Sweet and Sour: Meluap-luap dalam Didih Penuh Citarasa

Pak Satpam: “Jika tertinggal taksi, kau bisa menunggu yang berikutnya. Tapi jika kehilangan seseorang, maka sampai situ aja. Aku akan merindukanmu…”

Setiap bentuk rasa frustasi, setiap akibat dari kepuasan naluriah yang dihalangi, atau yang mungkin diakibatkan, adalah berada dalam pemuncakan rasa bersalah. Waktu tak bisa diputar balik, tapi cerita bisa kan? Penyesalan selalu di akhir, kesalahan demi kesalahan diberbuat manusia, yang terlindas waktu tak bisa diubah. Bertabrakan menjadi sangat aduhai jika terjadi di bandara, dalam posisi lari mengejar wanita yang sama. Ini masa lalu, ini masa kini. Lantas masa depan apa yang lebih menawan untuk dijalani? Harga yang mesti dibayar demi kemajuan peradaban kita adalah hilangnya kebahagiaan melalui pemuncakan rasa bersalah.

Keren sekali yang bikin cerita. Tak menyangka akan seterkejut ini, walaupun curiga juga di awal, diet kok semudah ini. haha.. berjuang ekstra keras, sempat bilang beruntung sekali si Ndut dapat perawat cantik dan baik hati, lantas saat film bergulir jauh, langsung oh… Su!  

Ini adalah jenis film yang mengesalkan, atau setidaknya membuat penonton kaget atau bisa juga sampai marah, sebab kita ditipu. Kita dibohongi plot, apa yang tampak di permukaan, setidaknya sampai tinggal beberapa menit, tak seperti yang kita kira. Kita menjadi semacam, penikmat display pigura yang hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti, kesal, marah, geregetan. Lantas, kalau kita ditipu mengapa kita malah menyukainya? Ya, sejatinya hal-hal yang menggelitik otak itu jauh lebih mencipta penasaran dan kekuatan untuk bilang wow ketimbang mengikuti garis lurus buku tulis.

Kisahnya tentang cinta segitiga dan kekuatan untuk bertahan dalam asmara LDR antara Seoul dan Icheon. Walaupun tiap hari bertemu, tapi tak berkualitas sebab sudah lelah. Dibuka dengan kata ‘Sepatu Baru’ di rumah sakit, seorang pasien didorong dalam tempat tidur dengan tergesa. Sutradara dengan cerdik tak memperlihatkan wajah mula, lalu setelah beberapa detik, tahulah kita, bahwa Jang-Hyuk (Lee Woo-je) si gendut sakit Hepatitis B dan dalam perjalanan perawatan ia jatuh hati sama perawat Da-eun (Chae Soo-bin).  

Da-eun yang cantik dengan rambut lurus dan lalu keriting tampak pribadi unik, emosinya labil, makannya banyak, merokok tampak untuk menghilangkan stress. Setelah masa rawat inap selesai, Hyuk berusaha mendapat nomor HP-nya. Perjuangan itu membutuhkan banyak tingkah, sampai dibentak perawat senior sebab buka data rumah sakit, di layar kita melihat ia menderet kertas dengan berbagai kontak, menghubunginya satu per satu, sampai akhirnya Da-eun yang asli menjawab ‘Hyuk’ dalam tanda kutip. Nantinya kita tahu, ada kesalahpahaman, yang menjelma erat hubungan. Situasi dan peluanglah yang menciptanya. Maka dalam tempo sesingkat-singkatnya, mereka bertemu, menginap, berciuman, dan mendeklamasikan hubungan pacar. Adegan mengganti lampu mati dengan lampu yang nyala seolah adegan sederhana, oh ternyata justru ini adalah adegan sangat penting. Perempuan mudah tersentuh akan kebaikan hati, betapa dunia digulirkan dengan dahsyatnya tersebab kamuflase ini. Schillr berkata bahwa rasa lapar dan cinta adalah hal-hal yang menggetarkan dunia.

Mereka lantas berlibur Natal, karena baju couple tak ada yang muat, maka Da-eun membelikan sepatu couple, Hyuk terharu dan dengan tekad yang bulat akan melakukan diet. Lantas adegan di bandara dalam surealis, samar terlihat Hyuk lari dan adegan berubah ‘Sepatu Lama’, Hyuk berlari dan sudah tampak ganteng, maskulin asli. Saya langsung complain, ya ampun menurunkan berat badan tak semudah itu, merubah wajah menjadi setamvan itu, jelas ganti pemeran dan segala hal dalam dirinya. Namun sekali lagi, simpan semua argumenmu, kawan.

