Alice Through The Looking Glass: You Must Have An Imagination To Enjoy This Trip

image

Cheshire Cat: When the day becomes the night and the sky becomes the sea. When the clock strikes heavy and there’s no time for tea.

Alice, nama itu akan dikenang oleh penggemar fantasi sebagai karakter imut yang terjebak di dunia aneh bawah tanah. Karena saya baru membaca satu buku karya Sir Lewis Carrol maka saya tak tahu detail selanjutnya nasib Alice Kingleigh sekembali ke dunia nyata. Dari trailer yang saya lihat, Alice Through The Looking Glass sepertinya dibuat lebih berani penuh petualangan ala Sherlock. Dengan iringan lagu Pink, Alice terbangun di rumah sakit jiwa dengan pertanyaan ‘di mana saya?’. Muncul sang villain Sherlock, Andrew Scott tapi Alice berhasil kabur dengan melompat dari atap gedung, mencuri kereta kuda dan masuk ke cermin setelah diberi petunjuk oleh kupu-kupu biru, dengan suara khas Profesor Snape, errhh… (alm) Alan Rickman. Di dunia fantasi itu sang  Waktu marah karena Alice membawa terbang sebuah benda untuk mengubah masa lalu.

Sempat berharap Jim Moriarty akan mendapat peran banyak, hapus itu. Sempat berharap Alan Rickman akan tampil dalam wujud nyata bukan sekedar seekor kupu dan memberi petuah, coret jua. Sempat pula berharap menyaksikan karakter kecil-kecil dunia aneh ini mendapat peran penting dari Absolem, Bayard, White Rabbit, March Hare, si kembar Twedle sampai Cheshire Cat, tak terwujud. Fokus cerita masih berkutat ke Alice yang mencoba menyelamatkan Mad Hatter dengan menjelajah waktu bersama kisah seteru dua bersaudara White dan Red Queen.

Setelah logo Disney tampak, muncul senyum Cheshire Cat di atas istana dimiringkan dan membentuk bulan sabit. Bulan sabit pengantar prolog itu menjelaskan Alice Kingleigh (Mia Wasikowska) kini menjadi seorang kapten kapal dan situasi yang disodorkan kepada penonton adalah mereka dalam kejaran bajak laut di Straits of Malacca tahun 1874. Dengan ketegasan dan keberanian seorang pemimpin, Alice yang diminta asisten untuk menyerah saja karena mustahil bisa kabur tidak mau. Alice yang menjadi pemimpin ekspedisi kapal ayahnya The Wonder bertanggung jawab penuh atas keselamatan. The only way to archieve the possible is to believe it’s possible. Lalu judul utama muncul.

Di London setelah perjalanan Alice mengarungi samudera banyak perubahan. Ayahnya meninggal, warisan itu tinggal menyisakan kapal The Wonder. Dan kapal itu kini akan dijual kepada Hamish Ascot (Leo Bill), calon suami Alice di seri pertama namun gagal menikah sehingga ia kini menikah dengan gadis lain. Situasi sulit ibunya itu memaksa satu-satunya warisan almarhum dijual untuk diganti dengan rumah. Tentu saja Alice marah kepada ibunya, ia adalah seorang penjelajah sejati. ‘The last thing I want is an end like you’. Kalimat ini nanti akan jadi ironi. Bersamaan dengan itu ia diikuti seekor kupu-kupu biru – Blue Butterfly – jelmaan Caterpillar Absolem (disuarakan oleh alm Alan Rickman) yang bilang: ‘Kamu pasti  Alice’, dan memberitahu situasi di dunia bawah tanah sedang ga bagus sehingga memintanya untuk ke sana. Melalui cermin ajaib, Alice kembali ke dunia fantasi. Di balik cermin dirinya jadi kecil, bertemu dengan karakter bidak catur yang hidup. Dan saat melangkah keluar pintu ia terjatuh dari langit. Adegan inilah yang terbaik. Memasuki dunia tak terbayangkan layaknya mimpi yang kabur. Ketika akhirnya mendarat di bunga dan bertemu teman-teman lamanya, dialog terbaik tersaji dengan nikmat. Beruntun teman-temannya teriak.

