Corona Ujian Tuhan by M. Quraish Shihab

Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan juga penyebab kesembuhannya, maka bertobatlah.”HR. Bukhari

Buku yang sangat singkat, padat, dan dinikmati kilat di meja kerja. Sejatinya saya sangat jarang membaca buku-buku reliji baik fiksi ataupun non fiksi, baik berdasar Al Quran dan Hadis maupun agama yang lain. Buku bentuk pdf ini muncul di grup WA – Bank Buku dan karena tipis dan bisa dibaca sambil lalu di waktu kerja, serta temanya yang umum dan aktual, jadinya cepat dilahap. Lumayan bergizi, ketimbang baca berita daring mending baca buku yang lebih kredibel dan nyaman.

Sebuah ungkapan ‘Manusia mengenal kebaikan sejak manusia mengenal keburukan. Bagaimana mengenal indah kedamaian kalau dia tidak mengenal kekacauan? Manusia mengenal kebajikan sejak adanya keburukan. Dan mengenal keluhuran dan kesetiaan sejak adanya iblis.’

Setiap muslim wajib percaya ‘Qada’ yakni ilmu Allah menyangkut segala sesuatu sebelum terjadinya dan ‘Qadar’ yakni terjadinya sesuatu dalam kenyataan sesuai dengan ilmu-Nya itu dan sesuai kehendak dan ukuran yang ditetapkan Allah baik kecil atau besar. Manusia kendati ditetapkan juga takdirnya, tetapi ia diberi pilihan dan memiliki kebebasan dalam ‘ruang takdir’ yang ditetapkan Allah itu. Manusia bisa menghindar takdir Allah ke takdir Allah yang lain. Sayyidina Umar r.a. pernah berkata, “Kita menghindari takdir Allah, menuju takdir Allah yang lain.”

Seorang ahli bedah Prancis A. Carrel (1873-1941 M) peraih nobel kedokteran menulis dalam bukunya Pray (doa) tentang pengalamannya mengobati pasien. “Banyak di antara mereka mendapat kesembuhan melalui doa. Doa adalah suatu kejala keagamaan yang paling agung bagi manusia karena pada saat itu jiwa manusia terbang menuju Tuhannya.” Pentingnya power of belief (kekuatan kepercayaan).

Allah berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al Baqarah [2]: 2016). Jadi demikian jangan menggerutu atau protes pada Tuhan akibat bencana ini, mari cari hikmah di baliknya dan tetap bersyukur padaNya, karena Allah tak pernah berbuat zalim pada hamba-hamba-Nya sambil memahami dan memerhatikan tuntunan agama yang disampaikan oleh para ahli serta pengalaman mengalami situasinya.

Senang ada tanggapan bahwa corona itu tentara Allah, langsung disanggah salah. Bahwa Allah berfirman: “Tidak ada yang mengetahui tentara-tentara Tuhan-Mu kecuali Dia.” (QS. Al Muddaststir [74]: 31). Haha… masih ingat kan awal mula kemunduran corona, berita itu digaungkan seorang penceramah. Tak ada yang mengetahui jenis, hakikat, jumlah dan kekuatannya kecuali Allah.

Tahun 1720 terjadi wabah Tha’un yang membuat 100.000 orang meninggal di Marseille. Tahun 1820 terjadi di Indonesia, Thailand, dan Filipina yang mewafatkan puluhan ribu. 1920 ada flu Spanyol yang konon memakan korban jutaan orang. Jadi sekarang corona, sejauh ini sudah terdata 320.173 orang meninggal (Karawang, 19/05/20 jam 10:00 dari situs worldmeters.info/coronavirus/) dan akan terus bertambah. Di sisi lain, Allah Mahabaik, tentara Allah melakukan hal-hal yang baik, bukan buruk. Penyakit adalah buruk, jadi jelas ini bukan tentara Tuhan. “Siapa yang hendak beriman silakan, siapa yang hendak kufur silakan juga.”

Sungguh dalam menafsirkan sunnah, banyak ditemukan dan semestinya dihindari adalah menampilkan hadis-hadis yang yang belum tentu kesahihannya lalu memberi penafsiran yang menakutkan. Rasul SAW berpesan, “Menyampaikan yang menggembirakan bukan yang menakutkan, yang mempermudah bukan yang memberatkan, yang mendekatkan Allah bukan yang menjauhkan.”

Memang pembaruan pemikiran agama – menyangkut rinciannya – harus terus dilakukan karena agama Islam menyatakan bahwa ajarannya selalu selaras dengan setiap waktu dan tempat. Teks-teks agama (AL Quran dan hadis) terbatas jumlahnya dan tak berkembang lagi, sedang kasus-kasus yang terjadi dan dihadapi manusia demikian banyak dan terus bertambah. Diperlukan apa yang namanya ijtihad yakni upaya pemikiran sungguh-sungguh untuk menemukan tuntunan dengan memerhatikan teks keagamaan dan kaidah-kaidah umum yang telah dirumuskan para ahli. Bukan sekadar tanya Google yang terlalu liar. Terutama betapa bahaya informasi yang disampaikan oleh orang yang disebut ustaz atau mubalig yang sekadar mengandalkan internet atau satu dua kitab lama. Contoh paling aktual, penangguhan sholat Jumat.

