Terbenam Dan Tersingkir Di Paris Dan London – George Orwell

image

Terkadang, aku keluar malam-malam untuk melihat meteor. Bintang-bintang itu pertunjukan gratis, kau tak perlu membayar untuk menggunakan matamu.

Sekali lagi, George Orwell memukauku. Animal Farm dan 1984 adalah masterpiece, dan buku ini adalah buku ketiga yang kubaca adalah semacam memoar kehidupannya saat kere, yang ternyata sama menakjubkannya. Yang terbesit pertama saat sampai di kalimat akhir adalah, pemikiran semacam trilogy kehidupan dari dua buku sebelumnya saya lahap. Sebuah proses perjalanan manusia dari sekolah, kuliah dan bekerja. Padahal dari tiga Penulis berbeda namun terlihat berkaitan. Pertama Catcher In The Rye-nya JD Salinger yang menceritakan anak SMU, Holden Vitamin Coulfield dengan pemikiran out of the box. Seorang remaja antusias dan nyeleh. Kedua adalah Norwegian Wood-nya Haruki Murakami. Tentang kehidupan pemuda Jepang, Watanabe dalam menempuh pendidikan di universitas. Dengan kompleksitas cinta dan pemikiran liar ke masa depan. Ketiga, ya ini. Tentang kehidupan pria terasing di tanah rantau. Masa dewasa, bekerja serabutan, hidup dalam ketidakpastian. Ketiganya seperti wakil cermin kehidupan dari benua Amerika, Asia dan Eropa. Dan ketiganya saya kasih skor sempurna.

Buku ini menceritakan kehidupan Orwell pasca keluar dari kepolisian imperial Inggris yang ditugaskan ke Burma. Orwell memilih hidup di Paris untuk mengembangkan dunia kepenulisan. Dirinya ditentang keluarga karena kemapanan dilepas demi kehidupan yang tak pasti. Saat di Paris uangnya dicuri, dan dimulailah hidup seadanya di tanah rantau. Menjadi tukang cuci piring, hidup di hotel kecil dan prihatin. Setelah kluntang-klantung ga jelas akhirnya memutuskan mudik dan bersatu dengan gelandangan-gelandangan spike di London. Kehidupan tahun akhir tahun 1920an yang ditangkap begitu pilu. Dan perlu digarisbawahi, ini dua negara Eropa yang digadang-gadang paling maju lho yang ternyata memiliki sisi gelap.

Meski Orwell dapat menangkap dengan bagus kehidupan kaum papa dan bersatu dengan mereka, sejatinya ia lahir dan besar dari keluarga berada. Curiganya, Orwell ini memang sengaja membuang kemewahan itu untuk dapat membuat tulisan kaum bawah lalu membawa pemikiran Marx untuk mengkritik penguasa, sebuah ide anti-kemapanan. Kalau itu tujuannya buku ini sukses besar. Seperti dua buku termasyur lainnya yang memang selalu ke kiri, buku ini walau secara tak langsung juga mencibir pemerintah jelas menceritakan ketidakpuasan kebijakan-kebijakan negara.

Pemikiran Orwell dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Charles Dickens, Leo Tolstoy, James Joyce sampai Aldous Huxley. Walau Orwell rajin menulis ulasan-ulasan buku, puisi, artikel sampai novel namun dirinya selalu gagal menembus penerbit untuk merilis karya aslinya. Buku ini sempat terendam lama dan nyaris terlupa. Namun draft ‘Down and Out in Paris and London’ yang sempat akan dihancurkan, malah dikirim ke penerbit oleh temannya. Tak dinyana, penerbit menyetujuinya dengan beberapa revisi. Untuk menyamarkan jati dirinya Orwell minta pseudoim karena draft buku ini dirasa kurang sempurna. Muncullah 4 nama pena pilihan: P.S. Burton (nama samaran yang dipakainya saat jadi gelandangan), Kenneth Miles, George Orwell, dan H. Lewis Allways. “Saya lebih menyukai George Orwell”, tahun 1933 buku ini pertama terbit, dan tadaaa… jadilah nama itu nama pena-nya.

