Lumpur-Lumpur Dosa #3


“Aku tahu, masa kecilmu bahagia. Rumahmu dekat masjid. Kau tentu taka sing dengan ayat-ayat suci Alquran, bukan?”

Novel tipis sekali telan. Dini hari tadi jam 1-2 pagi, selesai. Oleh karenanya konsistensi para karakter dengan cepat berubah dan dramatisasi gegas dilakukan. Novel jenis ini biasanya happy ending, sehingga arahnya tertebak. Lika-liku pelacur yang ingin tobat, mendapat badai pertentangan sebab orang mau menjadi baik selalu ada rintangannya. Di sini ujian tokoh utama adalah ingin keluar dari lumpur dosa, ingin menikah dengan pria baik sehingga masa lalunya sebagai pelacur bisa dibenamkan. Namun itu tak mudah fergussooo…

Kisahnya tentang Susi Aryanti yang pernah menikah dua kali, tapi cerai semua. Di usia 26 tahun suah dua kali menjanda. Menjadikannya pelacur high class. Di pembuka ia kena gerebek polisi untuk ditata sebab tempatnya mangkal illegal. Kebetulan sang pemimpin razia adalah Kapten Bagus Dewa, dan yang ketangkap salah satunya adalah Melanie (nama beken pelacurnya) alias Susi, alias mantan kekasihnyasewaktu sekolah dulu. Maka terjadilah perang batin.

Dewa usia 27 tahun sudah jadi kapten, masih lajang. Cintanya pada Susi begitu kuat dan susah move on. Maka penangkapan mantan kekasihnya ini malah menjadikannya kembali nostalgia. Seolah tangkapan special, sang kapten sendiri yang mengantarnya pulang. Dalam perjalanan terjadi gemuruh perang batin. Apakah etis, apakah tak takut namanya tercoreng? Cinta memang buta.

Malam itu dengan kesadaran penuh, setelah lama tak bertemu, mereka memadu kasih. Susi janda, Dewa jejaka. Mengikat diri untuk berumah tangga. Polisi dengan masa depan cerah ini memertaruhkan jabatannya, nganu pelacur yang ditangkap. Lebih meresikokan diri dengan melamarnya. Susi khawatir nantinya Dewa akan menyesal menikahi pelacur, dan meminta untuk memikirkan lebih mendalam, cinta memang buta. Maju terus!

Dewa meminta izin ke atasannya, dan boom! Letnan Kolonel Polisi Rustam atasannya adalah pelanggan Melanie. Betapa canggungnya dua insan ini dalam ruang tertutup. Bahkan sebelum menikah Sang Letnan meminta Melanie melayaninya demi mendapat surat izin, tapi ditolak dengan tegas. Begitu pula saat Dewa dipanggil, ditanyakan apakah tahu latar belakang calon istrinya? Tahu, cinta memang buta.

Ujian datang saat Susi di rumah sendirian, mantan suami yang seorang narapidana datang. Merayunya, meminta maaf. Hardjo kini ingin kesempatan kedua, padahal Susi sudah menyiapkan pernikahan. Meminta cium ditolak, meminta waktu dengan paksa. Hardjo yang berusia hampir setengah baya, yang cocok jadi ayahnya akhirnya berhasil meluluhkan hatinya. Nah, drama banget, kebetulan Dewa datang memergoki. Sungguh dramatisasi ala kadarnya. Dan dengan anehnya malah memutuskan hubungan. Lho.. lho.. semudah ini. cinta memang buta? Ketawalah.

Pada akhirnya Susi balik ke mantan suaminya yang tua itu. Memberi kesempatan kedua. Hardjo digambarkan sudah tua, loyo sehingga Susi yang masih segar di usia 26 tahun mencoba membangkitkannya. Dalam pengakuannya, Hardjo bilang mandul. Jadi anak siapa dari istri pertama itu? Lukcy secara KK adalah anaknya tapi ini malah memberitahunya bahwa istrinya menyeleweng. Lukcy punya dendam, sebab menyalahkan Susi sebagai akibat kematian ibunya. Nah, di sinilah sejatinya konflik cerita. Sang penjahat Lukcy merongrong ibu tiri.

Sementara Dewa yang susah move on malah tiba-tiba dikoneksikan oleh Susi di kafe dengan gadis cantik anak jenderal: Lia (keturunan Jawa – Manado) pastilah cantek. Dan yang katanya susah move on, eh kepincut dan di hari pertama kenalan langsung ngomongin persyaratan menjadi pasangan. Ada 3 kriteria. Dan begitulah, gampang amat.

Dengan segela konsekuensi dan permasalahan yang disajikan berhasilkah Susi keluar dari lumpur dosa? Apakah ada kesempatan kedua? Membayangkan janda 2x di usia 26 tahun sungguh membuat kerut kening, dan biarlah pesawat itu terbang ke Kanada.

