengan fun, tak perlu telaah lebih, santuy dan asyik aja menikmtai kalimat-kalimat itu. Ini adalah dunia Eropa Timur di tahun 1960-an, dunia sedang Perang Dingin. Perang ideologi Demokrasi Liberal versus Sosialis. Ini adalah catatan penulis selama belajar di Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di Moskwa tahun 1960-1965, yang sedikit-banyak mencerminkan semangat zaman itu.
Tinggal di asrama Tretya Kabelnaya Dom 1, Shosse Entuziastov, kamar No. 441 di tingkat 4. Sekamar berempat bareng Ketit Sinatera dari Bali, Agah Harganda dari Jawa Barat, dan Mikhail (Misha) dari Rusia.
Dalam surat-surta kami bercerita tentang cinta dan apa saja yang kami rasakan, lihat, dengar, dan alami. Mengutarkan rindu masing-masing, hingga bisa menitikkan air mata. Kami tersiksa oleh rasa rindu, tapi siksaan ini kami rasakan sebagai kebahagiaan.
Di Moskwa penting sekali mendengarkan berita tentang cuaca dan ramalannya agar selalu siap menghadapi cuaca yang memang cukup keras.sebelum Revolusi 1917 umur rata-rata orang Soviet hanya 32 tahun. Sekarang umur rata-rata mereka melonjak menjadi 68 tahun. Berarti orang Soviet menjadi manusia yang lebih sehat.
Moskwa merupakan salah satu pusat kegiatan olehraga terbesar di Soviet.
Lenin mengatakan, “Ploretariat tak mungkin mencapai kemerdekaan penuh tanpa ada kemerdekaan penuh bagi perempuan.”
Nama yang umum Natasha dan Nikolai.
Rasa tertarik adalah permulaan suatu karier, karena itu pertemuan sederhana itu saya anggap penting artinya.
Perang tanahair tahun 1912 melawan Napoleon. Guru sejarah Krupina berkata, “Ini adalah perang rakyat, peramg rakyat yang membela tanahair yang dicintainya, melawan musuh yang tanpa malu datang ke rumah tetangganya untuk merampok dan menjarah. Ini perang demi menegakkan keadilan…”
Terkenang istrinya berkata, “Sayangku, engkau datang ke Moskwa untuk belajar, karena itu pelajaranlah yang pokok buatmu. Utamakanlah pelajaranmu, janganlah aklu mengganggumu. Kalau engkau menerima surat dariku, ingat sayangku, engkau tak boleh langsung membacanya. Bacalah di malam hari, ketika engkau hendak tidur. Dengan begitu engkau dapat meresapi isi surat itu, sepenuhnyaa mengenang istrimu yang setia kepadamu dan sangat mencintaimu ini. oi, sayangku, aku sungguh cinta kepadamu. Cinta, cinta, cinta…”
Saya memang cinta sekali kepada istri saya. Semua benda, betapapun sepelenya, selalu saya pelihara. Di atas tempat tidur saya gantung potret istri yang selalu dipuji oleh semua orang.
Sejarah Indonesia harus ditulis ulang oleh Indonesia sebagai bangsa, yang oleh Bung Karno dikatakan bukan ‘bangsa tempe’ atau ‘bangsa oncom’. Untuk itu segala bahan sejarah Indonesia harus diteliti kembali dan dikemukakan hal-hal yang berguna bagi bangsa dan kemajuan Negara.
Penyair Rusia, Nekrasov pernah bilang, “Yang bahagia hanyalah orang yang membaktikan diri kepada kebaikan dan kebahagiaan manusia”.
Tindakan mencopot jas dan suka berantem adalah kebudayaan picik yang main hantam kromo. Inilah yang disebuh Presiden Soekarni sebagai kebudayaan kintel atau kebudyaan kataj, kebudayaan yang tak kenal tenggang rasa, tidak mengenal nilai.
Kata Patrik berasal dari kata ‘pater’ yang artinya ‘bapak’.
Kesulitan ekonomi seperti ‘lingkaran cincin’. Artinya kesulitan ekonomi yang satu mengakibatkan kesulitan yang lain, dan disebabkan oleh kesulitan tang lain lagi. pendek kata, kesulitan-kesulitan itu seolah berjalan melingkarm tidak kunjung berhenti.
Mr Sadjarwo salah satu orang penting di Kementrian Luar Negeri pernah bilang pembakaran dubes Inggris di Jakarta adalah insting. Salah. Anak ayam yang hampir menetas menghantam-hantamkan paruhnya ke dinding telur, dan pecahlah telur itu. Itu insting! Tetapi rakyat Indonesia membakar kedutaan Inggris? Ini bukan insting, ini hasil suatu kesadaran yang tinggi.
Kepala Kursi (jurusan) Sastra, Sidelnikov bilang, “Yang penting bukan kartu anggota Partai, melainkan kenyataan bahwa orang berjuang untuk hari depan kemanusiaan.”
Ceramah dosen yang gemetar Gidemina yang sudah 55 tahun tapi berdandam bak 30 tajin dengan bedak dan gncu berlebih, memakai kacamata mode. Omonganya ‘ilmiah’ dalam artian sulit diterima mahasiswa. Dengan kata-karta yang sukar dan ungkapan-ungkapan muluk, contih yang tak konkrit.