Ketetapan ini jelas sudah dikaji dan telaah mendalam, serta dikeluarkan langsung oleh Mejelis Ulama Indonesia (MUI). Kaidah ini berdasar yang dinamai maqashid asy-syariah yang mengandung penjelasan tentang maksud dan kehadiran agama. Ada lima ketentuan pokok agama yang hadir untuk memelihara: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Semua yang mendukung tujuan tersebut diperintahkan dan didukung oleh agama dalam berbagai tingkat dukungan dan semua yang mengakibatkan terabaikannya salah satu dari tujuan tersebut terlarang oleh agama dalam berbagai tingkat larangan. Karena para ahli sudah merumuskan larangan berkumpulnya jumlah besar di satu tempat, sehingga timbul potensi tertular Covid-19 yang mengakibat kematian, maka semua perhimpunan yang mengarah kepada dugaan kematian harus dilarang agama. Di zaman Nabi SAW pernah ada hujan lebat yang mengakibat jalan becek menuju masjid maka muazin diperintahkan mengganti redaksi ajakan ke masjid dari ‘hayya ‘ala ash-shalat’ diganti dengan ‘shallu fi buyutikum’ (shalatlah di rumah masing-masing). Jadi bagaimana hukumnya meninggalkan salat Jumat tiga kali berturut? Jawabannya ancaman ditutup hatinya adalah yang meninggalkan tanpa uzur, sedangkan yang beruzur diperbolehkan selama uzur masih melekat pada dirinya. Wallahu a’lam.

Virus Covid-19 yang melanda dunia harusnya lebih memperkokoh hubungan kemanusiaan kita, karena kita semua adalah manusia yang dari satu turunan Adam dan Hawa. Saling membantu dan mengasihi. Udah pada bayar zakat belum? Tinggal empat hari nih, monggo gegas. Zakat merupakan kewajiban karena apa yang dihasilkan seseorang bukan merupakan usaha sendiri, ada pihak lain yang mendukung. Manusia hanya mengelolanya, bantuan yang diberi bukan terbatas materi, tapi juga mencakup tenaga dan pikiran serta dukungan moral, bisa dalam bentuk mengabarkan semangat optimism serta informasi yang menguatkan ketegaran menghadapi bencana. Betapa pun sulitnya keadaan, kita harus yakin ada hikmah sekaligus jalan keluar. Firman Allah: “Sesungguhnya bersma kesulitan terdapat dua kemudahan.” (QS. Asy-Syarh [94]: 5-6)

Jangan menakut-nakuti umat. Contoh bentar lagi kiamat, akibat virus ini ibadah Umrah dan (terancam) Haji ditutup, well ini bukan yang pertama. Dalam catatan resmi Kerajaan Arab Saudi, pernah 40 kali ibadah haji dibatalkan karena satu dan sebab lain. Serangan kelompok Qaramithah ke Mekkah yang membunuh siapa pun yang melakukan tawaf, serta mencuri Hajar Aswad. Yaitu tahun 317 H dan terhenti beberapa tahun kemudian. Lalu tahun 357 H ada wabah yang menyerang Mekkah, tahun 419 H karena biaya yang tinggi, lalu perang yang terjadi antara tahun 654-658 H. Tahun 1213 H, ada ekspedisi militer Prancis. Bukti bahwa kewajiban itu bersyarat dengan kemampuan melaksanakannya. QS. Ali Imran [3]: 97.

Pandemik corona mengubah banyak hal dalam budaya seperti pakai masker, sering cuci tangan, tak bersentuhan dengan orang lain, jaga jarak, salat tarawih, iktikaf, silaturahmi mudik, dst. Harus diakui bulan Puasa tahun ini sangat berbeda, tak pernah kusangka kita akan mengalami era wabah yang dulu hanya bisa kita baca di buku sejarah. Tahun 2020 akan dibaca anak-cucu-cicit kita, jangan konyol. Bagi kalian yang masih bisa membaca ulasan blog ini, selamat kalian masih selamat dari maut corona. Tetap pertahankan, tetap jaga kesehatan dan keselamatan. Ikuti anjuran positif, kurang dari seminggu Lebaran. #DiRumahAja #JanganMudik dan tetap #Ngopi

Kehidupan manusia suka atau tidak, mengandung penderitaan, kesedihan, dan kegagalan di samping kegembiraan, prestasi, dan keberhasilan. Ujian adalah keniscayaan hidup. Tetap bersyukur dan tentu saja tetaplah waras, bersama keluarga.