Kalau saya akhirnya berlari tiap sore berkat buku ‘When I Talk About When I Talk About Running’, maka berkat buku ini saya jadi begitu syukur akan kehidupan. Bagaimana seorang Penulis sukses pernah menjalani kehidupan kere dengan kerja kasar mencuci piring memiliki jam kerja gila, pagi saat subuh sampai tengah malam. Budaknya budak. Berkat buku ini saya jadi semangat kerja. Tak ada alasan mengeluhkan 8 jam duduk depan komputer, tak seharusnya malas. Dunia milik orang-orang pemberani. Dan jelas kalau diminta susun buku-buku paling berpengaruh, ‘Down and Out in Paris and London’ masuk dalam daftar itu.

Penerbit OAK ini emang keren. Semua bukunya berkualitas. Baik secara penjilidan, terjemahan (beberapa typo masih ditemukan namun sedikit sekali), kualitas kover dan yang paling utama kualitas buku-buku yang dipilih untuk disadur ke Bahasa. Sejauh ini saya sudah membaca tiga buku mereka dan bagus semua. Nanti kalau ada uang lebih, pasti saya beli semua buku OAK. Sebuah penerbit indie yang exclusive.
Next, The Road to Wigan Pier?

Kutipan-Kutipan
Kali ini kutipan yang saya ketik ulang banyak, karena memang tiap kalimat dalam buku ini efektif dan bagus untuk dibagikan. Nejoy it!

Ah, cinta, cinta! Para wanita telah membunuhku. Wanita adalah kehancuranku, benar-benar kehancuranku. Meski baru dua puluh dua tahun usiaku, aku sudah capek daa muak. – halaman 13

Ia adalah seorang yang cukup meragukan, karena ia memiliki jambang yang biasanya dimiliki oleh penipu dan intelektual, dan kami semua tak yakin ke golongan mana ia harus dikategorikan. – 20

Kau berkenalan dengan rasa bosan yang tak dapat dipisahkan dari kemiskinan, ketika kau menjadi pengangguran dan karena kurang makan, tak mampu memaksa diri untuk merasa tertarik pada apa pun. Selama setengah hari, kau hanya berbaring dan merasa mirip dengan jeune squelette (kerangka muda) dalam syair Baudelaire. – 24

Para petugas pegadaian adalah orang Perancis, dan seperti kebanyakan orang Perancis, mereka bertabiat buruk sebelum menyantap makan siang. – 29

“Menunggu sama dengan berjudi.” Begitu ia sering berkata; “Kau bisa mati miskin tetapi kau bisa juga menjadi kaya dalam setahun. Kau tak dibayar dengan gaji, kau harus hidup dengan uang rokok – sepuluh persen dari tagihan dan pesanan tutup botol sampanye dari Perusahaan anggur. – 32

Menulis itu hanya omong kosong. Hanya ada satu cara untuk menghasilkan uang dari menulis: kau harus menikahi anak pemilik penerbit. – 33

Baiklah, mon ami. Kita tak akan mengalami kelaparan, tak usah takut. Roda kehidupan, aku sudah puluhan kali berada dalam keadaan yang jauh lebih genting, ini hanya masalah kegigihan. Ingat perkataan Foch: ‘Attaquez! Attaquez! Attaquez!’ (Serang! Serang! Serang!) – 37

Ketika kami turun dari Metro di Place d’Italie, ia sudah merasa putus asa. Ia mulai berkata bahwa tak ada gunanya mencari pekerjaan – satu-satunya pilihan adalah menjadi kriminal. Lebih baik merampok daripada merasa kelaparan. Aku sudah sering merencanakannya. – 39

Teguhkanlah hatimu, Serigala Kecilku, selalu teguhkanlah hatimu! Ingat bahwa kesusahan tak akan bertahan selamanya, dan masalah-masalahmu, betapa pun peliknya, akan pada akhirnya menghilang. (kutipan surat Yvonne – pacarnya kepada Boris). – 44

Ia sering mengatakan dengan serius bahwa ia punya malaikat pelindung yang menjaganya, dan ketika hidup benar-benar dalam keadaan susah, ia kerap mencari uang di selokan karena si malaikat pelindung kerap meletakan uang di sana – 45-46

