Logan: Emotional Adventure
Charles: “You know, Logan… this is what life looks like. A home, people who love each other. Safe place. You should take a moment and feel it.”
Wow, just wow. Beginilah film penutup seharusnya dibuat. Petualangan emosional yang menyertai aksi jagoan. Seakan kita sedang menikmati drama bukan sebuah epik manusia super, jelas ini adalah film terbaik 2017 sejauh ini yang saya tonton. Menempatkan manusia mutan (yang special) dalam keterangsingan, menuai usia senja dengan segala lika-liku ketuaannya dan merentang jauh ke depan di masa misterius tahun 2029. Beginilah seharusnya pamitan yang selayaknya, dark and depressing movie of the year. Akhirnya solo action Wolverine menemui puncaknya. Origin saya suka, walau pada bilang tak cocok untuk musim panas karena biaya mahalnya tak terlihat. The Wolverine saya suka, walau dibarengi dengan ratapan sinis kritikus. Logan, jelas yang terbaik. Menempatkan manusia srigala dalam kesedihan tak bertepi.
Logan yang kita kenal kini sudah tua dan alcoholic dengan daya self-heal yang menurun, menggunakan nama kecilnya James Howlett (perpisahan aksi yang layak dari Hugh Jackman). Masa depan di mana manusia mutan nyaris punah, keberadaannya diburu dan dibinasakan umat manusia. Kini jagoan kita menjadi sopir online, macam sopir Grap atau Ubet, dengan mobil mewah limo. Setelah opening absurd, adegan pembukanya sadis, menerangkan sejatinya bahwa film emang wajib R-rating / Untuk Dewasa, untuk kekerasan fisik dan sadisme. Di New York, bagaimana sang chauffeur sedang istirahat bobo malam dalam mobil, segerombolan cecunguk sedang mencoba maling roda mobil. Para penjahat itu dengan aksi bak film The Raid, dibabat brutal. Padahal Wolvie sudah mencoba defense, “Jangan sampai lecet woy! Ini mobil sewa,” namun tetap saja bak big buk tersaji, tewas deh para preman itu. Sebuah pembuka yang menjanjikan.
Lalu kita tahu kesehariannya. Ngumpulin duit buat beli obat duo mutan renta yang diamankan di sebuah tempat dengan tenda raksasa. Bagaimana Profesor X aka Charles Xavier (perpisahan aksi yang pilu Sir Patrick Stewart) ringkih dalam lindungan Wolvie untuk rutin minum obat agar kekuatan pikiran dahsyatnya tak memporakporandakan sekeliling. Masih dalam gerak kursi roda yang anehnya malah sering bikin joke segar, ‘I have to pee’. Satu lagi mutan rentanya adalah Caliban (Stephen Merchant), mutan yang bisa mendeteksi keberadaan mutan lain. Dengan kepala plontos dan riweuh, bikin Logan kesel. Kelemahannya adalah cahaya, jadi sepanjang film pas di panas terik akan memakai penutup macam sorban, akan dibuka saat di tempat tak banyak cahaya. “Beware the light!” Dalam frame-frame inilah kita tahu, Wolvie kini menjadi penjaga, seakan menjadi anak bakti yang patuh menjaga orang tua sudah jompo. “That was my favorite mug.”
Awalnya cerita digulirkan dengan tenang, sang sopir ditawari seorang imigran Meksiko, Gabriela (Elizabeth Rodriguez) uang sebesar 50 Ribu Dollar, untuk mengantar seorang remaja putri 11 tahun yang introvert Laura (debut istimewa Dafne Keen) ke utara. Sebuah tempat di Dakota Utara bernama ‘Eden’. Penawaran yang menggiurkan karena sedang kesulitan keuangan, tapi dari Gabriela kita tahu ini hanya fantasi. Tempat itu diambil dari komik X-Men edisi #132, bahwa suatu hari Wolverine akan menyelamatkan umat mutan yang tersisa, ke sanalah masa depan itu mengarah. ‘She read too many stories.’ Awalnya menolak, tapi keadaan memaksa. ‘Lets go to f**king fantasyland!’