Bayard (Timothy Spall) bilang ‘Alice!’, disusul White Rabbit: ‘Akhirnya kamu di sini.’ Si Kelinci mendekat lalu mengusap wajah penuh sayang. March Hare menyahut: ‘It’s that girl again!’ Tweedledee menyahut, ‘Kamu kembali’. Dan Bandersnatch mengaum yang mengakibatkan sang Kelinci terhempas. Auman sapa itu dikomplain oleh Mallymkum (Barbara Windsor): ‘Don’t be nice to her. She’s late.’ Alice yang tampak senang sekaligus ragu tentu saja bertanya, ‘Apakah saya datang di waktu yang buruk?’ Lalu setiap karakter seperti berebut cerita bahwa kini Hatter Tarrant Hightopp  alias Mad Hatter (Johnny Depp) seperti orang gila. Frustasi. Lha bukannya emang dia gila? Yup. Kali ini ia benar-benar gila karena menyalahkan masa lalu. Denies himself laughter. Diskusi aneh ini ditutup oleh si Cheshire Cat (Stephen Fry) yang bilang, ‘We rather hope you might help us save him.’ Adegan demi adegan ini mungkin terlihat biasa buat sebagian orang, namun bagiku luar biasa. Amazing scene. Binatang-binatang itu berdebat layaknya manusia. Dunia antah yang menakjubkan.

Blue paper hats. Sebuah miniatur topi yang mengingatkan masa lalu Hatter itu membuatnya menyesali keadaan. Orang tuanya meninggal dan ia tak bisa berbuat apa-apa. Sidang para karakter unik ini menghasilkan kesepakatan, Alice harus memperbaiki masa lalu. Menyelamatkan detik-detik yang salah melalui sebuah benda bulat seperti bola pingpong bernama chronosphere.
Alice dikirim Miranda alias White Queen (Anne Hartaway) ke mesin waktu untuk mencuri benda itu dari Time (Sacha Baron Cohen). Masuk ke sebuah almari jam yang di dalamnya ada kehidupan detak detik. Di saat bersamaan ada Iracebeth alias Red Queen (Helena Borham Carter) yang diberi hadiah oleh Time sebuah mechanical device portraying, dimana boneka mini itu terlihat seperti adegan memenggal kepala. Sebuah anekdot terkenal sang ratu: ‘Off with their heads’. Alice berhasil mencuri chronosphere untuk menjelajah. Tentu saja Time marah dan mengejarnya. Chronosphere sendiri benda aneh yang penggunaannya setelah dilempar menjadi semacam kendaraan bulat yang di dalamnya bisa dinahkodai. Persis seperti kapal dalam menjelajah samudera, Alice tinggal memilih waktu mana yang akan ia kunjungi. Waktu mana yang harus ia perbaiki.

Dengan kejaran Time, Alice harus bergegas. Salah satu masa yang coba diperbaikinya adalah ke dunia masa kecil dua bersaudara Queen. Dan dari sana kita tahu alasan permusuhan itu. Kenapa kepala Red besar. Kenapa ada dendam. Tentang kue yang dicuri dan rasa bersalah yang terpendam. Alice bertemu dengan teman-temannya, namun tentu mereka tak kenal Alice yang datang dari masa depan.

Dalam pengejaran itu Time terperosok ke waktu minum teh Mad Hatter dan teman-teman, teriakan kelinci ‘Tea time forever’ itu dibuat lucux dan menggemaskan. Dimana Time marah kepada mereka sehingga waktu minum teh diulang terus selama satu menit, lalu ulang lagi, lagi dan lagi. Haha… nyeleneh. Unik. Not rasional.

