Simple Stories for a Simple Investor #28

Simple Stories for a Simple Investor by Nicky Hogan

I have three things to teach: simplicity, patience, compassion.” – Lao Tzu

Investasi itu kebutuhan. Investasi, ya Anda sudah sering mendengar kata itu. Percayalah itu bukan pilihan, tapi kebutuhan. Alhamdulillah, saya sudah mulai nabung saham awal tahun lalu, berarti sudah setahun lebih saya menggelutinya. Buku ini sejatinya for beginner. Hanya untuk investor pemula yang akan dan baru mulai nabung saham. Saya sendiri aktif di grup saham, baca-baca buku saham (ini contohnya!), baca Koran Daily Investor, Kontan, dll. Ikuti akun-akun saham yang tersebar di sosmed, sampai searching di berbagai web. Jadi ketika kubaca buku ini, rasanya sudah tahu track jalanan. Rajinlah bertanya, banyaklah berpetualang.

Kukira karena ini ditulis oleh seorang yang sudah malang melintang di pasar modal bakalan detail seru nan berdebarkan. Ternyata enggak, buku ini hanya panduan umum. Terutama yang masih ragu akan memulai, seperti judulnya, isinya juga ga njelimet. Datar sahaja. Investasi bukan spekulasi dan bukan judi. Kuno banget kalau masih berpikir seperti itu. “high risk high gain?” Sebagian besar pengulangan, atau sudah beberapa kubaca dan kudengar di tempat lain, lalu kubaca di sini?

Kubaca cepat Oktober tahun lalu, dan setelah selesai justru menemukan bahwa tulisan Bung Nicky sudah tersedia di blognya: nickyhogan.com langsung kucek, isinya sama, eh lebih variatif di sana ding karena tentu bahasa internet lebih ‘merdeka’. Wah, tahu gini saya saya baca di sana saja. Hehe… tetap sih feel-nya beda. Enakan baca di kertas, lebih nyaman. Investasi memang tidak lagi melulu soal uang dan keuntungan. Ini adalah soal nilai moral kehidupan dan masa depan bangsa dengan rakyat yang penuh rasa positif serta optimis mencintai negaranya.

Tulisan yang disaji memang mayoritas pengalamannya di BEI. Cerita tentang sosialisasinya terlihat jelas berdasar kejadian yang pernah dialami. Desa nabung saham, desa Argo Mulyo, desa transmigran di Kecamatan Sepaku, Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Dan itulah yang pertama yang ada di bumi pertiwi. ‘Yuk Nabung Saham’ diluncurkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 November 2015. Jepang meluncurkan NISA (Nippon Individual Savings Account) pada tahun 2014, sebuah kampanye dibarengi pemberian insentif pajak. Pada 12 Mei 2018, genap seluruh 34 provinsi di Indonesia telah memiliki galeri investasi, akses langsung ke pasar modal dan BEI. Bila terbuka, memang ada pilihan lainnya selain BEI, yaitu tercatat di bursa efek Negara lain. Untuk perusahaan-perusahaan Indonesia yang listing di bursa efek luar negeri, kembalilah, catatlah juga saham di sini di halaman rumah sendiri. Sekarang jumlah investor pasar modal Indonesia sudah jutaan. Perusahaan yang ada di BEI, jumlahnya ratusan. 20% warga kaya, sisanya 80% tetap saja tertinggal.

The best time to invest is when you have money. Beberapa mengutip dari para penanam modal terkenal Warren Buffett ada di barisan terdepan. “My wealth has come from the combination of living in America, some lucky genes, and compound interest.” Rasanya saat ini kalau kita ngomongin investor terkemuka dunia, nama inilah yang pertama muncul. Invest your linear income so you can earn exponential income, kata Bo Sanchez. Dikutip, dibagikan, ditelaah, dan dijadikan ayat bagi para pemula. Inflation is forever. Investing is the only game in town. We have to invest, without a doubt. Sayangnya beberapa masih berbahasa Inggris asli, ini kan bacaan lokal Bung, kenapa ga sekalian diterjemahkan dengan tetap memasang sumber? Mark Twain bilang, “Twenty years from now, you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did do.

