Perang Memperebutkan Sarden Suci; Lincah dan Seru

Cat and the Stinkwater War by Kate Saunders

“Di mana ada kucing menuntun, di situ manusia mengikuti. Lihatlah keduanya, di Pofton Hall, itu kau dan Emily.”

Keren, tak kusangka ada kejutan di akhir. Perang klan antar kucing terjadi di perumahan, memperebutkan Sarden Suci. Pengakuan kekuasaan, saling sandera, saling ancam, hingga akhirnya bak roman Shakespeare, ada cinta terlarang di antara mereka. Mungkin tata kelola perubahan manusia menjadi kucing dan sebaliknya yang dirasa janggal dan kurang, dan terlampau instan serta mudah. Namun nikmati saja, ini buku anak yang fun. Ending-nya yang keren sebab setelah pengungkapan scenario tersembunyi, ada kejutan lain yang mewah, dan menurutku filosofis di mana kehidupan, sejatinya bak air mengalir, pilihan, hingga kembali ke dasar, sebuah kenyamanan itu sangat didambakan, tak peduli itu manusia, kera, kutu, hingga kucing.

Kisahnya unik, walau sederhana dilihat dari sudut pandang manusia, remaja yang galau dan memimpikan kehidupan kucingnya yang tampak damai. Namun tentu saja tidak, kehidupan kucing perumahan tersebut ternyata tak sedamai kelihatannya. Mereka terpisah garis rumah, terdiri beberapa klan, dan secara turun termurun saling sikut dan saat memanas terjadi perang.

Dibuka dengan kepiluan, bahwa ayah Catherine berduka sebab gurunya, Profesor Katzenberg yang sedang meneliti di Mesir dinyatakan tewas akibat dimakan buaya. Ia mengirim sejenis warisan, surat dan segala hal-hal yang dipelajarinya. Terdapat legenda dewa Pahnkh di kota Thebes Kuno, ada harta karun tertinggal di sana. Dan hebatnya, Pahnkh bukan manusia, dia kucing. Dalam amplop itu ada batu temuan aneh, yang oleh ayahnya boleh buat Cat.

Di sinilah keganjilan timbul. Cat yang memiliki kucing bernama Eric, sempat berharap mengingin kehidupan peliharaannya. Cat benci les balet, dan tetangga teman sekelasnya yang menyebalkan Emily. Setelah Emily and the genk melakukan bullying di kelas, Cat yang kzl menyendiri dan bericara ngelantur, “Dengan kekuatan dari Kuil, aku berharap aku pengabdi Pahnkh!” Dan wuuuuzzz… kekuatan batu itu menciptanya jadi kucing orange yang menggemaskan. Baju senamnya mengendur, ia menyusut, tumbuh telinga, pendengaran peka. Kekuatan ajaib itu bekerja.

Begitulah, Cat harus menyentuh batu lagi agar bisa kembali menjadi manusia. Ia lantas berteman dengan Eric, kucingnya, yang bernama asli Jenderal Nigmo Biffi. Bayangkan, kamu berteman dengan kucing peliharaanmu. Hebat. Dari Biffy kita tahu, sedang ada perang klan: Cockleduster melawan Stinkwater. Karena sebagai manusia, Cat tak bisa bahasa kucing, maka untuk komunikasi, ia kudu jadi kucing. Begitu juga sebaliknya, saat jadi kucing, ia bisa memahami bahasa manusia, tapi hanya suara meow yang keluar. Cat sendiri diangkat Kapten Cat, dan berada di buku yang sama dengan Biffy.

Klan Stinkwater dipimpin oleh Darson, istinya Sleeza tampak bengis. Dan anak perempuannya yang manis Vartha, serta anak lelakinya Pokesley yang nantinya menyeberang kubu. Sementara Cockduster dipimpin raja kesembilan, pangeran Crasho, pendeta Everlasting Predergast. hingga Donk bersaudara. Sementara ada wilayang di luar mereka, area liar dengan penghuni Spikeletta sebagai ratu, Swugg salah satu anaknya, serta seekor kucing misterius Wizewun.

