
Sebastian Darke: Prince of Fools
Cornelius: “Temanku yang baik, revolusi tidak akan pernah terjadi tanpa pengorbanan. Kita semua harus berani membayar harganya.”
Max: “Ya,ya, hanya saja kadang-kadang aku merasa orang-orang terlalu memanfaatkanku.”
Lucu. Ini memang buku fantasi remaja, maka menempatkan diri ke sana itu penting. Beberapa bagian memang sederhana, beberapa klise, tapi idenya patut diacungi jempol. Seorang putri yang berjuang untuk merebut kembali haknya di tampuk pimpinan kerajaan. Langsung mengingatkanku pada Prince Caspian atau Lion King. Di sini para protagonist hanya ditempatkan sebagai peran pembantu memang, tapi tetap saja menyenangkan. Kunci utama adalah penyampaian kisah yang nyaman dan mudah dicerna. Kita hanya ada di lingkar luar kekuasaan, dan itu justru asyiknya.
Sangat mudah ditebak, saat para jagon luruh dan di titik rendah, dengan simple bisa dipastikan akan tetap menang. Sayangnya, sang pengarang tidak menyiapkan cerita cadangan. Segalanya mengalir seperti arus sungai, tenang ke satu titik, dan alirnya pasti. Tak ada kelok sama sekali, tak ada riak mengganggu, apalagi ini serial, jadi jelas mereka yang terlibat di seri kedua akan tetap selamat. Oh my, lihat, semakin banyak baca semakin sulit dipuaskan ‘kan?
Sebastian Darke dari kota Jerabin adalah pelawak, ia adalah manusia keturuna peri. Bisa dibayangkan tampannya kan. Ia kini dalam perjalanan ke kerajaan Keladon untuk melamar posisi yang ada. Ayahnya sudah meninggal, dan profesi ini adalah turunan. Pamit sana ibunya untuk berpetualang. Ditemani Max, seekor buffalope warisan ayahnya yang bisa bicara, bayangkan saja kuda yang cerewet. Nah, di sinilah tercipta chemistry. Sang binatang menarik kereta lucu dan sukses melengkapi. Nantinya kita tahu, tak semua buffalope bisa bicara, hanya hewan-hewan khusus dan istimewa. Ia memecah kesunyian, menimpali segala hal yang disajikan. Mereka menempuh perjalanan penuh bahaya, mendaki gunung lewati lembah. Makanan juga ala kadar, karena Darke memang laki-laki biasa. Bayangkan, tokoh utamanya adalah pelawak! “Jangan pernah menjelaskan inti sebuah lelucon!”
Suatu malam saat sedang dalam temaran api unggun, mereka kedatangan tamu. Pria cebol bernama Kapten Cornelius Drummel dari kota besar Golmira. Ia juga menuju Keladon untuk melamar menjadi kapten kerajaan, atau jadi bagian pasukan Crismon Cloak. Ia dipecat dari kerajaan sebelumnya sebab muncul aturan baru di pemerintah dengan syarat tentara tinggi minimal, ia tersingkir sekalipun performanya hebat. Miris, mirip di Indonesia yang birokratif ya.
Ia menawarkan makanan, ia membawa hewan buruan siap masak, menawarkan diri bergabung. Awalnya saling curiga, terutama Max. Namun mengingat posisi kini malah saling membutuhkan, mereka memutuskan bersatu. Kebetulan Darke bosan makan sayur, dapat santapan istimewa daging. Bahkan Max yang vege turut serta makan. Malam itu semuanya tidur nyenyak.
Paginya, Darke kaget sebab teman barunya dikira rampok, sudah tak ada, mengecek segala perlengkapan di karavannya, komplit, cek alat-alat lainnya, tak ada yang hilang. Kekhawatirannya lengkap, saat Cornelius datang membawa hewan buruan lagi. hufh, sah mereka kini berteman. Darke terjamin makanan dan keamanannya, Cornelius mendapat teman perjalanan.
Mereka mendengar teriakan dan mendekat, banyak gerombolan rampok Brigand membantai pasukan, dengan kereta di tengahnya. Si cebol langsung gerak cepat menolong, menumpas penjahat. Darke yang penakut, terpaksa turun tangan. Di situlah ia pertama kali membunuh orang, ada rasa takut, tapi karena posisi memang terpaksa dan ia melakukan demi misi penyelamatan. Dan tahulah siapa yang diselamatkan, Putri Kerin dari Keladon! Warbiasa… sang putri yang ketus jatuh hati sama pangeran pelawak, begitu juga Darke, mereka tampak cocok dan serasi. Muda, keren, saling mengisi. Dan keuntungan koneksi tentunya. “Jika kau hanya memiliki satu penggemar, lebih baik memiliki satu penggemar yang memiliki beberapa koneksi. Gunakan dia sebagai langkah awal dan lihat apakah ada perkembangan.”
Di bagian inilah kita diberitahu bahwa Raja Septimus ternyata jahat. Ia adalah raja sementara, ia paman sang putri yang kini berusia 17 tahun. Setahun lagi akan naik takhta. Maka Septimus merancang rencana jahat, membunuhnya. Mengirimnya ke kerajaan seberang untuk dijodohkan, tapi diminta balik untuk merayakan ulang tahunnya, apalagi ternyata pangeran itu hanya tampak tampan dalam lukisan, aslinya buruk rupa dan tua, rencana itu gagal berkat jagoan kita. Dibantu Magna, nenek jahat yang merancang pembunuhan. Salah satu kenyataan yang paling menjengkelkan tentang Magna adalah dia biasanya benar.
