Zaman Meleset; Melaju Kencang

Penyair Revolusioner by Deddy Arsya

… aku membujukmu dengan bibir entah milik siapa: / “di sini, kami sama-sama sedang berbahagia!”… – Doa Para Pasien

Alurnya agak lambat, untung di tengah sampai akhir langsung kebut seru. Bagus banget saat halaman mulai di 50-an. Hufh… lega. Dimula dengan Jembatan Ambruk, meninggi dalam Sapi dari dalam Kitab Suci, lalu meledak bungah dalam Revolusi angsa Putih. Saya memang masih sulit menikmati puisi, tapi setidaknya di Penyair Revolusioner mendapat hikmat dan cumpuan asyik. baca baik-baik ini, “Hidup kadang-kadang saja lembut maka senjatamu teruslah asah, aku berdiam pada gagangnya!” 

Seperti sebelumnya saat ulas puisi, saya ambil beberapa yang memikat. Saya kutip sebagian dan kuselingi komentar. Satu kutipan, satu paragraf komentar. Enjoy it!

Musa di Sinai: Kami telah lewati / badai-badai kecil / diaku pendek saja: / Tuhan, kami ini hendak apakan?

Mungkin yang menjadi saran atau kritik adalah, dalam penyampaian kalimat langsung, sering kali ditutup dengan tanda perintah (!) seolah marah atau meminta perhatian, itu sah-sah saja tapi ya agak mengganggu kalau keseringan. Kutemui, banyak sekali. Seperti penulis mula yang sering menggunakan tiga tanda perintah (!!!), awalnya mungkin biasa, tapi jelas itu kurang nyaman.

Kota yang Terkunci dari Dalam: Pintu-pintu dari baja / engsel-engsel besar / dan kunci dengan gembok berkarat / dinding-dinding berwarna cokelat / lumut-lumut yang menjalar / dipisahkan oleh gang-gang / sunyi seketika menyergap / suara Anda lama bersipongang / seakan sedang berada dalam gua – atau gulag? / ketika melihat keluar, betapa hidup terasa terpisah dari keriuhan…

Janji, sumpah, maklumat. Sering kali kita temui dalam puisi. Cerita yang diberikan adalah sebuah kalimat terlontar yang dipegang, memegang angin? Seolah kata-kata bisa diperas, kali ini terlambat.

Nubuat yang Datang Terlambat: … “Aku bersumpah demi awan gelap ini / yang turun setelah petang hari / Aku sama sekali tidak benci padamu / aku berkata begini agar hatimu senang / tapi Aku mesti menyingkir / tapi bukan pertanda mangkir!”…

Paling suka puisi yang bercerita, maka narasi bagiku penting. Setiap bait yang diketik, memberi aura, bukan sekadar pilihan diksi. Maka saya suka puisi ini:

Membangun Kota: Memang ada kota yang didirikan dari gerutu / dari derap omong-kosong tak sudah-sudah! / Lalu mereka berkata: kita mesti atur itu siasat, / masa depan hanya diraih dengan gelegak hasrat / harus kau pilih jembatan antar selat atau kapal pengangkut / segala / pesawat-pesawat semakin sering jatuh dan orang-orang / takut terbang / padahal kelak oto dan sepur akan diberi sayap / “tapi maaf, ya, penyair partikelir seperti anda susah dibawa serta!”

Karya sastra lama juga disenggol, sudah sangat sering kusaksi dan nikmati. Kali ini dari Marah Rusli yang dikomplain oleh tokohnya.

Sitti Nurbaya di Pasar Gadang:Aku bayangkan ruh Nurbaya berkata: / pengarang celaka telah mendorongku ke jurang neraka!…

Beberapa terasa pengulangan, seperti sapi betina yang ada di kitab. Awalnya wah, ayat suci dikutip, tapi terulang di belakang, dan lagi.

Sapi dari dalam Kitab Suci: … Sapi betina yang luka pada pantat / menggoyang-goyangkan telinganya / yang kempis-kembang bagai hasrat pada kerampang / dia terpancang pada tambang / hingga larut malam / di padang-padang kuning / dikebat gelap begini lindap / kau tinggikan obormu ingin menangkap / “wujud, wujudmu, kami hendak!”

Ini yang bagiku ironi, jam 12 tutup saat adzan dhuhur, lantas kegiatan lanjut sampai adzan asar? Bagiku, bait terakhir adalah asar sebab dua adzan disandingkan di tengah hari.

Bank Tutup Jam 12 Siang: Bank tutup jam 12 siang, suara azan bagai bunyi perut lapar, / (banyak kejadian tertuang; puisi ditutup dengan begini) / suara azan terdengar lagi bagai suara kentut yang tertahan

Ini tentang fantasi, tukang bakso yang dikerumun pembeli, merdu sekali gema gentanya.

Gunung Api Fantasi: Ada tukang bakso lewat setiap sore / membunyikan genta sebagai tanda, aku mengira yang lewat / gerombolan sapi, orang-orang memburunya bagai arak- / arakan ke kuburan. Tia ada di antara / riuh karnaval itu, para pembeli berbicara dengan ibu / sambil menutup kedua telinga,…

Nah, narasi itu penting. Tak hanya di puisi, dalam prosa penyampaian yang tepat dan nyaman juga menjadi nilai lebih. Ini juga bagus sekali, bagaimana mudik menjadi petaka. Lantas diakhiri dengan semacam pemakluman kata ‘jihad’, padahal ia melontarkan sendiri dari kereta yang bergerak.

Kereta Lebaran: Dari atas kereta yang lewat malam / seorang pemudik yang penat berdesak-desakan / memutuskan / lompat kea tap rumah, melesat, bagai batu dilontarkan / orang-orang dalam rumah terpekik, ‘sialan!’, ‘anjing hutan!’ / mereka mengira sedang terjadi kerusuhan antarsuporter / sepakbola / mereka mulai menghitung-hitung berapa nilai kerugian / harus mengganti plafond an genteng-genteng yang rusak / sementara ‘si batu’ yang terlontar itu berguling-guling ke tepi / rel / persis batu, beradu dengan batu lain yang lebih besar / nun di kampung, keluarga yang mati berkata: / Dia wafat dalam berjihad!

Kutemui kata baru ‘aur’, belum kubuka kamus, dari web google artinya emas (bahasa Rumania). Namun dari web sinomim artinya: bambu/buluh. Mungkin pulang kerja nanti saya buka KBBI kertas sahaja.

Kau Tebing Aku Aur: … tetap tak bisa ia dilerai / katanya kau tebing aku aur / tiap runtuh padamu / riuh rusuh padaku…

Kenapa saya pilih kutip ini, sebab pagi disiram mentari itu nyaman dan segar sekali. Bahagia itu sederhana walaupun masih ngontrak.

Cinta Musim Panas (1): Kau boleh mencintaiku dengan rasa jijik / yang terus-menerus naik ke kerongkonganmu / tapi aku akan tetap membajak luas sawahmu, menjadi sapi, atau kerbau untukmu… / Kita akan bahagia disiram cahaya matahari jam tujuh pagi, / kita akan bahagia memiliki rumah /  yang bukan milik pribadi…

Sederhana tapi pas, cinta yang dimetamor dalam salak aning malam.

Cinta Musim Panas (2): … Cintaku adalah kasmaran sepanjang waktu. / Cintaku semata salak anjing dalam kegelapan!

Pemilihan kata beriak, lalu berdebur, lalu melipur. Enak didengar bukan?

Selesai ke Laut: … yang aku kira lebih ganas dari ombak memukul / Rasanya tak kutinggalkan engkau / yang beriak, yang berdebur, lebih melipur

Ini lebih ke realistis, ayolah kita hidup di kerasnya keadaan. Omong kosong lebih pas ketimbang angan-angan.

Pulang Malam: … Aku tak percaya pada impian yang menggebu-gebu. / Kita sebaiknya memelihara omong-kosong untuk bisa / berbahagia / aku tidak bisa menangkapmu lebih jauh lagi.

Demikian pengamatan dan komentar penikmat puisi amatir. Semoga berkenan. Seperti biasa pula, setiap buku debut baca kuketik ulang profil penulis/penyairnya.

Deddy Arsya lahir di Bayang, Pantai Barat Sumatera, 15 Desember 1987. Banyak tulisannya di media massa: esai, puisi, cerpen, tinjauan buku dan film. Buku pertamanya kumpulan puisi Odong-odong Fort de Kock (Padang, Kabarita, 2013) merupakan lima besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2013, dan merupakan Buku Satra Terbaik 2013 versi Majalah Tempo. Bukunya yang lain, Mendisiplinkan Kawula Jajahan (Yogyakarta, Basabasi, 2017), Rajab Syamsuddin si Penabuh Dulang (Yogyakarta, Divapress, 2017). Ini buku pertama bung Deddy yang saya baca, dan rasanya laik dinanti buku-buku berikutnya.

Tahun ini target melahap 12 buku puisi, masih empat bulan lagi, dan percayalah, akan kukejar walau para ‘Penyair Revolusioner.’

Penyair Revolusioner | Kumpulan Puisi | by Deddy Arsya | 57.17.1.0037 | Penyunting Septi Ws | Desainer sampul Studio Broccoli | Penerbit Grasindo, 2017 | ISBN 978-602-375-961-3 | Cetakan pertama, Juni 2017 | Skor: 4/5

Karawang, 310821 – David Sanborn – The Dream

Thx to Dea (GK)

Sejarah Kelam itu Tercatat


Malapetaka Indonesia by Max Lane


“… kita bukan sahaja harus menentang kapitalisme asing, tetapi harus juga menentang kapitalisme bangsa sendiri.”


Bukunya tipis, dibaca cepat juga selesai. Kebanyakan mengutip tulisan ‘Dalih Pembunuhan Massal’ nya John Roosa. Sejauh ini memang buku tentang 1965 terbaik. Tebal, padat, detail, dan penjelasannya masuk akal. Malapetaka Indonesia jelas tak bisa disandingkan, seolah ini buku hanya sisipan, atau bahkan hanya pengulangan lalu disisipkan pendapat pribadi.


Ada dua bagian, semuanya tentang 1965. Ia mengoreksi, itu bukan tragedy tapi malapetaka sebab kata tragedy lebih ke faktor yang lebih umum, padahal yang terjadi adalah sebuah rancangan, kesalahan manusia, kekejaman. Betapa dahsyatnya pembersihan sosial yang terjadi pasca 1965. Teror menjadi satu-satunya senjata, sedangkan pembunuhan dan penyiksaan merupakan teknik utamanya.


Sejarah mencatat masa itu adalah masa kelabu untuk mereka yang di sisi kiri. Pembantaian rakyat dilakukan oleh pemerintah secara masif dan terstruktur untuk orang-orang yang dianggap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI), pembubaran partai, penggulingan Soekarno, dan setelahnya adalah berdirinya Orde Baru.


Selama kira-kira dua tahun, ratusan ribu orang dibunuh, dan untuk mempertebal teror, sering kali pembunuhan itu dilakukan dengan bermacam cara seperti pemenggalan kepala, pembedahan tubuh, dan pemberondongan senapan mesin. Miris sekali bukan? Targetnya adalah simpatisan Soekarno atau partai-partai atau perkumpulan politik yang mendukungnya terutama PKI beserta organisasi-organisasi yang berafiliasi dengannya dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Kelompok-kelompok kecil sayap kiri, seperti Angkatan Komunis Muda (Akoma) atau Partai Indonesia (Partindo).


Agen operasinya adalah Angkatan Darat (AD), mereka dibantu laskar-laskar antikomunis – yang terkadang nasionalis, namun ada kalanya golongan muslim – dan berasa di bawah komando jenderal Soeharto. Secara riil harfiah, aksi pembantaian massal itu berhasil membalikkan arah sejarah negeri ini.


Ada satu teori yang sebenarnya sudah dikemukakan oleh Roosa, kemungkinan aksi 30s adalah perbuatan AD sendiri. Sejak 1948 momok kup militer, aksi pembantaian, dan pemenjaraan yang dilakukan oleh tentara terus berlanjut untuk menakuti kaum kiri, termasuk Soekarno. Sejak tahun 1956 sampai 1965 terjadi tujuh kali upaya pembunuhan terhadap Soekarno… elemen dari tentaralah yang bertanggung jawab atas aksi-aksi tersebut. Tampaknya hanya represi kekerasan yang sanggup menghentikan pasang naik radikalisme.


Tampak aneh memang sebab saat itu PKI sedang jaya-jayanya, sedang dalam puncak popularitas. Tahun 1950-an sampai 1960-an PKI mendukung kampanye Soekarno untuk merebut kembali Papua dari tangan Belanda, menasionalisasi perusahaan milik kapital Belanda dan Negara-negara asing lain, mengkonsolidasikan reforma agrarian, dan menghalangi proses pembentukan Negara bagian Malaysia tanpa referendum Sabah dan Serawak. Sampai jelang 1963 bersama organisasi massa lainnya, PKI mengklaim memiliki keanggotaan lebih dari 20 juta, sebuah jumlah yang tak kan jauh dari kenyataan.