Perangnya bagaimana? “Kita tidak bisa lagi menghindari perang dengan klan Stinkwater. Mereka mencuri sarden suci.” Mungkin tampak konyol dilihat di mata manusia, tapi begitulah kehidupan kucing. Kalau kalian sesekali mendengar teriakan kucing saling jerit di tengah malam, atau dini hari, itu berarti mereka sedang bertarung. Memperebutkan Sarden suci, yang saat ini diklaim milik Stinkwater, tapi keberadaannya misterius, saling menyalahkan. Lucunya, saat ada tawanan, ditempatkan di antara kaleng atau pot, lalu meminta tebusan makanan kucing! Hehe, tampak sepele ya. “Manusia yang berakal sehat, ketika semua di sekitarmu terguncang kesedihan. Kau benar sekali, yang perlu kaulakukan hanya membuka sekaleng ikan tuna (dalam minyak, bukan air garam), dan meletakkannya di tempat yang telah disepakati…”

Kedua kubu, romansa bak Romeo + Juliet. Vartha dan Crasho bisa jadi juru damai, atau malah jadi pemicu perang makin besar. “Pangeran kami, dan putri musuh besar kami. Ini aib!” Ada juga yang pindah kubu karena diiming-imingi makanan terjamin, atau ada penghianat. Sebab ada kucing lawan/ kawan yang tahu bagaimana Cat mengubah diri, menemui Eric di mana, hingga jebakan yang dicipta demi harga diri.

Cat sendiri akhirnya malah berteman dengan teman sekelas yang aneh, Lucy. Sama-sama punya kucing, dan Cat yang lalu butuh teman curhat memilihnya. “Tiba-tiba saja ia merasa harus mengungkapkan rahasianya sebelum meledak dari tubuhnya seperti kembang api.” Pilihan bagus, sebab mereka langsung akrab, yang menimbulkan curiga kedua orang tuanya. Jarang ngobrol, tahu-tahu akrab, di kamar seharian, main bareng, kehidupan putrinya jadi penuh warna. Orangtua tentu saja senang, akhirnya putrinya punya sahabat sejati.

Oiya, jangan lupakan peran para pemilik kucing. Kisah dibuat sedemikian rupa, agar manusia itu hanya melihat para kucing bertingkah aneh saat perang. Kucing si A bernama ini, di dunia kucing mereka punya nama tersendiri. Begitu pula, saat di puncak perang. Luar biasa seru, kucing-kucing menyerbu, membuat pesta ulang tahun yang sejatinya meriah jadi kacau balau. Ada korban dan itu wajar, Sarden Suci juga sudah sangat pas eksekusinya, termasuk saat gencatan senjata dilakukan untuk menemui titik damai.

Pilihan pemakaian kata ‘Pedesaan’ di mana, kucing-kucing yang mati dikirim ke sana. Sebuah penggambaran manis, bahwa arwah kucing itu damai di desa, dunia seberang, area antah, yang sama seperti kehidupan manusia, mereka ke surga yang damai.

Ini jelas fiksi, hanya fantasi impian Kate yang memiliki tiga kucing di rumah. “Rasanya menakjubkan, berapa banyak manusia yang mendapatkan kesempatan berlibur dari tubuhnya sendiri, dan bisa melakukan sesuatu yang tak pernah terbayangkan dapat dilakukan tangan dan kaki mereka yang membosankan?” Kata-kata Cat tentu saja mewakili isi hatinya, dan juga isi hati para pecinta kucing.

Pilihan hidup para tokoh juga sangat makhruf. Ini bisa jadi pikiran menakutkan dan mengerikan. Kucing kawin berkali-kali, memiliki anak banyak. Satu tahun kehidupan manusia sama dengan enam tahun kucing. Ide-ide liarnya semacam halusinasi, bisa mengubah ilmu Egiptologi, sebab menyenangkan sekali menjalani kehidupan kucing. Yang anehnya, ada niat mengajari kucing, kehidupan yang lebih beradab, mengajari main catur! Berhasilkah?

Ini adalah buku pertama Kate Saunders yang kubaca. Kubaca cepat dari 16 Sep libur pagi kemarin, selesai tadi siang 22 Sep 2022 pas istirahat kerja. CVnya banyak, Sampai ada yang sudah diadaptasi di BBC TV. Seorang wartawan Inggris yang produktif. Buku pertama yang sukses, buku anak sering kali mencipta fantasi liar menakjubkan. Kalau ada buku Kate lain yang sudah diterjemahkan, tentu saja dengan antusiasme tinggi bakal kusikat juga. “Astaga, ia berubah jadi kucing!