Kunjungan ke Negara-negara lain tidak harus dianggap jalan-jalan, melainkan terutama sebagai objek pelajaran.
Patriotism bukan bersifat sementara atau sewaktu-waktu.
Istri yang tidak dapat diharapkan menjadi istri mustahil tetap diperistri. Membina keluarga membutuhkan pengorbanan kedua belah pihak. Saya tidak bisa mengorbankan pelajaran hanya demi istri dan anak. Moral zaman sekarang tidak mengizinkan hal itu.
Bukankah nama orang banyak berhubungan dengan sejarah, arkeologi, etnografi, bahkan dengan sejarah kata-kata serta tata susila masyarakat.
Kiranya tak seorang pun di dunia ini yang tidak bangga terhadap bahasanya sendiri. Demikian pula orang Rusia.
Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Sebagai alat komunikasi ia harus dapat mewujudkan pikiran dan perasaan dalam bentuk kalimat yang dimengerti oleh pendengar atau pembaca. Pengertian ‘sempurna’ memang relatif, tapi kalau kita sudah mendalami khazanah bahasa Rusia, pengertian relatif ini akan tanggal dengan sendirinya.
Akademik Pavlov menemukan bahwa manusia berbeda dengan binatang karena memiliki ‘sistem isyarat kedua’. Apakah sistem riwayat kedua itu? Tak lain adalah bahasa. Jelaslah bahwa kemajuan ilmu, teknik, dan kebudyaan sejajar dengan kemajuan bahasa, karena tranpa bahasa semua itu mustahil.
Di fakultas kami mempelajari 20 kata baru Rusia per hari, setahun bisa memiliki 330 hari belajar dan akhir tahun masuk 6.600 kata. Jumlah yang sangat besar.
Penutupnya keren sekali, seolah adalah profil N.G. Cherneshebvski (1928-1889) nama asing ini jelas adalah orang besar di Eropa timur sana. Peran yang dimainkan sebagai sastrawan, kritikus, filsuf, dan democrat revolusioner sanga besar. Pernah menyatakn, “Masa datang cemerlang dan indah. Cintailah dia, berusahalah menjelangnya, dan bekerjalah untuknya…”
“Di manakah keadilan?” dan iapun menceburkan diri ke dalam dunia ilmu dan filsafat, ke dalam teori-teoiri sosialis yang tumbuh subur di Eropa waktu itu.
Ia memegang prinsip, “Kelas yang satu tak boleh mengisap darah kelas yang lain.” Dengan penuh keyakinan berkata bahwa perkembangan yang damai dan tenang adalah mustahil. Hanya dengan revolusilah rakyat Rusia dapat membebaskan diri dari tirani.
Memperjuangkan kemerdekaan berpikir dan protes kepada para penguasa ilmu. Karena pikirannya yang lain, pintu kabinet universitas tertutup, tapi pintu media massa terbuka. Bahkan lalu ia dipenjara dan diasingkan. Selama 678 hari ia menulis lebih dari 3.2000 halaman cetak berisi 29 cerita kecil, roman Apa yang Harus Dilakukan?, tulisan filsafat, ekonomi, politik, sejarag, ilmu, dan terjemahan.
Sumber segala keindahan adalah kehidupan. Kenyataan hidup dan keindahannya mendahului kesenian dan perasaan estetis tentang keindahan. Kesenian hanyalah reproduksi kehidupan, dan di dalam karya-karya kesenian kiranya taka da hal yang tak terdapat di dalam kenyataan hidup. “Keindahan tertinggi dan sebenar-benarnya adalah keindahan yang ditemukan di dalam dunia kehidupan.”
Keputusan tentang keindahan ditentukan oleh sikap manusia terhadap benda. Jadi keindahan bersifat objektif di dalam kenyataan hidup harus dipadukan dengan pandangan subjektif manusia.
Kesenian adalah alat pendidikan yang perkasa, alat penyebaran moral, serta alat pertumbuhan kesadaran rakyat dan kesejahteraan.
Golongan bangsawan borjuis sebagai wakil masyarakat yang paling bobrok dan tak bermoral.
Gagasan paling utama Chernishevski adalah setiap orang yang berpikir benar dan baik harus menjadi seorang revolusioner, termasuk cara-cara untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Ini adalah buku pertama Koesalah Toer yantg kubaca, bagus. Orang hebat ini, rada apes aja tumbuh kembang di era awal mula Orba, pernah dipenjara dan disia-siakan. Namun jasa tulisan dan karyanya abadi. Keren Mbah Koesalah!
Kampus Kabelnaya: Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet | by Koesalah Soebagyo Toer | KPG 59 18 01540 | 2003 | Cetakan kedua, Agustus 2018 | Penerbit KPG (Kepustakaan Gramedia Populer) | Penyunting Cadra Gautama | Perancang sampul Boy Bayu Anggara | Penataletak Wendie Artwenda | xv + 200 hlm.; 13.5 cm x 20 cm | ISBN 978-602-481-013-9 | Skor: 4.5/5
Kepada seluruh teman sejawat yang pernah belajar di Uni Soviet, yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Karawang, 240721 – Ida Laila – Setelah Jumpa Pertama
Ping balik: #Juli2021 Baca | Lazione Budy
Ping balik: 130 Buku Rentang Setahun | Lazione Budy