



Tajuk utama laga pekan keempat ketika menjamu Pescara adalah menyambut pulang sang legenda besar Massimo Oddo. Mantan kapten Lazio di era Italia juara dunia 2006 ini sukses membawa Si Lumba-lumba promosi ke Serie A. Applause dan teriakkan penyemangat bukan hanya untuk pasukan Elang Biru. Satu lagi fakta yang luput dari pandangan saya adalah Luciano Zauri. Semalam kaget juga ada mantan yang lain duduk di bangku cadangan saat Oddo kasih instruksi. Zauri legenda Lazio yang berduet dengan Oddo itu kini ternyata jadi asistennya. Keren! Tahu gitu judul prediksi kemarin ‘Welcome Home Massiomo and Luciano’. Pantas Pescara mempunyai pertahanan bagus lha yang menukangi adalah duet bek Lazio the Great.
Simone Inzaghi tak belajar dengan benar dari kekalahan Jupe dan 1 poin Chievo dengan tetap memasang Lulic. Bonusnya kini malah memberi duet Ciro dengan Djordjevic sang Cobra. Pasca cidera Januari 2015, Filip tak kunjung menemukan sentuhan mautnya. Kali ini strategi Simone memakai 3-5-2. Dengan Frederico Machetti mengawal gawang. Tiga bek dipercayakan kepada Stefan De Vrij sebagai central bek. Kanan ada Bastos dan sang senior Radu di kiri. Percobaan yang berani dengan tiga bek. Mungkin dipikiran Simone toh lawannya hanya Pescara, mulai berani berkreasi. Posisi gemuk di tengah dengan lima bintang. Sisi kanan udah paten kepada Felipe Bale Anderson. Parolo dan Savic di gelandang tengah dengan pengatur serangan diberikan kepada Danilo Cataldi. Senad Lulic mengisi kiri, dan ini adalah kejutan bahwa Senad masih starter. Leitner dan Luis Alberto ada dalam skuat, kenapa ga dicoba? Kali ini kaptennya adalah Radu karena Lucas Biglia cidera sehari sebelum laga. Ricardo Kishna lagi-lagi bermasalah di lututnya. Di posisi penyerang, Ciro Immobile tentu saja tak terganti. Bonus world class striker Filip Djordjevic. Mencoba lebih ofensif.
LIRK (Lazio Indonesia Region Karawang) mengadakan nonton bareng di rumah Setiadi. Awalnya coba booking tempat, eh pengelolanya minta minimal 50 penonton. Ide bodoh! Bisa ngumpul 5 orang saja syukur. Seharusnya saya hadir di nobar itu, sayang sekali terjadi miss. HP SONY SHERINA ku njebluk, ga ada pesan masuk sehingga 10 menit sebelum kick off memaksaku ke warnet lagi. Warnet depan rumah. Pas pertandingan mulai, koneksi ke Olimpico tersambung.
Babak I
Malam ini kita mengenakan kostum utama biru, tentu saja. Sementara lawan mengenakan kostum kuning, mirip keledai terbang? Tiga menit berjalan, Bastos melakukan backpass ke Machetti, sang kiper bukannya menyapu bola malah dikembalikan. Dalam tekanan, bola nyaris jadi tendangan pojok. Untung tepat ketika ruang sapu Bastos ditutup, bola langsung dibuang. Menit lima Lazio sudah menggetarkan jala, umpan free kick Cataldi berhasil disundul Ciro. Sayang terjebak offside. Tiga menit berselang, offside lagi. Kali ini Djordje yang terjebak setelah mendapat terobosan manis. Berikutnya free kick Danilo dari sisi kiri, sayang meluncur terlalu deras sehingga Lulic gagal menjangkau bola. Sepanjang laga Danilo memegang tugas Lucas. Tendangan bola mati berawal darinya. Menit 11 Savic memberi umpan bagus kepada Felipe, lalu coba diumpan lagi ke Djordje sayang tendangannya lemah.
Menit 16 kartu kuning pertama didapat lawan. Djordje ditekel keras Hugo Campagnaro. Menit ke 20 Il Delfini mendapat peluang pertamanya setelah dikurung. Tendangan bebas itu dengan mudah ditangkap sang kiper. Semenit berselang Bastos melakukan pelanggaran yang sederhana dekat garis, ah cuma disentuh gitu jatuh. Pescara mulai membuka serangan dengan memberi tekanan, membuat pertahanan mulai terbuka. Menit 26 adalah momen paling bagus. setelah sweeping move Bastos, bola dalam kontrol Ciro dari sudut kiri berhasil melakukan shoot, mental tiang! Bola muntah ada dalam posisi Parolo yang berdiri bebas tepat di depan Bizzani. Sayang seribu sayang, bola 99% gol itu ga menemui sasaran. Marco menyundul terlalu semangat sehingga melayang tinggi. Komentator sampai histeris teriak. ‘golden chance’! Menit 28 Valerio Verre kena kartu kuning. Wah mulai main keras nih. Dasar mantan Rombeng.
