Merekonstruksi Masa Depan

Timeline by Michael Crichton

Profesor Johnston ada di abad keempat belas. Kami ingin kalian kembali ke sana, untuk membawanya kembali dari sana.

Masa depan adalah masa lalu, masa lalu adalah satu-satunya alternatif nyata terhadap sejarah? Buku tahun 2018 yang panjang dan melelahkan, enam ratus halaman luar biasa capek. Makanya seusai baca langsung kuletakkan, karena liukan petualangan masa lalunya benar-benar letih. Baru ingat semalam, wah belum ulas. Makanya langsung kuketik sekenanya, sebab buku bagus harus disiarkan ke seluruh penjuru dunia, dan saya merencana membaca buku Crichton lainnya Congo awal tahun ini. Buku kumulai baca di saat akan mudik di ruang tunggu bus sore, kubaca di banyak sekali tempat. Saat bangun tidur di Palur, saat mengantar Wildan tes ke Yogyakarta di sebuah rumah sakit, di sebuah masjid di Solo saat sedang menggelandang, dan akhirnya selesai baca ketika kembali ke Karawang, tempat baca nyaman di teras di bulan September 2018. Kujamin. Kami tidak menginginkan fantasi. Kami menginginkan rekontruksi lokasi yang akurat berdasarkan sejarah.

Agak nyentil bahwa Amerika tak memiliki budaya asli. “Kau tahu, ada yang menganggap orang Amerika hanya merusak kebudayaan, karena tidak memiliki kebudayaan sendiri?” sebelum masuk ke dimensi, kita disuguhi kenyataan ilmu pengetahuan di akhir milennium dua. Bagaimana seratus tahun lalu, orang mencemooh transfer data, lalu muncullah Infra Red, Bluetooth, sosmed. Seratus tahun sebelumnya, orang akan tertawa bahwa ada aliran listrik medan magnet yang bisa dikembangkan menjadi sumber daya, lalu muncullah mesin uap, lalu penemuan electron, dan kini menjadi konsumsi seluruh warga. Maka di akhir tahun 1990-an prediksi teknologi kuantum, semisal komputer bisa berpikir, jarak diciutkan, sampai kemungkinan teleport! Jangan tertawa, karena tahun 2099 segalanya masih sangat mungkin. Jangan jadi pencemooh massal, jangan pula bilang, ‘ah mustahil…’ anak cucu kita yang akan jadi saksi teknologi kuantum itu berhasil atau tidaknya.

Kisahnya tentang perjalanan ke masa lalu. Dibuka dengan telaah teori-teori ilmiah, di akhir ada daftar pustaka banyak sekali yang dijadikan referensi, jelas untuk mendapatkan gambaran teori waktu kita butuh banyak rujukan. Ada tiga kutipan bagus dimula, dan nantinya tiap bab ada kutipan pula. Saya ketik yang awal saja. #1. “Semua kerajaan besar di masa depan akan berupa kerajaan pikiran.”Winston Churchill, 1953 #2. “Orang yang tidak tahu sejarah, berarti tidak tahu apa-apa.” – Edward Johnson, 1990 #3. “Aku tidak tertarik masa depan, aku tertarik pada masa depannya masa depan.”Robert Doniger, 1996.

Tahun 1200 merupakan awal Abad Pertengahan Tinggi – masa pertumbuhan, di mana kebudayaan berkembang pesat. Saya sudah nonton filmnya, gambarannya agak kabur sebab detailnya bagaimana melintas zaman tak terbayangkan. Bahkan setelah bacapun masih agak rancu. Hahaha… Empat orang di akhir abad kedua puluh: Kate, Chris, David Stern, Andre diminta untuk kembali ke abad 14 untuk membawa pulang sang profesor. Kita akan pergi ke biara Sainte Mere, di sungai Dordogne, sebelah barat daya Prancis, kita akan tiba di sana pukul 08:04 pagi hari Kamis, 7 April 1357. Karena hari itu ada turnamen di Castelgard, maka kehadiran kita tak akan mencolok keramaian. “Aku berdoa Tuhan menyertai perjalanan Anda dan membawa kembali Anda dengan selamat.”

Orang-orang seperti ini merasa yakin bahwa masa kinilah yang paling penting, dan bahwa apa pun yang terjadi sebelumnya bisa diabaikan dengan aman. Dunia modern begitu mengagumkan, dan baru dan masa lalu tidak mempunyai pengaruh di sana. Pasar merupakan alasan utama kehadiran kota. Kau bisa memahami dengan jelas, tata letak kota yang dibangun. Lihat gereja di sebelah sana. Di era itu perkamen merupakan barang berharga di zaman pertengahan.

Seandainya kuizinkan kau pergi dan kau tiba di tahun 1357, lalu kau menyadari bahwa kau menderita kesalahan transkripsi yang begitu serius, dan kau begitu berani kembali karena kau tidak berani mengambil resiko mengakumulasi kesalahan. Pada kenyataannya waktu tidak berlalu, kita yang berlalu. Waktu sendiri merupakan sebuah varian. Waktu adalah waktu. Maka masa lalu dan masa depan bukanlah dua tempat yang terpisah seperti New York dan Paris. Dan karena masa lalu bukan lokasi, kau tidak bisa bepergian ke sana. Seperti kata Gordon, “Katakan saja pada dunia biasa, kita punya kepercayaan sebab-akibat, sebab timbul lebih dulu, akibat belakangan. Tetapi susunan kejadian seperti itu tidak selalu timbul dalam dunia kuantum. Akibat bisa muncul secara simultan dengan sebab, dan akibat bisa muncul lebih dulu sebelum sebab…”

Kenyataannya, rencana mereka tak mulus. Sesampai di sana ada wabah penyakit, ada pembunuhan, dan apesnya itu selang tak lama setelah mesin waktu terbuka. Kau sudah kehilangan dua orang, tiga kalau Trub dihitung. “Karena kau seketika direkonstruksikan pada saat yang sama kau dihancurkan, bagaimana bisa dikatakan mati? Kau tidak mati, kau hanya pindah ke tempat lain.”