Niatan Bung Nicky jelas mulia, berbagi cerita, ngajak nabung, dan sungguh komitmen berjuang bahwa ada ‘tambang emas’ di sebuah kantor di Jakarta yang sayang kalau kalian ga turut serta! Surga punya ruanganya sendiri dan melaikat selalu punya wujudnya sendiri. Tentu saja sebuah kampanye tanpa dukungan sumber daya manusia dan infrastruktur, tidak akan menghasilkan apa pun. Meminjam istilah LKH, sahamnya ‘salah harga’, masih kemurahan, kenapa tidak biarkan saja dia terus bergerak naik.

Beberapa juga berisi motivasi dan inspirasi, bak Mario Teguh. Kita butuh berpikir, bertutur kata, dan selalu positif. Bergabunglah dengan lingkunagn yang demikian. Berdiri di antaranya, itulah umumnya para loser, pecundang yang hanya menyerahkan uangnya untuk kalah dan rugi. Alam bawah sadar kita selalu mendokrin kenapa meski mengubah sesuatu yang sudah nyaman, karena kita cenderung takut pada kegagalan. Insting manusia cenderung bertahan pada keadaan yang dianggapnya familiar, situasi nyaman. Dan tak menyadari banyak pilihan lain yang lebih baik. Pikiran manusia hanya mampu mengingat antara tiga hingga tujuh hal dalam memori jangka pendeknya. Seperti kata bijak, kita terus menerus mengutuk kegelapan, dan bukannya mulai menyalakan lilin.

Mungkin karena bukan penulis novel, gaya bahasanya terasa standar. Kurang thrilling-nya, kurang mendebarkan, kurang memacu andrenalin. Joke sih beberapa ada, tapi tetap ala kadarnya. Investasi tidak ada yang instan, tidak seperti mi kesukaanmu. Yang jelas jangan cemplungkan habis dana kita di awal investasi, sisihkan sedikit demi sedikit, sambil belajar dapatkan ‘pace’ nyaman. (Bukan ‘uang belajar atau uang sekolah’ ya, yang mengatakan seolah-olah di awal investasi selalu merugi. Ndak ada itu.) Kemudian mulai investasi langsung ke saham, resiko selalu ada seperti pengusaha, that’s it. Btw, teman-temanku menganggap kerugian diawal sebagai uang belajar, ternyata dibantah di sini. Saya sendiri, sejauh ini belum pernah tombok, cut-loss atau jual rugi, see yang penting terus peduli dan tentu saja: sabar! Banyak baca, banyak belajar menjadi komoditi utama bagi para investor pemula. Saya sendiri melebarkan sayap dari pecinta fiksi, sastra dan filsafat kini merambah ke non fiksi, buku-buku motivasi dan tentang belajar investasi kini menjadi bacaan rutin.

Ilmu yang dibagikan juga sangat umum, sudah tersedia di internet rata-rata seperti bedanya investor dan trader, waktu sebagai acuan utama, dan tentu saja sabar. Saya tak suka menggunakan kata kaya karena terkesan kapitalis, lebih nyaman menggunakan kata sejahtera.

Teorinya masuk. Ada 4 hal utama yang selalu perlu kita perhatikan dalam finansial. How to earn, how to spend, how to save, dan how to invest. Teori relativitas begitu sederhana dengan rumus yang begitu singkat tetapi membawa pengaruh yang mahadahsyat. Selalu saja aka nada berita-berita negatif yang membuat pasar saham turun, bukannya itu malah peluang mendapat harga saham murah?

Adakah hal di dunia ini tanpa resiko? Tak ada. Sekecil apa pun itu, pasti ada. Resiko adalah bagian dari investasi, jadi peluklah. Kata cepat dan mudah dengan sendirinya sudah berarti spekulasi, bukan investasi. Spekulasi resiko sangat tinggi. Jadi sabarlah. Selalu cek 2L dari OJK: Legalitas dan Logis. Legalitas untuk memertanyakan produk tercatat dan mempunyai izin dari otoritas, logis untuk memertanyakan keuntungan yang ditawarkan masuk akal. Bunga bank paling tinggi saat ini adalah 6%-7% per tahun, kalau ada tawaran yang lebih dari itu dan cepat, langsung buang ke tempat sampah. Di Indonesia ini, manakah yang lebih banyak: orang serakah atau orang lugu? Konon lapar dan nekat berteman baik.