Namun petualangan Alice di masa lalu teman-temannya ternyata sungguh rumit. Rasanya mustahil ia bisa menghidupkan orang tua Mad Hatter. Rasanya tak mungkin ia mengubah masa lalu menyedihkan kedua Queen. Rasanya benar-benar sia ia kembali ke negeri Underland. Namun film ini ada kejutan. Karena ini film Disney maka jangan harap kejutan itu mengecewakan penonton. Jelas happy ending. Kejutan apakah itu? Dengan aturan bahwa Alice tak boleh bertatap dengan dirinya sendiri di masa lalu, atau setiap orang yang menggunakan chromoshere tak boleh bertatapan, kalau terjadi tatapan orang yang sama maka dunia bisa hancur. Waktu Alice sangat menipis. Berhasilkah ia menyelamatkan orang tua Hatter? Berhasilkah Alice menyelamatkan kenangan?
Sutradara Tim Burton kini hanya duduk di kursi produser. Nahkoda kini dipegang James Bobin. Nama asing bagiku. Film dengan bertabur bintang ini memang tak maksimal. Andalan utama visualisasi. Dari poster sendiri terlihat janggal. Film tentang Alice, namun yang paling dijual adalah Johnny Depp. Seperti di Alice in Wonderland tahun 2010, di sequel ini sama saja. Mia bahkan hanya berlari di belakangnya, lalu dikelilingi ilustrasi jam dengan beruntun karakter yang diperankan oleh Sacha B. Cohen, Helen B. Carter, Anne Hartaway. Kupu yang disuarakan Alan Rickman dipisahkan tersendiri di ujung atas, kupu yang hinggap di petunjuk waktu. Pun dengan poster resminya. Johnny Depp mendominasi.

Film dengan tema seperti ini adalah genre favoritku. Imajinasi fantasi. Binatang bisa bicara. Mahkluk-mahkluk aneh menghiasi sepanjang film. Aturan waktu yang tak baku. Dunia pararel. Serta fantasi yang liar, jelas duniaku. Jelas genggamanku. Oke, sequel ini memang lebih baik namun beberapa karakter terlihat tak beda. Mulai bosan akting Depp? Bisa jadi. Apapun itu film dengan dunia fantasi seperti ini akan selalu kutonton. Lagi. Lagi. Dan lagi. Mudah-mudahan juri Oscar melirik design kostum Alice ala China yang menyilaukan itu.

Seperti biasa saya adalah penikmat cerdit title. Jangan beranjak ketika Alice berbaju putih tersenyum meninggalkan kita. Nama-nama cast and crew kali ini diiringi lagunya Pink. Muncul kartun-kartun lucu. Ada kupu-kupu kertas. Ada perebutan mahkota duo Ratu. Ada acara minum teh. Ada perpaduan langit dan laut yang indah. Lalu ketika Blue Butterfly terbang menjauh muncul tulisan: ‘Dedicated to our friend Alan Rickman: 1946 – 2016’

Terima Kasih Profesor Snape. True Legend. Tenang di sana.

Alice Through The Looking Glass | Directed by James Bobin | Screenplay Linda Woolverton | Cast Johnny Depp, Mia Wasikowska, Sacha B. Cohen, Helen B. Carter, Anne Hartaway, Alan Rickman, Rhys Ifans, Matt Lucas, Lindsay Duncan, Leo Bill, Andrew Scott, Richard Armitage, Timothy Spall, Stephen Fry, Michael Sheen, Joanna Bobin | Skor: 4/5

Karawang, 310816 – Lady Antebellum – Long Strect of Love

6 komentar di “Alice Through The Looking Glass: You Must Have An Imagination To Enjoy This Trip

  1. Ping balik: Best Film 2016 | Lazione Budy

  2. Ping balik: Alice Through The Looking Glass – Lewis Carroll | Lazione Budy

Tinggalkan komentar