Sementara Logan juga diancam pihak berwenang untuk memberitahunya kalau tahu keberadaan Laura. Sayangnya aksi Donald Pierce (Boyd Holbrook) tak bisa begitu menyakinkan, jadi titik lemah film ini. Ia adalah kepala keamanan Alkali-Transigen yang memburu mutan. Hanya sedikit yang benar-benar bagus, seperti saat ia meneror Wolvie ‘I am a fan, by the way’ sambil senyum sinis dan bercanda sarcasm ke Charles, ‘The world famous mutant octogenarian.’ Tampak meyakinkan dari awal, aksi Donald tersingkir oleh Dokter Zander Rice (Richard E. Grant) yang lebih tahu seluk beluk gen mutan. Dan aksi sang dokter sendiri nantinya juga kesingkir sang mutan buatan X-24 (diperankan oleh Hugh Jackman juga). Adegan brutal head-to-head-nya luar biasa, salah satu adu fisik paling heboh tahun ini. Mengerikan juga menyaksikan pertarungan seperti ini, trilogy X-Men dan kroni-nya seolah terlihat untuk level beginner.
Gabriela ditemukan tewas. Menyisakan file video, siapa Laura and the genk – Rebecca, Delilah, Jonah, Gideon, Rictor, Bla bla bla. Donald disikat saat merambah markas, Wolvie marah. Saat Donald akan dibuang Caliban, ia justru berbalik disekap. Di markas, saat terkepung kita disuguhi aksi luar biasa. Hit Girl seakan anak PAUD yang belajar merangkak. Laura membantai pasukan pemerintah, dengan cakar adamatium. Menggulingkan penggalan kepala, seolah itu adalah bola bekel. Dan menjadi satu timlah mereka, Logan yang marah mengantar anaknya Laura yang punya kekuatan setara Wolvie, bisa menyembuhkan sendiri dan bercakar, serta ditemani sang kakek Charles menuju utara. Jadilah ini road-movie, mengingatkanku pada Little Miss Sunshine yang mengantar anak-anak dalam versi cadas sekaligus mengingatkanku pada Nebraska yang mengantarkan kakek untuk menjemput hadiah, versi sedih. Farewell to arms.
Dalam perjalanan ada adegan menyentuh sekaligus berakhir sangat kejam, di mana Logan di tol kota Oklahoma berpapasan dengan truk yang mengangkut beberapa kuda. Kuda itu lepas dalam kecelakaan, saat Logan berencana cuek dan tak mau menolong dengan bilang, “Someone will come along.” Tapi Charles menegaskan, “Someone has come along.” Sebenarnya Logan sudah bilang, lepas saja yang dalam arti tatapannya bilang, ‘ga usah campur tangan dengan orang-orang baik karena ujungnya pasti tragedy.’ Charles menggunakan kekuatan pikirannya dan tak mau menolak ajakan makan malam, bahkan nantinya bermalam istirahat agar esoknya bisa melanjutkan perjalanan dengan fresh. Feeling Logan tepat, firasat Logan sangat pas. Malam itu jadi ajang bantai-membantai di rumah keluarga Will Munson.
Dalam sebuah adegan makan malam keluarga, kita disuguhi trivia menarik di mana dialog pengajar di sekolah dituturkan dengan maksud tersembunyi. Marvel emang jago menyelipkan humor, Marvel emang pintar atur dialog ringan jadi lawakan segar. Keluarga Munson pasti berfikir mereka sedang berkelakar tentang masa lalu di sekolah umum, kita tahu karena First Class yang megah memang patut diapresiasi.