Semua lembaga rating dunia sudah kompak bilang Indonesia, layak investasi! Indonesia diprediksi menjadi Negara kelima dan keempat terbesar dunia secara ekonomi di tahun 2030 dan 2050. Kejaiban dunia kedelapan akan selalu sama, Bunga Majemuk! Terbukti hanya dengan saham yang mampu memberikan tingkat keuntungan yang kita inginkan. Teori bunga majemuk, begitu sederhana, namun siap ‘meledak’ kekayaan kita kalau kita pintar dan mau memanfaatkannya. Einstein bilang, “He who understands it, earns it… he who doesn’’t… pay it!

Keuntungan nabung saham adalah pasar selalu terbuka. Lima hari seminggu di jam kerja, jadi ga pernah takut apakah ketika butuh duit bisa dicairkan? Beli dan simpan. Jual? Kapanpun kita mau. Kita merupakan pemegang saham dan pemilik perusahaan.

Kebanyakan dari kita bukanlah konglomerat sukses, bukan pula musisi tenar kelas international, dan karangan cerita kita pun hanya sebatas percakapan di grup chatting. Boro-boro punya banyak properti. Yang ada saja cicilannya tidak kunjung tuntas. Pasar saham selalu ada yang namanya Mr. Panik. Mereka konsisten banget paniknya. Ingat juga tiga kutipan bijak: invest your linear income, so you can earn the exponential income. Never depand on single income, make investment to create a second resource, and if you don’t fine a way to make money while a sleep, you will work until you die. Dan sedikit saja ikut race!

Saat ini memang index IHSG sedang merah, beberapa saham minus bahkan yang kakap, santuy sahaja. Saya sendiri tetap tenang dan konsisten tabung. Waktu adalah sesuatu yang pasti, dan tampaknya dia tidak suka dispekulasikan, dipertaruhkan. Membeli saham hanya karena ‘katanya’. Tidak memantau terus-menerus (detik per detik), tidak ‘bersikap ketika salah posisi’. Waktu. Ya, itulah sahabat sejatimu, yang bisa kamu andalkan untuk banyak hal. Dan dalam dunia investasi, waktu adalah segalanya. Sesekali buka aplikasinya, simple. Serumit itu? Ya sesederhana itu!

Cukup fokus ke Perusahaan kita, menjadi lebih baik, dan menghasilkan keuntungan lebih besar untuk seluruh pemegang saham. Para pendiri, pemilik, manajemen perusahaan mencurahkan energinya untuk jalan terbaik Perusahaan. Faktor fundamental kinerja keuangan Perusahaan adalah harga mati dalam menilai dan menentukan pembelian saham. Abaikan rumor di pasar, pergerakan semu, nafsu ingin untung besar dan instan. Resiko yang tertinggal hanyalah pada kinerja perusahaan yang kita beli. Itu saja, yang mana harusnya sangat bisa diminimalis dan harusnya bisa ditolerir sebagai orang perusahaan.

Perusahaan yang rajin bagi-bagi deviden, ada di IDXHIDIV20, index yang isinya 20 saham di BEI yang paling rajin bagi-bagi deviden, dan gede-gede, tinggal beli saja satu, dua, tiga. Tabung di situ, tinggal tidur uang kita tambah. Yang suka saham syariah, cek index di JII70 ada 70 saham terbesar dan terlikuid. Perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sebelum kita lahir, dan akan terus bertahan setelah punya cucu, itulah yang wajib antisipasi. Hidup UNVR, INDF, MYOR, ICBP!!! ( Wah ternyata saya pilihnya mayoritas di costumer goods.

Niatan nabung saham memang kutujukan untuk biaya kuliah Hermione. Berinvestasi saham untuk anak dan cucu. Investor adalah orang yang selalu optimis, dan berpikiran positif ke masa depan. Masa depan keluarga, perusahaan, negeri ini. Juga untuk jaminan masa tua, saat ini di usia kepala tiga, rasanya agak terlambat memulai, tapi kalau enggak sekarang kapan lagi?

History repeating itself.