Mengingatkanku pada ending cerita Sidney Sheldon, duduk di kursi pesawat menjadi ending yang (coba) menghentak.

Buku seperti ini menjadi menarik setelah baca buku Cantik itu Luka-nya Eka Kurniawan. Stensil mendukung adegan dalam novel. Makanya mulai tahun lalu saya beli beberapa buku sejenis. Kebetulan keduanya yang sudah kuulas isinya biasa saja. Gadis Hotel dan Lumpur Dosa masih sangat aman untuk konsumsi umum, tak ada adegan vulgar seperti buku jadul yang pernah kubaca karya Fredy S. Alurnya juga tak perlu berpikir sampai kerut kening, masalah umum keseharian manusia yang mengejar kebutuhan primer, dan kebutuhan batin: seks. Lumpur Dosa bahkan adegan seks hanya 3. Ketika kapten mampir ke mantan kekasih. Ketika mantan suami datang menyapa kembali. Dan adegan nyaris pembantu dan sopir. Selebihnya aman. Adegan kekerasan juga aman sekalipun ada yang terluka hingga tewas.

Penggambarannya sepintas dan serasa jauh, artinya sang tokoh utama hanya mendengar bahwa seseorang kena sabet hingga kritis, yang lantas mati. Jelas ini buku stensil yang sungguh soft.

Dicetak tanpa ISBN, distribusi novel stensil tampaknya rapuh. Namun konsumen selalu ada, makanya zaman dulu buku sejenis ini terus dibuat, terus dijual. Pasar memang memerlukannya. Yang jadi pertanyaan, bagaimana di era digital sekarang? Dengan distribusi informasi secepat kilat, buku-buku cetak memang terancam. Bobot mutu menjadi lebih mahal, sementara kualitas stensil ya seperti ini, serba nanggung. Saya tak tahu apakah masih ada yang buat di era sekarang? Ataukah sudah berpaling laiknya sastra seperti yang Eka Kurniawan lakukan. Laku, dibalut seni. Apapun itu, perjuangan penulis lokal makin berat. Jayalah kalian para penjual buku. Thx.

Lumpur-Lumpur Dosa | by Mira Karmila | Penerbit Semarak, Jakarta | Cetakan pertama, 1994 | Setting M. Yohandi | Skor: 2/5

Karawang, 050624 – Teri Thornton – Where Are You Running?

Thx to Ade Buku, Bdg3 #30HariMenulis #ReviewBuku

#3 #30HariMenulis #ReviewBuku

Perfect Digestion #2


“Waktu terbaik untuk bangun adalah hal penting yang harus diperhatikan. Jam 06:00 adalah titik yang paling penting.”

Mulanya saya tak paham apa itu digestion. Beli karena diskon, dan nama Deepak Chopra beberapa kali muncul di lingkar jualan buku. Setelah kubaca pahamlah artinya, pencernakan (makan) sempurna. Pencernakan sendiri adalah proses metabolism untuk mengubah secara kimia atau mekanik suatu zat untuk jadi nutrisi. Ini buku tentang tata kelola makan agar tubuh sehat dan bugar.

Menukil banyak sekali, atau hampir semua hal bersandar pada Ajaran Ayuwerda kuno. Maka tagline ini berulang disebut, “Tanpa mekanan yang tepat, obat tidak berguna, dan dengan makanan yang benar obat tidak diperlukan.”
Saya baca santuy sebulan ini sebagai selingan di antara buku fiksi. Ternyata banyak sekali cara makan kita yang perlu diperbaiki. Seperti mengenali makna sentral intelegensi adalah seperti mengenali sebuah pohon yang terdiri dari elemen-elemen structural yang ebrlainan seperti cabang, kulit, daun, dan biji. Mengacu pada ajaran Ayuwerda yang mengakui enam rasa berlainan: manis, asam, asin, dan pahit adalah empat yang mungkin sudah kita kenal, ada dua lagi yaotu pedas dan astrigen. Semua makanan yang berbumbu panas adalah pedas, sedang astrigen adalah rasa yang memiliki kualitas mengeringkan dan menyebabkan mulut berkerut. Delima, miju-miju, apel, pir, dan buncis adalah contohnya. Dengan keanggunan yang khas bagi fungsi-fungsu alami, keenam rasa tersebut dicerna secara berurutan.

Dalam memutuskan makanan apa yang masuk dalam diet Anda, prinsip penting pertama adalah: semakin segar makanan, semakin baik. Tetapi ingat, segar tidak selalu berarti mentah. Sebaiknya makanan yang baru dimasak, seimbang, utuh dengan banyak sayuran dan padi-padian. Sebisa mungkin hindari makanan kemasan dan makanan yang dipersiapkan dengan zat kimia dan zat pengawet.