Apa yang ditakutkan terjadi. Pescara berpeluang unggul ketika menit memasuki 34. Gianluca Capriari ditekel Bastos dalam kotak. Si keling terlambat melakukan tekel sehingga kedua kaki pemain berciuman. Ah lagi-lagi ek-Rombeng yang berulah. Maresca langsung tunjuk si putih. Sempat melakukan protes, Bastos malah mandapatkan kuning. Tiga pemain the Great Stefan, Radu dan Cataldi mengerumuni, tapi apalah tendangan tetap akan dilakukan. Dengan jantung dag-dig-dug menyaksikan Memushaj mengambil ancang-ancang dan…. gagal! Tendangan pemain Albania, Ledian Memushaj menyamping ke kanan, tentu saja disambut gegap gempita Laziale. Bahkan Machetti bersorak loncat-loncat walau kegagalan penalti bukan karena andilnya.
Setelah pinalti buruk ada water break. Kamera menyorot Olimpico. Kok sepi? Kemana perginya Ultras Curva Nord?
Menit 38 Felipe kasih umpan matang kepada Ciro, sayang sekali shootnya lemah sehingga dengan mudah dalam pelukan Bizzari. Menit 42 lovely ball to Felipe, diotak-atik Danilo maju dan mendapat umpan. Lha ia melakukan umpan yang aneh, umpan lambungnya bahkan melayang keluar lapangan, terlampau jauh. Semenit kemudian, Felipe mendapat peluang. Shoot mendatarnya berhasil dihalau, bola jatuh ke Savic setelah digocek diberikan ke Radu di kiri. Sang Kapten melakukan tendangan spekulasi jarak jauh melengkung drop shoot yang ternyata tepat di gawang, Bizzari lagi-lagi melakukan penyelamatan. Bola kembali diberikan kepada Felipe, dan sang Brazilian melakukan nutmeg sebelum bola jadi assist. Sayang sekali kemelut itu tak menghasilkan gol. Peluit setengah babak terdengar.
Banyak peluang sia-sia. Bazzari sementara jadi antagonis dengan banyak sekali melakukan penyelamatan. Mantan kiper Chievo ternyata, pantas susah dijebol. Skor 0-0 tak mencerminkan pertandingan yang seru. Jual-beli serangan terjadi. Emosi meluap. Babak ini kita tahu, memberi kesempatan kepada si Cobra itu hampa. Nyaris tak memberi andil. Salah posisi, berlari entah ke mana. Ada apa denganmu Filip?
Babak II
Oddo lengsung melakukan pergantian Ahmed Benali diganti Manaj. Semetara Dusan Basta tampak berlari-lari kecil sejak babak satu sampai babak dua dimulai belum diturunkan juga. Persaingan bek makin ketat karena memang sedang on fire semua. Baru berjalan 3 menit, sang kapten kena kartu kuning setelah melakukan pelanggaran ga perlu. Yah, sekali lagi pertandingan Lazio tak lengkap tanpa kartu kuning Radu.
Mungkin ini kesalahan Oddo, menit 49 menarik bek Gyomber yang bermain bagus diganti Fornasier. Atau Massimo sengaja? Menit 50 peluang hadir. Via tendangan bebas Cataldi, Stefan mendapat bola lambung yang enak. Sayang sekali sundulannya melambung. Tiga menit berselang giliran Lulic yang coba menerobos pertahanan lawan, terjatuh. Sayang Lulic bukan Keita, cara jatuhnya buruk. Menit 56 Djordje mendapat peluang bersih pertamanya. Sebuah umpan terobosan yahud melewati bek Pescara, Cobra hanya mengontrol sekali sentuh sebelum akhirnya berhadapan langsung dengan Bizzari dan… gagal. Duh! Filip.
Jelang sejam berjalan, Bastos bermain sendiri di daerah pertahanan. Kontrol bola sempat terlepas, untungnya masih aman. Hufh… lalu yang paling ditunggu tiba. Keita masuk! Tridente maut Serie A: IKA – Immobile Keita Anderson akhirnya bersatu. Djordje yang tambil buruk diganti. Aura Keita memang luar biasa. Persis seperti pekan lalu, dia memberi suntikan semangat. Karena sesaat setelahnya dalam sebuah tendangan pojok Cataldi, bola lambung itu terlepas dari tangkapan kiper. Bola mengarah ke Ciro yang langsung menendang kencang. Sekali lagi kena blok. Pertahanan musuh berlapis euy.
