Negeri Kaum Budak #6


“Siapakah mereka?” | “Itu raja negerimu.”

Buku tipis yang sudah sangat lama kumiliki ini dulu dua kali kucoba tuntaskan, gagal. Tertumpuk dalam rak dan terlupakan. Buku ini ketemu lagi minggu lalu sebab sedang bersih-bersih rak, mau majang buku bertumpuk punya Fajar Jr. dan terbukalah deretan belakang. Di percobaan ketiga, tentu saja tuntas. Sudah tipis, dicetak kecil pula. Fufufu… judul yang eksotik sejatinya, “Negeri Kaum Budak”, isinya adidaw… penuh kekerasan. Perang saudara di Haita yang melibatkan penjajah. Revolusi selalu ada korban. Keras, brutal, darah di mana-mana. Penggambarannya kalau berlabel 20+.

Terdiri 4 bagian. Di mana setiap awal bagian ada kutipan bagus. Saya ketik ulang 3 bagian, yang 1 lagi terlalu panjang….

Bagian 1: Iblis: Izinkan aku masuk | Tuhan: Siapa gerangan dirimu? | Iblis: Maharaja Kerajaan Barat | Tuhan: Aku tahu, kau makhluk yang terkutuk. Masuklah. (Iblis masuk) | Iblis: Oh istana yang diberkati, Tuhan nan abadi! Ke mana engaku mengutus Columbus, untuk mengulangi perbuatan jahatku? Tahukah kau bahwa riwayatmu takkan lama lagi. ketika aku berkuasa di sana? – Lope de Vega

Bagian 3: Di mana saja seorang menemukan mahkota-mahkota kerjaan terbuat dari emas, sebagian darinya begitu berat hingga dibutuhkan usaha keras untuk mengangkatnya. – Karl Ritter (Saksi yang Melihat Pundi-pundi harta Sans Souci)

Bagian 4: aku menangkap ketakutan dari semua pengelihatan ini. Namun sejak menyaksikan pemandangan-pemandangan lainnya, ketakutanku tumbuh lebih besar. – Calderon

Kisahnya di Haiti, negeri jajahan ini di akhir abad ke 18 mengalami revolusi sehingga bisa berdiri dengan kaki di negeri sendiri. Tapi ternyata perbudakan masih sama saja. Dan novel ini menangkap cerita sejarah itu. dengan sudut pandang seorang budak Ti Noel, dari usai remaja hingga usia senjanya. Dibuka dengan majikannya M. Lenormand de Mezy yang membeli kuda di Cap Francais. Ti Noel dipercaya memilihkan kuda terbaik.

Sebagai budak Ti Noel begitu gemar mendengarkan dongeng budak senior Macandal. Digambarkan bahwa di negeri impian dunia ini memenuhi keadilan untuk semua ras, kulit hitam bisa sejajar dan mitos pria harus hebat sehingga bisa memikat perempuan eksotik. Di sini jelas Macandal adalah pujaannya sebab apa yang dicerita begitu dipercaya. Nah apesnya, Macandal mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan tangan kirinya harus diamputasi. Sebagai budak bertangan satu, dirinya jelas tak berguna. Ditugasi sebagai penggembala di padang. Namun di sinilah mula asal pemberontakan.

Dalam perenungannya di bukit, ia menemukan jamur, tanaman, dan berbagai tumbuhan yang memilikim kekuatan magis. Beracun dan berguna dalam ramuan, ia merancang pemberontakan. Sehingga suatu pagi ia menghilang. Pergi ke gua, bersembunyi untuk melakukan serangan ke para juragan kulit putih. Maka dilakukanlah pencarian. “Sang majikan memimpin pencarian semata-mata demi menenangkan kaum Negro tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Budak dengan satu tangan hanyalah sehelai daun dalam pusaran badai, tidak berharga.”

Kepergiaanya membuat Ti Noel sedih sebab ia merasa kesepian. Yang jadi pertanyaannya kenapa Macandal tidak mengajaknya? Apakah ia kurang dipercaya? “Hidup tidak lagi menarik dan ia mulai jenuh dengan semua pesta dansa mingguan dan juga dengan kehidupannya bersama binatang.”

Dimulai dengan meracuni para binatang, sehingga ternak tumbang satu per satu, lalu serentak. Macandal telah menjalin kontak dan kerjasama dengan para petugas kebun, peternak, hingga para budak lainnya. Lantas kematian itu menjalar ke manusia.

Orang-orang Prancis tewas setiap saat, seolah ada wabah menempa. “Setiap jam terdengar suara ketukan palu peti jenazah yang membuat bulu roma merinding.”