Ayuwerda mengandalkan beberapa faktor untuk menentukan urutan optimal makanan. Namun hal terpenting adalah makanan yang lebih “berat” harus disantap lebih awal dan makanan yang lebih ringan belakangan. Dalam beberapa hal, tubuh Anda selalu “mencerna” lingkungan tempat Anda berada, dan hal ini dilakukan melalui indra Anda. Maka penyeimbangan indra merupakan aspek penting guna menciptakan kesimbangan dalam keseluruhan fisiologi.

Setiap hari matahari terbit, matahari terbenam, dan tak terhingga banyaknya hal terjadi di antaranya. Alam sedemikian indah tertata sehingga seberapa pun berbedanya hal tesebut, mereka semua merupakan bagian dari satu irama pemersatuan tunggal… namun, banyak perubahan di dala tubuh yang masih menjadi misteri. Mengaoa orang biasanya lebih berat di malam hari? mengapa tangan kita lebih hangat di pagi hari jam 2? Dst… jawaban Ayuwerda adalah masing-masing dari kita memiliki siklus utama (master cycle) yang diatur tubuh mekanika kuantum (mechanical quantum body), dan tubuh berupaya mensingkronkan iramanya dengan irama alam. Kita ditakdirkan untuk mengendarai dan mengikuti gelombang alam, bukan melawannya.

Sinyal-sinyal itu muncul hanya dalam dua bentuk: menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ajaran medis konvensional menyatakan bahwa buang air besar dua kali seminggu masih dapat dianggap normal. Namun menurut Ayurweda seyogyanya buang air besar setiap hari untuk mengeluarkan ampas dan toksin yang terbentuk dari hari sebelumnya. Sebaiknya mulai menata rutinitas yang akan mendorong kebiasaan alami ini.
Minum segelas air hangat segera setelah bangun tidur dapat mendorong buang air besar. Air hangat mengaktifkan refleks gastrokolika (refleks lambung usus besar) yang berarti merangsang usus besar dengan memasukkan sesuatu yang hangat di lambung.
Sebaiknya jangan membaca saat duduk di toilet sebab kegiatan membaca memerlukan sub-dosha Vata yang mengendalikan fungsi-fungsi mental, yang juga bertanggungjawab untuk aliran ke atas Vata.

Thabib Ayuwerda, Cherak; “Dengan berolahraga kita akan memperoleh perasaan ringan, kemampuan untuk bekerja, keteguhan, toleransi terhadap kesulitan, pengurangan pencemar fisik, dan penguatan pencernakan serta metabolism.

Olahraga termasuk seksi yang dibahas banyak di akhir. Duh, kangen olah tubuh di depan Perpus dengan palikasi HP. Maka tujuan olahraga bukan untuk menghabiskan semua energi Anda, tetapi menambahnya. Maka jangan pernah olahraga kapasitas total, berhentilah selagi Anda merasa masih segar dan nyaman, baik mental dan fisik. Saya sendiri mempunyai 3 olahraga rutin: Futsal (Rabu dan Jumat), Bulutangkis (Selasa), Senam (5 kali seminggu setiap pagi). Dan sesekali naik gunung, sesekali lari, sesekali jalan kaki keliling kompleks. Termasuk diusahakan ke Masjid jalan kaki kalau tak mefet waktu khomatnya. Ini termasuk bagus sebenarnya, hanya perlu konsistensi. Sama jalan kaki ke depan ruko sekitar 300 meter ketika belanja di alfamart/indomart.

Sejatinya ajaran buku ini benar-benar duplikasi Ayurweda, disadur secara kasar poin-poinnya saja sehingga di daftar pustaka buku Ayurweda karya Kapoor LD dicantumkan. Ini buku pertama Deepak yang kubaca dan Ok. Menjaga kesehatan dengan mengatur pola makan, menjaga pencernakan agar seimbang jelaslah penting. Semoga bisa konsisten menerapkannya.

Ini adalah catatan kedua #30Menulis #ReviewBuku di hari keempat bulan Juni. Nah, untuk 2 tulisan pending mohon dimaklumi sebab hari libur saya naik gunung Gede jadi ya lelah, fokus istirahat. Dua tulisan itu akan saya selipkan dalam beberapa hari ke depan sehingga nanti hari ke-10, tanggal 10 Juni jumlah posting pun 10. Terima kasih.

Perfect Digestion | by Deepak Chopra, M.D. | Copyright 1995 | 00000948 | Pengalih bahasa Brahm Udumbara P. | POenyunting Kartika Simatupang | Desain Be | Penerbit Bhuana Ilmu Populer | xii, 164 hlm; 21 cm | ISBN 979-694-693-9 | Skor: 3.5/5

Karawang, 040624 – Dorothy Dandridge – That Old Feeling

Thx to Saut, Jkt2 #30HariMenulis #ReviewBuku

#2 #30HariMenulis #ReviewBuku