One Day: Peristiwa yang Telah Dinanti-nantikan dan Dimatangkan oleh Waktu Kini jadi Sebuah Takdir

“Beritahu aku, Sherina, apakah kau pernah punya seorang loyalis kasih sefantastis aku?”LBP

Maka, aku membuka mulutku dan meniup terompetku. Nadanya syahdu dan menelisik telinga, membuat Sherina terpental di dunia pararel hilang kesadaran, lantas ia membalas cintaku. Keberuntungan tak akan bertahan selamanya. Bagaimana kalau kamu dikasih kesempatan sehari untuk menghabiskan waktu bersama orang terkasih yang sejatinya jauh diluar jangkauan? Bagaimana rasanya menikmati masa-masa itu, impian liar yang terpendam diwujudkan dalam waktu 24 jam. Katakanlah, Sherina hilang ingatan, dan hilang kewarasan sehingga mencintaiku untuk waktu tertentu. Lantas saat ia balik ingatan dan juga warasnya, segalanya normal lagi sehingga ia kembali ke suaminya. Namun jelas sehari itu akan sangat amat special. Patut diperhitungkan, dunia fantasi percintaan akan selalu laku diolah. Latarnya saja digubah, proses mencintanya disetting, manusianya yang kreatif. One Day memang menawarkan kisah picisan, tapi tetap saja nikmat untuk diikuti, apalagi tokohnya yang culun yang lantas diwujudkan impiannya. Kita diberi kesempatan menyaksi orang aneh ini bahagia, walau sesaat.

Denchai (Chantavit Dhanasevi), seorang IT yang culun abis. Ia memang bagus dalam kinerja kerja, tapi sosialnya terbelenggu. Freak menghadapi rekan-rekan, apalagi cewek, apalagi cewek cantik yang diam-diam ia kagumi. Adalah Nui (Nittha Jirayungyurn) pusat segala cinta di kantor itu. Ia adalah semesta damba, yang dicintai di balik punggung. Sang IT mengistimewakannya, membantu ekstra bukan hanya masalah informasi teknologi, tapi juga dukungan segalanya yang bisa dikeranhkan. Lagu-lagu jadul ia masukkan winamp, sebagai playlist menemai orang terkasih. Ia hapal kebiasaan selama di kantor, ia bahkan tahu ada tanda lahir di tubuhnya. Pengagum luar biasa obsesif.

Sayangnya, Nui adalah kekasih gelap sang bos. Menjadi wanita simpanan, menjadi Sephia-nya. Ia mau dimadu, dijanjikan dinikahi suatu hari kelak. Perselingkuhan itu pahit baginya, tapi tetap saja dijalani. Cantik sih tapi pelakor.

Suatu hari mereka melakukan rekreasi kantor ke Jepang, di sebuah pegunungan Hokkaido yang merupakan tempat libur impian Nui sebab di sana ada festival tahunan, yang fotonya dipajang di atas meja kerja. Ia menanti hari itu dengan antusias. Sayangnya hari itu tak berjalan mulus. Bosnya memilih bersama istrinya, dan ia tak mungkin menceraikan istrinya sebab sedang mengandung. Hatinya luluh, pikirannya lantak. Rasanya langit runtuh. Ia berniat bunuh diri.

Untung ada si freak yang memerhatikan, mengikuti perjalanan di tengah salju, menolongnya di dinginnya badai. Nui, menurut diagnose dokter mengalami sakit hilang ingatan selama sehari. Ia akan pulih otomatis saat mentari esok muncul. Maka saat terbangun dan Denchai adalah manusia pertama yang dilihat, ia memodifikasi fakta. Mengaku pacarnya, mengaku kekasih istimewa. Nui seolah tak percaya, ia menelpon ibunya, karena nama bosnya yang disodorkan Denchai, segala semesta mendukung drama sandiwara ini. Ia mengangguk, tetapi ekspresi keraguan di wajahnya tidak menghilang. Peristiwa yang telah dinanti-nantikan dan dimatangkan oleh waktu kini jadi sebuah takdir. Hello polisi, ada seorang IT meniru pacarnya Nui untuk mencuri momen! Keraguan menjadi bahan bakar pengembaraan.