Katanya, aturan main catur sama dengan aturan main percintaan dan peperangan, yang kalau kau bisa memenangkan permainan catur kau bisa memenangkan cinta dan perang. – 47

Ada banyak ikan di sungai Seine, tetapi mereka menjadi lebih cerdik setelah perang Prusia ke Paris, dan sejak saat itu hanya bisa ditangkap dengan jala. – 48

Takdir sepertinya sedang memainkan dagelan yang sama sekali tak lucu. – 54

Setelah makan, Boris kembali menjadi optimis, lebih optimis dari sebelumnya, “Apa kubilang,” katanya. “Roda kehidupan! Pagi ini hanya punya lima sen, dan sekarang lihatlah diri kita. Aku selalu bilang, tak ada yang lebih mudah didapat daripada uang…” – 55

Penampilan – penampilan adalah segalanya, mon ami. Beri aku jas baru dan aku akan mendapat hutang seribu franc sebelum makan malam… sialan, inilah akibatnya hanya makan kentang dna roti. Aku tak mau kelihatan kelaparan. Orang yang kelihatan lapar hanya akan ditendang. Tunggu! – 64

Kenapa roti harus digorong dengan bawang putih? Karena dengan begitu rasa roti dan bawang akan tertinggal di mulut, dan untuk beberapa waktu, itu akan memberi kami ilusi bahwa kami baru saja makan. – 67

Pada dinding di bawah salah satu lampu, seseorang menulis dengan rapi” “Kau akan lebih dulu temukan langit tak berawan di musim dingin daripada seorang wanita di hotel X yang masih perawan.” Aneh benar tempat ini.
“Idiot! Une espece d’imbecle! Apa gunanya kau kucarikan kerja kalau kau buang begitu saja setelah dapat.” – 75

Melihat ruang cuci piring yang kotor dan mengetahui bahwa hanya satu pintu memisahkan kami dengan ruang makan, membuatku ingin tertawa. Di sana para pelanggan duduk dengan segala kemegahan mereka, di sini di ruangan hanya berjarak beberapa kaki dari mereka, kami harus berkotor-kotor demi melayani mereka. – 86-87

“Percayailah seekor ular sebelum orang mempercayai orang Yahudi, dan orang Yahudi sebelum orang Yunani, tetapi jangan pernah mempercayai orang Armenia.” – 93

Begini, mon vieux, mereka harus membayar upahmu setelah aku bekerja sampai setengah hari, bukan? Ada undang-undang tentang hal ini. Dan kenapa pula aku harus bekerja setelag aku bisa menerima upahku? Seperti itulah pekerjaanku. Aku pergi ke hotel dan mencari kerja sebagai seorang ekstra, dan sampai tengah hari aku bekerja keras. Lalu setelah tiba jam dua belas aku mulai mengacau agar mereka memecatku. Aku sudah menghindari empat jam kerja. Satu-satunya masalah aku tak bisa melakukannya dua kali di hotel yang sama. – 94-95

Seorang gadis yang bekerja membuat kue masih enam belas tahun umurnya, sering mengumpat sumpah serapah yang dapat mengalahkan sopir taksi. Bukankah Hamlet berkata, “mengumpat seperti pembantu koki?” Shakespeare pasti pernah melihat pembantu koki bekerja. – 96-97

Kekotoran di dapur kami bahkan lebih parah lagi. Ini bukan kiasan atau majas: seorang koki Perancis pada umumnya meludahi sup yang akan disajikan pada pelanggan, kecuali jika ia sendiri yang harus makan sup bikinannya, tentu saja. – 102

Kasarnya, makin mahal suatu hidangan, makin banyak keringat dan ludah yang terkandung di dalamnya. – 103

Jika seorang pelanggan mempunyai gelar atau dikenal sebagai jutawan, harga-harga yang harus dibayarkan akan dinaikkan secara otomatis. – 105

Aku hanya dapar berbaring di ranjang, makin lemah dari hari ke hari, dan menonton serangga berbaris di langit-langit. – 108

Kau tahu bagaimana rasa roti ketika kau telah merasa lapar berhari-hari? Dingin, basah, adonannya terasa. Namun demi Tuhan, rasanya amat enak! – 111