Lantas kita diajak bersafari hubungan mereka sejauh mana. mereka tinggal seatap, satu apartemen. Beli mobil, menabung, suka duka dalam pergaulan anak muda menyongsong masa depan. Hyuk mendapat promosi kerja ke Seoul, sebagai designer bangun yang masih muda menjanjikan, petualangan di tempat baru memberinya tantangan besar. Bergabung dengan arsitek lain, Han Bo-yeong (Krystal Jung) yang cantik dan ambisius, workaholic. Proyek jembatan yang menjadi tanggung jawab mereka menemui beberapa kendala, memaksa mereka berdua kerja lembur lebih sering. Bahkan menjadi dua karyawan akhir di gedung tiap malam, sampai lampu dimatikan.

Nah, kebersamaan ini mencipta hubungan erat. Sama-sama karyawan outsource yang mendapat beban kerja berat. Hyuk mencoba tetap pulang-pergi antar kota, tampak kemacetan dan suasana lalu lintas khas kota besar yang membosankan. Awalnya ia menertawa beberapa traveler lain yang makan, sikat gigi, bahkan mandi ala kadar dalam mobil. Nantinya, ia juga sama saja. Melakukan hal yang ia tawa di masa lalu, sinis sekali kawan.

Awalnya hubungan jarak jauh itu masih baik-baik saja, Hyuk yang lelah sampai apartemen langsung tidur, Da-eun yang lelah sebagai perawat mengeluhkan kerja shift yang panjang. Lalu beban kerja melindas mereka, karena pekerjaan dan hal lain ia sesekali tidak pulang, toh besok pagi hadir di kantor lagi, sang pacar mulai mencium gelagat tak menyenangkan hubungan ini. Dua orang lelah yang sudah bosan, dan tetap coba dipertahankan. Sekadar mengganti lampu mati, saja ia tak mau, tak antusias. Beginilah jadinya.

Da-eun hamil, tapi akhirnya digugurkan. Ia marah dan lantas mengirim kembali cicin tunangan, hal itu memberi efek domino, Hyuk juga marah dan kecewa, kesetiaanya runtuh, lantas gadis cantik rekan kerjanya disikat juga. Ia tak pulang, dan kini memiliki affair. Tentu kalian yang tahu permukaan marah dan memaki banyak kata bijak ke Hyuk. Namun segalanya menjelma kejut saat Hyuk di pesta besar sukses proyek sukses, Da-eun yang sudah bersiap berlibur ke Jeju, tiketnya atas namanya tapi tak dicancel, dan dengan dramatis mengejar pesawat ke bandara sekaligus melamar sang pujaan hati. Apa yang terlihat di sana mencipta kerut kening berlipat-lipat. Kukira tulisan pembuka sepatu baru adalah salah ketik atau semacam lelucon, oh ternyata itu klu penting. Kita lantas ditampar banyak fakta mengejutkan, tampar bolak-balik sampai melongo. Luar biasa.

Cerita yang mengasyikkan. Menyenangkan sekali menjadi saksi hubungan yang ambyar dan direkat ulang dengan subjek lain. Berdasarkan pada novel Jepang karya Kurumi Imui dan sudah difilmkan dengan judul ‘Initiation Love’. Ini adalah film kesekian dari Korea yang kutonton selama Isoman, atas rekomendasi BM. Rerata bagus dan memuaskan sekali. Yang kukhawatirkan mulai mencinta produk Korsel sepertinya menampakkan diri.

Kekuatan segala motif aktivitas umat manusia berjalan menuju pertemuan dua tujuan yaitu keperluan dan kesenangan. Hyuk yang gendut punya motif mengejar cinta pada pandangan pertama, Hyuk yang tamvan punya motif mencoba mengembalikan hubungan yang retak. Da-eun punya motif, mencari yang pasti-pasti aja toh, ini dalam masa sulit. Bo-yeong? Tentu saja punya motif, kalian kira kerja sampai larut itu tamasya? Semuanya punya motif, yang jelas dua unsur perlu dan rasa senang-lah yang menyelingkupi. Jika tindakan itu digerakkan oleh cinta atau benci terhadap seseorang, berarti tindakan itu digerakkan oleh, dalam terminologi Emmanuel Kant, ‘kecenderungan’, dan tindakan ini tidak rasional sama sekali. Egois, tapi begitulah manusia. Boleh saja kita mendukung atau mencoba menjadi sosok yang kita raih simpati dari ‘tiga tokoh utama‘. Dalam praktiknya, kita sukar memilih antara sudut pandang netral dan sudut pandang kekinian. Yang jelas plot yang disajikan rapi dan aduhai, sungguh aduhai, terjalin terorganisasi dalam kemeriahan puisi kehidupan.