Soekarno memercayai mobilisasi massa sebagai kunci perubahan masyarakat Indonesia dan sekaligus dapat melapangkan jalan bagi transformasi menurut sosialisme. Massa-aksi sebagai alat pembangkitan kaum tani dan buruh dari jeratan kekuasaan colonial merupakan satu dari dua konsep mendasar bagi ide revolusi Soekarno.


Karakter lokal-sentris borjuis dalam negeri, kurangnya sumber daya, serta minimnya perkembangan kultural telah menimbulkan masalah. Partai-partai akan ‘dikubur’ sehingga bisa muncul organisasi politik tunggal yang didasarkan pada poros lama antara kaum intelektual yang terradikalisasi dan massa yang termobilisasi.


Legitimasi Nasakom terhadap PKI menggiring ke arah retuling (strategi baru memenangi kekuasaan). Retuling, atau retooling dalam bahasa Inggris adalah kebijakan mengganti atau menarik para anggota dari jajaran personil aparatur Negara, termasuk manajer-manajer perusahaan milik Negara yang dianggap reaksioner atau melakukan tindakan merugikan, dengan pengganti-pengganti yang lebih progresif. Dalam pidatonya pada Mei 1965 Soekarno menggambarkan PKI sebagai ‘elemen paling sempurna dalam menjelaskan revolusi.’


Salah satu pemikiran Soekarno yang kini dilakukan banyak Negara, mengadopsi cara Barat adalah sistem demoktasi, beliau pernah melontarkan kritik terhadap sistem demokrasi liberal di mana 50 persen plus 1 bisa meraih kemenangan. Gagasannya adalah agar para buruh, tani, mahasiswa, penulis, dan lain-lain memperoleh perwakilan langsung di parlemen juga menimbulkan masalah bagi sebuah sistem politik yang berbasis pemilihan. “Dalam praktiknya si pemegang uanglah yang bisa membiayai surat kabar, membiayai propaganda.” Kritik ini benar ‘kan? Terbukti sampai sekarang. Jangan mimpi buruh pabrik menjadi pejabat, cakupan lurah aja, butuh biaya milyaran rupiah sekadar mencalonkan. Amburadul kan, sistem ini?!


Ada perkataan Trotsky yang benar, “Tidak bisa mendirikan sosialisme di satu negeri sebelum kapitalisme di seluruh dunia gugur. Sosialisme hanya bisa berdiri di semua negeri bersama.”


Tetralogi Buru meruntuhkan mitos bahwa tokoh-tokoh militer merupakan kelompok terpenting dalam perjuangan bangsa, karena sesungguhnya kelompok penting itu ternyata adalah para penulis, wartawan, dan petani, yang semua bergerak karena dipicu pemikiran humanisme dan kebebasan.


Rendra hampir sepanjang tahun 1978 dipenjara sebab pementasan puisinya mengkritik pemerintah. Sajak Rendra berjudul, ‘Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon’


Apa disangka kentut bisa mengganti rasa keadilan?


Di negeri ini hak asasi dikurangi,


Justru untuk membela yang mapan dan kaya.


Buruh, tani, nelayan, wartawan, dan mahasiswa.


Di bikin tak berdaya.


O, kepalsuan yang diberhalakan.


Berapa jauh akan bisa kaulawan kenyataan kehidupan.


Di puisi yang lain berjudul, ‘Sajak Pertemuan Mahasiswa’ ia menulis:


Ya! Ada yang jaya, ada yang terhina.


Ada yang bersenjata, ada yang terluka.


Ada yang duduk, ada yang diduduki.


Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.


Dan kita di sini bertanya:


Maksud baik saudara untuk siapa?


Saudara berdiri di pihak yang mana?”


Maxwell Rolland Lane adalah pengajar dalam bidang politik dan sejarah di Universitas of Sydney dan Victoria University di Australia. Selain menerjemahkan karya besar Pramoedya Ananta Toer dan Rendra ke dalam Bahasa Inggris, ia menulis ratusan artikel dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Dua bukunya yang akan diterjemahkan, Unfinished Nation (2008) dan kumpulan esai sastra dan politik Indonesia.


Esai ini merupakan sumbangan kecil pada upaya analis kritik guna mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi yang ada pada kekuatan progresif kerakyatan Soekarnoisme radikal. Kalau kita melakukan penelitian kembali, kita segera tahu bahwa sebagai gerakan kerakytatan, gerakan kiri sebelum tahun 1965 memiliki sifat anti-demokratis dan juga demokratis sekaligus. Maka perlu memperdalam kajian untuk engambil pelajaran ataupun menjadi lebih mampu dalam penjelasan dampak-dampak dari periode itu terhadap sekarang.


Di Era Reformasi buku-buku yang mencoba mengungkap apa di baliknya memang sudah sangat banyak. Saya sempat menemui lima enam darinya, ini yang paling tipis dan sederhana. Mungkin karena bukan hal baru yang coba dingkapkan. Dasarnya bagus, ini tentang kejujuran dan mengungkap kebenaran. Baik di dalam menggeluti ilmu maupun kehidupan politik demoktari kejujuran di dalam mencari kebenaran adalah syarat mutlak untuk berhasil biarpun kadang-kadang penemuan bisa terasa pahit.


Ok, kita sepakat ini bukan tragedy, tapi pembantaian atau di sini disebut malapetaka. Transformasi yang merusak, bagaimana bisa terjadi di sebuah masyarakat di mana 20 juta orang yang dimobilisasi ke dalam politik radikal kemudian berujung ke suatu kondisi di mana ‘otak manusia normal tidak akan bisa menyerap itu?’


Soekarno yang dikalahkan total. Dia abaikan mekanisme demokrasi. Sosialisme Indonesia buntu di tengah jalan.


Malapetaka Indonesia | by Max Lane | bagian I diterjemahkan dari Catastrophe in Indonesia, Seagull Books, 2010 diterjemahkan oleh Chandra Utama dan diperiksa kembali oleh Max Lane | Penyunting Rh. Widada | Tataletak Johan | Pemeriksa Hayyuningtyas M. | Desain sampul Amortotheles D. Signer | 130 x 190 mm; xiv + 144 hlm. | ISBN 978-979-1805-544 | Penerbit Djaman Baroe | Cetakan I, 2012 | Skor: 4/5


Karawang, 300821 – Yellowjackets – Daddy’s Gonna Miss


Thx to Latifah, Yogyakarta

Rekomendasi 100 Film


You’re talking to me?”


Sebuah panduan tontonan yang disarikan dari era jadul awal mula film ditemukan sampai tahun 2000-an. Buku ini terbit tahun 2009 jadi selang 12 tahun ini jelas sudah sangat banyak film rilis dengan kualitas mumpuni. Sekalipun begitu tetap relevan untuk dinikmati. Sayangnya di era digital, panduan nonton sudah sangat mudah ditemukan. Gampangnya tinggal buka situs imdb.com kamu sudah bisa menemukan rating film-film yang biasanya sejalan lurus dengan kritikus.


Semua filmnya bahasa Inggris dengan pertimbangan bahwa film-film inilah yang secara luas dikenal masyarakat kita. Meliputi berbagai genre: komedi, animasi, kriminal, petualangan, aksi, western, musikal, misteri, riman, fiksi ilmiah, dan sebagainya. Merentang sejak film bisu hingga saat abad 21. Umumnya yang menang Oscar dan mendapat apresiasi banyak kalangan baik dari kritikus ataupun pengamat film.


Dilengkapi dengan ringkasan, cast and crew, tahun, dan penghargaan yang didapat. Di akhir buku dicantumkan pula daftar 250 film terbaik IMDB dan 100 film top versi Majalah Time. Lalu glosarium untuk kata-kata yang tak lazim. Semacam itulah, kalau dalam satu kalimat: daftar 100 film rekomendasi.


Kalau buku ini terbit tahun 1990-an akan sungguh bermakna sebagai acuan tonton, sayangnya di era digital di mana rekomendasi melimpah ruah, kita dengan mudah mendapatkannya. Saya teringat majalah Cinemags yang pernah membuat 100 film paling berpengaruh yang diterbitkan tahun 2008, itu saja sudah kuanggap standar, apalagi ini. timing memang sangat penting, segmen pembaca juga penting, banyak faktor, yang jelas rekomendasi dengan lampiran data sekadarnya sudah terlalu umum.


Kubaca ulang saat isoman bulan Juni lalu, beberapa kunikmati saat berjemur pagi ditempa matahari. Dibaca santuy dan benar-benar mencoba blank info film, tapi ya begitulah. Rekomendasi film saat ini saya mengacu pada dua hal: para nominasi Oscar yang setiap tahun kukejar tonton dan Harsoyo Lee, sahabat saya di Bank Movie – BM yang tinggal di Sumatra. Jadi sudah ada acuan terpercaya.


Ok, saya coba ceklis film-film yang sudah kutonton: Chinatown, The Godfather, Gone with the Wind, Lawrence of Arabia, Psycho, Rear Window, Schindler’s List, Taxi Driver, To Kill a Mockingbird, 2001: A Space Odyssey, dan The Wizard of Oz. hanya 11! Padahal saya sudah menonton ribuan film, tak ada Harry Potter, tak ada A Lot like Love, tak ada Titanic, tak ada pula film paling favorit A Little Miss Sunshine. Komplain? Ga lah, wajar sebab semua orang punya seleranya sendiri. Semakin ke sini saya semakin merasa, pendapat tiap individu itu penting, maka penting untuk menghargai. Tiap orang punya seleranya masih-masih, jadi tak masalah jika si A bilang keren, sementara untuk film yang sama si B bilang buruk. Apalagi grup BM mengajarkan toleransi. Biarkan mengalir…


Buku ini apakah rekomendasi dinikmati? Ya dan tidak. Ya bagi yang butuh hiburan berkelas dan belum banyak nonton film, saya bisa jamin film-film di sini keren. Walau saya hanya nonton 10% saja, semuanya yang tercantum sepakat bagus. Untuk jawaban tidak, sekali lagi ini zaman digital, sudah gampang sekali cari saringan kelas. Saya bisa mencerita film apa saja yang keren dan busuk sampai berbusa-busa.


Kenapa saya mencinta Abigail Breslin? Ya film itulah yang menggeloraku. Kenapa Harry Potter wajib tonton, sebabbbukunya bagus banget, dan adaptasi fantasi imaji paling sukses setelah The Lord of The Ring. Maka bagi yang sudah banyak nonton film, buku ini bisa jadi sekadar lewat. Oh, saya tonton yang belum kutonton deh, mumpung ada waktu luang. Nha!


Memuat film-film terkemuka sepanjang masa. Apresiasi dan panduan bagi penggemar dunia sinema. Ini tak bohong.


100 Film | by Ibnu M. Zain | Kode Penerbitan PN-596-02-09 | Editor Ready Susanto | Pembaca pruf Adib Musta’in el-Hasan | Cetakan I, November 2009 | Penerbit Nuansa | ISBN 978-602-8023-02-3 | Skor: 3/5


Karawang, 260821 – Norah Jones –Young Blood


Buku ini kubeli tahun 2012 di Toko Buku Aa, Karawang saat awal pindah ke sini dan mencari toko buku ideal, dan karena saya terbiasa tak pulang dengan tangan hampa dari toko buku, maka saya memilah dan memilih dengan banyak faktor pertimbangan. Toko buku Aa lebih banyak menjual stasionery, ATK, dan perlengkapan sekolah. Hhhmmm….

#Juli2021 Baca

Lenin mengatakan, “Ploretariat tak mungkin mencapai kemerdekaan penuh tanpa ada kemerdekaan penuh bagi perempuan.”

Juli ini lebih slow bacanya, sebab kembali beraktifitas setelah isoman hampir sebulan. Karena kepadatan kerja, mood juga menurun dan benar-benar menguras emosi menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Hanya lima buku yang kutuntaskan. Memoirs of Geisha yang sebagian besar kubaca bulan sebelumnya, agak sulit dituntaskan, hanya modal maju terus. Tebal, lebar, dan kecil-kecil. Kelar juga. The March lebih gila lagi, tak ada tanda petik di dalamnya, padat melelahkan. Mau kalimat langsung atau tidak, pokoknya tak ada kutip. Ndelujur aja, kalau kisahnya di Indonieaakan lebih muda seperti Midah, ini tentang perang saudara di Amerika dengan geografi yang tak familier, dengan sudut pandang banyak. Melelahkan, maka saat akhirnya selesai, lega juga. Jadi mari kita simak kelima buku bulan tujuh tahun ini yang kutuntaskan.

#1. Memoirs of Geisha by Arthur Golden

Luar biasa. Seperti naik roller coaster, walau tak banyak liukan dan tanjakan terjal, ceritanya berliku. Awalnya sudah sangat manis, gadis miksin anak nelayan dengan kecantikan natural. Matanya yang cemerlang sering kali disebut, berulang kali. Lalu keadaan mencipta, ia dan kakaknya dikirim ke kota, dijual untuk dididik menjadi orang. Bisa jadi apa saja, tergantung nasib dan kemauan. Bisa jadi pelayan, pelacur, pekerja pabrik, atau geisha.