Tidur bukan lagi hanya kebutuhan jasmaniah; tidur itu sangat menggairahkan, sebuah sukacita dan bukan hanya sebuah kelegaan. – 118

Orang-orang angkuh dan malas tak dapat menjadi pelayan yang baik. Dengan bangga Jules pernah menyombongkan bagaimana ia pernah menyiramkan sup panas ke leher seorang pelanggan yang mengejeknya, dan kemudian berjalan keluar tanpa menunggu dipecat. – 132

Ketika terlalu sibuk bekerja, aku sering menghibur diri dengan memikirkan tentang ribuan orang yang bekerja di restoran-restoran Paris dengan jam kerja separah itu. – 144

Pisau tajam, tentu saja, adalah rahasia dari sebuah restoran sukses. – 147

Pekerjaannya sudah mirip pekerjaan budak dan tak memerlukan ilmu apapun, upahnya hanya cukup untuk bertahan hidup, hari liburnya baru tiba ketika ia dipecat. Kalau belum menikah, ia tak mungkin menikah, dan kalau sudah menikah istrinya juga harus bekerja. Kecuali apabila ia sangat beruntung, ia hanya bisa menghindari hidup susahnya dengan masuk penjara. – 149

Seorang budak, kata Marcus Cato, harus bekerja ketika ia tak sedang tidur. Tak penting apakah pekerjaannya diperlukan atau tidak, karena bekerja itu baik – untuk budak. – 153

Kebebasan yang diberikan kepada orang miskin adalah ancaman bagi kebebasan mereka sendiri. Sementara itu, orang berpendidikan karena takut akan prospek Utopia Marxis, lebih senang bila tak terjadi perubahan apa-apa. – 154

Orang kaya dan orang miskin hanya dibedakan berdasarkan pendapatan mereka, dan kebanyakan miliuner tak berbeda dengan keadaan pencuci piring kalau mereka berpakaian seperti pencuci piring. Tukar tempat mereka, dan coba tebak mana yang maling dan mana yang hakim. – 154-155

Aku bercerita tentang plongeur karena di situ aku sudah berpengalaman secara langsung. – 156

Sangat menarik, menjadi pelanggan di tempat kau pernah menjadi budaknya budak. Boris menyesalkan kepergianku dari restoran itu ketika kami mulai lances (terbang) dan memiliki kesempatan mendapatkan uang banyak. – 157

Saking senangnya, karena bisa kembali pulang, setelah bersusah payah hidup di negara orang, Inggris tampak seperti surga bagiku. – 162

Sejam kemudian, di Lambert aku melihat seorang gelandangan, berjalan ke arahku, dan ketika kulihat kembali, ternyata ia adalah bayanganku di kaca jendela toko. – 165

Aku juga menyadari bahwa sikap wanita tergantung pada pakaian laki-laki. – 166

Langit-langitnya rendah jadi hawa di sana sangat panas dan penuh akan uap dari masakan dan ruangan itu hanya disinari oleh api, yang membentuk bayangan di pojok-pojok ruangan. – 171

Sebelum berjumpa mereka aku tak pernah mengira ada orang di Inggris yang hidup hanya dengan uang pensiun sebesar sepuluh shilling seminggu. – 171

Berdoa untuk itu maksudmu. Kau tak akan mendapat apa-apa bila tak melakukan apa-apa. Mereka bahkan tak mau memberimu teh dua sen kalau kau tak mau berlutut untuk itu. – 181

Bila dilihat dalam keadaan berkumpulan dan bersantai seperti itu, para gelandang itu terlihat menjijikan, tak jahat atau berbahaya, hanya kotor, compang-camping, tak terhormat dan jelas-jelas tampak kelaparan. Namun, mereka semua ramah, dan tak menanyakan apa-apa. Banyak di antara mereka yang menawariku rokok – atau puntung rokok bekas, lebih tepatnya. – 183

Aku mengaku sebagai seorang ‘pelukis’; aku pernah menggambar dengan cat air – memang siapa yang belum pernah? Si petugas juga bertanya apakah kami punya uang, dan semua gelandangan menjawab tidak. Menurut hukum, kau tak boleh masuk spike kalau kau punya lebih dari delapan sen, kalau uangmu kurang dari delapan sen kau harus menyerahkannya kepada petugas. – 185

