Total Film Indonesia: Edisi Emas

Image

Sampai saat ini majalah Total Film Indonesia (TFI) adalah satu-satunya media cetak yang masih rutin saya beli. Hari ini edisi special kelimapuluh – Januari 2014 baru saja saya terima, harganya naik menjadi Rp 50 ribu. Akhirnya setelah sekian lama dinanti pertanyaan akankah tembus angka 50, kini terjawab. Terjawab apakah akan sampai edisi 50? Ya. Dan terjawab akankah harganya akan mencapai Rp 50 ribu. Ya.

Sebelum rutin membeli majalah TFI saya sudah rutin beli majalah film C, sesekali beli M atau S dan F (keduanya tamat). Di grup social media dulu termasuk rutin posting, komen, sampai debat. Namun mulai akhir 2011 pasca menikah semua berubah, saya tak serutin dan seaktif dulu. Menikah memang membuat banyak perubahan. Karena mahalnya harga majalah akhirnya saya memutuskan harus beli satu, dan mulai edisi ketiga saya putuskan berlabuh ke TFI.

Edisi terbaru ini kita diberi kartu remi dengan gambar (hampir) semua cover TFI. Ketika pertama saya lihat bonusnya, saya rada kaget. Kok kartu remi lagi? Bukannya dulu pas edisi Tron sudah pernah? Kenapa bukan bonus kalender yang memang sudah menjadi kebiasaan di pergantian tahun? Lalu cover-nya tertutup iklan. Berarti ini kedua kali beruntun mereka menutup cover utama dengan iklan mobil. Pemilihan gambar cover TFI juga kurang ideal, bulan ini memilih reboot Robocop dan gambarnya kurang OK. Masalah cover harus diakui TFI masih kalah telak sama tetangga. Ini sudah disampaikan berkali-kali kepada mereka. Di era modern sekarang ini cover minimalis lebih terlihat elegan, masalah konten dan kalimat hiperbola yang ada di cover kurasa tak terlalu penting. Cukup kasih judul film dan beri gambar yang keren, pasti akan jadi magnet pembeli. Tapi harus diakui, isi TFI memang padat informasi. Di dalamnya banyak berisi wawancara dengan aktor Hollywood yang tak akan ada di majalah lain. Menurut saya keunggulan utamanya pada review film yang melimpah. Prinsip mereka semua film (Hollywood dan local) di-review, jadi bisa dibayangkan film yang rilis jumlahnya banyak dan mereka menampilkannya dalam ulasan tiap bulan, padat! Every new movie reviewed and rate. Memang beda sih rasanya membaca majalah impor dan local bisa analogikan dengan film luar terasa lebih canggih ketimbang film kita.

Dari 50 majalah yang sudah terbit saya ketinggalan enam edisi. Nomor satu, dua, cover the A-Team, Superman (yang Henry Cavil bersedakep), dan Thor: The Dark World. Edisi awal saya belum minat beli, sedang yang lain karena kehabisan. Sempat mau langganan, tapi karena tanggal terbit yang tak pasti dan seringnya terlambat terbit membuatku mengurungkan niat. Beli eceran rutin lebih nyaman karena agennya sudah kenal dan sering kasih diskon.

Edisi favorite saya adalah edisi Inception. Di dalamnya memuat detail film-film sutradara hebat Christopher Nolan. Cover favorite jelas The Social Network yang memuat gambar kecil-kecil membentuk muka pendiri Facebook: Mark Zukeckerberg.

Kini pertanyaannya sejauh mana saya akan bertahan untuk rutin membelinya? Kompas sudah saya lepas setengah tahun lalu, apalagi kini harganya naik menjadi Rp 4.500,-. Bola Vaganza sudah lebih dulu berhenti. Tabloid Bola pun sudah jarang baca. Intisari, Tempo mungkin hanya sesekali beli. Annida sudah tak terbit (yah, sudah lama banget kali). Di tengah kencangnya informasi yang mudah diakses melalui internet, kehadiran media cetak kini perlahan mulai digeser. Adaptasi dan hanya dengan kualitas yang (luar biasa) bagus yang mampu membuatnya tetap bertahan. Saya juga.

Image

(review of the year, artikel favorite tahunan)

Karawang, 060114