Memang suku kata ‘gei’ dalam kata ‘geisha’ berarti ‘seni’ jadi kata ‘geisha’ yang sebenarnya adalah seniman. Geisha, di atas segalanya adalah penghibur dan pementas. Menuang sake atau teh memang dilakukan, tapi jelas tak akan pernah mengambil acar tambahan. Geisha sejati tidak akan pernah mengotori reputasinya dengan membuat dirinya bisa disewa laki-laki dengan tarif per malam. Geisha tidak pernah menikah. Atau paling tidak, mereka menikah tidak menjadi lagi geisha.

Ke mana pun dia membawa kami, aku lebih memilih bersamanya daripada terdampar sendirian di tengah jalan-jalan besar dan bangunan-bangunan yang sama asingnya bagiku dengan dasar samudra.”

#2. Who Moved my Cheese? By Spencer Johnson

Buku motivasi lagi. kali ini tema utama adalah perubahan dan keniscayaan bahwa yang tak ikut berubah akan ketinggalan dan terlindas zaman. Sejatinya tema semecam ini sudah usang, atau sudah sangat banyak disebut dan dibahas, bahkan berulang kali kita dengar di seminar-seminar, sudah sering pula disampaikan, juga sudah banyak contohnya. Nokia, Blackberry, Bluebird, Fujifilm, dan seterusnya. Produk yang dulu merajai, bisa tenggelam saat ini. Dan tentu saja, mereka yang saat ini terasa raja suatu saat bisa ambruk. Semuanya butuh adaptasi. Nah itulah, topik utamanya, perubahan dan cara mengantisipasinya. Dibawakan dengan fun dan cerita yang nyaman diikuti.

“Karena orang mau semuanya seperti dulu dan mereka berpikir perubahan akan merugikan mereka. Saat satu orang bilang perubahan itu adalah ide buruk, yang lain akan berkata sama.”

#3. The March by E.L. Doctorow

Perang saudara di Amerika abad 19 yang menelan banyak korban dari tahun 1861 sampai 1865 antara Utara versus Selatan. Utara menuntut penyatuan disebut Union, Selatan meminta kemerdekaan dari Amerika Serikat yang membentuk Konfederasi. Tuntutan tentang perbudakan yang lanjut atau dihapus menjadi isu penting nan krusial. Ada kekayaan begitu melimpah yang dapat diperas dari tenaga budak; karena itu, tidak heran bahwa orang-orang ini mau berjuang sampai mati. The March ada di masa itu, seperti perang itu sendiri yang rumit, penceritaannya juga mencipta pusing sebab tak ada tanda kutip untuk kalimat langsung.

Kau tidak boleh mereduksi kehidupan menjadi sentimen-sentimen saja, Emily.

#4. Pseudonim by Daniel Mahendra

Menulis cerita itu sulit. Ralat, menulis cerita bagus itu sulit. Ralat lagi, menulis cerita bagus itu sulit banget. Nah, kira-kira gitulah. Jangankan novel, cerpen saja yang jumlah kata lebih sedikit, dan tak butuh waktu lama, butuh pemikiran tajam karena jelas memuaskan semua orang itu mustahil. Cerita bagus tak mutlak, tergantung banyak faktor. Salah satunya selera, ya kalau ngomongin selera bakalan ke mana-mana tak ada titik temu. Maka memang jalan terbaik adalah ngalir sesuai kemampuan penulis, setiap karya ada segmen pasaranya, setiap karya akan menemukan pembacanya sendiri.

“Dan di mana Radesya?”

#5. Kampus Kabelnaya by Koesalah Subagyo Toer

Curhat selama belajar di Uni Soviet. Bagus, menuturkan cerita dari orangnya langsung, pengalaman yang dikisahkan dengan fun, tak perlu telaah lebih, santuy dan asyik aja menikmtai kalimat-kalimat itu. Ini adalah dunia Eropa Timur di tahun 1960-an, dunia sedang Perang Dingin. Perang ideologi Demokrasi Liberal versus Sosialis. Ini adalah catatan penulis selama belajar di Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di Moskwa tahun 1960-1965, yang sedikit-banyak mencerminkan semangat zaman itu.

“Maafkan aku, ya, karena telah membuatmu ragu. Tapi aku memang ingin menangis. Biarkan aku menangis sampai puas. Sesudah itu aku takkan menangis lagi.”

Karawang, 260821 – Norah Jones – Don’t Know Why

The March: Rumit sejak Bab Pertama

Kau tidak boleh mereduksi kehidupan menjadi sentimen-sentimen saja, Emily.

Perang saudara di Amerika abad 19 yang menelan banyak korban dari tahun 1861 sampai 1865 antara Utara versus Selatan. Utara menuntut penyatuan disebut Union, Selatan meminta kemerdekaan dari Amerika Serikat yang membentuk Konfederasi. Tuntutan tentang perbudakan yang lanjut atau dihapus menjadi isu penting nan krusial. Ada kekayaan begitu melimpah yang dapat diperas dari tenaga budak; karena itu, tidak heran bahwa orang-orang ini mau berjuang sampai mati. The March ada di masa itu, seperti perang itu sendiri yang rumit, penceritaannya juga mencipta pusing sebab tak ada tanda kutip untuk kalimat langsung.

Perang ini bisa juga disebut mempertahankan kehormatan. Para wanita tidak menciptakan perang – mereka tidak menaiki kuda sambil mengayun-ayunkan pedang dan berteriak-teriak tentang kehormatan dan kemerdekaan.

Terbagi dalam tiga kota: Georgia, Carolina Selatan, Carolina Utara. Tiga tempat ini adalah Wilayah selatan jadi perang dalam March semua settingnya di sana. Total ada sebelas negera bagian, empat yang lain: Mississippi, Florida, Alabama, Louisiana. Lalu Virginia, Arkansas, Tennessee. Tokoh asli dalam sejarah Jenderal William Tecumseh Sherman menjadi sentral kisah ini, walau mengambil sudut pandang yang lain, dan tak ada yang dominan, tetap saja pemimpin ini yang menjadi acuan kisah, termasuk percobaan pembunuhan terhadapnya.

Mereka meninggalkan tempat itu, rombongan kulit putih dan hitam, mengikuti garis debu sinar matahari yang akan membawa mereka ke arah tenggara langit Georgia.

Semuanya ada sebelas jenderal. Dan kisahnya panjang berliku. Ada Pearl, Pearl, laki-laki aneh ini, pada kenyataannya adalah gadis. Dalam perang, walaupun ia berkulit putih, dia pastilah seorang negro. Seorang budak wanita di Selatan yang bimbang akan nasibnya, akankah mengikuti saran teman-temannya atau menyongsing impiannya, merdeka dan menikahi lelaki idamannya yang berkulit putih.

Ada Kolonel Wrede Sartorius seorang dokter bedah lulusan Jerman yang menjadi petugas lapangan. Ia menjadi saksi keganasan perang, banyak individu mati di tangannya akibat kegagalan penanganan, begitu banyak pula yang selamat, tapi harus cacat permanen. Ia membawa perlengkapan operasi dalam tasnya, termasuk gergaji dan palu.

Lalu ada dua tentara Konfederasi Arly dan Will, ini bagian paling menarik. Sedih sekali di adegan meminta kuda, lalu salah satunya tewas sebab yang sederhana. Mereka adalah pasukan biasa, maka kalian akan menemui banyak kekonyolan. Saling canda, saling tawa, ke rumah pelacuran, hingga perampokan gereja. Pada akhirnya membelot ke Union.

Dalam perang antar Negara bagian ini, mengapa alasan untuk bertempur harus punya arti? Karena jika kematian tidak penting, mengapa kehidupan itu penting? Kata Arly: jika ada suatu alasan yang bagus untuk perang, itu bukanlah untuk menyelamatkan Union, dan tentu saja bukan untuk membebaskan orang-orang negro, tidak ada hubungannya dengan apa pun kecuali untuk mendapatkan seseorang perempuan milikmu sendiri, atau bahkan milik orang lain, di tempat tidur bersamamu saat kamu mau.

Emily Thompson, anak hakim yang berduka. Setelah kehilangan ayahnya, ia linglung, ia adalah orang kaya, bangsawan yang tak siap menjadi kere. Ia menjadi perawat dalam tenda perang, kekasih Kolonel Sartorius. Meradang akan situasi ini. Ketika perang dimulai, Emily belum mengerti arti perang. Perang berarti kematian setiap orang dalam keluarganya. Perang berarti kematian keluarga Thompson. Tetapi kemudian anak itu ragu-ragu.

Semuanya digulirkan secara bergantian, ada penjarahan kota di mana saat kota sudah ditaklukkan maka semua harta yang tertinggal berhak diambil. Milledgville hancur – jendela-jendela pecah, kebun-kebun terinjak-injak, barang-barang di toko-toko dijarah. Setelah itu dibakar, bersama angin yang melaju di atasnya, semarak letusan tembak malah menambah kesedihan.

Ada kepiluan saat korban perang adalah para pemuda, mati muda. Pada pagi hari dia mengetahui bahwa Willie Hardee, anak laki-laki berusia enam belas tahun putra Jenderal Konfederasi Hardee, telah meninggal dalam pertempuran di Bentonville, Sherman kembali ke kamarnya dan menangis. Mungkin penderitaannya yang terbesar adalah ketika kehidupannya sebaga tokoh publik dan kehidupan pribadinya berbenturan.

Sungguh tak wajar dalam usia seperti itu karena, bertentangan dengan rencana aung Tuhan, anak muda lebih dulu kehilangan nyawanya sebelum yang tua. Disebutkan dalam al kitab Perjanjian Lama (seingatku), “Saat dedaunan jatuh yang lainnya akan tumbuh, demikian juga yang terjadi pada keturnan daging dan darah (manusia), saat satu mati yang lainnya akan lahir.”

Perang di abad 19 tampak klasik dengan kuda, strategi parit, senjata bedil seadanya, hingga komunikasi terbatas. Kuda-kuda diikat ke tiang-tiang lampu. Dia mendengar suara musik aneh, dan saat memasuki Capitol Square dia melihat sebuah tarian yang berlangsung di bawah cahaya obor. Dia tidak sedang berpikir, hanya mencoba untuk mengendalikan kudanya yang panik yang mendompak dengan satu tangan sementara. Tetapi kudanya menginjak-injak mayat dan kemudian barisan kuda-kuda dan para penunggangnya berdiri di sekelilingnya.

Untungnya jelang akhir kisah, buku ini meledak. Sebuah Studio fotografi Josiah Culp mendapat kehormatan untuk mengabadikan momen para jenderal berpose. Di sana ada penipuan, ada teror, bahwa Culp bukanlah Culp, ada penghianat yang siap mengacaukan keadaan. Akhirnya memang ketebak, di mana novel berakhir di sejarah terbunuhnya Presiden Linconl 14 April 1865. Di sini, ujung kisah itu menjadi pelajara berharga, betapa harapan selalu ada, optimisme wajib dipupuk. Seperti sejarah perang saudara itu sendiri, di mana perbudakan diakhiri, kisah The March meninggalkan duka mendalam lalu menyongsong hari esok yang lebih menjanjikan.

Ditulis dengan narasi panjang nan puitis. Tetapi kalau kau dengar paduan suara lolongan artinya cuma satu: kau berada di Neraka. Bagaimana seandainya orang-orang yang tewas itu bermimpi sebagaimana orang yang tertidur bermimpi? Bagaimana kita akan mengetahui bahwa tidak ada pikiran setelah kematian? Atau bahwa kematian bukanlah suatu keadaan bermimpi yang dari situ mereka tewas tidak dapat bangun? Dan mereka terjebak di dalam alam yang mengerikan dari teror-teror yang samar-samar seperti yang kuketahui dalam mimpi-mimpi burukku.

Selain fotografi yang merupakan barang baru, menjadi penggerak alur. Ada jurnalis yang mencatat kisah-kisah ini. Hugh Pryce, wartawan dari times London. Ia memberi makna di setiap kejadian, netral? Tampaknya, tapi di dunia ini setiap individu selalu ada kecenderungan. Kemuliaan sejati adalah kebahagiaan yang tak pernah bisa diungkapkan saat melakukan perintah Tuhan dengan sebaik-baiknya. Tidak ada rasairi di sana, tidak ada sanjungan yang akan meledak di wajahmu.

Api juga bisa mati, seperti manusia saja. Pikir Stephen. Ketika hidup menyala-nyala, sedangkan kematiannya begitu dramatis. Seakan-akan dia berkata: aku sudah berakhir, kalah, kau sedang melihat kematianku. Jenderal Konfederasi, Hampton ketika mundur adalah orang yang memerintahkan pembakaran kapas. Dibantu angin, pasukan pemberontak sendirilah yang membakar Columbia.

Sherman yang legendaris, dipuja bak dewa. Padahal pemujaan terhadap Sherman ini adalah penghujatan, sebab ia bukan Tuhan kalian. Perdagangan budak telah berakhir, apa kamu tidak dengar? Tidak bisa membeli atau menjual orang lagi. Merasakan kekaguman mereka ketika dia mengungkapkan penghargaan pada mereka dengan caranya yang aneh, melalui gerutuan dan anggukan.

