Dewa-dewa Amerika #10

“Beritahu dia kami sudah memprogram ulang realita. Beritahu dia bahasa itu virus dan agama itu sistem operasi dan doa-doa cuma spam…”

Neil Gaiman tidak pernah mengecewakan. Ini novel tertebalnya. Salah satu bacaan 2018 terbaik, tertunda lama sebab bingung mau ulas dari mana saking banyaknya hal yang ingin disampaikan. Dunia alternative selalu jadi mainan seru Gaiman, dan ini adalah yang paling rumit. Selain menantang nalar, perang antar dewa yang rumit menjadi bumbu panjang.

Ini karya fiksi, bukan buku panduan. Hehe…

Kisahnya tentang Shadow yang seorang narapidana, tiba-tiba ia dibebaskan sebelum waktunya. Usut punya usut ternyata mendapat kabar bahwa istrinya Laura meninggal dunia karena kecelakaan. Proses meninggalnya sungguh ga enak banget, sedang selingkuh dengan pria lain Robbie yang merupakan sahabatnya.

Shadow lalu bekerja kepada Wednesday, pria misterius yang mengajaknya berkeliling Amerika. Ia mendapat koin emas dari Mad Sweeney yang dilempar di kubur istrinya. Dari sinilah segalanya menjadi absurd. Ini adalah aliansi, sebuah bentukan di bawah Wednesday bahwa ia merekrut pasukan manusia-manusia istimewa manifestasi Dewa-dewa Amerika Lama. Wednesday sendiri adalah inkarnasi Odin, ia bertugas menjaga kelestarian dunia dewa. Nah novel ini intinya adalah menuju pertarungan antara Dewa Baru melawan Dewa lama.

Tuan Wednesday diculik para Dewa Baru yang dipimpin oleh Tuan World. Dan Laura kembali bangkit dari kubur. Wait, jangan kaget. Dunia American Gods memang alurnya acak dan benar-benar merdeka. Orang mati bangkit, para dewa muncul untuk pertarungan, sampai setting dilempar ke berabad lampau untuk mengulik masa lalu.

Setiap awal bab ada kutipan novel atau kata-kata orang terkenal, atau pepatah lawas, “Tiap jam melukai. Jam terakhir membunuh.”

Dengan 600 halaman, kesabaran menyelesaikan baca sungguh penting. Dan karena sudah beberapa buku Gaiman kubaca, bagus semua. Maka jelas American Gods adalah yang paling melelahkan. Terbaik masih novel The Ocean At the End of the Lane, sebab ada Lettie di sana. Novel ini sama bagusnya, tapi terlalu mewah.

Terlihat, proses perjalanan hidup Gaiman dari karya-karyanya. Ini menurut saya ya, novel-novel di awal karier dengan setting Inggris tempat ia lahir, tampak fantasinya sederhana nan elegan. Fantasinya benar-benar merasuk dan kejutan-kejutannya natural. Nah saat ke Amerika, polesan nuansa Hollywood nya ketara. Seperti novel ini, meluap-luap kata-kata khas produk sinema. Makanya karena sudah baca beberapa bukunya, pola itu terbaca.

Saya kutip beberapa dialog yang bagus dari buku ini:
“Kuberitahu sesuatu, Negara ini menuju bencana saat mereka berhenti menggantung orang. Tidak ada debu tiang gantungan. Tidak ada kesepakatan gantungan.”

“Kau beruntung, ada seseorang yang menantimu di rumah, ada pekerjaan yang menunggu. Kau bisa melupakan ini semua. Kau mendapat kesempatan kedua. Menfaatkan sebaik-baiknya.”

“Ini datang dari Johnson Memorial Hospital di Eagle Point. Istrimu. Dia meninggal dini hari tadi pagi. Kecelakaan mobil. Aku turut menyesal.”

“Kalau kau ingin selamat, kau harus percaya.”

“Taruhan yang dicurigai adalah yang paling mudah dimenangi.”

“Mead, anggur madu. Minuman para pahlawan. Minuman para dewa.”

“Seseorang pernah memberitahuku momen tiap-orang-diam-bersamaan itu hanya terjadi pukul berapa lebih dua puluh menit atau kurang dua puluh menit.”

“Mereka tidak memberitahumu? Istrimu tewas dengan penis suamiku di dalam mulutnya Shadow.”