Wajah Paddy yang lesu menatap susu itu. Lalu ia berpaling dan dengan suram berkata, “Kita tinggal saja. Tak ada baiknya mencuri. Puji Tuhan, sampai sekarang aku tak pernah mencuri.” – 192

Ia sudah terlalu lama makan makanan bermutu rendah, dan kini seluruh badan dan pikirannya menjadi bermutu rendah pula. Ia kehilangan kejantanannya karena kekurangan gizi, dan bukan karena sifat bawaan. – 195

Ruang tidur itu gelap dan sesak, dengan lima belas ranjang di sana. Tercium bau kencing yang saking busuknya membuatku hanya bisa bernafas pendek-pendek, tanpa memenuhi paru-paruku. – 202

Pernah aku menggambar ular boa bertuliskan capital yang menelan seekor kelinci bertuliskan labour. Seorang polisi datang dan melihat lukisanku, ia berkata, “Cepat hapus gambarmu.” Aku terpaksa menghapusnya. Polisi punya hak untuk menghukum gelandangan, jadi lebih baik aku tak membantah mereka. – 206

Orang tak mau memberi uang kalau mereka tahu kau sudah punya uang. – 207

Ia mungkin acak-acakan dan kedinginan, atau bahkan kelaparan, tetapi selama ia masih bisa membaca, berfikir dan melihat meteor, ia seperti katanya, bebas dalam pikirannya sendiri. – 213

Yang paling buruk dalam kehidupan ini adalah hawa dingin, dan yang paling buruk kedua adalah gangguan. – 218

Berjualan korek api dan bernyanyi di jalanan adalah kejahatan yang sah. Bukan kejahatan yang menguntungkan tapi tak ada penyanyi atau penjual korek api di jalanan di London. – 219

Banyaknya pengangguran yang mau bekerja menjadi sandwich man membuat mereka tak punya kekuatan untuk berjuang demi perlakuan yang lebih baik. – 228

Orang yang pantas dikasihani adalah orang yang memang sudah jatuh sejak awal, dan hanya bisa menghadapi kemiskinan dengan pikiran kosong dan tak berdaya. – 229

Seseorang (dalam jangkauan pendengarannya, kupikir) berseru, “Ya, ia tak akan pernah menjadi Uskup!” – ini, tentu saja dimaksudkan sebagai sebuah pujian. – 234

“Menjual pisau cukur tanpa bercukur terlebih dahulu! Idiot!” – 236

Ceritaku berakhir di sini. Ceritaku remeh dan aku hanya dapat berharap kalau ceritaku menarik sebagaimana sebuah buku harian bisa dikatakan menarik. Setidaknya bisa kubilang, inilah dunia yang menunggumu kalau kau jatuh miskin. – epilog

Terbenam Dan Tersingkir Di Paris Dan London | by George Orwell | Diterjemahkan dari karya domain public dengan judul asli Down and Out in Paris and London | Penguin Books, Middlesex, Inggris 1933 | Penerbit OAK | Dicetak oleh Utama Offset | Penerjemah Widya Mahardika Putra | Editor Dewi Kharisma Michellia | Ilustrasi sampul AC Andre Tanama | Cetakan pertama, April 2015 | 272 hlm; 13×19 cm | ISBN 978-602-72536-0-5 | Skor: 5/5

Ruang HR NICI – Karawang, 130117 – Miley Cyrus – We cant stop

*) judul Terbenam dan Tersingkir Di Paris Dan London sempat saya pakai judul tulisan dua kali dalam review partai UCL (UEFA Champion League) antara Chelsea vs. PSG di mana Chelsea dua kali tersingkir dalam dua kali pertemuan itu.

Iklan

3 komentar di “Terbenam Dan Tersingkir Di Paris Dan London – George Orwell

  1. Ping balik: Sepenggal Memoar – Pablo Neruda: Kita Para Penyair Memiliki Hak Untuk Bahagia | Lazione Budy

  2. Ping balik: Lebaran, Pakai Baju Lama Beli Buku Baru | Lazione Budy

  3. Ping balik: Norwegian Wood #30 | Lazione Budy

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s