Luar biasanya, Nui hanya diberi waktu beberapa jam dan sukses benar-benar jatuh hati. Dan sang pejantan jadi tangguh benaran. Cinta tak berkurang karena rekayasa dan tak bertambah karena luluhnya kekasih. Cinta yang Nui alami bukanlah hasil usaha tangan manusia, melainkan diciptakan oleh aktifitas Tuhan.

Endingnya memikat, kalian yang benar-benar mencinta pasti akan melakukan pengorbanan yang sama. Kebahagiaan orang terkasih ada di posisi tertinggi, yang mulia cinta, aku menghamba. Tertanda IT culun. Sebagaimana kalian para pujangga, seorang IT juga selalu lebih senang bergaul dengan benda-benda mati daripada makhluk hidup.

Denchai adalah seorang loyalis sejati pada cinta dan kenangan. Itu terlalu melankolis, terlalu culun untuk laki-laki, tentu saja tak baik. Budak cinta tak harus seaneh itu. Konsep-konsep tentang mencintai seperti itu tidak dapat dijejalkan ke dalam telinga-telinga orang normal. Malah bikin muak bahkan marah. Perilaku damba sejenis itu adalah maklumat sahaya. Bro, kamu tuh lelaki! Cinta dikambinghitamkan sebagai sumber inspirasi.

Akhir yang pantas untuk keduanya. Tentu saja mereka tidak bersulang untuk sebuah perpisahan. Namun aku memberi tepuk tangan meriah untuk keberanian mengambil keputusan pergi. Selamat Boy, kamu lolos.

One Day | 2016 | Thailand | Directed by Banjong Pisanthanakun | Screenplay Banjong Pisanthanakun, Chantavit Dhanasevi, Nontra Kumwong | Cast |Chantavit Dhanasevi, Nittha Jieayungyurn, Theerapat Sajakul  Skor: 4/5

Karawang, 210921 – Billie Holiday – Fine and Mellow

Recommended by Lee, Thx.

Bad Genius: Kesempurnaan Tata Kelola Menyontek

Lynn: “Jika kamu tidak mau curang, hidup yang akan mencurangimu.”

===tulisan ini mungkin mengandung spoiler===

Wow. Cerita siswa-siswi brilian yang membantu teman-temannya dalam mengerjakan ujian. Seni menipu pengawas tes dengan ketegangan yang pas. Memainkan menit-menit dalam kecemasan dan takut ketahuan. Menyontek itu ada seninya. Motifnya memang uang, maka kata-kata bahwa sekolah itu tempat belajar bukan menghasilkan uang sungguh menohok. Terinspirasi kisah nyata!

Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) adalah siswi jenius, hidup bersama ayahnya (Thaneth Warakulnukroh) seorang guru, orang tua tunggal. Mendaftar di sekolah dengan nilai IPK sempurna 4 bersama se-bok piala juara, dapat beasiswa. Sewaktu pemotretan berkenalan dengan Grace (Eisaya Hosuwan) yang cantik tapi bodoh. Dari pertemanan itu, Lynn membantu kasih contekan saat test dengan menulis jawaban di penghapus, lalu ditaruh di sepatu dan sepatunya ditendang-geser ke belakang untuk ditukar. Tentu saja nilai Grace terdongkrak bagus, mereka lalu merayakannya dengan pacar Grace di kolam renang, Pat (Teeradon Supapunpinyo). Berikutnya bertiga merancang koalisi sontek.

Tata kelolanya melalui ketikan jari di meja, terinspirasi dari ketukan not piano saat mengenang ulang tahun ibunya. Jadi mereka melakukan ‘les’ bahwa ketukan A bunyinya gini, B gitu, C nganu, D ngono. Pat dan Grace merekrut anggota, siswa-siswa lain yang wajib membayar. Membengkaklah rekening Lynn, buat ayahnya sebagian, sampai dibelikan baju. Ayahnya yang miskin dari mengajar bahkan berencana menjual mobil atau pianonya, tapi sementara batal. Ide jiplak dengan kode ketukan piano itu brilian sih, bisa-bisanya dipakai.