Seperti pernyataan akhir, “Bursa efek adalah berkah, dan diperuntukan untuk kita…” Yang dibutuhkan hanya keberanian luar biasa, bukan keberanian menghadapi naik turun investasi kita, melainkan keberanian memulai. Dan itu lebih dari cukup. Orientasi kita selalu sama, jangka panjang. Kita tak pernah tahu apa yang menanti di ujung sana.

Dan yang terpenting dari segalanya, modal. Ga perlu gede-gede, saya sendiri cuma buruh pabrik. Modal saya dapat dari sisipan gaji, setiap gajian saya transfer ke rekening sekuritas, lalu tabung di saham bluechip. Kalau di bulan itu sedang ada kebutuhan lebih, tetap tabung berapapun. Kalau belum memenuhi satu lot, simpan dulu saja. Nasabah-nasabah dengan untung terbanyak adalah nasabah-nasabahnya yang lupa bahwa mereka punya rekening di Perusahaan tersebut. Bulan berikutnya kalau sudah cukup belilah satu, dua lot. Begitu terus secara konsisten. Mereka merasakan bosan luar biasa (investasi memang membosankan, apa boleh buat). Kamu tahu aku adalah investor, jangka panjang. Penjang banget. Bahkan kalau memungkinkan, melampaui usiaku. Angka-angka di atas sama sekali tidak menggangguku, sama sekali. Jika saving adalah menyimpan dana untuk dibutuhkan jangka pendek, maka investing selalu ditujukan untuk jangka panjang. Itu pakem pasti dan tak bisa ditawar lagi.

Never depend on single income, make investment create a second source. Investasi seperti juga lari jarak jauh, ketika harga sedang merah, ingat saja satu jurus utama: sabar. Kata Mbah Warren Buffett. Ingatlah, pada akhirnya hidup ini adil. Mari Nabung Saham, sekarang!

Simple Stories for a Simple Investor | by Nicky Hogan | Copyright 2019 | Penerbit PT. Elex Media Komputindo | 719060331 | ISBN 978-602-04-9539-2 | ISBN (digital) 978-602-04-9540-8 | Skor: 3/5

Karawang, 280620 – Bill Witthers – Lovely Day

#28 #Juni2020 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf

#Lazio2-1Fiorentina #ForzaLazio

A Simple Favor: Gone Girl Yang Jenaka

Stephanie: “Five days ago. Emily went missing.”

Film dengan ending mengecewakan. Dari mula sampai pertengahan sungguh seru. Keren sekali, seksi dan merumit dalam bermain pikiran. Namun semenjak setelah pengungkapan bahwa sang istri tidak mati, tapi menghilang, bah alur langsung melemah dan rontok tak terkendali. Sempat digadang-gadang sebagus Searching yang sama-sama mencoba mengungkap sebuah kasus hilang/matinya seseorang, Searching berhasil menjaga tempo, bermain serius, dan memiliki twist yang bagus. A Simple Favor gagal mempertahankan gairah itu. Malah, adegan segitiga yang dinanti-nanti itu jatuhnya kayak sinetron klise yang tayang tiap malam di SCTV atau RCTI, ah sama saja buruknya. Astaga, saling silang tunjuk ujung pistol, tembak dan ah cuma bercanda, lalu sebuah mobil menghancurkan segala plot itu. Sayang sekali film dengan bintang besar Blake Lively dan Anna Kendrick berantakan. Gone Girl yang jenaka.

Sebelum memutuskan tonton, saya kena sedikit spoiler bahwa dua bintang utama akan ciuman. Catat. Saya juga kena bocoran bahwa film akan laiknya detektif, pencarian orang hilang. Catat. Selebihnya ngalir. Kisah dibuka dengan menyenangkan, bahwa Stephanie Smothers (Anna Kendrick) yang seorang Vlogger tentang cara memasak ala ibu-ibu kosmopolitan. Ia adalah orang tua tunggal dari putra semata wayang Miles Smothers (Joshua Satine). Kegiatan rutin menjemput si buah hati suatu hari berubah ketika teman main Miles, Nicky Nelson (Ian Ho) mengajak dolanan sepulang sekolah dan sang ibu yang seksi bak model Emily Nelson (Blake Lively), mengizinkan. Adegan kala Lively turun dari mobil, gerimis mengundang, dengan desiran angin disertai musik riuh benar-benar menggambarkan betapa ia istimewa. Betapa nyata eksplorasi kecantikan sang megabintang.

