Insurgent #25

“Yang kusarankan adalah agar kau menjadi penting. Aku yakin kau akan menemukan caranya kalau mau, pikirkanlah.”

Dibuka dengan Manifesto faksi Candor: “Seperti hewan liar, kebenaran terlalu kuat untuk dikurung.”

Sebuah sekuel, sebuah buku lanjutan Divergent yang keras itu. Sama bagusnya, dalam artian memenuhi ekspektasi keseruan. Selalu menyenangkan bisa menikmati cerita young adult karena hanya beberapa buku yang bisa memuaskan, hanya beberapa yang bisa mengantar fantasinya dengan keren, mayoritas ya begitulah. Ini menyangkut banyak hal: kebenaran, keadilan, menurunkan egoisme, sampai kedekatan tak melulu harus bersaudara. Dan kadang-kadang, kalau kita menginginkan kebenaran, kita harus menuntutnya. Nah Insurgent ini menempatkan diri dengan pas. Langsung menikam sedari awal novel, Tris yang sudah lunas kebimbangannya kali ini menjalankan tugas sesuai porsinya. Membantu orang-orang yang perlu dibantu. Dan diantara seteru antar faksi, Sang Dauntless yang pemberani mencoba menaklukkan ketidakadilan dengan langsung turun ke jalan. “Untuk mencapai kedamaian, pertama-tama kita harus percaya, jadi kuharap kau berbuah pikiran. Ingatlah aku ini selalu menjadi teman-temanmu, Marcus, bahkan saat kau tak punya banyak teman untuk diajak bicara.”

Sejatinya ini seperti cerita Erudite melawan semuanya, tiga faksi plus non-faksi. Erudite yang cerdas mencoba menguasai segalanya, dan setiap faksi tentunya ada penghianat serta peragu, nah para abu-abu inilah yang perlu ditegaskan mau ke arah mana sisi yang dibela. Tris pada akhirnya turun langsung ke faksi Amity yang lalu ke faksi jalanan, bersama Tobias “Four”, Caleb, Peter, dan Marcus. “Aku mengangguk. Kedengarannya itu rencana yang bagus – rencana cerdas. Tapi aku tidak memercayai Tobias – aku tidak percaya bahwa bergerak maju lebih baik daripada mencari kebenaran. Begitu tahu bahwa aku Divergent… saat aku tahu faksi Erudite akan menyerang Abnegation… semua itu mengubah segalanya. Kebenaran bisa mengubah rencana seseorang.”

Tris lebih kuat dan berani ambil tantangan, artinya perkembangan karakter sudah benar. Perubahan sifat dan pendewasaan ini penting. Saat mereka kabur ke non-faksi dan bertemu ibu Four, yang lantas membujuknya gabung untuk menantang Erudite, itu sudah menjadi politik. Tak lagi para remaja ketakutan memilih mau ke faksi mana, mau ngapain ketika belajar, dll. Mereka sudah harus menentukan nasib sendiri dan teman-teman faksi.

Perang antar faksi tak dapat dihindarkan. Korban bisa siapa saja. Orang semuda itu seharusnya tidak mati, bahkan seharusnya tak ada di sini. Dauntless yang paling bengis dari kelimanya | Mereja saling robek hingga jadi serpihan… | Erudite yang paling dingin dari kelimanya | Pengetahuan itu sesuatu yang mahal…

Tentang serum kejujuran yang dikembangkan, ditembakkan, lantas menjadi senjata penting dalam mengorek keterangan pihak lawan. Langsung kuingat serum kejujuran-nya Harry Potter: Veritaserum. Ingat bagian Snape memaksa meminumkannya, sesuatu yang menyakitkan dan lantas segala hal yang tahu dimuntahkan untuk diketahui lawan bicara. Sejenis itulah, di sini mereka pingsan dan ternyata ada pengecualian sebab para divergent tak mempan.

Ada lagi serum saraf dimana ketika ditembakkan, maka korban akan lumpuh. Opsi bagus sebagai pengganti tembakan gas atau peluru karet, melumpuhkan musuh tanpa membunuh, namun sayangnya instrument sama: dengan senjata yang ditembakkan. Tak seperti serum Potter yang diminum, rasanya ini lebih keras dan menantang.

Namun, jika seluruh gedung ini runtuh menimpa mereka di hadapan mataku, aku tak akan peduli. Seribu reaksi muncul di benakku pada saat bersamaan, mulai dari menerjang Peter dan mencekiknya hingga berteriak dan membuat semacam lelucon. “Saat semua informasi dipercaya kepadamu, kau harus memutuskan berapa banyak yang perlu diketahui orang-orang.”

Mungkin ini sedikit berlebihan, nama Tobias “Four” sering muncul. Senior sekaligus pasangan Tris ini sedikit mendominasi ketimbang seri pertama. Pemaparannya banyak, “Yang tadi itu memang terasa seperti sudah dilatih, seakan-akan Tobias sudah sering membayangkan melakukan itu dan menghapalkan kata-katanya di depan cermin. Ia benar-benar menghayatinya, dan, kali ini ia hanya memainkan peranan itu. Tobias mengerutkan kening sejenak, lalu mengangguk. Namun, aku tak yakin ia memahami maksudku. Bukan karena marah, tapi karena aku takut Tobias benar, tanganku gemetar dan aku mencengkram bagian bawah kemejaku untuk menghentikannya.”

Lebih berbahaya lagi, ada dosis yang dibuat sebagai ‘peluru’ untuk eksekusi mati para tahanan. Beberapa pasukan yang ditangkap dan dianggap penghianat gegas dibunuh. Sementara yang masih bisa diajak kerjasama ditahan. Namun novel kedua ini lebih ke action, segalanya bergerak cepat. Saling tikam, tembak, dan mengungkap para penghianat.

Sampai akhirnya ledakan terjadi menutup halaman. Ending mengajak perdamaian, tapi malah luluh lantak sebagai penutup.
Walaupun tebal dan padat, banyak hal baru dibuka dan beberapa masih rahasia. Misal, alasan memilih Dauntless. Tris dengan bangga bilang, “Aku memutuskan menyimpan kaus itu untuk mengingatkanku mengapa aku memilih Dauntless; bukan karena mereka sempurna, tapi karena mereka hidup.” Atau karena mereka bebas, aksi ditonjolkan. ““Benar. Tapi, sejalan dengan kecenderunganmu perilakumu untuk ‘bertindak dulu baru berpikir’.”

Perang ini ujungnya bagaimana?

Insurgent | by Veronica Roth | copyright 2012 | Penerjemah Nur Aini | Penyunting Esti Budihabsari | Proofreader Emi Kusmiati | Bandung, Desember 2012 | Cetakan IX, Agustus 2014 | Penerbit Mizan | Desain sampul Joel Tippie | Penata sampul BLUEgarden | ISBN 978-979-433-737-0 | Skor: 5/5

Untuk Nelson, yang sepadan dengan semua risikonya.

Karawang, 260624 – Sarah Vaughan – Smoke Get In Your Eyes

Thx to Olih, DIY

Tinggalkan komentar