Ceritanya terlalu memesona untuk dikeluarkan dari relnya oleh fakta. Selamat, sejauh ini Sweet and Sour adalah film paling menghibur tahun ini. Kita butuh kualitas, kita butuh keseruan. Menghibur sama artinya tidak membosankan. Jangan kelamaan kalian merenung, gegas nikmati sajian menu istimewa ini, mumpung masih hangat. Manusia tidak pernah berhenti tumbuh dalam penegetahuan mengenai nasibnya.

Sweet and Sour | Year 2021 | Directed by Kae-Byeok Lee | Cast Jacky Jung, Krystal Jung, Jang Ki-Yong, Chae Soo-bin, June Yoon | Skor: 4.5/5

Karawang, 070721 – Hanson – This Time Around (Best Live and Acoustic)

*) RIP Angga Nurfian (tenang di sana kawan)

**) Tayang di Netflix 4 Juni 2021

Kamis Yang Manis #30

Orang-orang berubah, digantikan dengan orang baru. Dan Tuhan mengetuk-etuk diriNya dalam banyak cara.” Mack

Kau bisa menilai banyak hal dari cara berjalan. Akhirnya event #30HariMenulis #ReviewBuku ada di penghujung juga. 30 buku, 15 dari Penulis lokal dan 15 terjemahan selesai kuulas dalam 30 hari selama bulan Juni. Ini adalah perayaan kelima sejak 2015. Konsisten, dan terus diperbarui. Sebenarnya malah sangat banyak yang pengen kukejar menuntaskan ulas buku, tapi tetap di bulan ini sesuai target. Hufh… #HBSherinaMunaf #HBDNikitaWilly

Siapa yang tahu apa yang tertidur di kedalaman pikiran seseorang? Siapa yang tahu apa yang diinginkan seseorang?”

Fresh from the oven. Ini tidak baru. Setan gunakan matamu.

Buku ini terbit bulan Maret, dan saya selesaikan baca di bulan April 2019. Sempat mau langsung kuulas, tapi ternyata kegilas buku lain. Bulan puasa tiba dan akhirnya terendam. Ekspektasiku terhadap John Steinbeck ketinggian, memang laik tinggi sih, buku ini happy ending dengan terlalu manis, kebanyakan gula, makanya kurang sreg bagiku mengingat beberapa buku lain yang sudah kubaca. Tak ada di dunia ini yang seperti Suzy. The Pearl, Of Mice and Men yang memberi akhir sangat mengejutkan. Ini adalah buku sekuel, saya sendiri belum membaca seri satu, Cannery Row. Namun ga masalah dah biasa saya diterjunkan langsung di tengah permasalahan. “Aku mungkin akan menghilang. Aku menyimpan kegelisahan dalam diriku, aku mungkin akan menghilang.

Ceritanya tentang orang-orang di daerah Cannery Row dengan kegalauan masing-masing. Fokus utama sejatinya ada di Doc yang seorang ilmuwan nyentrik yang jomblo akut, yang ada di pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, percobaan penemuan tentang fauna laut, dan hobinya nongkrong di laboratorium itu menyita banyak sekali daya dan waktu. Perubahan bisa jadi diberitahukan oleh sedikit rasa sakit, sehingga kau sedang terserang flu. Mengorbankan banyak hal. Maka dimunculkan karakter cantik yang mencoba mendobrak kerasnya hati. Suzy. Misalnya Doc mengatakan sesuatu dan kau tidak tahu apa artinya. Tanyalah! Hal paling baik di dunia yang bisa kau lakukan untuk sembarang orang adalah membiarkannya membantumu. Suzy sebagai pendatang memberi angin segar, dan diciptalah konspirasi ‘comblang’. Sendiri dia merenung, bukan tentang kelemahan Doc, tetapi tentang penghianatan teman-teman Doc yang mempertanyakannya, siapa yang berani mempertanyakannya. Sepanjang 400 halaman kalian akan disuguhi cinta mereka, dengan banyak kalimat filosofis. “Aku mencintai kebenaran, bahkan jika kebenaran itu menyakitkan. Bukankah lebih baik mengetahui kebenaran tentang seseorang.” Cinta monyet untuk para senior. Suzy yang diletakkan dalam posisi kasih. Jika seorang laki-laki mengatakan sesuatu yang menarik perhatianmu, maka jangan menyembunyikan itu darinya. Semacam mencoba untuk membayangkan apa yang sedang dia pikirkan alih-alih kau akan menjawabnya.