Dengan kondisi seperti ini, Lazio butuh pemecah kebuntuan. Segala daya dan upaya dikerahkan. Menit 66 doa terkabul. Pematah deadlock itu adalah Milinkovic-Savic. Sebuah umpan lambung dari kanan oleh Felipe berhasil diarahkan jauh dari jangkauan Albano Bizzani, pelakunya Savic the soldier. Gooool 1-0. Milinkovic menanduk dengan gaya. Sundulan istimewa. Selebrasi tak kalah heboh. Savic berlari ke pinggir lapangan namun belum sampai garis sudah dikerumuni. Kepalanya dikeplak ramai-ramai hingga ia terjungkal. Haha, love you dah Vic! Sementara sang kiper selebrasi salto lalu mengepalkan tangan.
Tak butuh waktu lama. Belum sempat menata ulang pertahanan, Pescara diganjar gol lagi menit 72. Kali ini giliran sang kapten Radu. Tendangan pojok Cataldi sukses dikonversi skor setelah bolanya jauh dari jangkauan. Gol indah. Ternyata kelemahan Bizzari adalah bola atas, pantas bola datar kena terus.
Setelah gol, Lazio mencoba bernafas lega dengan memperkuat pertahanan. Basta masuk, playmaker Felipe keluar. Gol ketiga tercipta dengan pola yang sangat bagus. Semenit Basta masuk, Keita menggiling bola dari tengah lapangan. Melewati bek-bek Pescara yang sudah loyo, melewatinya bak seorang Messi. Kotak-katik, lari menyamping ke kanan. Solo run keren melewati Gaston Brugman dan Hugo Campagnaro. Konsentrasi terpusat padanya hingga mereka lupa Ciro sudah membuka ruang dan berdiri bebas depan gawang. Kali ini si keling tak kemaruk, umpan datar itu berbuah gol menaklukkan Bizzari yang tak bisa berbuat banyak. Immobile tak melakukan selebrasi, hanya mengangkat kedua tangan tanda minta maaf. Ciro adalah legenda Pescara, menemukan titik tajam di sana. Menjadi top skorer di sana. Menjadi pemain timnas dimulai dari sana. Walau hanya semusim 2011/2012 di sana ia mencetak 28 gol dalam 36 penampilan. Salute. Respect.
Setelah tiga gol seakan Pescara sudah melemas semua. Radu dan Basta sampai ikut menyerang, blusukan sampai depan. Satu pergantian sempat berharap pengen lihat Leitner atau Luis. Namun Simone punya kejutan. Pemain tengah Primavera Allesandro ‘the wonder boy’ Murgia masuk! Wow ini adalah debut sang pemain. 10 menit tersisa mengganti Savic. Sergej mendapat appalus meriah dari penonton sebagai ucapan terima kasih. Deg-degan juga melihat aksi perdananya. Peluang bersih langsung di dapat 3 menit berselang. Keita mengirim umpan kepadanya di dalam kotak. Sayang dia grogi sehingga kontrolnya terlepas. Tenang Murgia, tenang. Semenit kemudian Keita mendapat peluang bagus pertamanya. Umpan lambung yang nyaman itu disundul dan kena mistar! Bola muntah tak bisa diapa-apakan karena ternyata offiside. 5 menit di tambahan waktu tak mencatat sesuatu yang istimewa kecuali peluang akhir Parolo yang gagal dikonversi gol. Ketika peluit akhir akhirnya berbunyi menghasilkan skor 3-0, Oddo dapat tepuk tangan meriah. Pelukan hangat Simone sebagai co-patriot semasa bermain. Skor bisa saja 10-0, 11-0 atau mungkin 11-1 tapi angka 3-0 tak terlalu buruk mengingat yang di bawah mistar adalah eks kiper Chievo dengan dua eks Roma Verre-Capriari yang bermain ngotot. Dan lawan kita dilatih oleh seorang bek handal sehingga menerapkan pertahanan berlapis-lapis. Keren Oddo, sempat membuat kita frustasi.
3 poin yang pantas. Ini adalah momen pertama clinsit musim ini. Terlihat Cataldi dan Immbole mendatangi tribun penonton dengan membagikan celana! Karena membagikan jersey terlalu biasa. Haha.. edun.
Opta mencatat Lazio the Great mencetak 11 shoot on target. Yang tertinggi di Serie A sejauh ini. Opta juga mencatat Lazio memiliki tujuh pemain pencetak gol berbeda sejauh ini yang terbanyak di Serie A. Situs whoscore memberi nilai yang sangat tinggi untuk Felipe Bale Anderson yaitu 9. Dalam tim minggu ini kita hanya kalah menyumbang pemain dari Sassuolo yang mewakilkan 4 pemain, mereka tambil trengginas. Dua pemain lainnya Senad Lulic 8.21 dan sang kapten Stefan Radu 8.24.
