Kisah abadi tentang petualangan Jim Hawkins mencari harta karun di pulau harta karun ini sudah melegenda, turun temurun. Para pecinta fiksi tentunya sudah tahu arah kisah ini. Sedari kecil-pun saya sudah akrab nukilan ceritanya. Treasure Island adalah novel petualangan tentang bajak laut dan harta karun terpendam. Pertama terbit dalam bentuk buku tahun 1883. Awalnya berseri di majalah anak-anak Young Folks antara tahun 1881 – 1882 dengan judul The Sea Cook. Jadi kenapa saya masih juga membacanya? Tentu saja beda, apa yang saya rasakan dengan mambaca utuh, runut dan santai. Dulu saya baca di Perpus kota Solo dengan setengah-setengah, lalu entah ketika sampai di tengah bukunya ga ada di rak. Ga tahu apakah dipinjam pulang orang lain atau hilang. Nah buku ini sekarang ada di rak-ku jadi setiap saat bisa diraih dan kunikmati. Saking menikmatinya membaca kisah sederhana ini membutuhkan waktu sebulan. Bukan. Bukan karena jenuh, hanya sedang padat jadi dalam sekali waktu membaca beberapa buku dan buku ini kena shift yang paling panjang.
Jadi apa yang mau saya ceritakan? Buku ini dibagi dalam enam bagian. Bagian pertama Bajak Laut Tua. Pengenalan para tokoh, terdiri 7 bab. Lalu bagian kedua Juru Masak Kapal. Masih pengenalan karakter, namun lebih luas hingga permulaan petualangan. Terdiri dari bab 7 sampai 13. Berikutnya bagian ketiga Petualangan Di Darat. Ini sudah memasuki pulau. Terdiri hanya 3 bab. Inilah konflik sesungguhnya. Di mana pertaruhan terjadi. Bagian keempat Benteng Pertahanan adalah bagian yang dikisahkan oleh sang dokter. Bagian kelima Petualangan Di Laut. Kembali Jim bertaruh hidup dan mati. Bagian penutup Kapten Silver adalah puncak kisah ini. Ada beberapa kejutan diatur, namun tetap poin utama sudah kita ketahui sedari masa kecil, bahwa kisah ini happy ending. Jadi apa yang mau saya ceritakan?
Dari pembuka. Ini adalah kutipan yang pernah saya baca di buku Inkheart: ‘Hakim Trewlaney, Dr. Livesey dan para pria itu memintaku untuk menulis seluruh cerita mengenai Pulau Harta Karun, mulai dari awal sampai akhir dengan lengkap kecuali bagian di mana pulau itu berada’. Dari kaliamat pembuka itu kita tahu poin penting kisah ini bahwa tiga karakter selamat: Jim, hakim dan sang dokter. Jadi pastikan prediksi dan perkiraan kalian bahwa mereka sekalipun terancam maut berulang kali, mereka selamat. Bocoran yang berani. Karena cerita dari sudut pandang orang pertama maka Robert Loius adalah dalam bentuk Jim yang mengambil banyak keputusan penting.
Kovernya spoiler. Jim meneropong laut dengan seorang bajak laut berkaki satu memegang pedang di belakangnya. Jelas itu adalah sang koki. Jadi ketika saya sampai di bagian itu saya tak terkejut. Memang beberapa bagian sudah kita ketahui namun cara penuturannya sangat menarik. Kisahnya bermula di sebuah penginapan di pantai, Admiral Benbow yang didatangi tamu seorang pelaut tua, kapten Billy Bones. Pelaut misterius yang gemar berlagu pelaut abadi: ‘Lima belas orang di dalam peti mati. Yo-ho-ho dan sebotol rum! Minumlah dan biarkan iblis beraksi. Yo-ho-ho dan sebotol rum!’ Suatu hari dirinya didatangi sesama pelaut Black Dog. Keduanya rupanya teman lama yang berselisih. Black Dog, orang buta Pew dan gerombolan itu memperebutkan sebuah kertas hitam. Sebuah peta letak harta karun yang terpendam di sebuah pulau. Proses perebutan itu justru berakibat kematian beberapa karakter sehingga tak sengaja kertas itu kini di tangan Jim.
Setelah berdiskusi dengan hakim Trelawney dan dokter Livesey mereka membentuk sebuah tim untuk mengambilnya. Karena mereka orang-orang yang tinggal di kota dan tak tahu seluk beluk pelayaran, mereka merekrut para pelaut. Pertama sang kapten Smollet yang sudah malang melintang. Kedua sang juru masak John ‘Long John’ Silver. Kemudian para kru: Tom Morgan, Israel Hands, Gray, O’Brien, Brandly, Redruth, Joyce, George Merry, Dick Johnson sampai burung kakak tua Flint. Setelah persiapan lengkap mulailah mereka berlayar dengan kapal HISPANIOLA. Saya beritahu sedari awal, ada penghianat di antara mereka. Dengan keserahakan untuk memiliki harta sebanyak mungkin, tim ini terpecah ketika kapal hampir sampai di Pulau Tengkorak, tempat harta karun berada. Kepada siapa harta itu akhirnya berpihak? Siapa Ben Gunn?