Dia sedang melihat refleksinya dalam cahaya yang lembut dari lampu gas. Apakah kita tidak punya jiwa? Lalu apakah yang kudengar ini kalau bukan jiwa yang tercurah dalam musik? Aku sedang mendengar ungkapan jiwa…

Stephen pernah menyaksikan sendiri kengerian dalam pertempuran, dia tetap tak sanggup melihat prosedur pembedahan, dan jatuh mentalnya mendengar suara-suara kesakitan di mana-mana, dan menyaksikan betapa banyaknya penyakit yang dapat menimpa begitu banyak umat manusia…

Ini adalah buku pertama E. L. Doctorow yang kubaca, rumit tapi nagih maka buku lainnya kalau ada kesempatan baca, akan turut kulibas. Menang PEN/Faulkner award, dan finalist Pulitzer Prize 2006, serta finalist 2005 National Book Award. Selain ini beberapa novel terkenalnya, City of God, Welcome to Hard Times, The Bookof Daniel, Ragtime, Loon Lake, Lives of the Poets, World’s Fair, Billy Billgate, dan The Waterworks. Ia tinggal di New York.

Dunia dalam perang membuat hatinya bersedih. Bahasa adalah peperangan dalam bentuk lain. Dan takdir? Dalam perang, takdir adalah suatu kebetulan. Waktu berlalu, segala sesuatu berubah dari waktu ke waktu, hanya foto yang tersisa dari masa lalu itu.

The March | by E.L, Doctorow | Copyright, Random House Publishing, 2005 | Penerjemah Rahmani Astuti | Penyunting M.S. Nasrullah | Cetakan I, Januari 2007 | Penerbit Q-Press | Desain sampul gBALLON | Tata letak Tito F. Hodayat | Montase Ruslan Abdulgani | ISBN 979-1174-05-9 | Skor: 4.5/5

Helen

Karawang, 250821 – Ella Fitzgerald feat. Louis Armstrong – April in Paris

Thx to Buku Vide, Yogyakarta  

Di Kota Kucing, Manusia adalah Pengunjung

“Aku sangat menyukainya. Dia memiliki kebanyakan kualitas yang luar biasa. Tetapi terkadang sulit bagiku untuk mengikuti cara berpikirnya yang ekstrem…”

Memang jaminan mutu, penulis idola, pengarang terbaik modern yang masih hidup hingga saat ini. Setiap tahun kujago menang Nobel Sastra, maka semua buku terjemahannya coba saya nikmati. Kota Kucing dan Kisah-kisah Lainnya diterjemahkan entah dari mana, sebab di identitas tidak dicantumkan. Diambil dari berbagai sumber? Ya sepertinya, satu cerita adalah nukilan novel 1Q84, awalnya sudah familier. Kisah Tengo terbaca alurnya bahkan di halaman pertama. Saya baru baca books one, belum finish di seri tiga, tapi pijakannya sama. Apakah ini sejenis cerpen yang dikembangkan menjadi novel? Atau kumpulan cerpen ini adalah versi padat sebuah buku besar? Kreatif sekali kalian, kalau segitunya. Hanya kalian yang sudah baca riwayat Tengo, atau orang dibalik Penerbit Odyssee yang tahu.

Ada enam cerita, dan semuanya keren.

#1. Samsa Jatuh Cinta

Dia terbangun dan menemukan dirinya telah bermetamorfosis menjadi Gregor Samsa. Pembuka kisah yang to the point. Pijakannya jelas dari novelet Franz Kafka dimana Samsa terbangun suatu pagi menjadi seekor kecoa. Kali ini dibalik, seekor kecoa menjadi manusia. Kok bisa? Biasanya saya kurang suka cerita terkenal yang sudah menjadi ikon, lalu diburai dan dikembangkan oleh penulis lain. Namun kali ini jelas pengecualian, sebab jadinya malah terlena, terbuai akan nasib Samsa.

Samsa terbangun dalam kebingungan, dan memertanya kenapa jadi manusia? Dia tidak berubah menjadi ikan saja? Atau bunga matahari? Setidaknya, menjadi ikan atau bunga matahari lebih masuk akal daripada menjadi manusia – menjadi Gregor Samsa. Seandainya aku berubah menjadi ikan atau bunga matahari, aku bisa menjalani hidupku dengan damai, tanpa harus berjuang untuk naik atau turun tangga seperti ini. dalam keadaan lapar, ia turun ke halaman rumah yang terbentang meja penuh makanan. Saking laparnya, dia tidak peduli dengan ras. Hambar atau lezat, pedas atau asam, baginya semua rasa sama.

Samsa tidak tahu dari mana pengetahuan berasal. Mungkin terkait dengan ingatan berputar yang ia miliki. Setelah kenyang ia lalu menyusun kepingan info. Saat itulah muncul gadis panggilan, yang bertugas membetulkan kaca. “Gregor Samsa, kamu adalah orang yang menyenangkan untuk diajak bicara. Kosa katamu kaya, dan selalu sampai ke intinya…”

Mereka ada di masa perang, era asli kisah ini. Praha yang bergolak, di mana-mana banyak tentara yang berjaga. Penjelasan sang gadis, untuk sampai rumahnya butuh perjuangan ekstra. Ia bukan ahli kunci, tetapi sebagai tenaga pengganti sementara. “Segalanya berantakan akibat bom di sekitar kita, tetapi masih ada yang peduli dengan lubang kunci yang rusak… mungkin mengerjakan hal-hal kecil dengan patuh dan jujur adalah cara untuk menjaga kewarasan di tengah dunia yang sedang kacau.”

Lubang kunci yang rusak ada di lantai atas, dan setelah banyak kecanggungan, basa-basi, sampai fakta aneh bahwa di masa itu, masih ada yang peduli kunci yang rusak terdengar janggal. Yang pasti Samsa jatuh hati padanya. “Jika kamu memikirkan seseorang dengan sungguh-sungguh, kamu akan bertemu dengannya lagi.”

Segalanya gelap: masa depan, saat ini, dan masa lalu. Mana yang benar dan mana yang salah? Samsa yang baru saja jadi manusia, memertanya banyak hal. Dunia sedang menunggu untuk dipelajari. “Aku tidak bermaksud kasar. Aku tidak sehat, ada banyak hal yang tidak kumengerti.”

#2. Pisau Berburu

Waktu berlalu dalam diam. Mungkin yang paling lemah sebab endingnya paling biasa, kalau tak mau dibilang datar. Narasinya panjang nan berbelit. Jadi suami istri yang sedang melakukan liburan, menginap di hotel dekat pantai, memperhatikan sekitar. Termasuk tetangga mereka yang unik.

Rutinitas sebagai sesama tamu, walau tanpa saling sapa mencipta keakraban tanggung. Dan di hari terakhir sebelum check-out, ia bertemu dengan sang pemuda Amerika tersebut. Di dini hari yang sunyi di dekat kolam hotel. Terjadi diskusi menarik. “Ketika Debussy tidak mendapatkan tempat di dalam opera yang ia susun, dia mengatakan ini: ‘Aku menghabiskan hari-hariku untuk mengejar ketiadaan yang tercipta – rien.’ Tugasku adalah menciptakan kekosoangan itu, rien-ku.”

Pisau berburu yang tajam yang berbahaya untuk seorang yang sakit fisik. Apakah itu semua hanya ilusi? Atau, aku adalah ilusi itu sendiri? Mungkin itu bukan masalah. Datanglah besok, dan aku tidak lagi ada di sini.

#3. Kota Kucing

Ini yang saya maksud nukilan novel 1Q84. Tengo yang unik, karakter istimewa ini mengunjungi ayahnya yang sudah tua di sebuah panti jompo, naik kereta dan menikmati sebuah buku dari Jerman tentang kota kucing, di mana seorang pemuda turun di sebuah stasiun, tak ada penghuni manusia, adanya kucing, banyak kucing, banyak sekali. Di sebuah menara, ia mendengar bahwa para kucing curiga ada manusia di kota ini, dan ia diburu. Saat ia kembali ke stasiun, kereta tak mau berhenti, maka ia kembali bersembunyi di menara lonceng. Stack, takut, prihatin dalam sepi. Fantasinya semakin jauh dan kompleks. Mereka mengikuti satu pola, tetapi variasinya tak terbatas.

Tengo, bernarasi selama perjalanan tentang masa kecilnya yang menjadi teman menarik iuran TV stasiun NHK, oleh ayahnya. Kabarnya ibunya meninggal saat kecil dan menghabiskan masa kecilnya menjadi teman jalan ayahnya tiap hari Minggu yang seharusnya merupakan hari libur.

Menyebalkan, dan sungguh ia muak. Maka hubungan ayah-anak ini jadi renggang dan janggal. Mereka adalah dua manusia terpisah yang berasal dari – dan sedang menuju –  tempat yang sepenuhnya berbeda. Bahkan memori masa kecilnya, melihat ibunya berselingkuh dengan lelaki lain menjadi alibi bagus untuk menanyakan, apakah ia anak kandung? Apakah ibunya masih hidup? Dst. Kalian takkan menemukan jawabnya, sebab khas Murakami, banyak hal menggantung, semakin banyak semakin penasaran, semakin bagus. Jika hidup dapat diukur dengan warna dan ragam episodenya, kehidupan ayah ayah Tengo begitu kaya dengan caranya sendiri, mungkin.

Aku tidak selalu ingin tahu akan kebenaran tentang siapa diriku dan dari mana aku berasal. Termasuk saat di masa tuanya, Tengo kembali menanyakannya, walaupun ujungnya tak ketemu juga.

Pengetahuan adalah modal sosial berharga. Itu adalah modal yang harus dikumpulkan hingga berlimpah dan digunakan kepada generasi berikutnya dengan sangat hati-hati. Itu juga harus diwarsikan kepada generasi berikutnya dalam bentuk yang bermanfaat…”

#4. Kino

Luar biasa. Tentang suami yang dikhianati dan bagaimana menghadapi kenyataan pahit. Saat kenyataan menghantam keras padamu, maka hantamlah dengan keras sebagai balasan. Seperti tanah kering yang menyambut hujan, ia membiarkan kesendirian, kesunyian, dan kesepian meresap dalam. Kino adalah pekerja kantor biasa, memiliki istri dan belum punya anak. Suatu hari saat ia ditugaskan keluar kota, dan balik tanpa info lebih cepat sehari sebelum jadwal, ia menemukan istrinya selingkuh. Ia marah, pergi tanpa menengok ke belakang. Tanpa membawa apapun, ia membangun ulang kehidupan. Ada yang salah di antara mereka sejak awal, seolah mereka telah menekan tombol yang salah. Aku harus belajar bukan hanya melupakan tetapi memaafkan. “Aku harus belajar bukan hanya melupakan tetapi memaafkan.”

Membuka bar dengan jazz dan arsesoris aduhai. “Mendengarnya, membawa kembali begitu banyak kenangan.” Bar milik bibinya yang kini sudah ia sulap menjadi tempat nongkrong yang menyenangkan. Ia bayar per bulan, ia sanggupi syarat itu. Berjuang dari awal lagi, mencipta idealismenya sendiri. Lalu seorang pengunjung aneh bernama Kamita, yang tiba setelah Magrib dengan buku tebal dan pesanan yang sama membuatnya penasaran. “Maksudmu beberapa masalah serius telah terjadi, bukan karena aku melakukan kesalahan, tetapi karena aku tidak melakukan hal benar? Ada masalah dengan bar ini, atau aku?”

Dari situ pula kita tahu, ada sesuatu yang aneh di kedai itu. Sesuatu yang janggal, ia bukan pengunjung biasa. Kino biasanya selalu berhati-hati dan menjaga jarak dari segala macam keterikatan. Tidak ada yang lebih buruk dari kecemburuan dan kebanggaan, dan Kino memilki sejumlah pengalaman yang mengerikan karena keduanya.

Sementara hujan tak kunjung reda, membasahi dunia dalam dingin yang menggigil.

#5. U.F.O. di Kushiro

Ini juga tentang suami yang kehilangan istrinya, Komura ditinggal istrinya setelah gempa yang menimpa Kobe. Semua akibat dari gempa itu seperti gema monoton yang jauh darinya. Menjelaskan secara sederhana tetapi jelas mengapa dia tidak ingin hidup dengan Komura lagi. Tanpa kejelasan kenapa ia cabut, teman sekerjanya Sasaki lalu menyarankan liburan ke Hokkaido. Sekalian menitipkan benda aneh untuk diberikan kepada adiknya.

Di bandara, ia disambut Keiko Sasaki dan temannya, Shimao. Dari sana mereka mengakrabkan diri, dan khas Murakami persahabatan sesaat ini menjelma liar. Cerita mereka berhenti pada titik itu. Dia berhenti sejenak untuk membiarkan ceritanya meresap. Dan yang terjadi, terjadilah. Shimao menggambarkan suatu pola rumit di dada Komura dengan ujung jarinya, seolah sedang melemparkan mantar sihir.