Yang hebat tentu saja Keita Balde. Lawan Chievo menjadi pemain pengganti hanya bermain 38 menit mendapat 2 shot 3 peluang dan mencipta 1 assist penting. Semalam hanya 35 menit, 3 dribbling dengan 1 solo run keren sekali yang membuahkan gol Ciro dan 1 peluang. Laga berikutnya harus starter ini. Bayangkan, 30 menit saja merubah banyak hal. Bagaimana kalau 90 menit penuh tridente IKA dimainkan. Porak poranda semua pertahanan lawan. Waspada saja Milan, waspada saja.
Menurut saya man of the match adalah Danilo Cataldi. Perannya vital, mainnya mirip Xabi Alonso. Di belakang striker sekaligus menjadi penjaga garis pertama pertahanan. Mengambil tendangan bola mati, menggantikan peran Biglia. Sekarang kita tahu, Biglia punya pelapis sebanding. Dan luar biasanya sangat konsisten sepanjang laga. Lulic dan Anderson babak pertama lemah, baru separo babak mereka mencuat. Danilo dominan, bagus dalam bertahan sangat keren dalam menyusun serangan. Melakukan 89 sentuhan bola. Bukti betapa vital permainannya malam ini.
Strategi 3-5-2 atau kadang transformasi 3-5-1-1 terbukti ampuh. Formasi ini memang sudah beberapa kali diuji dan layak dipertahankan, terutama setelah kita menemukan berlian bernama Bastos. Pertahanan jadi titik nyaman untuk dipuji. Kalau 3-4-3 atau 4-3-3 peran Ravel Morison masih bisa diselipkan, namun kini keputusannya pergi walau berat kurasa tepat. 3-5-2 kalau bisa kasih kesempatan turun Christiano Lombardi. PR besar ada di pendamping Ciro. Januari harus cari penyerang bagus. Djordje terbukti seorang striker kelas Serie B, bolehlah dipinjamkan ke Salernitana. Sementara bisa saja dicoba Savic menjadi pendamping Ciro, lihat ia sangat bagus dalam bola atas.
Pertandingan ini juga mencatat debut Murgia yang biasa. Sama seperti awal-awal permainan Cataldi yang grogi yang masih salah umpan, salah passing dan gagal kontrol bola. Sama seperti debut Christopher James ‘Chris’ Oikonomidis yang masih gugup di pentas sesungguhnya. Seperti Cataldi yang kini menjelma menjadi pemain berkelas, semoga Murgia terus diberi kesempatan. Moga tak bernasib seperti Zampa yang hilang entah kemana. Satu lagi catatan penting adalah Djordjevic yang entah bagaimana lagi. World class striker ini benar-benar tak kasih andil. Kesempatan berlimpah itu harusnya kau buktikan. Bagaimana lagi cara kita mau menyelamatkan karirmu Cobra? Sampai-sampai muncul goyunan, Lazio indah tanpa Djordjevic.
Pasca laga sang presiden Claudio Lotito berujar: oggi vittoria straordinaria, partita giocata con intelligenza. Inzaghi un condottiero. Okelah, Lot kamu ga usah banyak omong. Hanya satu cara untuk menjadikanmu bagus di mata kami. Scudetto. Kalau permainan bisa konsisten. Kalau pertahanan kuat terutama Bastos dan Stefan tak cidera di tengah perjalanan musim ini. Kalau striker tetap tajam, kasih suplai yang melimpah pada Ciro. Rasanya scudetto sangat bisa dijangkau. Apalagi semalam Jupe haha, Roma hihi.
Pertandingan berikutnya kita bertandang ke Milan. Akan jadi pertandingan saru tentunya. Sejarah mencatat kita tak pernah menang ke sana dalam tajuk Serie A. Terakhir menang adalah tahun 1989 alias 27 tahun lalu. Pertandingan tengah pekan ini kemungkinan masih tanpa sang kapten Biglia. Dont worry, Danilo siap! Well, tridente IKA datang untuk memecahkan rekor itu.
Lazio: 3-5-2
Marchetti; Radu, Bastos, Stefan de Vrij; Parolo, Felipe Anderson (Basta’73), Lulic, Milinkovic-Savic (Murgia’81), Cataldi; Immobile, Djordjevic, (Keita’60).
Pelatih: Simone Inzaghi
Pescara: 4-5-1
Bizzari; Gyomber (Fornasier’49), Zampano, Campagnaro, Biraghi; Ahmed Benali (Manaj’46), Verre, Brugman, Cristante (Mitrita’73), Memushaj; Caprari.
Pelatih: Massimo Oddo
#ForzaLazio! #AvantiLazio
Karawang, 190916 – Sheila on 7 – album 507
Menyukai ini:
Suka Memuat...