Cat dan Perang Stinkwater | by Kate Saunders | Diterjemahkan dari Cat and The Stinkwater War | Copyright 2003 | edition published by Macmilan Children’s Books, London, UK | Alih bahasa Fanny Yuanita | Editor Poppy Damayanti Chusfani | GM 106 01 09 006 | Desain dan ilustrasi sampul Martin Dima (martin_twenty1@yahoo.co.id) | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | April 2009 | 256 hlm; 20 cm | ISBN-10: 979-22-4513-8 | ISBN-13: 978-979-22-4513-4 | Skor: 4/5

Untuk anak lelakiku, Felix dan kucing-kucing kami, Trumble, Bing, dan Boomerang

Karawang, 220922 – Billy Holiday – I’m a Fool to Want You

Thx to Ade Buku, Bdg

War Story: Bad Story, Lazy Directing

Featured image

Cerita perang yang tak ada adegan perangnya. Ngegoliam dari awal sampai akhir. Sebenarnya ga masalah ga ada aksi tembak-tembakan ataupun berkelahinya asal didukung cerita yang Ok. Film yang rilis tahun 2014 lalu, saya tertarik pas lihat posternya. Dengan pose bayangan hitam Catherine Keener membawa kamera dengan latar biru dan artistik. Posternya saya pakai sebagai picture profil di path, yah walau sekarang udah ga aktif di Path. Baru punya kesempatan nonton semalam.

Sebenarnya cerita sederhana namun dibuat frustasi. Lee (Catherine Keener) adalah seorang fotografer perang yang ditugaskan di Tunisia. Setelah traumatik dari tugas sebelumnya di Libya, Lee membawa wajah muram penuh duka ke sebuah hotel tempatnya menginap. Hotel yang pernah ia singgahi. Di sana Lee adalah karakter asing dari kumpulan warga kelas bawah. Efek perang yang buruk tersaji lewat pengambilan gambar yang selalu muram dari awal sampai akhir film. Skore music lebih muram lagi, menyayat gesekan biolanya. Musiknya benar-benar seram, musik duka yang mengintimidasi. Lalu Lee membawa duka itu kepada seorang imigran gelap Hafsia (Hafsia Herzi). Seorang perempuan yang keluar dari Libya menuju Perancis yang sayangnya terdampar di Tunisia. Lee mencoba menerangkan kepada Hafsia tentang masa lalunya, dia berjanji akan menolong sebisa mungkin. Hafsia yang hamil diluar nikah akan melakukan aborsi dan Lee berjanji mengantarnya ke negeri impian Perancis. Awalnya menolak, namun dengan perjuangan gigih Lee berhasil meyakinkannya. Lee bertemu Albert (Ben Kingley) untuk meminta bantuan finansial ke Perancis. Teman lama yang dikiranya sudah mati. Berhasilkah mereka melewati perbatasan menuju tanah yang dijanjikan?

Seperti yang saya bilang dari awal, ceritanya sederhana. Sang sutradara justru membuatnya rumit. Menampilkan gambar-gambar frustasi, yang bisa jadi seperti bilang: ‘kasih kami penghargaan, kasih kami sebuah piala’ karena drama (dibuat) berat yang tersaji. Eksekusinya buruk, cerita lemah, penampilan aktor sebesar Ben juga tak dimaksimalkan, sebatas lewat, dan yang paling membuat kecewa plotnya lambat. Butuh tiga kali nonton untuk menuntaskannya. Pertama ketiduran saat menit belum sampai setengah jam. Masak aer, bikin kopi. Ketiduran lagi saat dialog panjang dengan Albert. Dan percobaan ketiga berhasil merampungkannya, dengan ending yang, ‘yah cuma gitu doang’.