Di abad dua puluh kita terbiasa mendengarkan suara, sehingga kesunyian ini begitu menyeramkan. Dengarkan nasihat anggota militer tua ini. Selalu makan hidanganmu. Karena kau tidak tahu kapan kau bisa makan lagi. Kami tidak lagi memeriksa transmisi benda, tak ada gunanya mencoba. Kami meneliti transmisi antar-semesta.

Mungkin karena tidak ada polusi udara, bahwa di awal abad, orang-orang bisa melihat planet Venus di siang hari seperti kita bisa melihat Bulan di masa kini. Apakah arkeologi proses mengutamakan sejarah atau arkeologinya, apakah kriteria formalis mengalahkan kriteria objektifitis, apakah dokrin derivasionis menutupi komitmen normatif?

Keluhan-keluhan yang biasa dilontarkannya, sikap pemilih dan tidak pastinya tiba-tiba tidak relevan. Sebagai gantinya ia menemukan bahwa dirinya memiliki sumber energi tanpa batas – semangat hampir agresif yang seingatnya belum pernah dialaminya. “Di dunia nyata kalau kau berhenti untuk membantu si miskin di dalam hutan, dia dan teman-temannya akan mencuri kudamu dan membunuhmu. Itu sebabnya tak ada yang mau melakukannya.”

Kalimat filsuf disebar di banyak halaman. Kau cuma sehelai daun yang tidak tahu bahwa dirimu merupakan bagian dari sebuah pohon. Banyak pula pertanyaan tak terjawab, teori waktu yang tak beraturan. Kita semua diatur oleh masa lalu, sekalipun tidak ada yang memahami masa lalu. Tidak ada yang mengenali kekuatan masa lalu.

Endingnya sendiri agak absurd, bagaimana mereka memiliki pilihan lain di masa lalu sebab menemukan cinta. Jiaahh…. Ada tema asmara di sini. Karena masa lalu berubah, salah satu personil memutuskan bertahan di sana, maka masa kini-pun turut berubah, bisa dilihat di sebuah benda sejenis prasasti yang dengan mudah mereka temukan dalam penelitian. Seolah ada gema suara, “Akan kuhitung setiap waktu kau tidak ada di sini, dan merindukanmu dengan segenap hatiku.”

Dalam abad kita, mereka ingin dihibur. Ketakutan terbesar bukan kepada penyakit atau kematian, tetapi terhadap kebosanan. Perasaan bahwa waktu ada di tangan kita, perasaan bahwa tidak ada yang harus dilakukan. Perasaan bahwa kita tidak terhibur. Novel ini dibuat tahun 1999, jelang bergantinya milennium, apa yang disampaikan Crichton beberapa menjadi nyata. Setelah dua puluh satu tahun, jelas kita seolah terperangkap akan dunia melimpah hiburan, yang malah membuat kita tak terhibur, yang karena banyaknya opsi menghabiskan waktu, kita malah bosan, atau lebih pasnya, mudah bosan!

Bagaimana rasanya menghabiskan seluruh hidupmu di dunia seperti ini. Hidup dan bercinta, terus menerus dalam ketegangan, menghadapi penyakit dan kelaparan, kematian dan pembunuhan. Hidup di dunia ini. Menghabiskan setiap detik dalam kubangan ria, sebuah opsi yang menghentak akan keaslian menikmati hidup sejati.

Keaslian adalah menjadi kata kunci abad dua puluh satu. Dan apa keaslian itu? Apa pun yang tidak dikendalikan perusahaan. Apa pun yang tidak dirancang dan distruktur untuk menciptakan laba. Apa pun yang ada karena memang ada, yang membentuk dirinya sendiri. Dan apa yang paling asli dari semuanya? Masa lalu. Karena masa lalu adalah satu-satunya alternatif lain dari perusahaan di masa kini. “Waktunya masih cukup, bila kita bekerja bagai dikejar setan.”

Sejarah memberitahu kita apa yang penting dalam dunia kita, dan bagaimana terjadinya. Sejarah memberitahukan kenapa sesuatu yang kita hargai adalah hal-hal yang seharusnya kita hargai. Dan sejarah memberitahukan apa yang harus diabaikan, atau dibuang. Itulah kekuatan untuk mendefinisikan masyarakat secara keseluruhan.

Kalau dipikir lagi, masa lalu lebih penting daripada masa kini. Kesimpulan dari buku ini bisa saja kembali ke pribadi masing-masing, yang jelas perjalanan waktu sepenuhnya hanya ada dalam alam khayal belaka. Tuhan sedang tersenyum pada kalian. “Aku tidak bermaksud begitu, perjalanan waktu mustahil dilakukan. Semua orang tahu itu.”

Mesin Waktu | by Michael Crichton | Copyright 1999 | Diterjemahkan dari Timeline | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | GM 402 01 12 0073 | April 2000 | Cetakan ketiga, Juli 2012 | 672 hlm.; 18 cm | ISBN 978-979-22-8628-1 | Skor: 5/5

Untuk Taylor

Karawang, 181120 – 041220 – Sheila on 7 – Pejantan Tangguh

Thx to Taman Baca Rindang, Klaten

2 komentar di “Merekonstruksi Masa Depan

  1. Ping balik: Buku Yang Saya Baca 2018 | Lazione Budy

  2. Ping balik: Tetapi Kemudian Kawanan Tersebut Terus Berkembang, Terus Berevolusi | Lazione Budy

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s