#6. Kemarin

Pikiranku seperti diselimuti kabut. Ini yang terbaik, sangat bagus. Di tempatkan di paling akhir pula. Tanimura memiliki teman aneh bernama Kitaru, orang Tokyo yang belajar dialek Kansai dan mempraktekkannya. Bukan hanya mempraktekkan, juga mendalami dan benar-benar menjelma orang Kansai. Hajar mereka tepat di depan dengan memberikan fakta bahwa aku berasal dari De-nen-cho-fu. Bayangkan, ada orang Jakarte, belajar logat Tegal dan benar-benar menyusupinya dengan sungguh. Mereka berkawan di kedai kopi dekat gerbang Universitas. Sama-sama aneh memang, tapi Kitaru terlampau kreatif. Tes masuk perguruan tinggi Waseda (tempat kuliah Murakami) dua kali gagal, sementara Tanimura langsung kuliah. Jika kamu tidak tahu apa yang kamu cari, akan sulit untuk menemukannya.

Maka saat ia berkunjung ke kampung halaman di Denenchofu, berceritalah ia bahwa ia memiliki pacar sejak sejak sekolah. Teman akrab sejak kecil, Erika yang cantik sekali. Mereka terlihat cocok, dan saling melengkapi, tapi memang Aki (panggilan sayang Kitaru) lebih ekstrem. Muncul ide gila, bahwa Tanimura diminta kencan sama pacarnya. Awalnya ga mau, tapi karena Tanimura sahabatnya sendiri, dan percaya sekali, maka kencan itu terwujud. “Tetapi, pengalaman yang sulit dan rasa kesepian, adalah sesuatu yang kamu perlukan ketika masih muda. Bagian dari proses kedewasaan.”

Diskusi suatu akhir pekan itu di Shibuya dan menonton film Woody Allen, menjadi kejadian yang absurd untuk dikenang. Menjadi penghubung banyak hal, sebab setting cerita lalu dilempar ke masa depan dengan nasib berbeda untuk ketiganya. Dia menelusuri halaman-halaman buku ingatannya. Merenungi bagaimana hal-hal pada akhirnya berakhir – setelah semuanya telah diputuskan – adalah masalah kronis lainnya. Kimura di Amerika, Tanimura yang sudah menikah tanpa anak, dan Erika yang menjadi sales juga belum menikah. “Kamu terlalu cantik untuknya.”

Pertemuan tak sengaja di hotel itu mengungkap hal-hal masa lalu yang terpendam. Betapa kemarin, walau sudah lewat masihlah sangat berharga. Yang bisa kita lakukan supaya kedua mataku tetap terbuka ketika angina yang kuat menerjang adalah menarik napas, dan terus maju.

Lakukan apa yang kamu inginkan dan lupakan apa yang orang lain pikirkan. Aku terkesan denganya. Yang masih tersisa dalam ingatanku hanyalah fragmen-fragmen, yang bahkan aku tidak yakin apa benar begitu yang dinyanyikan Kitaru. Seiring berjalannya waktu, ingatan, tanpa bisa dihindari, menyusun kembali dirinya sendiri.

Memang istimewa penulis yang satu ini, segala pujian rasanya tak akan selesai dikumandangkan untuk cara bercerita yang keren. Kota Kucing adalah kumpulan cerpen pertama yang kubaca, setelah novel-novelnya dan memoar asyik tentang lari. Dan jelas buku-buku keren lainnya pasti kususul baca. Kucing, jazz, absurditas narasi, cinta yang tenggelam, lari… inilah semesta Murakami.

Kota Kucing dan Kisah-kisah Lainnya | by Haruki Murakami | Copyright Odyssee Publishing, 2019 | Cetakan pertama, Mei 2019 | Alih bahasa Dewi Martina | Penyunting A.D. Saputra | Tata letak The Naked! Lab | Perancang sampul The Naked! Lab | Ilustrasi sampul Louis Wain Paintings, 1886 – 1936 | Skor: 5/5

Karawang, 240821 – Louis Armstrong feat. Ella Fitzgelard – Isn’t This a Lovely Day (To Be Caught in the Rain)

Thx to Sentaro books, Bekasi

The Summons: Keserakahan adalah Binatang yang Sangat Aneh

“Berpikirlah seperti bajingan, Ray. Berpikirlah seperti penjahat.”

Hakim Atlee adalah orang besar di sebuah kota kecil. Buku ini ada tautan dengan The King of Torts, di mana seorang raja ganti rugi menjadi sisipan kisah. Sebuah panggilan dari orang tua, kedua anaknya diminta datang ke kampung halaman sebab sang ayah kini sudah tua dan sekarat. Panggilan yang dikira sederhana, untuk menjadikan pertemuan terakhir dan mungkin pembacaan warisan itu menjadi cerita liar dan panjang. Sebab saat sang sulung sudah sampai, ayahnya keburu meninggal. Terlambat, waktu tak bisa ditarik mundur. Lebih runyam lagi, ada berkantong-kantong uang di dalam lemari. Tiga juta dollar lebih, menarik sekali idenya. Sang hakim yang lurus dan penuh dedikasi, terkenal loyal dan baik hati, dambaan semua warga, tampak sederhana, ternyata memiliki kekayaan melimpah. Korupsi? Uang jatuh dari langit? Nah itulah inti kisah Panggilan, penyelidikan uang apa gerangan.

Kisahnya tentang Ray Atlee, mengambil sudut pandang orang pertama. Ayahnya Reuben V. Atlee adalah hakim terkenal di Clanton. Ray adalah dosen di Universitas Virginia, lulusan hukum yang awalnya menjadi tumpuan harap sang ayah, tapi ia malah merantau. Kehidupan mapan itu, retak sebab ia cerai dengan Vicki yang telah menikah lagi dengan konglomerat tua nan kaya. Ray menjalani hidup untuk dirinya sendiri, bukan untuk ayahnya atau kemegahan masa lalu keluarga. Ia hadir di Clanton hanya untuk menghadiri pemakaman. Adiknya, Forrest Atlee sangat kontras, pria bermasalah di banyak hal. Forrest adalah seperangkat persoalan dan masalah lain, jauh lebih rumit daripada ayah tua yang penyendiri.

Hakim Chanvellor Reuben V. Atlee tinggal di Mapple Run, rumah tua itu berdiri di sana tahun demi tahun, dekade demi dekade, menerima berbagai serangan tapi tak pernah roboh. Baginya jadi hakim adalah panggilan hidup. Impian Hakim Reuben Atlee dulu adalah anak-anaknya menyelesaikan sekolah hukum dan kembali ke Clanton. Ia pensiun dari jabatan hakim, dan bersama-sama mereka membuka kantor hukum di alun-alun. Di sana mereka akan mengikuti panggilan mulia dan ia akan mengajari mereka bagaimana menjadi ahli hukum – ahli hukum terhormat, pengacara daerah pedesaan.

Bandara itu terletak di utara kota, lima belas menit perjalanan dengan mobil dari kampus sekolah hukum. Meninggalkan Charlottesville menuju Clanton, Ray selama perjalanan mengenang masa lalu. Melihat banyak hal berubah di kampung halamannya. Mampir di kedai kopi, menyapa teman lama, di sana mereka meneguk bergalon-galon kopi sambil menuturkan kisah-kisah penerbangan serta bualan yang makin lama makin hebat.

Kota ini telah berubah, tetapi sebetulnya tidak juga. Seperti hampir semua hal, baik ataupun buruk, pornografi datang terlambat ke Missisippi. Kota kecil yang beradaptasi dengan perkembangan zaman. Di sinilah snag hakim mengabdi. Preseden hukum harus diikuti, tak peduli apa pun pandangan atau pendapat pribadi, dan hakim yang baik tentu mengikuti hukum. Hakim yang lemah mengikuti kehendak khayalan, hakim lemah bermain untuk mengantongi suara dan kemudian ikut mencela saat putusan mereka yang pengecut diajukan ke pengadilan yang lebih tinggi. Hakim adalah orang besar dan sangat peduli dengan bagaimana ia harus dikenang. “Sebut saya apa saja sekehendak Anda sekalian, tapi saya bukan pengecut.”

Saat Ray sampai di sana, hari sudah sore dan cuaca cerah. Saat masuk rumah, tampak sepi seperti biasanya. Rumah tak dikunci, dan ia masuk saja. Setelah menyapa tanpa jawaban, ia masuk ke kamar sang ayah yang tertidur. Namun ternyata bukan tidur, ayahnya sudha mangkat. Ia lalu melakukan beberapa prosedur umum, memastikan keadaan lalu saat melihat sekeliling, betapa terkejutnya Ray, ia menemukan berkantong-kantong uang.

Adiknya belum tiba. Adiknya seumur hidup tak pernah tepat waktu, ia menolak memakai arloji dan mengatakan tak pernah tahu hari, dan kebanyakan orang mempercayainya. Ia dengan cepat menganalisa situasi. Ketika rasa shock mulai memudar, berbagai pertanyaan muncul. Perasaan terguncang atas kematian sang ayah sudah cukup untuk sehari. Guncangan karena uang itu membuatnya terus gemetar. Apa dan bagaimana menanggapi keterkejutan ini.

Ia langsung mengamankan uangnya, gegas memasukkannya ke dalam lemari sapu. Ia sangat was-was dengan simpanan yang sudah berada dalam lemari sapu. Berapa banyakkah jumlahnya di sana? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghitungnya? Apakah it asli atau paslu? Dari manakah asalnya? Apakah yang harus dilakukan dengannya? Ke manakah harus dibawa? Siapakah yang harus diberitahu? Ia butuh seorang diri untuk berpikir, mengatur berbagai hal, dan menyusun rencana.

Melihat surat wasiat yang sudah ditandatangani, menyatakan Ray sebagai eksekutor warisan sebab ia si sulung. Berkonsultasi dengan pengacara yang sudah menjadi sahabatnya, dan memutuskan melakukan penghormatan terakhir di pengadilan sehingga taka da banyak orang di rumah, yang sekaligus mengamankan lemari sapu. Si pendeta jauh lebih emosional daripada si anak. Ia menyayangi sang hakim dan menyatakan dirinya sebagai sahabat karib. Adiknya hanya datang sebentar, lalu menyerahkan segalanya kepada Ray.

Lalu Ray menata situasi. Hidup tanpa ayahnya takkan berbeda jauh dari hidup terpisah jauh darinya. Pengabdian sepenuh hati, selama 32 tahun sebagai hakim, catatannya tak tercela. Uang itu jelas tak pantas disebut uang panas, tapi dari mana? Berapa kali dalam hidupnya ia punya kesempatan memandangi tiga juta dolar? Berapa orang punya kesempatan seperti ini? Tidak mau hidup seperti mangsa yang terluka.

Ia lalu mencoba memindahkannya, ke sebuah jasa keamanan, menyewa loker. Chaney’s adalah temapt aman, sementara ia menaruh uangnya di sana, Ray mencoba memastikan uangnya asli.  Memastikan uang itu tidak palsu, tidak tertandai, tidak terlacak dengan cara apapun. Ia terbang ke berbagai kasino, main jdui. Perjudian paling dasar adalah datang-pasang taruhan, dan setelah berhasil mengerahkan keberanian, ia mendesak maju di antara dua pejudi lain dan menempatkan sepuluh chip tersisa. Ia akan membawa lebih banyak uang tunai, mencucinya dalam sistem. “Penjudi profesional tidak pernah minum saat berjudi.”

Berjalannya waktu, tak ada kecurigaan baik dari Bandar atau orang-orang yang mungkin berurusan dengan uang itu. Kehatihatian, sebab itulah yang didapat setiap wanita darinya. Kehati-hatian, sebab ia merasa  melihat potensi pada yang itu.

Namun teror akhirnya muncul. Drai orang tak dikenal yang mengejar uang itu untuk diserahkan. Bahkan malam hari mengusiknya, melempar benda hingga kaca rumah pecah, mencongkel pintu apartemennya, mengirim surat ancaman, dst. Dengan situasi terbaru itu, Ray Atlee akhirnya mengakui betapa penting arti uang itu sekarang. Sempat pula terbesit rencana lain. Tentang bagaimana uang itu bisa berkembang bila diinvestasikan secara konservatif atau agresif.

Sebagai eksekutor warisan, ia punya waktu satu tahun sejak tanggal kematian untuk mengirimkan surat pemberitahuan pajak terakhir, dan menurut akuntannya, perpanjangan waktu dapat dengan mudah didapatkannya. Ia memastikan, uang itu tak akan dimasukkan ke daftar warisan sebab akan habis dihisap pajak. Mungkin bukan langkah yang paling cerdik hingga sejauh ini.

Ray memutuskan berkeliling, dengan uang di bagasi mobil, mencari kebenaran. Kalau kau kabur membawa banyak harta, seperti pembunuh dengan korbannya di bagasi, maka banyak wajah tampak familier dan berbahaya. Setiap orang yang ia temui tampak mencurigakan. Kau tidak mungkin bisa batuk di sana tanpa membuat tiga orang lain tertular Apakah semua orang gila, atau cuma aku?

Sementara adiknya yang terjerat narkoba tinggal di rehabilitasi. Sesekali ia kunjungi. Hidup tidak akan jadi sederhana dengan mengunjungi adiknya, tapi ia sudah berjanji.