Ada satu adegan yang bagus menjelang akhir. Saat Hafsia di depan pintu toilet, dengan pengambilan gambar dua karakter. Satu bening satu buram, lalu Hafsia bimbang untuk mengambil keputusan. Ini adalah scene yang menarik yang sayangnya kurang lama. Sepintas, seperti film ini. Hanya sepintas ada dalam ingatan, kemudian lupakan. War story without war scene at all. Boring boring movie…

War Story | Directed by: Mark Jackson | Story: Kristin Gore, Mark Jackson | Cast: Catherine Keener, Ben Kingsley, Hafsia Herzi | Skor: 2/5

Karawang, 180515

Dawn Of The Planet of The Apes: War Has Begun

Visual CGI nya halus, pertempurannya dahsyat, sayangnya ceritanya mudah diprediksi. Film langsung lanjut dari ending Rise of the Apes di mana koloni kera berhasil menyeberangi Golden Gate dan hidup damai di hutan. Koloni kera yang dipimpin oleh Caesar (Andy Serkis) pada suatu hari berburu rusa, namun tiba-tiba ada beruang yang coba menyerang anak Caesar yang beranjak dewasa xxx. Untung diselamatkan Koba (Toby Kebbell) teman Caesar, mereka adalah eks kera percobaan laboratorium  yang berhasil lolos. Koloni yang damai kemudian jadi terasa terancam saat ada manusia masuk ke hutan. Rombongan Malcolm (Jason Clarke) ke hutan untuk membetulkan saluran air sumber energy listrik yang rusak. Caesar dan kawan-kawan menolaknya, apalagi manusia membawa senjata. Namun setelah berkali-kali mencoba, akhirnya Caesar mengizinkannya selama 3 hari.

Keadaan manjadi gaduh saat diketahui rombongan membawa senjata, berarti melanggar kesepakatan. Caesar dengan marah melempar bedil nya ke danau, nah pas adegan ini saya langsung menimpali, oh Nobel Perdamaian for Caesar please… bahwa perang hanya akan merusak harapan, masa depan, dan keluarga. Waktu semakin menipis, kepercayaan dirusak. Di saat bersamaan, Koba yang selalu berfikir negative tentang manusia menyelidiki kemungkinan manusia akan menyerang, dan malah mengambil tindakan sendiri. Dia berpendapat bahwa Caesar sudah tidak di sisi kera, karena berfikir dia lebih mencintai manusia. Pemberontakan dimulai, Apes together strong!Caesar ditembak, rumah koloni dibakar. Kera menyerang. Siapa kuat?

Film pertama luar biasa, saya memberi nilai 5/5 untuk Rise. Namun di film kedua ini ada banyak penurunan. Sayang sekali James Franco tak mau ambil peran. Gary Oldman sebagia tetua yang dihormati juga tampil biasa kerena memang scene akan lebih banyak menyoroti trust antara Caesar dan Malcolm. Pertempuran saat koloni berhasil merebut persediaan senjata sangat bagus. Ditampilkan bak perang epik dua kubu. Andy Serkis seperti biasa, tampil total dan sangat bagus. Epic battle di ending juag wow, sampai akhirnya keluar kalimat, “you are no ape” yang jadi salah satu quote terbaik 2014.

Ending sendiri menggantung, wajah Caesar di close-up tanpa diberitahu tindakan apa yang diambilnya. Bisa jadi disimpan untuk film ketiga, harus langsung tempur habis-habisan di pembuka nanti. Poin penting dari film ini adalah, bukan hanya dunia manusia yang ada penghianat. Dunia kera pun sama saja, selalu ada yang mencoba menusuk dari belakang. Lalu kepercayaan, bahwa kepercaayn itu mahal harganya, jangan sampai dirusak. Sekali rusak, aib takkan bisa dihapus. Caesar sempat mengira bahwa kera lebih baik dari manusia, tanpa permusuhan, tanpa iri dengki. Namun pemberontakan yang terjadi membuatnya kecewa dan berujar, “how much like them wa are..” Yak kita disamakan dengan kera oleh seekor kera. J

Terakhir, kelemahan utama film ini hanya satu sehingga tak dilirik oleh juri Oscar, yaitu taka da tulisan: based on true event. I’m saving the human race! Gooooo…..

Dawn Of The Planet of The Apes | Directed by: Matt Reeves | Screenplay: Mark Bomback, Rick Jaffa | Starring: Andy Serkis, Gary Oldman, Jason Clarke, Toby Kebbell | Skor: 4/5

Proxy War

Tema briefing motivasi dan inspirasi pagi ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Pak Endang, selaku Factory Manager share masalah proxy war, topik yang kemarin beliau dapat di pusat. Sejujurnya saya baru dengar istilah proxy war kali ini.