“Ini dewa-dewa yang telah berlalu dari ingatan. Bahkan nama-nama mereka seringkalipun telah hilang. Orang-orang yang menyembah mereka sama terlukannya dengan mereka.”

“Pembawa Guntur ada di sini, bersama kita. Di negeri yang jauh ini.”

“Mungkin seharusnya kau bertanya, bertanya pada orang mati adalah tindakan yang paling bijaksana…”

“Liberty, adalah wanita jalang yang harus ditiduri di matras dari mayat.”

“Itu adalah kebodohan abadi umat manusia. Mengejar-ngejar daging yang manis, tanpa sadar daging itu hanya topeng cantik untuk tulang-belulang.

“Kalau memang semudah itu, kenapa tidak semua orang melakukannya?”

“Kurasa kaum kita tidak menyukai rokok karena rokok mengingatkan kita akan persembahan-persembahan yang dulu dibakar untuk kita, asap yang terangkat naik saat mereka mencari dukungan kita, atau bantuan kita.”

“Mereka tahu akan keberadaan kita, dan mereka takut kepada kita, dan mereka membenci kita. Kalian membohongi diri sendiri kalau kalian percaya sebaliknya…”

“Baru sekejap mata lalu, mereka menyembah rel-rel kereta api di sini. Dan sekarang dewa-dewa besi itu sudah terlupakan, sama seperti pemburu zamrud.”

“Bagaimana kue topimu?” | “Paling enak yang pernah kumakan, titip salamku untuk ibumu.”

“Jadi, yah Yesus lumayan sukses di sini. Tapi aku pernah bertemu dengan seseorang yang bilang melihat Yesus mencari tumpangan di pinggir jalan di Afganistan dan tak ada yang berhenti untuk memberinya tumpangan. Ku tahu? semuanya tergantung di mana kau berada.”

“Dan aku minta upacara persemayaman yang megah, segala sesuatunya harus yang terbaik, dan wanita-wanita cantik mengalirkan air mata dan mencabik-cabik baju mereka karena sedih, dan pria-pria pemberani meratap dan menuturkan kisah-kisah memesona tentangku pada masa jayaku.”

“… Belum pernah ada perang sejati yang tidak dijalani oleh dua kelompok orang yang yakin mereka berada di pihak yang benar…”

“Pergilah. Semua baik, dan semua baik, dan semua akan menjadi baik.”
Dia menunjukkan toko roti dan toko buku (“Menurutku kota bukan kota kalau tak punya toko buku. Kota itu mungkin bisa menyebut dirinya sendiri kota, tapi kalau tidak punya toko buku, dia tahu dia tidak bisa mengelabui siapa pun”).

“… Mereka pikir dosa mereka original, tapi biasanya dosa-dosa itu remeh dan diulang-ulang.”

“… Ada hal-hal yang bertahan lama, dan darah bertahan paling lama.”

“Bagian yang paling berat adalah bertahan hidup.”

“Semua wahyu itu bersifat pribadi, karena itu semua wahyu mencurigakan.” | “Aku tak mengerti.”

“Ini istilah mewah untuk pengantar.”

“Akhir yang bahagia itu tidak ada, akhir saja juga tidak ada.”

Buku yang padat dan luar biasa melelahkan. Kebetulan saya dalam perjalanan menikmati novel Gaiman lainnya: Anansi Boys sampai di bagian identifikasi latar kehidupan sang tokoh utama, dan Norse Mythology: masih di awal, kukira Thor adalah kreasi asli Marvel, ternyata itu mitologi dan bebas dikembangkan. Plus satu buku yang sampai sekarang belum kuulas tapi udah kelar baca: Neverwhere. Sementara daftar baca Gaiman di rak masih panjang. Luar biasa memang penulis satu ini. Apakah suatu hari dapat Nobel Sastra?

Dewa-dewa Amerika | by Neil Gaiman | Judul asli American Gods | Copyright 2001 | 617188004 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Alih bahasa Lulu Wijaya & Ariyantri E. Tarman | Editor Ariyantri E. Tarman | Desain dan Ilustrasi cover Martin Dima | Jakarta, Januari 2012 | Cetakan kedua, Mei 2017 | ISBN 9789792278910 | 784 hlm; 20 cm | Skor: 5/5

Karawang, 130624 – Dave’s True Story – Ned’s Big Dutch Wife

Thx to Kiky, Slo

Tinggalkan komentar