Lalu muncullah jenius lain di kelas, Bank (Chanon Santinatornkul). Berdua memenangkan lomba, sepintas yang dimunculkan adalah nomor phi yang 3,14-sekian-sekian. Luar biasa, tampak pasangan ideal. Persaingan muncul ketika kepala sekolah (Sarinrat Thomas) mengumumkan bahwa ada beasiswa kuliah di Singapura, tapi hanya satu. Maka pribadi Bank yang perfectionist diapungkan. Seorang siswa bodoh Tong (Pasin Kuansataporn) meminta tolong sontekan ke dia karena ga paham kode ketuk, tapi ga jadi deh. Maka pas ujian, ketika Tong jejer Lynn coba menyonteknya justru Bank memberitahunya dengan menulis di selembar kertas yang pura-pura jatuh lalu memperlihatkannya. Dramatis itu ketika tahu, set soal ada dua. Lynn yang terkejut segera mengkode siswa lain, ia pegang set satu maka ia pun gerak cepat. Usai tukar soal dan lembar jawab dengan Tong, ia mengerjakan soal dan secepatnya mengirim kode dua. Sungguh mendebarkan. Apa yang harus kulakukan Lynn? “Duduk saja, pura-pura mengerjakan…” Keren keren keren, walau akhirnya aduan Bank mencipta beasiswa dicabut dan mengecewakan ayahnya, sejatinya koalisi sontek ini luar biasa.

Bank yang anak buruh cuci setrika laundry suatu ketika dipukuli preman karena kasus senggol kendaraan, dibuang di tempat sampah sampai dirawat di rumah sakit beberapa hari. Tanpa perlu panjang pikir pun kita tahu, ini konspirasi siswa lain yang kzl kzl kzl sebab ia melapor pada guru adanya kecurangan ujian. Setiap generasi pasti ada siswa sok pahlawan macam gini, ga kompak atau memang idealis, biasanya terkucil tak punya genk kompak. Kalaupun ada, ia tak selepas bebas ngopi ngoceh merdeka sama yang lain. Muncul simpati juga melihat memar wajahnya, diamnya mencipta gemuruh di kepala. Menemui rasa sakit dan ketidaknyamanan. Inilah mengapa tidak ada perubahan tanpa rasa sakit, tidak ada pertumbuhan tanpa ketidaknyamanan.

Tantangan lebih tinggi dicipta untuk lolos kuliah di Luar negeri lewat ujian STIC. Orang tua Pat menjamin biaya, bahkan Grace pula kalau berhasil lolos. Guru les yang kemarin itu tak memberikan dampak signifikan katanya. Haha.. Lynn awalnya ga sanggup, ini tes internasional dengan pengawasan dan determinasi ketat. Namun setelah mempelajari modul dan mau kirim balik ke Pat memberi jawaban negatif, inspirasi seolah eureka klik itu muncul ketika ada seorang tamu hotel melakukan video call antar Negara dengan zona waktu yang berbeda. Soal tes international sama, hanya pelaksanaannya berbeda zona waktu. Jadi karena Sydney empat jam lebih cepat dari Bangkok maka, rencana ini rasanya bisa diwujudkan. Kenapa ga kepikiran gini ya dari dulu?

Lynn meminta bantu Bank, membagi tugas menghapal separuh-separuh lalu mengirim kunci jawaban ke tim Pat dan Grace, serius? Menghapal kode jawaban? Bisa! Gilax, emang jenius. Berdua ke Sydney, HP ditaruh di dalam box toilet duduk, jadi di jeda ujian mereka ke toilet, mengirim kunci jawaban ke Pat, Grace mengetik jawaban yang dicetak ke kertas stiker yang ditempel di pensil 2B dengan kode barcode yang sudah ‘diles’-kan. Lalu pensil dikirim ke siswa lewat puluhan ojek yang sudah menunggu. Gila sih idenya, distribusinya harus benar-benar mulus. Perputaran uangnya mencapai ratusan juta, jadi memang menggiurkan. Percetakan tempat konspirasinya sendiri bernama Percetakan Jujur, ironis ya. Masing-masing dari kita, ada kalanya, suka memperdaya diri sendiri dengan percaya bahwa apa yang baik untuk kita pasti juga baik untuk semua orang.

Kendala itu muncul, Bank yang dapat 400an juta meminta uang lagi, separuhnya sebagai bayaran ia dipukuli. Bertiga kaget, tapi tetap ditransfer juga sebelum lima menit. Sesi satu walau muncul sekam api di dalam, kita anggap lancar. Ujian sesi dua, kendala baru muncul. Bank kelamaan di toilet yang membuat panitia mencurigai, gemetar sampai keramik penutupnya jatuh bergelimang, dan hp-nya setelah clirchat langsung disiram. Ia diskualifikasi. Kita adalah makhluk yang paling mudah terhipnotis saat tertimpa permasalahan.