Petualangan pencarian Ray mengarah ke Hancock County dinamai menurut nama John Hancock, salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdekaan. Lalu menuju seorang pengacara jumawa nan kaya raya. Patton French adalah orang yang amat sangat pongah. Setelah berusaha dengan keras menemui, dan bilang ia anak sang hakim, ia akhirnya berhasil bertemu. Di atas pesiar mewah yang tenang, segalanya akhirnya terang.

Semua bermula dari Berkas perkara Gibson v. Miyer-Brack. Hakim percaya akan kerja keras, dan tanpa juri yang harus dimanjakan, ia bertindak brutal. Patton yang cerdik dan menjadi seorang penggugat massal mencari celah, dan menemukan nama sang hakim. Keputusan-keputusan itu tegas, sangat lugas, dan bertujuan untuk meresahkan para pengacara tergugat. Setelah berhari-hari mengumpulkan banyak korban obat gagal, ia maju menggugat pabrikan. Mr. Patton French berhasil mengunci Miyer-Brack hingga terlentang tak berdaya di atas matras. Dan akhirnya ganti rugi dengan jutaan dollar tersaji.

Kalau mau tahu detail cerita tata cara menggugat bisa dibaca di novel King of Torts, raja ganti rugi. Kebenaran kini mengalir deras, dan ia menginginkan seluruhnya. Keserakahan adalah binatang yang sangat aneh, Ray. Dan setelah kebenaran terungkap, lantas mau diapakan uang sebesar itu? Kembali lagi, keadaan sehat, tenteram, dan bisa menjalani kehidupan wajar adalah impian, bahkan dibanding dengan uang besar yang mengancam keselamatan.

Endingnya datar. Setelah aksi penuh ketegangan, pertarungan kesabaran dan segala kemungkinan baku tembak dan ledakan, John Grisham malah mengambil jalan tenang. Mungkin agak mengejutkan, beberapa fakta disimpan lalu diungkap hingga bab terakhir. Namun tetap, tak terlalu mengejutkan. Sangat tenang, dan juga menggantung.

Bagaimanapun, karya Grisham tak pernah mengecewakan. The Summons jelas memenuhi itu, hanya saja harapan itu terlampau tinggi. Beda dengan The Partner yang meledak di akhir atau Bleachers yang memukau dalam nostalgia, atau The Last Juror yang walau akhirnya tenang, sungguh heroik. Well, susunan Grisham mungkin sudah kukenali dan nikmat plotnya walau familier tetap terasa menawan. Masih banyak bukunya di rak yang belum kubaca, dan akan terus kubaca. Semoga.

Panggilan | by John Grisham | Diterjemahkan dari The Summons | Copyright 2002 by Belfray Holding, Inc |  Penerbit Gramedia Pustaka Utama | GM 402 02.023 | Desain cover Amy C. King | Sampul dikerjakan oleh Eduard Iwan Mangopang | cetakan pertama, September 2002 | 432 hlm; 18 cm | ISBN 979-686-116-x | Skor: 4/5

Karawang, 230821 – Ida Laila & Mus Mulyadi – Setelah Jumpa Pertama

Thx to Mahina Kamila, Jkt

Menyambut Sensasi Sarribal


Musim baru harapan baru. Setelah enam tahun bersama Simone Inzgahi, kini Lazio menatap musim dengan wajah baru. Adalah Maurizio Sarri yang punya CV lumayan bagus beberapa waktu ini. Di Juventus, walau terseok-seok ia berhasil memertahankan Scudetto 2020. Di Chelsea dengan skuat mentereng juga tak tangan hampa, piala kelas dua Eropa jelas sebuah prestasi.


Kalau melihat Sarri justru yang paling kuingat saat final Carabao Cup tahun 2019 saat ‘manager’ Kepa Arrizabalaga tak mau diganti jelang adu pinalti. Bermusim-musim bersama Napoli yang tampak mentereng di papan atas, ternyata menghasilkan nirgelar. Sebuah catatan minor akan gaya ‘sarriball’ yang ia emban. Setelah setahun bertapa, ia turun gunung.


Cerita menggunakan data, statistik, sejarah untuk menggambarkan kebesaran: Milan, Juventus, atau Inter Milan bisa buat bahan dalam adu debat. Namun sebuah cerita yang bagus juga meliputi perjalanan waktu, tanpa kerangka waktu kita tak bisa menilai apakah kita sedang melihat sesuatu yang benar-benar penting atau hanya denyut anomali. Setiap tim punya ceritanya sendiri, tahun 2013 Lazio juara Copa Italia, bisa jadi bagi ketiga klub yang kusebutkan barusan terdengar biasa, tapi bagi kami menang derby di final adalah orgasme tiada tara. Begitulah, sensasi memori tiap orang berbeda.
Mercatto Lazio memang tak memutar uang besar, sebab apa yang didatangkan nyaris semua pemain kelas premium.

Musim ini tercatat resmi yang berkonstum Lazio adalah Elseid Hysaj (free), Dimitrije Kamenovic (2.5 juta), Luca Romero (200 ribu), nama-nama asing bukan? Tak kenal? Sama! Namun ada dua nama besar yang didatangkan. Rasanya saya fans bola paling bahagia saat mendengar kabar pulangnya Felipe ‘Bale’ Anderson (3 juta). Setelah mencatat rekor klub West Ham dalam bursa, ia mengalami masa sulit di Inggris dan juga Portugal. Padahal ia adalah bintang paling cemerlang di lini tengah Lazio kala pergi, maka patut dinanti aksinya di lapangan tengah, kembali dengan Savic dan Luis Alberto. Nama kedua adalah Pedro (free), kali ini dari seteru.


Jadi target muluk-muluk bintang macam Shaqiri, Torreira, Schira, Walukiewicz sampai kemungkinnan joinnya Coutinho hanya isapan jempol. Gajinya akan bikin muntah Lotito. Kecenderungan Lotito untuk fokus pada biaya yang konkret dan memberi terlalu sedikit perhatian pada biaya kesempatan.


Mari sejenak lihat tim lain. Angka patok jual Barcelona membuat mereka kesulitan menjual pemainnya sendiri. Di era sekarang bisa jadi itu ekonomi kejahatan, dan lihatlah mereka kini di ambang bangkrut. Madrid sama saja, mereka kini tak bisa jor-joran. Jadi pola salary cap yang dinahkodahi Lotito ada benarnya, ini bisa berlaku pula untuk tim besar (jangan sebut City atau PSG). Dengan pengetatan semacam ini bisa jadi sebuah preferensi untuk mempertahankan segala sesuatu sebagaimana adanya, ingat sepakbola adalah tentang sportivitas, bukan melulu tropi apalagi uang.


Anda akan segera menyingkirkan para kandidat pemain yang lebih mungkin tidak masuk kantong budget, gaji besar, clause buy tinggi; dalam satu kata: pemain mahal, atau potensi pemain murah yang kehilangan semangat di tengah musim sebab gagal memberi bukti di masa awal bermain di Olimpico. Untuk itulah kita punya Savic, pemain paling penting di lini tengah yang sejak bergabung tahun 2015 konsisten bermain keren. Sebuah versi awal cerita ia bergabung bahkan menyebut, ia sudah deal sama Fiorentina. Itulah seninya bursa transfer, berita-berita meyakinkan ditampik, positif palsu yang jadi cerita seru dan juga menjengkelkan untuk masa depan.


Lotito tahu, mana yang pantas dilepaskan, dan mana yang tidak. Dengan bergabungnya Pedro, jelas pintu keluar satu striker terbuka: Immobile jelas bukan, Caicedo sang penentu menit akhir? tentu tidak ia terlalu berharga, Muriqi? Bisa jadi, tapi Lotito jarang rugi di bursa transfer jadi rasanya mustahil bisa menjualnya dengan harga pantas. Rasanya rumor Correa yang paling mungkin jadi kenyataan. Terserah mau ke Spurs, Inter, atau bahkan ke Madrid. Saat nantinya resmi pergi, itu sudah bukan cerita milik kita. Daniel Kahneman bilang, “Kita bisa jadi buta pada sesuatu yang jelas, dan kita juga buta pada kebutaan kita sendiri.


Hasil-hasil pra-musim Lazio juga terdengar biasa, kalau tak mau dibilang mengecewakan. Tradisi sparing Auronzo di Cadore berlanjut, dengan gunung dan danau yang sejuk adalah keniscayaan tim ini memulai musim dari sana seolah ada tombol start. Lawan-lawannya memang semenjana, seolah ada pekerja radio, buruh pabrik, atau BEM mahasiswa di sana sedang melakukan hobi di akhir pekan, nama-nama timnya akan membuat fans Manchester City kaget, itu klub bola? Termasuk setelah selesai tapa Auronzo, kita hanya mendapat lawan klub papan tengah macam Twente FC, menang satu gol dan seri 1-1 saat dijamu Sassuolo. Lihat, hasilnya biasa saja. Dari sini tampak, Sarriball belum padu. Masalahnya, walaupun beberapa ide Sarri sudah jelas, banyak yang tidak jelas. Permintaannya jangan main bola atas juga membuat kerut kening sebab tumpuan utama striker jago bola atas kita adalah pemain termahal Muriqi, atau ini tanda ia tak dipakai?


Butuh seorang pemikir sejati untuk melihat masalah yang sudah dilihat banyak orang dan menemukan jalur pemecahan baru. Orang takkan percaya, bahwa menyelesaikan masalah kadang harus memasukkan masalah. Bakteri misalnya, harus dilemahkan dan disuntikkan ke dalam tubuh manusia untuk melawan bakteri dari luar guna meningkatkan imun. Maka, Lazio yang bermasalah di komposisi pemain, bursa transfer yang buruk, pelitnya sang presiden minta ampun, hingga kekuatan yang timpang di inti dan cadangan. Merokok berlebihan, pesan subteksnya adalah bahwa banyak orang merokok juga, itu melegitimasi perilaku yang tidak dinginkan. Semoga Sarri yang bermasalah sebab tak bisa berhenti menghisap rokok, berhasil di Olimpico.
Mari kita nikmati tiap pekannya, karena dalam hidup bersenang-senang itu sangat penting. Tim-tim idola menawarkan lebih banyak kesenangan sekaligus kegetiran untuk memulai pekan baru, dan untuk itulah kita menyukai sepak bola.


Genderang perang telah ditabuh, kompetisi paling elit di tanah Pizza akan dimulai Sabtu, 21 Agustus 2021. Empoli, klub yang baru promosi setelah lama berkubang di kompetisi bawah telah kembali. Lawan yang terbilang mudah, awal yang bagus sepertinya akan didapat. Apakah saya jumawa? Tidak juga, tak ada persyaratan seperti itu untuk menjadi Laziale. Siapa saja memiliki seperangkat fanatisme, fans Madrid bisa menangisi kepergian Ramos dan Barcelona sesenggukan melepas Messi, tapi siapa sangka kedua kapten el clasico bakal setim? Sepuluh tahun lalu, bahkan penggemar kedua tim tak ada yang berani membayangkan. Jadi kalau Pedro, mantan Roma ini akan join kita, kenapa tidak?


Ada satu penjelasan lagi mengapa kita harus antusias menyambut musim baru, setelah sekian lama Lazio merekrut pelatih antah, sebut saja daftarnya panjang, Delio Rossi, Edy Reja, Davide Ballardini, Vladimir Petkovic; kini kita punya pelatih yang berpengalaman yang pernah membesut Chelsea dan Juventus. Di rumput tetangga, kesuksesan membawa pelatih bermulut besar Jose Mourinho akan makin membuat derby makin semarak, siapa tahu mereka berhasil buka puasa, walaupun jelas itu hanya angan kosong. Seni mengalahkan lawan dengan mengantisipasi langkah mereka berikutnya.


Fans sepak bola, mau tim besar, kecil, atau semenjana sekalipun adalah produsen argumen yang mendewakan tim idolanya. Wajar, komentar-komentar kita di manapun baik digital atau adu cekcok langsung, mungkin tak terbantahkan, dan terasa kuat sekali, menggebu sampai bisa berbusa-busa ngomongin strategi dan hasil akhir, tapi jika itu terdengar tak nyaman sama fans lain, kamu tidak akan ke mana-mana.


Memandang rekor itu adalah penghalang buatan. Sebagai fans layar kaca, menikmati bola tiap akhir pekan klub pujaan adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Siapa juara Serie A 2022? Bursa bilang akan kembali ke Juventus yang nostalgia dengan Allegri. Namun jelas tak ada yang tahu dan bisa menebak tepat, seperti kata Niels Bohr, “Prediksi itu sulit sekali, terutama bila menyangkut masa depan.” Lazio, bahkan dalam sebuah prediksi akan kembali ke papan tengah. Seperti awal musim yang sudah-sudah, saya tak mengusung optimisme buta atau skiptisme yang suram. Target realistis adalah kembali ke zona Liga Para Juara, scudetto hanya bonus. Kasih tahu saya Mei 2022 nanti, apakah Sarri tersenyum atau cemberut di akhir perjalanan.


Mari menciptakan kesan yang besar pada ingatan kita dengan menyambut sensasi sarribal.


