Analisis Bursa Efek #17


“Faktor penentu perkembangan pasar modal ada dua: kondisi makro ekonomi Indonesia dan stabilitas politik nasional. Ditambah tingkat inflasi dan neraca pembayaran luar negeri.”

Saya mengenal dan terjun ke dunia Saham tahun 2019, itu berarti sudah lima tahun. Berarti sudah di era digital di mana semua transaksi pakai HP, laporan via email bentuk pdf., cashless. Membaca buku ini, sungguh sebuah kenyamanan luar biasa. Baik kenyamanan atas syukur kita tinggal di abad 21 ini, atau kenyamanan menikmati era analog transaksi. Betapa dunia bergerak dengan misteriusnya.

Di sini penulis tidaklah berniat membenarkan diri atau sekaligus juga bersikap atau merasa dirinya penting. Lebih seperti sharing pengetahuan dalam jenis makalah. Buku berisi makalan-makalah yang diarsipkan dalam seminar-seminar yang dibagi dalam 5 bab utama.

Buku tipis yang banyak vitaminnya, bahwa mencoba memantau sentimen bursa jauh lebih berat daripada mempekirakan hati wanita. Bahwa menjelaskan kenapa kinerja efek berlangsung seperti gelombang-gelombang tertentu pada suatu saat dan menjadi gelombang penurunan saat lain. Kita harus menerima bahwa peran dari peraturan pemerintah akan berpengaruh amat besar pada ikoim di bursa efek.

Di mana harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran. Yang menyediakan saham tentunya adalah perusahaan-perusahaan, sementara yang membutuhkan saham adalah para investor. Gabungan antara fungsi “stabilisasi” ini dengan pembatasan fluktuasi harga saham sampai 4% sehari, menghilangkan sebagian besar unsur spekulatif yang seharusnya mewarnai suasana setiap lembaga bursa efek yang “normal”.

Dalam catatannya bahwa Keppres Pasar Modal ditetapkan pada 1976, RI memiliki dua sumber dana yang kuat, yaitu pajak atas eksport migas dan bantuan luar negeri. Emiten yang tercatat dari tahun 1977 sampai 1988 baru 24 perushaan. Selama periode tersebut Bursa Efek Jakarta diwarnai suasana sepi, baik dari segi penawaran saham (emiten) maupun permintaan (investor). Dan tahulah bahwa keputusan-keputusan di akhir 80-an banyak, mendorong investor. Deregulasi Pakdes I 1987 (Paket Desembr 1987), Pakto 1988 (Paket Oktoebr 1988_ dan Pakdes II (Paket Desember 1988) merupakan kebijaksanaan yang paling mendorong pertumbuhan pesat di Pasar Modal Indonesia. Poinnya, peraturan yang melonggarkan pesyaratan bagi Perushaan untuk go public. Tak harus mencatat laba sebesar 10% selama 2 tahun dulu, sampai penyederhanaan proses emisi saham, perluasan peranan penjamin emisi efek, membuka pintu bagi Bursa Paralel yang dikelola swasta.

Pasar Modal (bursa efek) bersifat beda dengan pasar barang atau jasa lainnya. Barang seperti beras, radio atau bahkan jasa seperti layanan kesehatan, bagi calon pembeli menjadi jauh lebih transparan. Dalam hal Pasar Modal, untuk menafsir informasi mengenai saham adalah yang lebih sukar.

Analisis Fundamental. Sesuai dengan arti kata harfiah, analisis ini terfous pada dan dilakukan terhadap aspek fundamental dari perusahaan yang memasuki pasar modal. Ditentukan sesuai aspek fundamental seperti laba per saham, dividen per saham, struktur permodalan, potensi pertumbuhan, dan proyek usaha perushaan.

Antara nilai perdagangan dan perilaku investor terdapat hubungan yang saling berlawanan. Ketika investor menjadi “rasional”, nilai perdagangan menurun secara berarti. Sebaliknya jika analisis fundamental menjadi kurang relevan, maka nilai perdagangan melonjak tajam.

Reaksi yang agak lamban pada sisi penawaran pada saat permintaan pasar meningkat, disebabkan karena masuknya investor asing yang menghasilkan peningkatan indeks harga saham. Pada skala yang lebih umum, kami percaya bahwa kebijakan pemerintah yang ideal, akan paling berguna bila diarahkan kepada investasi sarana-prasarana, termasuk modal fisik dan sumber daya manusia seperti penelitian, pendidikan, pelatihan.