Corona Ujian Tuhan: Sikap Muslim Menghadapinya | by M. Quraish Shihab | Terbit Pertama, April 2020 | Penerbit Lentera Hati | Penyunting Mutimmatun Nadhifah | Pewajah isi @nurhasanahridwan12 | Perancang sampul @nurhasanahridwan12 | 136 hlm.; 10 x 14.5 cm | ISBN 978-623-7713-26-5 (pdf) | Skor: 3/5

Karawang, 190520 – Bill Withers – Friend of Mine (live)

Teman terbaik sepanjang waktu adalah buku

File bisa diunduh di sini https://play.google.com/store/books/details?id=siXfDwAAQBAJ

Tuhan, Aku Ingin Menjadi Malaikat Kecil-MU by Eidelweis Almira

image

Tangan mungilku memohon untuk Kau jadikan aku anak yang berguna bagi sesama”

Buku kedua pinjaman itu sudah selesai baca. Tanpa banyak ekspektasi, hasilnya memang sesuai. Buku tanpa isi. Buku yang sederhana, sangat sederhana. Bagaimana bisa buku seperti ini bisa lolos seleksi, dicetak dan dijual? Ada lima cerpen yang disajikan. Kelimanya berpola sama, penuturan monoton tanpa jiwa, dengan narasi yang buruk dan ending yang sama.

Rumah Asa
Tentang Gege anak orang kaya dengan kedua orang tua sibuk. Gege dan kakaknya Tito dibesarkan dengan bergelimang harta. Gege ternyata punya hati mulia, dengan niat membangun sebuah rumah untuk pendidikan anak tak mampu. Tito sakit namun peduli sama adiknya, sehingga ikut menyumbang untuk rumah asa.

Anggrek Jingga
Tentang Anggrek, anak yang suka membantu sesama. Anggrek lagi-lagi adalah anak orang kaya yang sakit namun peduli sesama. Mencuri uang untuk menyumbang panti. Bergaul dengan orang yang kurang beruntung. Niatnya sih menyentuh pembaca dengan membuatkan puisi untuk orang tuanya, gagal.

Mancing Mania
Tentang Adi, lagi-lagi anak orang kaya. Adi dibesarkan orang tunggal. Orang tua bercerai, ibunya sibuk sehingga kurang kasih sayang. Hobi Adi mancing, tapi ibunya mengarahkannya untuk jadi model sehingga diikutkan ekskul fashion show. Adik Adi yang masih TK, Dila juga hasu kasih sayang. Suatu hari Adi dan ibunya sepakat: Adi mau ikut ekskul kalau ibu mau jemput Mila sekolah. Deal.

Demi Adikku
Tentang Anti yang rajin dan pintar. Kali ini anak orang tak mampu namun punya teman-teman kaya nan dungu. Kisah seorang kakak yang penuh cinta kepada kedua adiknya, Riri dan Ari. Riri sakit. Anti yang masih sekolah mencoba membantu kumpulkan uang untuk pengobatannya suatu hari nanti. Cari duit dengan “menjual” PR dan membuat kartu kreatif.

Basri Yang Baik
Tentang Basri yang baik. Si bungsu yang suka membantu. Dari keluarga kurang mampu yang jual makanan yang digoreng. Setiap hari membawa bekal hasil goreng dan dibagikan ke teman-temannya yang ga punya uang jajan. Terkadang kalau Basri bangun kesiangan, mengajak teman-temannya untuk makan di gerobak goreng emak-nya gratis. Terlampau baik namun konyol.

Well, saya sudah tanpa harapan sama sekali membaca buku ini. Terlampau sederhana untuk jadi wow sebuah buku tipis nan simple. Saya menemukan beberapa kata yang tak baku: gorengan, silahkan. Saya menemukan hiperbola “!!!”, saya menemukan typo inkonsistensi dari “Mbak” atau “Mbah”, saya menemukan sesuatu yang ga logis empat juta Rupiah sekali tarik dari ATM, dan seterusnya dan seterusnya. Yang paling parah tentu saja ceritanya. Monoton dengan ending yang sama. Ada tokoh mati dengan cara konyol. Di sampul sih tertulis, “berdasarkan kisah nyata”. First thing first story dan cerita yang disajikan sangat buruk. Kalau buku ini dicetak dengan tujuan membuat orang terinspirasi akan kebaikan sederhana yang dicipta beberapa tokoh, kurang pas juga. Kenapa? Karena beberapa karakter yang dicipta “baik” itu sekaligus “ga baik”. Seperti mencuri uang dari ATM orang tua, mengajak berbohong demi menutupi tindakan ga benar, membandel dari perintah orang tua, dan seterusnya dan seterusnya. Sungguh buku sederhana dengan pemikiran sederhana. Buku tak bernyawa. Sekali baca lupakan. Sekali-dua kali cetak dan akan dilupakan peradaban.

Tuhan, Aku Ingin Menjadi Malaikat Kecil-MU | by Eidelweis Almira | Cetakan I, 2015 | Penerbit Euthenia | ISBN 602-1010-78-7 | Skor: 1/5
Karawang, 230316 – Baby Creed