Karawang, 190821 – Bill Withers – Grandma’s Hands


Lazione P. Budy
Kopi di kanan, buku di kiri, musik Jazz bergentayangan di sekitar. Laziale anggota tercatat nomor empat belas dari Karawang. Hobi makan bakso dengan kuah melimpah. Bisa disapa di twitter @lazione_budy

Love is Wine: Talks of a Sufi Master in America

“Kedua budakku yang menjadi tuanmu adalah amarah dan tamak.” Kata sang Darwis.

Buku teragung di alam dunia ini adalah hidup ini sendiri. Baca, baca, bacalah, dan ulangi sekali lagi. masa lampaumu adalah bagian terbesar dari buku itu. Buku-buku Tasawuf memang sedang gandrung kubaca, efek menikmati Dimensi Mistik dalam Islam-nya Annemarie Schimmel. Nah, kali ini kita ke seberang Benua. Di Amerika yang asing, seorang guru sufi Syaikh Muzaffer Ozak. Nama asing bagi yang tak mendalami genre ini, tapi ia memang pahlawan sebar Islam di dunia Barat. Bila seseorang benar-benar mencintai Tuhannya, maka Dia akan menuntun tiap episode kehidupan si hamba menjadi semakin dekat pada-Nya, melalui jalan-jalan yang tidak pernah terduga sebelumnya.

Cinta bagai Anggur bagus banget, banyak menukil kisah-kisah, diselingi humor dan segala adat Islam, tentunya humor sufi. Beberapa terasa kebetulan, padahal ada Tangan Allah yang mengayunkan nasib manusia. Jelas rekomendasi tinggi, beruntung saya mendapatkan anggur ini, beruntung menikmati manisnya tiap teguknya. Agama mengatakan tiadalah yang dapat menghalangi seorang hamba dengan Rabb-nya selain dari dosa yang menggelapkan qalb seorang manusia, yakni rasa, karsa, cipta dan karya yang tidak sesuai dengan kehendak Ilahi; dan tidak ada dosa itu melainkan karena manusia gaga; meredam keinginan syahwatnya atau ia mengikuti kehendak (mempertuhankan) hawa nafsunya.

Buku disarikan oleh sang murid Syaikh Ragip Frager. Ia mengkompilasi apa yang ia terima dari snag guru. Manusia pada awalnya berasal dari ‘sisi’ Allah Ta’ala, di sanalah ia mengenal Ar-Rahman, kemudian dia diturunkan ke dunia ini dalam tiga kegelapan: yaitu Rahim ibu, jasadnya sendiri, dan dunia yang ‘memenjarakannya’. Lalu manusia di dunia ini bergerak mencari Dia yang telah menawan qolb-nya, Keindahan (dengan ‘K’ capital yang berarti Keindahan Ilahiyah) yang mengendap di dalam kesadarannya.

Buku sufi, di mana pun akan banyak menukil para sufi dan nama Ibnu al-‘Arabi ra ada di urutan papan atas, beliau berkata: “Ketahuilah bahwa sesuatu yang dikenali dapat dibagi ke dalam dua macam. Macam yang pertama dapat didefinisikan, dan macam yang lain tidak dapat didefinisikan. Cinta…” begitu juga Rumi, “Apakah Cinta itu? Dahaga yang sempurna. Kemarilah, akan aku jelaskan tentang air kehidupan.”

Ada empat cara untuk menuju keyakinan: Jalan pengetahuan, pemandangan akan sesuatu, berada di dalam sesuatu, dan menjadi (bagian dari) sesuatu. Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah yang mengubah segala sesutau dan mengembalikannya. Tuhanku adalah Sesuatu yang berada di balik segala perubahan.”

Membagi dalam 12 bab yang keseluruhannya merupakn dasar-dasar tasawuf. Hanya dengan pengetahuan tentang dirimu sendirilah engkau akan mengerti tentang sifat-sifat tertentu. Hubungan kepada sifat adalah melalui pengenalan diri sendiri/ di luar itu, engkau tidak akan menemukan apapun. Karunia Tuhan sering datang kepadamu melalui tangan orang lain, lewat hamba Tuhan. Maka, Cinta Ilahiyah juga mengekspresikan dirinya di antara manusia.

Ingat sekali saya, akan kefanaan dunia yang pernah dibeberkan panjang di buku Dimensi Mistik. Di alam yang akan datang engkau akan berada bersama-sama dengan mereka yang engkau cintai. Maka bagian mimpi menurut saya adalah bagian terbaik. Pepatah lama, Ada dua jenis mimpi bermakna. Yang pertama adalah mimpi yang benar dengan kandungan pesan literal. Kedua adalah mimpi simbolik yang butuh penafsiran. Ketika jenjangmu berubah, maka kewajiban-kewajibanmu berubah, dan berubah pula doa-doamu.

Saat kita tidur, nafs keluar dari jasad, tanpa kehilangan hubungannya dengan jasad, seperti cahaya yang keluar dari senter. Di dalam diri seseorang terdapat tujuh tingkat najs yang berbeda, yakni nafs bersifat mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, malaikat, rahasia, dan nafs yang bersifat rahasia dari rahasia. Memang sulit untuk berpikir dalam bahasa simbolik yang kita temukan dalam mimpi dan wahyu. Pengalamnmu tentang realitas bergantung kepada jenjang maqam atau kesucian dari nafsmu. Sesungguhnya, engkau benar-benar sedang tertidur di sini. Apa yang engkau lihat di dunia ini adalah sebuah mimpi. Saat kematian barulah engkau akan terbangun dan melihat realitas.

“Bersihkan mukamu, dan jangan sibuk menyalahkan cermin.”

Pada tingkatan seperti kita sekarang, seringkali kita tidak langsung menerima undangan dari Allah. Kita sering menunggu, mempertimbangkan dan merenungkannya. Apakah engkau harus keluar dari kebenaran untuk melihat suatu kebenaran? Mungkin Allah Al-Haqq, suatu saat akan menampakkan kebenaran-Nya kepadamu.

Pertanyaan keberadaan Tuhan juga diulas pandang lebar. Pengalaman tentang Dia, datang dari qalbmu sendiri. Tuhan akan muncul kepadamu sesuai dengan potensimu, sesuai dengan kapasitasmu. Dan pengalaman setiap orang berbeda-beda.

Begitu pula kesederhanaan hidup orang-orang terpilih. Nabi Isa as, pada akhirnya, hanya ada dua buah benda yang dimilikinya sebatang sisir yang biasa ia pakai untuk menyisir jenggotnya, dan sebuah gelas yang dipakainya untuk minum. Dan saat melihat orang yang menyisir dengan tangan, minum dengan tangan, ia pun membuang keduanya. Selama engkau tidak menceraikan dunia dan keduniawiannya, engkau tidak akan pernah bertemu dengan Tuhanmu. Kefakiran material bukanlah inti persoalannya. Mereka hanya mengekspresikan kehendak Allah.

Para pemegang kuasa di dunia, materi selalu melekat. Apabila engkau menjadi seorang penguasa di alam dunia ini, orang-orang tidak selalu puas atau sepakat dengan pengaturanmu. Menatap saja tidaklah cukup, engkau harus melihat. Mendengar saja tidaklah cukup, engkau harus memahami. Kerajaan, kekayaan dan kekuasaan, busana dan gelarnya merupakan hijab-hijab di antara dia dan Tuhannya.

Baiklah, saya kutip beberapa kalimat bagus yang ada di buku ini sebagai rekap. Yang jelas sungguh rekomendasi dinikmati.

Bagaimana pun juga engkau harus merasakan penderitaan dan kesakitan dari alam dunia ini agar meningkatlah tingkat kesucian nafsmu.

Orang-orang yang mengalami ujian yang paling berat adalah orang-orang yang dicintai Allah – para nabi, wali dan mursyid. Mereka adalah simbol kemanusiaan yang nyata, yang tugasnya adalah untuk menunjukkan kepada yang lain tujuan kita di bumi.

Tidak mungkin aku menerima apapun dari seseorang yang selalu mengharap lebih banyak.

Ibrahim bin Adham ra menjawab, “Qalbmu mati karena sepuluh keburukan. Allah tidak menerima doa dari orang yang mati qalbnya.”

Pada dasarnya, mimpi adalah informasi yang berasal dari pengetahuan Ilahiyah yang terkandung pada kitab induk, yang terefleksikan pada layar yang dibaca nafs ketika kita tidur. Penafsiran mimpi adalah sesuatu yang mungkin bagi mereka yang memiliki intuisi dan kearifan, dan bagi orang-orang yang menerima anugerah kemampuan untuk memahaminya.

Ia mencoba membuat kita bingung, melahirkan keraguan dan membuat kita takut untuk memenuhi kehendak-Nya.

Ibadah haji, seluruh jamaah pergi ke Mina dan di sana melemperakan batu kea rah tiga buah pilar. Di sanalah, dahulu Nabi Ibrahim as mengorbankan Nabi Ismail as. Ketiga pilar itu mewakili ketiga penolakan terhadap syaiton oleh Nabi Ibrahim as, Siti Hajar ra, dan Nabi Ismail as. Kepada setiap pilar, tujuh buah batu dilemparkan, mewakili penolakan jamaah haji atas tujuh kualitas yang buruk, yaitu: egois, sombong, munafik, iri, amarah, dan tamak.

Kita diminta untuk mengorbankan bagi Dia apa-apa yang sering kali paling kita cintai – ketertarikan kita pada dunia, kebiasaan-kebiasaan kita, kepongahan kita. Para Pecinta Allah sering menemukan bahwa sekali mereka mampu utnuk melepaskan apapun selain Tuhan, maka mereka memperoleh segalanya – kelimpahan yang bersifat material maupun spiritual.

Apakah awal mula dari kearifan? Jawab Hussain, “Permulaan kearifan adalah meminta pertolongan Tuhan atas segala sesuatu.” Bukan, bukan itu. “Kalau bukan itu, mengucapkan Bismillahirahmanirrahiim.” Tidak, bukan itu. Awal dari kearifan adalah sabar.

Keselamatan terletak pada pembelajaran dan pengalaman hukum-hukum Syariah dan ajaran pensucian nafs.

Latihan olah jiwa tanpa pengetahuan adalah ibarat sebuah taman yang terbuka. Ia mungkin saja menghasilkan buah-buahan dan bunga-bungaan, tetapi tidak ada yang akan mencegah masuknya hewan liar yang melahap buah-buahan dan merusak bunga-bungaan….

Membersihakn aspek lahiriah jauh lebih mudah dibandingkan membersihkan aspek batiniah.

Si Iblis mempunyai semua kualitas yang dimiliki manusia, kecuali satu hal. Iblis tidak mengenal Cinta. Cinta tidak diberikan kepada Iblis. Cinta dikhususkan bagi Adam as.

Teman-teman yang baik membawa perilaku baik,s edangkan teman-teman yang buruk membawa kepada dosa.

Jika engkau sungguh-sungguh ingin mengubah kebiasaan-kebiasaan burukmu, ubahlah teman-teman di sekitarmu. Yang terpenting berdoalah pada Tuhan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut. Jangan menyangka bahwa engkau;ah yang memperbaiki dirimu. Taubatmu adalah sebuah rahmat dari Tuhan. Demikian pula kemampuanmu untuk berbuat menindaklanjuti rasa taubat itu. Jika engkau ingin menjadi orang yang baik, carilah orang-orang yang baik. Jika engkau ingin mencintai-Nya, beradalah bersama mereka yang mencintai-Nya.

Malaikat dan iblis yang lahir dari tindakan kita adalah refleksi dari malaikat dan iblis yang sebenarnya. Itu adalah sebuah tanda bahwa yang menyesatkanmu adalah kata-kata pada lisanmu, inilah racin dari iblis. “Aku akan menggoda mereka dari muka mereka, dari belakang mereka, dari kanan mereka dan dari kiri mereka.”

Jelas makin suka baca-baca buku tentang tasawuf, nama-nama sufi juga menjadi andalanku berburu buku tiap bulan. Saat ini sudah lumayan banyak yang berjejer di rak, dan rasanya akan makin panjang. Sejajar dengan buku-buku filsafat, sosiologi, psikologi, atau bahkan buku-buku politik. Berbagai genre kulahap semuanya.

Kalau dulu saya sering makan fiksi, dua tiga tahun terakhir sudah sangat luas dan bebas. Lebih beragam dan meliar. Semoga ini menjadikan kita makin mencintai-Nya. “Aku mengenalimu berdasarkan tiga jenis pengetahuan. Pertama pengetahuan tentang Syariah, hukum yang telah Tuhan berikan pada kita melalui Nabi-Nya. Kedua adalah pengetahuan tentang ilmu ketuhanan. Ketiga adalah pengetahuan tentang shufisme…”

Cinta Bagai anggur | by Syaikh Muzaffer Ozak | dikompilasi oleh Syaikh Ragip Frager | Diterjemahkan dari Love is Wine: Talks of a Sufi Master in America | Terbitan Threshold Books, 1987 | ISBN 979-96153-0-5 | Penerbit PICTS, Bandung, Juli 2000 | Cetakan kedua, September 2000 | Penerjemah Nadia Dwi Insani | Penyunting Herman Soetomo | Desain sampul MIMESIS Design | Tata letak Deden Himawan | Pracetak Irawan Barnas, Muhammad Sigit Pramodia, Alfathri Adlin, Zaenal Muttaqin, Pepi Saepudin, Kurniasih, Iwan Suryolaksono | Skor: 5/5

Karawang, 200821 – Ida Laila & Mus Mulyadi – Setelah Jumpa Pertama

Thx to Ade Buku, Bandung

#Juni2021 Baca

“Orang-orang dungu! Sekarang katakan bahwa Tuhan itu ada!”