Mereka lantas menyusun ulang bagaimana menyingkirkan putri. Septimus diminta menyambut ramah, putri harus mati di luar kerajaan tak boleh di dalam, sebab rakyat akan marah. Akting syukur ponakannya selamat, memberinya hadiah mewah, memberi hadiah melimpah pada para pahlawan. Memberinya kesempatan. Dari Malthus pelayan raja, kita tahu di lingkaran kerajaan-pun tahu Septimus jahat.
Cornelius langsung diangkat jadi kapten tentara raja, dalam tes berhasil mengalahkan raksasa Klart, penduduk asli Mavelia. Malam itu juga ia diberi tugas mengirimkan surat ke kota seberang, sendirian hanya ditemani keledai Phantom. Mudah ditebak, di sana ia harus menghadapi banyak penjahat yang sudah disiapkan. Dan mudah pula ditebak, ia menang mudah. Jelas si cebol ini istimewa, jago banget. Dikepung dalam rumah, dengan pasukan penuh senjata, semuanya disikat habis. Walau ada luka kecil di pundak, ia tetap luar biasa jago.
Sementara Darke malam itu menampilkan lawakan dan sulap. Ditemui Magna, diberi ciu biar mabuk. Pada penampilan perdana langsung kacau. Pantangan untuk tak menyinggung kebotakan sang raja malah disampaikan pas punch-line. Dalam kebisuan yang sangat mencekam, kau hampir-hampir dapat mendengar suara bulu yang jatuh. Riuh, dan mengejutkan semua peserta. Darke benar-benar kepayang, mumet dan tak sadar atas apa yang disampaikan. Di penghujung stand-up comedy, ia menampilkan sulap menghilang.
Inilah lemari ajaib dari Aliminthera, sang putri dijadikan relawan, ia masuk ke dalam lemari dan ta-da… menghilang. Dapat tepuk tangan, tapi ada konspirasi di dalamnya. Pasukan raja telah menunggu dalam lemari, membius putrid an menghilangkannya. Darke yang memanggil ulang, gagal. Dengan pucat pasi, ia ditangkap. Dijatuhi hukuman gantung untuk esok hari. Sang putri ditawan, ditukar pakaiannya dijadikan kumal seperti rakyat jelata. Esoknya akan dijual di pasar budak di Brigandia. “Jadi, akar dari muslihat kita sudah berada pada tempatnya.”
Sampai di titik ini, novel ini menemui titik puncak. Kalau buku dewasa, harusnya satu atau dua tokoh utama tewas. Putrinya dibunuh, atau Darke dipenggal, atau Cornelius tewas kesabet pedang. Namun karena ini novel anak-anak, segalanya baik-baik saja.
Pasukan disusun, rakyat bersatu membela calon ratu mereka untuk berdiri di takhtanya. Pagi itu, kita menyaksi bagaimana hebatnya pengaruh pimpinan, begaimana efeknya rakyat bersatu. “Aku meminta kalian untuk mengambil senjata apapun yang dapat kalian temukan dan ikut denganku menuju istana, tempat aku bermaksud untuk merebut kembali takhta yang menjadi hakku.”
Apalagi buku Sebastian Darke: Prince of Pirates sudah dipromosikan di kover belakang. Jadi kita tahu ini hanya bagian awal. Untungnya saya nyaman-nyaman saja. Cara menyampaikan cerita itu penting, di sini disampaikan dengan komedi yang pas. Benar-benar nyaman dan baca lepas landas seminggu di sela bacaan lain, selesai baca 12.02.22. Dramanya juga dapat, tokoh Max mencuri hati. Ia bisa mengisi segala kekosongan dan jeda waktu. Saat tempak apes ia nyeletuk, “Aku sudah menyarankan Tuan Muda untuk membuangnya sebelum terjadi musibah, namun, seperti biasa, tidak ada yang mendengarkan aku.”
Jadi kalau saya diberi kesempatan melahap Sebastian Darke menemui Sang Kapten di Ocean Sea Star di Callinestra, tetu saja saya akan dengan senang hati. Buku-buku Mizan fantasi jarang mengecewakan. Salah satu penerbit favorit. Masuk ke wish-list, Philip Caveney dari Inggris mungkin tak sampai jadi penulsi favorit. Namun, kesuksesan menghibur dalam buku ini mengesahkan, buku-bukunya laik diantisipasi. “Jangan pernah meremahkan kekuatan agama.”
Oiya, saya suka endingnya. Klise tapi jleb, bagaimana dalam waktu singkat Putri Kerin menjelma dewasa, keadaan telah memaksanya menurunkan ego, mengalah demi rakyat. Beban itu harus ia tanggung, cinta kasihnya tak bisa dituruti. Ia memberikan hatinya bukan pada orang terkasih, itulah tugas ratu. Dan ia memenuhi panggilan. So sweet, walaupun tampak pahit.
Sebastian Darke: Prince of Fools | by Philip Caveney | Diterjemahkan dari Sebastian Darke: Prince of Fools | Terbitan The Bodley Head, an imprint of Random Children’s Book, 2007 | Penerjemah Aan, Penyunting Fransisca Goenarso | Pemeriksa aksara Morien Gloree | Cetakan I, Agustus 2009 | Penerbit Mizan | Penata aksara Iyan Wb. | Desain sampul Tyo | ISBN 978-979-433-562-8 | Skor: 4/5
Karawang, 140222 – Image Dragon – Believer
Thx to Ade Buku, Bandung
Ping balik: Februari2022 Baca | Lazione Budy