Berhasilkah Laura menemui teman-temannya di Eden, berhasilkah regenerasi mutan berlangsung? Bagaimana nasib Wolvie akhirnya? Saksikan salah satu film drama menakjubkan tahun ini! Film superhero Marvel rasa drama yang uniknya tanpa scene after credit. Namun tetap nyaman dinikmati tulisan jalannya dengan iringan lagu ‘The Man Comes Around’ nya Johny Cash.
Adegan opening-nya juga seru. Seolah sebagai pengganti potongan adegan pasca credit yang ditaruh di depan. Wade Wilson alias si slengekan Deadpool (Ryan Reynold) yang dalam kotak telepon, berlaku kocak dalam gerak pelan dengan background kelahi sampai seseorang tepar tertembak, ia menelpon 911 dan ambil es cream dari tas. Pecahan adegan ini seolah ngajak Wolvie untuk cross-over Deadpool suatu hari nanti, dengan porsi seimbang tentunya, ga ada dominasi. Patut ditunggu. Sangat layak dinanti.
Jelas rating film ini dewasa. Kejam, pembunuhan di mana-mana. Film lebih humanis dengan lebih sedikit efek CGI dan penggunaan green screen. Anehnya, partner Wolvie seorang remaja yang turut membabibuta menggunakan cakar seluwes dirinya. Bagian Dafne beraksi membabat lawan mayoritas dilakukan green screen. Termasuk adegan saat mereka masuk kasino, James menggunakan aktor pengganti yang sudah berusia 18 tahun. Masa depan Dafne dipastikan cerah, seperti Hit Girl yang dituntut fan agar lebih banyak lagi muncul di sekuel, ia pasti akan kita temui di seri X-Men lainnya. Atau malah X-Men: Laura? Sangar kan.
Ada beberapa pertanyaan yang menggantung mengenai setting waktu. Charles berujar sebuah kejadian di Westchester yang memilukan yang mengakibatkan banyak korban termasuk anggota X-Men. Tak ada detail insiden apa, yang jelas Westchester adalah tempat sekolah mutan berdiri. Apakah kejadian itu pewujud punahnya para mutan, apalagi 25 tahun sudah tak ada mutan terlahir lagi. Ditambah mereka diburu pemerintah, coba dibinasakan. Rasa penasaran ini makin kuat karena soulmet Charles, Magneto tak muncul sama sekali dan tak disebut. Kalian pasti penasaran ke mana hilangnya helm ajaib itu?
Di Inggris pelakuan rilis dirayakan istimewa karena jam penutaran dipaskan dengan jam 10:23 p.m. 10 adalah X dan 23 adalah nomor si Laura, masa depan mutan jadinya X-23. Keren ya. film ini selain memuat kekerasan fisik juga memuat f-word banyak – ada 35 kali, verbal yang tak nyaman di telinga itu memuat Wolvie jarang senyum, maki-maki tak jelas nyaris sepanjang menit – hanya tiga kali tersenyum dalam durasi sepanjang itu!
Benar kata William Styker di X-Men 2 bahwa ‘One day, someone will finish what we started. One day!’ Apakah ini benar-benar final aksi Hugh? Waktu yang kan jadi jawab. Superman sudah banyak pemerannya, Batman bisa direnteng pelakunya, Spiderman bahkan sudah direboot dua kali dalam kurum sedekade, tapi Wolverine hanya satu Hugh Jackman – the one and only. Logan adalah film paling sedih tahun ini. Wolverine pamit, Hugh pamit dalam peluk ‘hati’ nya. Emotional adventure.
Logan | Year 2017 | Directed by James Mangold | Screenplay Scott Frank, James Mangold, Micahel Green | Cast Hugh Jackman, Patrick Stewart, Dafne Keen, Boyd Holbrook, Stephen Merchart, Richard E. Grant | Skor: 4.5/5
Karawang, 051217 – Sherina Munaf – Click Clock
Ping balik: Prediksiku Di Oscar 2018: #SacramentoProud | Lazione Budy
Ping balik: Best Film 2017 | Lazione Budy
Ping balik: Justice League: Underdog Surprises | Lazione Budy