Juni adalah bulan Isoman, sejak ulang tahun Sherina sampai awal bulan Juli. Seminggu pertama tidak banyak yang bisa dilakukan, fokus istirahat dan penyembuhan. Baru setelah itu gas, baca buku dan nonton film. Lumayan banyak untuk bulan Juni, 14 buku selesai baca! Tapi momen #30HariMenulis yang sudah sangat lama berjalan, tak gagal. Sehat itu penting.

#1. The Street Lawyer by John Grisham

Bagaimana hidup bisa berubah begitu drastis dalam sebulan? Kisahnya tentang Michael Nelson Brock, yang merupakan pengacara di sebuah biro kaya dan mapan Drake & Sweeney. Ia memiliki istri cantik yang bekerja di rumah sakit Claire, pasangan kaya ini tampak sangat ideal, materi terpenuhi, tapi dari dalam ada keruntuhan batin. Kesibukan dan cinta yang digerus waktu menjelma bosan, dan di dunia Barat yang liberal tentu saja arahnya mudah ditebak, perceraian. Menjadi bujangan lagi bukanlah hal yang hebat. Aku dan Claire sama-sama kalah.


“Aku menemukan panggilan hidupku. Kita masuk ke bisnis ini karena kita pikir menegakkan hukum adalah panggilan mulia. Kita dapat memerangi ketidakadilan dan penyakit-prnyakit masyarakat, dan mengerjakan karya-karya mulia karena kita pengacara. Kita pernah menjadi orang idealis, mengapa kita tak bisa mengulanginya?”

#2. Kanuku Leon by Dicky Senda

Cerpen-cerpen Dicky Senda mayoritas berkisah di tanah kelahirannya di Indonesia Timur. Banyak sekali mengambil bahasa lokal, melimpah ruah sampai butuh penjelasan di tiap akhir cerpen. Menonjolkan budaya lokal sah-sah saja, seolah memang menjual dan menyampaikan ke dunia bahwa budaya yang erat dilakukan itu ada. Seperti pencerita kebanyakan, kisahnya mencoba membumi dengan kegiatan rutinitas, pengalaman pribadi yang dibumbui fantasi. Semua cerpen di sini tertata dengan apik, tapi tetap inti cerita masihlah liar. Tak nyaman diikuti dengan santuy.


“Orang begitu lama mati, karena Tuhan masih kasih kesempatan untuk dia supaya bertobat.”

#3. Pasar by Kuntowijoyo

Novel dengan penggambaran detail mengagumkan. Mencerita apa adanya keadaan pasar dan par penghuninya. Sejatinya setting hanya satu tempat dari mula sampai jelang akhir. Pasar dan situasi yang ada. Orang-orangnya juga itu-itu saja, berkutat melelahkan. Pada dasarnya menggambarkan sifat manusia yang mengingin nyaman, ketika terusik maka ia marah, dan saat keinginan-keinginan tak terkabul, jadi petaka. Minim konflik tapi sungguh menohok saat masalah itu dilemparkan ke pembaca.


“Kalau macan mati meninggalkan belang, Pak Mantri mati meninggalkan tembang.”

#4. The Mummy by Anne Rice

Kisahnya tentang cinta dan pengorbanan, kerelaan, serta keabadian itu tak segaris lurus dengan kebahagiaan. Relatif, dan perubahan, apapun itu adalah keniscayaan. Termasuk para mumi yang diawetkan lalu berhasil dibangkitkan, perbedaan zaman, perabadan yang sudah sangat usang, manusia jadul itu bangkit di zaman sekarang, lantas apakah mereka bahagia? Jelas belum tentu.


Tema usang cinta diapungkan, dan tak akan bosan. Usang itu hanya beda bentuk dan genre, kali ini mumi gagah nan aneh merindu masa lalu, ia adalah raja di eranya, kini ia hanya rakyat biasa. Ini demokrasi dengan kebebasan individu, maka keputusan membangkitkan kekasihnya tentu saja wajar, walaupun tak selalu sesuai harapan.


“Berdoalah kepada dewa-dewamu, tanyakan pada mereka apa yang harus kaulakukan. Tuhanku hanya akan mengutuk perbuatanmu. Tapi apa pun yang terjadi atas makhluk itu, ada satu hal yang pasti. Kau tak boleh mengolah ramuan itu…”

5. Putri Cina by Sindhunata

Kisahnya panjang nan melelahkan, sepertiga pertama agak boring sebab menarik lurus ke balakang sejarah orang-orang Cina di tanah Jawa, agak berbelit dan seolah menikmati dongeng/sejarah. Sepertiga kedua baru kita memasuki are sesungguhnya, bagaimana arah cerita terbentuk. Dari kesenian keliling, bintang ketoprak seorang putri Cina yang menarik perhatian dua tentara/orang penting. Sepertiga akhir barulah meledak. Waktu mengubah mereka menjadi pejabat, tapi persaingan lama terus menggelayuti. Saat geger geden, eksekusi ending yang pilu disajikan. Klimaks, bagaimana susunan itu membuncah luar biasa. Sedih, tapi kisah yang bagus memang rerata berakhir dengan kesedihan.


“Semar punika saking basa samar, mapan pranyata Kyai Lurah Semar punika wujudira samar.”

#6. Isinga: Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany

Kisahnya tentang sejoli anak asli Papua yang saling mencinta namun kandas hubungan sebab keadaan yang memaksa. Bagaiman hubungan itu dicipta, dirasa, lalu ambyar berkeping-keping. Yang cewek terus menjaga asa hingga akhirnya perang pecah antar kampung lalu ia diculik dan dijadikan alat damai. Yang cowok juga menjaga asa dalam diam, memilih menyepi pergi dari kampung melalangbuana untuk meredakan sedih, dan akhirnya menjadi ‘orang’. Sejatinya hanya itu, tapi karena ini tentang cinta yang tak sampai dengan balutan budaya daerah yang kental, kisahnya diputar jauh bertitian dengan sejarah Indonesia.


“Mulai sekarang kamu tidak boleh makan pandan merah, Irewa. Karena warna merah dari buah pandan merah adalah darah menstruasi.”

#7. Mati Bahagia by Albert Camus

Mencintai hidup berarti menjalani hidup yang mempesona dan tak terkendali. Kisahnya mendayu-dayu. Tentang hidup dan pilihan yang tersaji. Dibuka dengan menghentak, pembunuhan yang dilakukan oleh Patrice Mersault, nama akrab dalam Orang Aneh ini menjadi seolah antagonis. Ia membunuh sobatnya Zegreus di vilanya dengan menembak jarak dekat di hari minggu pagi yang suram.


Namun semua tak seperti yang kita duga, ‘pembunuhan’ itu sudah dirancang oleh sang ‘korban’ sebab ia muak akan kondisi hidupnya. Veteran perang yang terluka, satu kakinya diamputasi, mengeluhkan keadaan, mengeluhkan rutinitas, mengeluhkan suasana hati yang memang gundah, intinya mengeluhkan hidup. Saat hidup sudah tak senyaman masa lalu, apa yang bisa diharapkan?


“Ada hari-hari aku ingin bertukar hidup denganya, tapi kadang-kadang keberanian hidup lebih susah diraih daripada keberanian untuk bunuh diri.”

#8. Lotre by Shirley Jackson

Ini adalah buku pertama dari Shirley Jackson (1916 – 1965) yang kubaca. Lahir di San Francisco, California, USA. Penulis dengan genre horror dan misteri. Lulusan Syracuse University New York dan aktif di jurnal sastra kampus. Bertemu dengan calon suaminya Stanley Edgar Hyman, dan setelah lulus keduanya berkarier di The New Yorker. Shirley menjadi penulis fiksi, suaminya contributor ‘Talk of the Toen’.


“Hari saat kita mulai bekerja bersama.”

#9. Bisik Bintang by Najib Mahfuz

Luar biasa. Tipis, memukau. Dibaca sekali duduk di malam isoman tengah bulan Juni lalu. Terpesona sama plot yang disajikan tiap cerita, sederhana nan menghibur, beberapa menyakitkan tapi itu nyata, beberapa menggugah hati seperti perkataan gelandangan yang meminta orang kaya korup untuk membersihkan hartanya, beberapa lagi menampar kenyataan yang pahit seprti di permainan usia tua tapi baru merasa diberkahi. Tokoh-tokohnya juga sering sama memakai Kepala Kampung yang mengatur warganya, orang-orang kaya yang kikir, lalu gua di benteng kuno yang mistis, kaum papa yang melawan, sampai lingkup dunia Islam yang moderat.


“Ini adalah kelebat seorang perempuan yang lewat… mengapa kau berada dalam kegelapan di malam begini? Kesendirian akan mengarahkanmu pada hati yang berdebar dan akhir yang tak pasti.”

#10. Komune Paris 150

Eksperimen 72 hari yang dikenal sebagai Komune Paris. Disebut ‘komune’ karena pada rahun 1792 kaum revolusioner telah menata kota-kota mereka ke dalam kantung-kantung teritorial yang mengembangkan prinsip-prinsip pemerintahan swakelola.


Komune bermula sebagai tindakan patriotic, suatu cara untuk mempertahankan Paris dari tentara Prusia; tetapi dengan cepat ia mengambil watak demokratis yang lebih radikal sebagai konsekuensi dari kehendak rakyat dan pengaruh kelompok-kelompok revolusioner.


“Atas nama rakyat, komune diproklamirkan.”
Vive la Commune, teriak orang-orang. “Topi-topi diacungkan di ujung-ujung bayonet, bendera-bendera berkibaran di udara,”

#11. Misa Ateis by Honore de Balzac

Kumpulan cerpen yang menggugah, tipis dilahap dalam sehari hanya sebagai selingan ‘Sumur’-nya Eka Kurniawan yang juga selingan dari Memoar Geisha. Keduanya hanya selingan, saat isoman karena Covid-19. Untuk menjadi hebat memang tak selalu harus tebal, tipis semacam ini dengan penyampaian inti kisah, langsung tak banyak cingcong juga sungguh aduhai. Semua konfliks diramu dengan pas, beberapa tanda tanya sempat diapungkan, arti judul juga jadi saling kebalikan, misa dilakukan untuk orang-orang relijius, ateis berarti tidak tes, tak percaya tuhan, lantas Misa Ateis? Tenang, jawaban itu tak menggantung, ada penjelasan runut dan sajian kuat mengapa itu bisa dan harus dilakukan.


“Segala kemarahan akibat kesengsaraan ini aku lampiaskan ke dalam pekerjaan…”

#12. Sumur by Eka Kurniawan

Satu cerpen dalam satu buku. Terdengar gila ‘kan? Gila nggak? Ya aja deh. Biasanya kita disuguhi kumpulan cerpen, minimal dua atau tiga cerpen. Berarti ini diluar biasanya, hanya Eka Kurniawan yang bisa. Penulis lokal dengan ketenaran dan jaminan mutu. Hebatnya lagi, laris. Dari beranda sosmed saat masa pre-order dibuka dari harga 50k menjadi 40k, banyak sekali toko buku daring yang pajang sold out. Mendekati hari H penutupan, saya yang penasaran malah ikutan klik beli. Dan, setelah #unboxing, ini benar-benar satu cerpen dijual lima puluh ribu rupiah! Dibaca lima menit. Kalau value biaya jelas kurang worth it, tapi kembali ke kualitas yang utama. Eka adalah brand, di mana namanya yang tercetak di sampul memberi rasa penasaran, minimal ada keinginan memilikinya.


“Kamu bertemu Siti di sumur?”

#13. 100 Film by Ibnu M. Zain

Sebuah panduan tontonan yang disarikan dari era jadul awal mula film ditemukan sampai tahun 2000-an. Buku ini terbit tahun 2009 jadi selang 12 tahun ini jelas sudah sangat banyak film rilis dengan kualitas mumpuni. Sekalipun begitu tetap relevan untuk dinikmati. Sayangnya di era digital, panduan nonton sudah sangat mudah ditemukan. Gampangnya tinggal buka situs imdb.com kamu sudah bisa menemukan rating film-film yang biasanya sejalan lurus dengan kritikus.


“Di sebuah galaksi nun jauh di atas sana…”

#14. Therese Desqueyroux by Francois Charles Mauriac

Ini buku lama yang kubaca lagi, kisah istri yang diadili sebab meracuni suaminya. Penggambarannya sulit dicerna sebab meliuk-liuk rumit. Jelas ini adalah novel luar biasa. Dari pemenang Nobel Sastra!


Karawang, 130821 – 180821 – Sherina Munaf – Singing Pixie