Dan seperti judulnya yang manis, endingnya juga sangat manis. Jika aku tak bisa mendapat keberanian dari keagungannya, dia berpikir, aku sebaiknya menyerah. Tak seperti dua buku Steinbeck sebelumnya yang sudah kubaca, jelas ini keluar jalur. Tak seperti harapanku. Sebuah kejadian tidak perlu merupakan kebohongan jika ia tidak perlu terjadi.

Apakah aku sudah cukup kerja? (1) Apakah aku sudah cukup makan? (2) Apakah aku sudah dicinta? (3) Adalah tagline di kover warna orange ini. Cukup mewakili hati yang terasing yang mendamba kenyamanan, cukup untuk menampar jiwa yang egois. Pernahkah kau tahu orang-orang yang sangat sibuk dengan kepandaian mereka sampai tidak punya waktu untuk melakukan hal yang lain?

Kisahnya tentang persahabatan Mack dan Doc, ini kisah antara, ini kisah yang menghubungkan nasib orang-orang di sekeliling mereka. Jangan berbangga diri dan mengatakan bahwa kau tidak membutuhkannya atau menginginkannya. Itu adalah tamparan ke pipi. Hal yang disukai orang di dunia adalah memberimu sesuatu dan melihatmu menyukai dan membutuhkannya. Itu bukan sifat rendahan.

Suka banget dengan kalimat ini. “Salah satu penyakit di zaman kita adalah mendakwahkan bahaya pada orang-orang sepertimu yang khawatir dan tergesa-gesa. Orang yang tidak berpikir bahwa dunia akan berakhir adalah orang yang berbahaya.” Menampar kita, cocok untuk semua era sebenarnya, tapi sangat pas di saat ini. Waktu esok seolah sangat panjang, well tak ada yang tahu kan?! Lalu kalimat ini juga cukup keras memukul kita. “Orang-orang tidak mengetahui apa yang mereka inginkan. Mereka harus didorong. Ada orang yang dalam pikirannya tidak ingin menikah, tapi menikah juga.” Banyak temanku yang di usia sangat matang, belum menikah karena menikmati masa lajang. Banyak pula yang sudah menikah tapi malah mendamba masa lajang, mengingat waktu lalu yang sudah lewat. Ironi kehidupan. Itu hanya akan menjadi jalan palsu lainnya sebuah rasa frustasi baru. Lalu kalimat “Aku ingin menyumbang pada ilmu pengetahuan. Mungkin itu adalah pengganti bagi keinginan untuk menjadi ayah buat seorang anak. Sekarang, sumbanganku bahkan jika ia keluar, sepertinya masih lemah.” Ini juga menjadi pertanyaan semua umat manusia, hidup ini apa? Berguna bagi orang lain? melakukan penemuan-penemuan untuk kenyamaan umat masa depan? Lalu apa? Pahit, kawan! Lihatlah setiap kekacauan yang pernah kau dapatkan dan kau akan menemukan bahwa lidahmulah yang memulai.

Tahun 2019 ini saya mulai menikmati musim Jazz, indah banget ternyata aliran musik ini. Maka pas bagian ketika salah satu karakter mendengarkan ‘Stormy weather’ by Cacahuete saya langsung menyalakan musiknya, teduh dalam badai, saya tahunya lagu jazz ini dinyanyikan oleh Lena Horne dengan instrumen terompet yang dominan. Dari musik tidakkah keinginan-keinginan dan kenangan-kenangan terbentuk?

Saya belum sempat browsing, apakah benar ada novel berjudul ‘Akar Pi Oedipus’? Rasanya memberi tautan untuk turut menikmatinya. Ujaran tentang ledakan penduduk, banyak anak banyak rejeki tapi intaian kemiskinan ada. Sudah banyak yang mengulas, tapi masih tetap keren ketika Steinbeck yang menulis. Populasi meningkat dan produktivitas bumi menurun. Dan pada masa depan yang teramalkan kita akan tercekik oleh jumlah kita sendiri. Hanya pengendalian kelahiran yang bisa menyelamatkan kita, dan itu adalah satu hal tak akan pernah dipraktikkan umat manusia.