Meskipun begitu sistem ekonomi yang dimaksud bukan pula sistem liberl dan kapitalis karena kehidupan yang menyangkut hajat hidup orang banyak di pasal 33 UUD 1945 dan bukan mekanisme pasar. Sistem ekonomi membagi dua bagian besar: sistem di mana mekanisme pasar memainkan peran sebagai isyarat efiensi dan sistem di mana Pemerintah memainkan peran kebijaksanaan yang dominan.

Stabilitas politik, masalah hutang luar negeri dan berlangsungnya pelembagaan Pasar Modal adalah 3 faktor yang satu sama lain saling berkaitan dan memerlukan pemantauan, pemeliharaan, dan perhatian untuk terus-menerus dari seluruh lapisan masyarakat ekonomi, termasuk masyarakat peserta Pasar Modal sendiri.

Nilai manusia menurut Prof Selo Soemardjan berubah dari to be (a human being) menjadi to have (asset and wealth). Kembali kepada kenyataan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang berlangsung tinggi tidaklah secara otomatis mengakibatkan membaniknya situasi pasar modal.

Bagaimana kita menempatkan regulasi, perlindungan hukum dan pengaturan transaksi dalam kaitannya dengan perkembangan bursa. Perekonomian Indonesia ini adalah proses indutrialisasi dan dinamika Pasar Modal. Pasar modal tidak bisa berkembang dalam sistem ekonomi sosialis dan sistem perdagangan dalam lalu lintas pembayaran yang tertutup/terkendali dengan ketat. Diukur keberhasilannya dari hasil yang harus lebih tinggi dari nilai invetasinya.

Bagi investor dan broker tidak memadai bila pengertian transparan hanya diartikan: kehadiran di RPUS, Mendapat neraca rugi/laba dan laporan keuangan tahunan, mendapat pemberutahuan deviden, dst. Yang penting bukanlah hanya pembuat policy yang terbuka bagi asing, tetapi juga menciptakan iklim yang kondusif bagi PMA dan portofolio invertasi.
Angka-angka yang ditunjukkan dilihat dari lonjakan jumlah emiten, kapitalisasi pasar, volume dan nilai transaksi yang diperdagangkan. Apa yang terjadi pada tahun 1989-1990 hanya dapat diringkas dalam satu kata: fantastis.

Pembelian saham menjadi salah satu pilihan asset yang legitimate, di samping asset-aset lain yang lebih luas: uang, emas, dan tanah. Syarat mutlak bagi keberhasilan faktor subjektif tadi adalah Bapepam yang mampu menjalankan tugas fungsi pengawasannya, serta Bursa Efek yang efisien dalam melakukan trading-nya.

Karena membicarakan masa depan, maka tak ada yang mustahil. Industry manufacturing berkembang di Indonesia karena mendapat tingkat proteksi tinggi. Kesamaan nilai-nilai secara universal di dunia ini, bagaimana bisa? Karena dua nilai: kesejahteraan (welfare) dan kebebasan (freedom).

Ada satu analisis yang kalau dibaca sekarang terasa meleset, “Di awal 90-an, karena prospek industri tekstil di pasar modal amat cerah.” Namun siapa yang bisa menyangka? Tahun segitu tekstil memang bejaya-jayanya. Kalau saat ini kita bilang emiten bank jaya dan rekomendasi, siapa yang tahu 30 tahun lagi bakalan terpuruk. Itulah masa depan. Misterius.

Dr. Sjahrir, seorang ekonom yang aktif dan kritis ini lulusan UI fakultas Ekonomi tahun 1973, melanjutkan ke Havard dalam Political Economy and Government tahun 1983. Seorang direktur, pengajar, ketua Forum Ekonomi di majalah Tempo, ia kolumnis di berbagai media. Dari CV-nya jelas, beliau orang hebat. Jadi membicarakan Bursa Efek, sudah tepat sesuai bidangnya. Karena ini buku jadul, banyak yang tampak lamban atau masih manual, sehingga aneh ketika bilang, Indonesia sudah mencapai tingkat “ekonomi yang didasari pada instrumen kertas.” Dulu iya, sekarang sudah tak ada yang dicetak untuk transaksi saham. Semuanya digital!

Analisis Bursa Efek | by Sjahrir | Penyunting Taufik & Erna Zetha Rusman | GM 208 94.133 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Jakarta, 1995 | Skor: 4/5

Untuk Ker

Karawang, 200624 – Dinah Washington – Cry Me a River

Thx to Kang Asep, Bdg

Tinggalkan komentar