Sapiens – Yuval Noah Harari #29

“Kemampuan untuk bicara fiksi adalah ciri paling khas bahasa Sapiens.”

Bisa jadi ini adalah buku non-fiksi terbaik yang pernah kubaca. Padat, runut, nikmat sekali melahap berlembar-lembar kertas berkualitas penuh makna. Setiap sepuluh kalimat yang kubaca, bisa jadi kuulang separuhnya – butuh waktu baca setengah tahun lebih untuk tuntas. Setiap lima belas kalimatnya, mengandung gizi. Beberapa kustabilo, biasa kalau saya nemu kalimat mutu dan menggugah saya tandai dengan stabilo, rataan kuning. Sapiens penuh coretan kuning saking demennya, teori manusia yang dijabar. Tak perlu kalimat bercabang, data-data disajikan dengan nyaman, dan begidik – terutama asal mula generasi kita. Makhluk Tuhan paling berkuasa atas tanah bumi ini.

Riwayat dibagi dalam empat bagian: Revolusi Kognitif, Revolusi Pertanian, Pemersatuan Umat Manusia dan Revolusi Sains dengan bab penutup: Hewan Yang Menjadi Tuhan.
Saya ketik kutipan-kutipannya ya. enjoy it.
Enam juta tahun lalu, satu kera betina memiliki dua putri. Yang satu menjadi nenek moyang simpanse, yang satu lagi menjadi nenek moyang kita semua.

Umat manusia membayar pengelihatannya yang hebat dan tangan yang cekatan dengan sakit punggung dan leher yang kaku.
Itu sebabnya evolusi mengunggulkan manusia-manusia yang bisa membentuk ikatan sosial yang erat.

Ketika bisa menjinakkan api, manusia memperoleh kendali atas suatu kekuatan yang patuh dan berpotensi tak terbatas. Penjinakan api adalah pertanda awal hal-hal yang terjadi kemudian.

Garis keturunan semua manusia masa kini bisa dilacak mundur hanya ke Afrika Timur, 70,000 ribu silam. Kita semua Sapiens murni.
Para ilmuwan tidak mau membuka kotak pandora rasisme dengan mengatakan bahwa ada keanekaragaan genetik yang cukup besar di antara populasi-populasi manusia modern.

Maka populasi itu tidak melebur, namun segelintir gen Neandertal ikut menumpang Kereta Ekspress Sapiens. Menggelisahkan – dan barangkali menegangkan – untuk memikirkan bahwa pernah ada suatu masa ketika kita Sapiens bisa berhubungan seks dengan hewan dari spesies laindan menghasilkan anak bersama-sama.

Pada zaman modern, sedikit perbedaan kecil dalam hal warna kulit, logat, agama sudah cukup memicu sekelompok manusia untuk memusnahkan kelompok yang lain.

Akankah Kitab Kejadian menyatakan bahwa kaum Neandertal adalah keturuan Adam dan Hawa, akankah Yesus mati untuk menebus dosa-dosa Denisova dan akankah Quran mengatakan ada tempat di surga bagi semua manusia berbudi luhur, apapun spesiesnya?
Ketika Charles Darwin mengindikasikan bahwa Homo Sapiens sejenis hewan, orang-orang marah. Seandainya kaum Neandertal masih ada, masihkah kita membayangkan diri kita sebagai makhluk istimewa? Barangkali tepat karena itulah mengapa leluhur kita memusnahkan Neandertal, mereka terlalu familiar untuk diabaikan, namun terlalu berbeda untuk ditoleransi.

Jawaban yang paling mungkin adalah hal yang memungkinkan perdebatan itu sendiri: Homo Sapiens menaklukan dunia terutama berkat bahasanya yang unik.

Sekitar 100,000 tahun silam, sekelompok Sapiens bermigrasi ke utara memasuki wilayah Masyrik (Levant, sekitar Suriah-Lebanon sekarang) yang merupakan daerah Neandertal, tapi gagal mapan di sana.

Burung betet bisa mengatakan apapun yang dikatakan Einstein, juga meniru dering telpon, bunyi pintu dibanting dan raungan sirine. apapun keunggulan Einstein dibanding betet, itulah pasti bukan keunggulan vokal.

Homo Sapiens pada umumnya adalah hewan sosial. Kerja sama sosial adalah kunci utama pelestarian dan reproduksi kita.

Anda tak akan pernah bisa meyakinakn monyet untuk menyerahkan pisang kepada Anda dengan menjanjikan pisang lebih banyak di surga monyet setelah mati.

Bagaimanapun fiksi bisa menyesatkan atau mengalihkan perhatian secara berbahaya.
Dan bila Anda menghabiskan waktu berjam-jam berdoa kepada arwah-arwah penjaga yang tidak ada, tidakkah Anda menyia-nyiakan waktu berharga, waktu yang lebih baik dihabiskan untuk mencari makanan, bertarung atau bersenggama?

Sapiens bisa bekerja sama dalam cara-cara yang luar biasa luwes dengan orang asing yang tak terhitung banyaknya. Itulah mengapa Sapiens menguasai dunia, sementara semut memakan sisa-sisa kita dan simpanse terkurung dalam kebun binatang dan laboratorum penelitian.

Seperti politikus manusia yang saat kampanye berkeliling untuk menjabat tangan dan mengecup bayi, demikian pula para kandidat yang berebut kedudukan puncak dalam kelompok simpanse menghabiskan banyak waktu memeluk, menepuk punggung, dan mencium bayi simpanse.

Penelitian sosiologis telah menunjukkan bahwa ukuran alami maksimum kelompok yang diikat dengan gosip adalah sekitar 150 orang.

Saya tutup di sini saja. Ini buku baca lama, tahun 2018, coba diulas 2019, terbengekali draf di blog, sampai akhirnya saya hari ini ingat belum ulas. Apalagi bukunya sendiri nyelip di rak, saya cari tidak ketemu. Rak bukuku sudah over lagi padahal sudah dibuat dari lantai sampai langit-langit. Saya cari sampai berkeringat tidak ketemu, mungkin di bagian atas belakang sebab rangkap dua, dan saat ini belum punya tangga untuk menjangkau bagian atas. Yo wes, sampai di sini saja. Nanti kalau ketemu, dan dapat ide ulas lebih saya lanjutkan. Thx. 29.06.24

Sapiens | By Yuval Noah Harari | Diterjemahkan dari Sapeins (English), 2014 | Pertama terbit di Israel tahun 2011 dengan judul Kitzur Toldot Ha’enoshut | Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia | KPG 591701404 | Penerjemah Damaring Tyas Wulandari Palar | Penyunting Andya Pramanda | Sampul dioleh kembali oleh Landi A. Handwiko | Penata letak Landi A. Handwiko, Wendie Artswenda | viii + 525 hlm.; 15 cm x 23 cm | ISBN 978-602-424-416-3 | Skor: 5/5

Untuk mengenang ayah saya tercinta Shlomo Harari

Karawang, 271019 – 290624 – Glover Washington Jr. – Just The Two of Us

Tinggalkan komentar