Kutipan indah tentang sabar muncul pula kala ada kegaduhan. “Cara terbaik di seluruh dunia untuk membela dirimu adalah dengan menjaga tinjumu tetap di bawah.” Atau yang ini “Untuk rasa sakit atau frustasi manusia punya banyak obat, tapi tak satupun obat itu adalah amarah.” Karena semua orang tahu kau hanya membodohi dirimu sendiri. Kau tidak akan menulis makalah itu karena kau tidak bisa menulisnya. Kau hanya duduk di sini seperti seorang anak kecil yang bermain-main dengan harapan.

Aku sepertinya takut. Sesuatu semacam teror mendatangiku ketika aku memulai. Sejatinya Doc memang dikelilingi orang-orang yang penuh kasih. Saling membantu, saling mengisi, Minggu ke gereja, malam ngopi di kafe, hari kerja yang riang, dan kenyamanan di laboratorium yang tak terperikan. Mitosnya adalah laut, angin dan ombak pasang dan dia menghubungkan mereka semua dengan mengumpulkan binatang. Dia membawa harta karunnya ke dalam laboratorium. Bersikap tenang untuk diri sendiri membuatnya tenang dalam menghadapi dunia. Lalu apa masalahnya? Bukankah ini adalah akhir yang bahagia? Ya, sejatinya sudahlah ditutp saja. Ratusan halaman kalian akan disuguhi cerita yang indah-indah, sementara syarat buku yang bagus salah satunya harus ada konfliks berat. Enggak ada di sini. Doc yang menghadapi hari-hari ceria di tengah masyarakat yang ideal. Ternyata, konfliks yang diharap itu adalah cinta. Ahhh… dari Pemenang Nobel Sastra, kita diajak bercinta. Memang bukan sembarang cinta karena karakter utama sudah tak muda lagi. Doc dicomblangkan, didesak, dan bahkan sampai dipertaruhkan dengan Suzy agar coba bersama. Dan yah, sweet thursday itu mewujud nyata. Walau sesekali ada masalah, poinnya adalah happily ever after. Doc menemukan belahan jiwanya. Cukup. Siap jadi presiden?

Kelebihan utama buku ini bukan pada cerita, tapi kedua hal: pertama sifat para karakter yang unik. Selain penamaan yang aneh, mereka juga memiliki kebiasaan tak lazim. Sungguh bagus memberi kegiatan para tokoh dengan tindakan tak wajar. Semua karakter yang dicipta bagus banget membawakan perannya. Kedua, sekalipun ini buku cinta yang terlambat, pembawannya tak cemen. Tak melow, tak mendrama berlebihan. Kisah cinta yang dituliskan dengan rasa dewasa. Kapan lagi kalian baca buku cinta yang menawarkan alur berliku? “Aku membutuhkanmu, aku akan tersesat tanpamu.” Ehem… Sekalipun tujuan utama pada akhirnya bisa disentuh, liku labirin itu sangat seru. Dan kalian pasti ikut bahagia atas kebahagiaan tokoh favorit. Nama-nama yang bagus: Mack, Doc, Hazel, Joseph and Mary (satu orang), Lee Chong, Suzy, Fauna, Whitney No. 2, Old Jingeballicks, dan seterusnya.

Terjemahan Basa Basi bagus banget. Beberapa istilah yang masih rumit diberikan catatan kaki, semisal. “Ini semisal ‘whatcha-macallit’ yang artinya ‘pembicaraan tentang orang yang namanya tak bisa diingat.’ Atau “Veritas in vino” adalah idiom Latin yang artinya ‘kejujuran dalam anggur’ yang bermaksud orang akan jujur ketika mabuk. Hal-hal yang sangat membantu mengimaji tanya. Beberapa masih ketemu typo, tapi dalam 400 halaman rasanya salah ketik tak lebih dari sepuluh kata adalah lumrah. Sebagai terjemahan Bahasa Indonesia pertama ‘Sweet ThursdayBasa Basi termasuk sukses menghantarkan kisah Doc. Salute!

Aku benci hukum yang menahan kemurahan hati dan menjadikan amal sebagai ladang bisnis.Dia sedang mengalami perubahan yang sangat mendalam sampai dia sendiri tidak menyadari perubahan itu sedang terjadi.