Berapa jumlah penduduk dunia saat ini? Ada yang bilang 7 milyar. Ada yang tahu persisnya? Kemudian in focus dinyalakan, sambungin laptop muncul di layar sebuah situs update total penduduk dunia: http://www.worldometers.info/world-population/. Dalam hati saya sempat terpukau, wow canggih. Setiap hari angka populasinya update. Lalu dari grafik terlihat penduduk dunia dari abad ke abad naik. Dari data tersebut kita bisa tarik kesimpulan, makin tinggi populasi dunia makin bertambah kebutuhan pangan. Sebenarnya dari penelitian, titik temu kebutuhan dan ketersediaan pangan itu di tahun 2011. Itu artinya mulai tahun 2011, jumlah manusia akan lebih tinggi ketimbang ketersediaan kebutuhan pokok makanan. Ada 3 wilayah yang produktif dalam menyokong swasembada pangan. Pertama, Afrika di mana hutan liar masih berlimpah. Kedua Amerika Latin dan yang terakhir Indonesia! 3 wilayah ini disebut daerah equvalen. Tongkat kayu ditanam tumbuh, sepanjang waktu.

Bayangkan, Negara kita adalah satu-satunya wilayah yang katanya dalam 20 tahun ke depan tanahnya masih terbentang untuk bercocok tanam. Kenapa saya sebut satu-satunya, Afrika dan Amerika Latin terdiri dari banyak Negara. Jadi wajar Negara kita tercinta ini jadi rebutan banyak pihak. Maka karena kita berdiri sendiri akan lebih mudah ditaklukkan ketimbang 2 benua tersebut. Muncullah pihak ketiga yang memainkan peran di sini. Pihak ketiga inilah yang menyebabkan proxy war (perang proxy) antara Indonesia dengan sebuah kubu. Ibaratnya proxy war adalah ada pihak ketiga melempar batu, lalu menghilang yang kena batu 2 kudu dan berperang. Misalkan Malaysia, kita harus bersikap hati-hati karena Malaysia adalah Negara persemakmuran, kalau kita berurusan denganya otomatis Inggris, Singapura, dkk akan membantunya. Perang di sini bukan pertempuran fisik karena konon militer kita adalah terbaik ketiga di dunia.

Proxy war bisa berarti pelemahan generasi muda kita. Narkoba jelas ada di posisi pertama untuk diperangi. Lalu korupsi, lalu perebutan sumber energi, dst. Nah, sebenarnya perebutan kebutuhan pangan di masa depan ada di urutan kedua, yang pertama ternyata energi. Permainan harga minyak itu salah satu bentuk nyata proxy war. Contoh terhangat, harga minyak menjelang akhir tahun penentuan UMK (Upah Minimum Kabupaten)  dinaikkan. Saat UMK diketuk, harga BBM diturunkan sementara UMK ga mungkin turun dong. Negera Indonesia adalah Negara agraris dan maritim. Namun ke depan kita akan impor beras yang ironinya dibuat di sini. Bingung? Sample-nya, bisa-bisanya kita impor ikan dari China. Unik tapi nyata. Singkatnya ada pihak ketiga yang mendesign Indonesia menjadi Negara industri yang menjadikan kita babu di negeri sendiri. Terdengar kasar, tapi fakta. Serem ya, membayangkan itu saya jadi kasihan dengan generasi berikut kita, anak cucu kita.

Nah, perang KPK dan Polri yang saat ini lagi hangat bisa jadi salah satu bentuk proxy war. Saya sih ga condong ke kanan atau kiri, karena politik dinamis. Indonesia sendiri diprediksi dalam 10 tahun ke depan akan kehabisan sumber energi, terutama minyak bumi. Karena minyak bumi adalah sumber yang tak bisa diperbarui, maka kita harus cari alternative. Salah satunya adalah kelapa sawit, yang saat ini jadi rebutan banyak pihak. Seandainya wilayah Indonesia dipagari dan tidak ada manusia bisa keluar masuk, kita masih bisa hidup karena kekayaan alam yang besar. Kesimpulannya, kita jadi sasaran tembak yang empuk.

Maka generasi muda, bangkitlah. Negera membutuhkan kalian. Jangan mudah terprovokasi, buka mata buka telinga, buka hati. Kepada kalian kita semua berharap.

Karawang, 050215