Macandal menjadi pahlawan budak, menjadikannya manusia super yang diburu para majikan. Temukan hidup atau mati, tapi perburuan tak pernah berhasil. Macandal si lelaki bertangan satu, pembaru dan pembawa angin perubahan. Sampai-sampai ia dianggap bisa menjelma apa saja. Dari binatang: burung, kadal, ikan, dst. Menganggapnya bermetamorfosis dalam wujud mitos yang menghantui lawan. Sampai akhirnya dalam sebuah pertunjukkan, Macandal muncul dan ditangkap. Dihukum mati, tapi bisa meloloskan diri. Terbang dan diselamatkan dewa Afrika. Sungguh dia jadi legenda.

Berjalannya waktu, Ti Noel sudah punya 12 anak. Menceritakan kehebatan Macandal kepada anak-anaknya. Lantas muncullah seorang pemimpin pemberokan: Bouckman, seorang Jamaika yang menggalang pasukan. Dengan telaten dan terencana, para budak lalu menunggu instruksi. Sebuah terompek cangkang keong dibunyikan, dan serangan dilakukan. Membunuh para tuan tanah, semua dibantai. Di sinilah penggambaran brutal terjadi. Seorang juru tulis digambarkan dibacok dengan machete di depan pintu. Mayatnya dibiarkan di sana dengan darah mengalir hingga berhari-hari. de Mezy sendiri selamat, sebab bisa meloloskan diri bersembunyi dalam ruang bawah tanah.
Sayangnya pemberontakan itu bisa digagalkan. Gantian kulit putih menangkapi pasukan Bouckman, termasuk dirinya yang dihukum lati. Banyak budak dibunuh hingga populasi rendah. De Mezy sendiri lalu bisa bangkit, menjamin keamanan Ti Noel, yang lalu menjualnya ke Kuba. Di sana Ti Noel bergabung dengan budak lainnya, bermalas-malasan, tak optimal hingga akhirnya berencana mengumpulkan uang untuk pulang.

Di masa tuanya ia bisa pulang ke Haiti, dan negeri itu sudah dikuasai orang-orang kulit hitam. Namun ternyata keadaan sama saja. Perbudakan tetap terjadi dengan kaum warna kulit yang sama, “… Kaum yang ditawan untuk membangun piramida-piramida, menara-menara, benteng-benteng setinggi langit. Oh tuhan betapa terjal dan panjang jalan ini! oh tuhan betapa lama penderitaan ini.”

Ti Noel tiba-tiba dijebloskan ke penjara. Dan tidak seorang pun menghiraukan waktu yang berlalu atau turunnya kegelapan menandai datangnya malam. Semboyan yang diusung adalah makan, minum dan kawinlah sebelum bencana menelan semua kesenangan yang ada.

Lantas muncullah pemimpin yang pada akhirnya bunuh diri. Dari sini kisah jadi absurd nan surealis. Dengan patung Pauline yang menjadi sejenis totem kenangan. Lalu Ti Noel yang mengenang Macandal dalam pelbagai wujud binatangnya, ia mengajukan diri untuk bergabung tapi ditolak klan angsa, dst. Ah Kerajaan Dunia Baru, “Dalam temaran senja, tempat itu terlihat lebih indah ketimbang sebelumnya.”

Menjadikannya pemimpin. Dengan jas sutra hijau bermanset berenda merah muda, ia mengeluarkan serangkaian perintah terhadap angin.

Jelas ini bukan novel untuk semua orang. Perlu telaah lebih dalam dan pemahaman dengan fantasi liar. Namun syarat logika di mana sisian sejarah dinaungi fiksi ada. Masih lebih nyaman, terbang bak angsa yang bebas bisa jadi adalah keputusan bagus di akhir sebab di masa tuanya, ia memenuhi harap untuk jadi seperti idolanya, mati dalam pelukan imaji.

Negeri Kaum Budak | by Alejo Carpentier | Judul asli The Kingdom of This World | Penguin Books, 1980 | Copyright 1957 | Penerbit Olongia, 03.07 | Cetakan pertama, Februari 2007 | Penerjemah Jimmi Firdaus | Penyunting Zulkarnaen Ishak | Tata letak Mahendra | Rancang sampul Hery S | Gambar sampul “Situs” karya Hery S | Pemeriksa aksara Susilawati | 172 hlm; 12 x 18 cm | ISBN 979-15622-1-0 | Skoe: 4/5

Karawang, 080624 – Carmen Mcrae – Dream of Life

Thx to Toko buku Kharisma, KCP (tutup)5 #30HariMenulis #ReviewBuku

#6 #30HariMenulis #ReviewBuku