Di antara semua angan-angan muram kita, perasaan bersalah adalah yang paling penuh liku, paling jenaka dan paling menyakitkan. Ah penyataan yang manis, “Aku tak utuh tanpanya. Aku tak hidup tanpanya. Ketika dia bersamaku aku merasa lebih hidup dibanding sebelumnya, dan tak hanya ketika dia merasa senang saja.” Suzy yang bahagia, Pembaca yang bahagia, penduduk Cannery Row yang suka cita. Mencoba untuk melepas dari proses berpikir meskipun berpikir adalah pekerjaan manusia yang paling bermanfaat.

Dia pernah kuliah – dia sudah membaca begitu banyak buku sampai aku tidak bisa menyacah mereka – dan bukan komik juga. “Ketika kau membuat rencana, langit runtuh ke ekormu.” Henry Penny. Ah hidup ini… Seseorang berteriak untuk mendapatkan perhatian di dalam dunia yang tak terpersepsi atau mungkinkah bahwa kebahagiaan pamungkas manusia justru adalah rasa sakit? Mari ngopi.

Kamis Yang Manis | By John Steinbeck | Diterjemahkan dari Sweet Thursday (renewed edition) | Terbitan Penguins Books, New York, 1982 | Penerjemah Hari Taqwan Santoso | Editor Tia Setiadi | Pemeriksa aksara Daruz Armedian | Tata sampul Sukutangan | Tata isi Rania | Pracetak Kiki | Cetakan pertama, Maret 2019 | Penerbit Basa Basi | 400 hlmn; 14 x 20 cm | ISBN 978-602-5783-82-1 | Skor: 4/5

Karawang, 130419 – Michael Jackson – One Day in Your Life || 300619 – Melody Gardot – Worrisome Heart

#30HariMenulis #ReviewBuku #Day30 #HBDSherinaMunaf #11Juni2019

My Sweet Heart #30

My Sweet Heart #30

Huray! Akhirnya catatan ke 30 dari 30 sampai juga. Sesuai target 15 buku lokal dan 15 buku terjemahan selama bulan Juni dalam event #30HariMenulis #ReviewBuku dengan berbagai kendala dan keseruan yang menyelingkupi. Dengan segala kelelahan dan berbagai kenekadan, inilah catatan akhir itu. Tulisan di mulai tepat tanggal 1 Juni di Karawang dalam laptop Meyka dan diakhiri di Palur dalam laptop Wildan. Dipost antara perjalanan mudik dan arus balik yang macet. Ditulis dalam kekhusukan Ramadhan penuh berkah. Di sela-sela usaha tetap berlomba cari pahala. Dengan optimisme ala optimis prime, bisa tepat berakhir di akhir bulan. Sampai jumpa bulan Juni 2018.

Sekali lagi dari KKPK – Kecil Kecil Punya Karya punya ponakan Winda LI. Dibeli kemarin saat ke Gramedia Solo, saat Wildan cari buku psikotest untuk persiapan tes masuk Angkatan Laut, dibeli saat saya cari novel Jack London, The Call Of Wild. Winda membeli tiga buku KKPK. Buku setipis ini dengan kecepatan santaipun seharusnya bisa diselesaikan sekali duduk. Tapi tidak, tadi pagi saya baca di Jatipuro ketika antar ibu ke Pasar Jatipuro dapat dua bab, sisanya saya baca siang ini di Palur. Draft sudah saya siapkan untuk perjalanan arus balik esok ke kota Karawang.

Untuk sebuah buku KKPK sejauh ini My Sweet Heart adalah salah satu yang terbaik. Pantaslah masuk Gold Edition: Best Seller. Kisahnya mungkin sederhana tapi untuk buku anak-anak jelas plotnya lucu. Apalagi ending-nya yang menggantung menggemaskan. Saya sendiri tersenyum menggerutu. Kata Winda, ada buku KKPK lain yang juga menarik. Sayangnya program ini sudah berakhir hari ini. Mungkin tahun depan?

