Dusta-Dusta Kecil #11

“… berpeganglah pada kebenaran, tapi kau tahu kan, kebenaran tidak selalu, tidak selalu, well, tidak selalu… menyenangkan.”

Buku yang memukauku kala itu. Ada tiga yang benar-benar bagus menggelitik, sampai alurnya yang menyenangkan diikuti. Pertama, nama Amabella. Kelihatannya sederhana, memangnya ada yang salah dengan nama Anabella? 2018, saya kebetulan menemukan nama-nama aneh di banyak pelamar kerja. Ada yang kebarat-baratan, ada yang fantasi, dan mayoritas mengarah ke arab-araban. Itupun tak umum, misal: nama anisa jadi aniessa. Atau rosid jadi Rosiedt. Atau yang membekas di kepalaku sampai sekarang, Tyara. Memang ada yang salah dengan Tiara?

Kedua twist kematian yang diungkap. Itu ngelink ke banyak masalah lainnya. Atau dalam satu kata melegakan semua orang. Bagaimana bisa sebuah kematian, melegakan satu ruangan. Istrinya, korban lama, trauma masa lalu, dan yang utama menyingkirkan orang kaya yang biadab adalah kelegaan ganda. Memuaskan? Ya!

Ketiga, cara bercerita dengan titik utama kuis. Seolah itu sudut penting, menjadikannya pegangan waktu. Oh ini masa 10 bulan lalu, ini 6 bulan lalu, ini sebulan lalu, ini seminggu lalu. Memberitahukan kita kematian bisa menghampiri siapa saja tanpa tanda-tanda. Sebulan lalu masih melakukan kekerasan, siapa sangka hari ini jadi korban kekerasan? Itu garis lulus waktu bernama kuis.

Buku dibuka dengan kutipan “Kau memukulku, kau memukulku, kini kau harus menciumku.” – lagu kanak-kanak di Amrik.

Kisahnya tentang persahabatan bu-ibu penunggu dan pengantar sekolah anak-anak. Biasalah, mau di manapun berada bu-ibu kalau sudah ngumpul bakalan gosip. Dan kita disuguhi mula persahabatan mereka, gosip-gosip yang beredar (bumbu utama cerita buku ini berkutat di sini); dari gosip sana-sini, sampai curhat-curhat kecil, sampai akhirnya penyelesaiannya. Biasa? Tampaknya, tapi karena ini menyangkut orang meninggal dunia, maka jadi tak biasa. Pembunuhan ataupun kecelakaan, ada mayat di sana, dan harus ada yang bertanggungjawab. Bu-ibu ini heboh, lalu cerita ditarik jauh sebelum kuis, jauh sebelum kematian itu.

Adalah Jane sebagai pembuka kisah, mengantar putranya Ziggy ke sekolah TK Pirriwee Public School. Sekolah itu menyenangkan, dan semua orang sangat menyenangkan, dan mendapat teman-teman baru yang sangat menyenangkan. Berkenalan dengan ibu lainnya, Madeline dan Celeste. Ketiganya lantas berteman. Mereka diikat oleh anak-anaknya yang sekolah, sembari nunggu bergosiplah mereka, yang pada akhirnya membuka diri. Jane keberatan dengan para ibu yang bekerja, aku cuma heran kenapa mereka repot-repot punya anak.

Kita tidak akan mengalami perasaan yang nyata di usia empat puluh, karena kita akan dilindungi oleh usia empat puluh yang membosankan. Madeline memiliki anak yang ternyata diluar sepengetahuannya dekat dengan istri mantan suaminya. Padahal mereka berpisah dengan tak baik-baik saja. Bisa-bisanya melakukan pertemuan-pertemuan sembunyi yang laiknya tertaut sama mantan suaminya.

Lalu Celeste memiliki kehidupan kelam karena KDRT. Suaminya kaya, tapi kasar. Secara sepintas Celeste tampak luar begitu sempurna. Semua orang ingin kaya dan cantik, tetapi mereka yang benar-benar kaya dan cantik harus pura-pura sama seperti orang lain. Oh dunia ini sungguh menggelikan. “Apa yang membuatnya bingung kalau dia tinggi, pirang, dan cantik?” ya sampai kebenaran dari dalam, ia tertekan dalam rumah tangga.

Sementara Jane, akhirnya membuka diri ia adalah korban pemerkosaan. Ziggy adalah anak hasil kejahatan pria, yang ternyata punya link ke anak teman barunya! Wow, yang berarti Ziggy dan si kembar ada darah saudara. Fakta itu tak serta merta diberitahukan, hanya di keep dulu karena bakal menimbulkn konfliks. “Konon sebaiknya kita tidak mendendam, tapi entahlah, aku menyukai dendamku. Aku menganggapnya seperti hewan peliharaan.”