Sementara Lynn mendapat kendala lain, antrian toilet panjang sehingga ketika masuk untuk kirim jawaban keburu habis waktunya, dan seorang pengawas yang mencurigai menggeledah toilet sehingga HP terpaksa dibawa keluar, diumpetin di sepatu, lalu pas minum, hp ditaruh di tempat minum tersembunyi di bawah tetes-tetes dahaga. Hufh… Bank sesi ini ga ada, maka kini Lynn memiliki beban meluap. Kunci separuh sesi dua plus seluruh kunci sesi tiga. Dengan segala keterbatasan itu, Pat dan Grace yang didatangi ayah Lynn karena curiga, serta segala konflik yang membelit, berhasilkah misi ratusan juta dalam tata kelola menyontek ini? Seru sekali mengikuti thiller menegangkan tanpa ada pembunuhan!

Ternyata artis utamanya sama yang kutonton dalam Happy Old Year beberapa waktu lalu. Tampak anggun dengan rok mini, rambut panjang dikuncir, dan tatapan tajam. Pas sekali menjadi siswa cemerlang, suka sekali adegan pas ia masuk ruang dengan membawa pensil terhunus seolah belati. Senang menatap hampa ketika memainkan piano, dan yang paling membuat sensasi pas Lynn dengan kuncirnya bergeleyar menoleh ke belakang kasih kode. Ya ampun, saya jatuh hati. Pas SMP saya pernah jatuh hati sama teman sekelas yang berkuncir ponytail gitu, pualng searah naik sepeda, begitu akrab, dan sungguh remaja dengan rambut ikat gaya ekor kuda bikin mata jalang.

Tepat seusai nonton setelah sahur dan subuh di tanggal 1 Ramadan 2020, tidur lagi saya sampai ‘mimpi basah’ dengan Lynn. Dibangunkan Hermione karena sudah jam setengah delapan untuk segera berangkat kerja. Shock, Lynn masuk ke mimpi hanya beberapa saat setelah menyerahkan diri. Aneh rasanya. Terkadang, sisa-sisa kenangan bisa menyelip dalam otak lalu mencipta labirin dunia imaji.

Dengan ending ruang tertutup semacam ini, muncul beberapa spekulasi, sebenarnya apa yang terjadi sampai mereka diinterogasi? Potongan adegan di ruangan itu muncul berkali-kali dengan tokoh yang bergantian. Dan Lynn sebagai protagonist utama, ditaruh di paling ujung. Dalam buku Segala-galanya Ambyar karya Mark Manson: “Untuk membangun dan merawat harapan, kita membutuhkan tiga hal: kesadaran akan kendali, kepercayaan akan nilai sesuatu, dan sebuah komunitas.” Harapan masuk universitas terkemuka memang sudah menjadi obsesi banyak siswa. Tiga hal itu jelas terpenuhi: kendali sang jenius, kepercayaan diri akan perjuangan kerja sama, dan yang paling mencolok jamaahnya. Harapan yang menggiurkan, bukan? Sering, seiring waktu, kita menyadari bahwa apa yang biasa kita yakini sebagai sesuatu yang penting tentang pendidikan, ternyata terbukti tidak begitu.

Bad Genius mempresentasikan sebuah gambaran dunia pendidikan bahwa sebuah jalur kehidupan yang dilalui manusia dari terlahir hingga mati, orang harus memetakan pola ajar dan proses itu ternyata bisa dicurangi dengan gaya. Seusai mengerjakan ujian, Anda yakin ada sesuatu yang hilang. Anda hanya tidak tahu apakah itu.

Bad Genius | Thailand | Judul asli Chalard Games Goeng | Tahun 2017 | Directed by Nattawut Poonpiriya | Screenplay Tanida Hantaweewatana, Vasudhorn Pitaromna, Nattawut Poonpiriya, Timothy Teo | Cast Chutimon Chuengcharoensukying, Eisaya Hosuwan, Teeradon Supapunpinyo, Chanon Santinatornkul, Thaneth Warakulnukroh, Sarinrat Thomas, Sahajak Boonthanakit, Valerie Bentson | Skor: 5/5

Karawang, 240420 – Bill Withers – I Can’t Write Left-Handed (live)