Ceritanya ya tentang keseharian sang Penulis dibumbui daya khayal anak SD – Sekolah Dasar. Tiras adalah si Salim – sok alim karena dalam keseharian sekolah mengenakan hijab. Padahal ia tomboi suka main game battle dan play station. Nah hari itu Tiras ditinggal sendirian di rumah, membaca komik Detective Conan menunggu mang Kiki tapi via telpon ia ga jadi datang. Adegan mengunci pintu dua kali klik dan adegan angkat telpon yang wajarnya biasa bisa dibuat lucu. Hebat dik! Berteman akrab dengan Sarry yang di hari pertama sekolah naik angkot, turun bersama dan berlomba lari.

Nah, kisah sesungguhnya ada di di sini. Dari Kang Ginanjar, Amira tahu ada tiga orang di dunia in berwajah mirip dengan pribadi kita. Dia berujar bahwa ia tahu ada seorang anak yang mirip dengan Tiras, via rekaman HP sedang bermain bulu tangkis. Anak itu bernama Mei Ling. Dari namanya jelas keturunan Cina. Tiras lalu diajak bertemu langsung saat turnamen bulu tangkis. Keluarga ini datang terlambat, untungnya pertandingan Mei ada di akhir jadi aman. Mereka mendukung di tribun penonton, “Ayooo Mei Ling, sikat! Smash!”

Sayangnya menjelang akhir laga, Mei cidera. Wasit memberi waktu untuk pemulihan, saat itulah Tiras kebelet pipis. Tak disangka mereka bertemu langsung, saling terkejut. Dan terbesitlah ide untuk melanjutkan pertandingan, Tiras yang maju. Kesepakatan diraih, mereka bergegas bertukar kostum. Tiras yang hanya tahu pengetahuan dasar bulu tangkis mencoba melawan. Tapi karena Mei sudah leading jauh, dan sang lawan mulai mengejar akhirnya mereka ada di skor dramatis 14-14. Dengan sistem lama di mana sang pemenang adalah yang pertama cetak skor 15, pertandingan dibuat dramatis dan yak! Betul Tiras palsu menyudahi perlawanan Erwin dengan jurus crazy ball.

Kesepakatan bertukar tempat ternyata tak sampai di sini. Mereka setuju, sampai hari Minggu mereka akan menjalani kehidupan baru. Tiras di rumah Mei bersama bunda Fu Jin Siao dalam kehidupan kelas atas yang gemerlap. Rumah bak istana, mobil Mercedez Benz dengan sopir pribadi, sekolah elite di mana ketika masuk dengan sidik jari, dan kehidupan orang kaya lain di mana koneksi internet bisa diakses setiap saat. All hail game online!

Sementara Mei hidup dalam keseharian sederhana di mana setiap hari adalah keseruan. Pulang sekolah main lumpur, membaur dengan teman-teman tanpa tekanan berlebih dari orang tua. Konflik baru muncul saat di sekolah Tiras sangat kurang dalam aljabar, sementara Mei kurang dalam pelajaran bahasa. Mei Ling sampai dapat julukan Ratu Buta Bahasa dari bu guru Esti, sementara Tiras dengan julukan salim. Penyesuaian diri itu awalnya sulit, tapi dengan segala keseruan khas anak-anak tentu saja dapat teratasi. Tapi tak sampai di sana saja, karena akan ada masalah lain yang akan menghadang mereka. Bisakah kali ini diatasi? Kisah ditutup dengan sebuah informasi dari Mang Ginanjar, sesuatu yang unik. Renang?

Sampulnya unik. Ilustrasi cantik Mei Ling. Bak sebuah gambar kartun, cantik sekali Mei yang mengacungkan dua jari ‘peace’ sementara Tiras memberi kode telunjuk di depan mulut yang berarti ‘sssttt…’ dengan kombinasi cerita bagus, ilustrasi oke jelas ini termasuk KKPK yang sukses. Ayoo Winda cari lagi buku Amira dan saya numpang baca lagi. Lho. Hehehe…

My Sweet Heart | oleh Amira Budi Mutiara | ilustrasi isi Agus Willy | ilustrasi sampul Nur Cililia | penyunting naskah Dadan Ramadhan | penyunting ilustrasi Iwan Yuswandi | design isi dan sampul tumes | pengarah design Anfevi | layout dan setting isi Tim Pracetak | Penerbat DAR! Mizan | Cetakan III, Maret 2017 | 116 hlm.; illust.; 21 cm | ISBN 978-602-420-170-8 | Skor: 3,5/5

Palur, 290617 – Pink – Just Give Me A Reason – Subuh dan diposting di Gemuh kota Kendal

#HBDSherinaMunafKu #27Tahun

#30HariMenulis #ReviewBuku​