Beberapa bagian ada yang klise. Keberanian Jim- seorang remaja pantai – menantang maut melawan para senior bak sebuah kisah keberuntungan tiada habis. Terus, Jim terus jadi orang yang tepat di tempat yang benar. Pemecahan masalahnya juga dibuat sedemikian rupa sehingga protagonis adalah tokoh bersih dan antagonis adalah kotor. Walau di ending akan ada perubahan, namun tetap saja secara keseluruhan pemetaan itu ada. Yah karena ini buku untuk anak dan remaja jadi jangan harap akan ada banyak kekerasan dengan darah di mana-mana, walau baku tembak dan sabetan pisau mengiringi. Cocok sekali untuk adaptasi Disney.
Sedari awal memang kisahnya dituturkan dengan sangat mendebarkan. Tensi itu terus dijaga sampai klimak cerita. Bukan sembarang buku. Jelas novel ini setara cerita Peter Pan yang beberapa waktu lalu saya baca. Klasik dan abadi. Ini buku kedua Penulis legendaris Robert Loius Stevenson yang saya baca. ketegangannya lebih tinggi ini ketimbang Dr Jeklyn and Mr. Hyde. Karena cakupan kisah melebar ke berbagai karakter bukan fokus ke satu orang sehingga pembaca tak jenuh.
Buku-buku terbitan Atria memang bagus. tahun 2010 ketika semangat baca masih membara, saya pernah membeli lima buku Atria dan kelimanya keren. Selain pada dasarnya buku berkualitas, terjemahannya enak diikuti. Tak asal. Pemilihan kover juga oke. Dan tentu saja buku ini sangat layak dipajang di rak keluarga untuk diwariskan.
“Uangku! Serunya. “Tiga belas rum! Wah sialan, aku lupa uangku!” – halaman 79
“Orang-orang hebat itu seperti ini. Mereka bekerja keras dan mau mengambil resiko, tapi mereka makan dan minum seperti selalu berpesta, dan waktu pelayaran sudah selesai, kantong mereka berisi ratusan Pounds bukan uang receh. Nah, kebanyakan mereka pergi mencari rum dan perempuan, lalu kembali lagi ke laut hanya bermodal baju di badan.” – 102
“Kalau aku berhasil naik kapal,” kataku, “Kau boleh makan keju satu balok.” – 142
Menjadi tentara itu luar biasa, tapi menjadi dokter lebih hebat lagi. Kami tidak punya waktu untuk basa-basi dalam bekerja. Jadi aku langsung memutuskan untuk kembali ke pantai dan melompat di atas perahu. – 156
Tidak seorang pun dari kami bergerak. Sambil menyerukan sumpah serapah paling kasar, dia merangkak di pasir menuju beranda sampai dia bisa mengangkat tubuhnya di atas kruknya. Kemudian dia meludahi mata air. – 195
“Jadi Jim,” kata Dokter dengan sedih. “Beginilah kau. Siapa menabur akan menuai, anakku. Hanya Tuhan yang tahu…” – 306
Seumur hidup belum pernah aku melihat orang-orang yang begitu tidak peduli hari esok. Makan adalah satu-satunya cara menggambarkan cara hidup mereka. – 311
“Celaka! Teman-teman, tapi Flint masih hidup, maka ini adalah tempat yang berbahaya untuk kalian dan aku. Mereka berenam dan kita berenam; dan orang-orang itu sudah menjadi kerangka!” – 320
Dengan sisa satu satu yang yang hidup. Dari tujuh puluh lima orang yang pergi ke laut. – 351
The Treasure Island | by Robert Loius Stevenson | diterjemahkan dari The Treasure Island | Penerjemah Mutia Dharma | Penyunting Ida Wadji dan Pujia Pernami | Pewajah isi Hadi Mahfudin | Penerbit Atria | an imprint Penerbit Serambi Ilmu Semesta | cetakan I: April 2011 | ISBN 978-979-024-465-8 | Skor: 5/5
Karawang, 300816 – Robbie William – Go Gentle
Ping balik: Best 100 Novels | Lazione Budy
Ping balik: Best 100 Novels of All Time v.2 | Lazione Budy
Ping balik: Kura-Kura Berjanggut – Azhari Aiyup | Lazione Budy
Ping balik: Agatha and the Truth of Murder: Merancang Lapangan Golf | Lazione Budy
Ping balik: 9 Buku Baru – THR 2016 | Lazione Budy