Di persahabatn anak-anak tak kalah pelik, Ziggy dituduh melakukan bully terhadap Amabella (nama yang aneh), teman orientasi. Ini menimbulkan polemic lain yang membuat Jane kelabakan. Usut punya usut, Amabella yang lalu diminta mengungkapkan siapa pelaku perisak. Hasilnya? Tak seperti yang tergambarkan. Setiap hubungan tentu punya gangguan kecil. Pasang-surut, sama seperti emnadi ibu. Setiap pagi anak-anak naik ke ranjang dengannya untuk mendapat pelukan, dan awalnya itu sungguh luar biasa, lalu sekitar sepuluh menit mereka mulai berantem dan itu mengerikan. Anak-ananya manis. Anak-anaknya liar seperti binatang.

Lalu acara sekolah di malam hari memertemukan semuanya. Jane terkejut sebab melihat langsung pelaku pemerkosanya. Celeste terkejut sebab diperlakukan kasar di depan umum. Lalu semua terkejut sebab di balkon itulah menyaksi pembunuhan/kecelakaan. Sepuluh menit kebejatan menghasilkan sesuatu yang sempurna.

“Oh, musibah” adalah kalimat dari buku cerita anak yang dulu mereka bacakan untuk Fred waktu Fred masih kecil. Ini jelas bukan masalah siapa pelakunya sebab kita semua tahu, ini masalah moral. Apakah pembunuhan/kecelakaan seperti itu sebuah pembelaan ataukah trauma masa kecil, ataukah tetap saja kejahatan? Semua kembali ke pribadi bu-ibu, tapi semua sepakat: sang pelaku harus dilindungi, dan sepakat dilakukan dusta-dusta kecil agar meringankannya di pengadilan.

Ini bisa jadi kisah bu-ibu yang matang, yang secara keras menampar kita bahwa banyak masa lalu yang hilang, bisa akibat ulah sendiri atau nasib memang menempatkannya seperti itu. “Aku sedang berkabung untuk masa mudaku yang hilang .”

Di era 2000an akhir, dunia memang sedang marak dengan internet yang melahirkan Facebook. Semua bisa dipoles di sana. “Kalau ia mengemas hidupnya yang sempurna di Facebook mungkia ia sendiri akan meyakininya.

Kalau tidak bisa mengatakan hal baik, lebih baik tidak mengatakan apa-apa sama sekali. “Suatu hari nanti Abigail, kalau usiamu tiga puluh tahun, aku akan mengulangi hal-hal yang kaukatakan padaku selama setahun terakhir ini.”

Dalam novel ini dunia liberal juga ditampilkan dalam pentingnya menjaga penampilan fisik, terutama bagi perempuan. “Karena nilai seorang wanita seluruhnya ada pada penampilan… karena kita hidup dalam masyarakat yang terobsesi pada kecantikan di mana yang paling penting bagi wanita adalah membuat dirinya terlihat menarik bagi pria.”

Dan jangan beritahu aku omong kosong soal kecantikan yang memancar dari dalam.
Perkawinan adalah masalah kompromi. Ketika kita menceraikan seseorang, kita menceraikan keluarganya. Terlalu banyak yang hilang, terlalu banyak yang dikorbankan. Bahkan mungkin adil. Dengan sedikit kekerasan sebagai bayaran atas kehidupan yang terlalu mewah dan terlalu sempurna di bawah rembulan. “Aku tahu. Aku tahu kita tidak bisa memasukkan orang ke penjara karena dia jahat.”

Hubungan itu seperti “rekening cinta”. Melakukan hal baik untuk pasangan itu sama dengan setoran. Komentar negative merupakan penatikan. Triknya adalah menjaga agar rekening tidak keadaan kredit.

Saya membeli buku ini beberapa saat setelah pengumuman Pemenang Golden Globe Award 2018 pada 08.01.18, adaptasi seriesnya dengan bintang Noami Watt sukses besar. Harganya 95 ribu, normal. Tanpa diskon sama sekali, makanya kesel sekali pas setahun kemusian harganya drop jadi 20 ribu di obral. Hiks,

Naomi menjadi ikon, menjadi kover buku. Dan gambaran kalimat ini begitu mengintimidasi, “Ia terdiam dan mengetukkan jari ke bibir. Beruntung sekali, bukan?”

Dusta-Dusta Kecil | by Liane Moriarty | Copyright 2014 | Judul asli Big Little Lies | 617184015 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Alih bahasa Lina Jusuf | Editor Bayu Anangga | Jakarta, November 2016 | Cetakan ketiga, Oktober 2017 | ISBN 9786020339962 | 512 hlm; 20 cm | Skor: 5/5

Dengan cinta, untuk Margaret

Karawang, 140624 – Nat King Cole – Night Light

Thx to Gramedia Karawang

Tinggalkan komentar