Di rumah Emily yang megah dengan dinding kaca lantai atas dengan view menawan jelas mereka dari keluarga terpandang, lalu mereka saling mengenal dan bergosip. Stephanie yang polos, mengungkap beberapa rahasia. Suaminya tewas kecelakaan mobil bersama saudaranya, ia pernah melakukan zina dengan saudaranya, ketika ayahnya meninggal sang ipar yang tampak reinkarnasi sang ayah membuat jatuh hati. Nantinya ini jadi kejutan pengungkapan fakta. Sementara Emily mengungkap rahasia, pernah main threesome. Wait. MML? Nope, MFF. Waduh… dan sang suami Sean Townsend (Henry Golding) ternyata adalah penulis buku Catenbury Tales, buku yang istimewa di mata Stephanie karena pernah dibacakan di klub buku, menjadi bahan skripsi dan dibedah khusus dalam diskusi. Pasangan ini bahkan tampak mesra, berciuman mulut di depan tamu! Betapa gairah dan norma menjadi samar. Stephanie memandang dengan tatapan damba. Asem.

Alur menjadi sesuai prediksi, ketika Emily meminta Stephanie untuk menjemput anaknya karena ia ada perlu, yang ternyata terdata ke Miami. Menjadi pengasuh sementara, saling bantu teman, sementara sang suami Sean sedang ke London menemani ibunya yang sakit. Dan misteri pertama dilemparkan ke penonton. Setelah beberapa hari, Emily dinyatakan hilang. Melalui vlog-nya Stephanie mengungkapkan kesedihan. Laporan ke polisi, melacak keberadaan yang memungkinkan Emily kunjungi. Bahkan sang protagonist lalu menjelma bak detektif ketika masuk ke kantor tempat kerja Emily, mencuri berkas, membuka fakta kecil yang tak disangka. Dan ketika penyelidikan seolah menemui jalan buntu, sebuah temuan menyedihkan diungkap. Emily ditemukan tewas di danau, mobil sewa tunai ditarik, mayatnya diotopsi, sakaw gara-gara heroin, dan tiket perjalanan itu palsu. Di sini jelas, arah pikiran penonton pasti sama. Sang ibu tunggal, penggemar bukunya Sean yang kini jadi ayah tunggal. Berhari-hari menjadi pasangan saling melengkapi. Sean bekerja sebagai dosen, Emily menjelma ibu rumah tangga idaman dengan masakan istimewa. Dan kalau mereka akhirnya tinggal seatap, mencoba membangun hubungan adalah keniscayaan. Happily ever after? Nope! Ini film thriller, eh film yang mencoba thriller gan.

Pesan-pesan rahasia Emily disampaikan seolah ia menjadi arwah gentayangan. Memberi sang anak Nicky sebuah amplop berisi gambar saling silang dengan tulisan Brotherf*ker. Mencoba mengirim sinyal keberadaan. Bahkan suatu saat Stephanie mendapat telpon langsung dari almarhum. Wow, kamu mulai menggila! Kamu sudah stress tingkat atas, orang mati menelpon! Film ini mau ke film horror? Tak terima dikatakan gilax, Emily lalu menelusuri kehidupan masa lalu ‘sang arwah’. Saya sudah bilang dari awal bahwa Emily ternyata tak mati, kok bisa? Padahal kita sudah melihat dengan gamblang mayatnya dikebumikan. Yup, sampai disini cerita memang bagus banget. Tapi penelusuran lebih lanjut terhadap identitas almarhum menjadi plot jenaka. Silakan ketawa.

Seperti Baby Driver yang hebat dari awal sampai pertengahan, A Simple juga luar biasa mengesankan. Baby menjadi luluhlantak berkat, eksekusi konyol betapa mudah senjata diangkat dan dar der dor dalam adegan balap bak fast and furious. A Simple terjun bebas ketika kemunculan plot lain yang lalu sampailah adegan segitiga itu. Apalagi motifnya cuma itu. Duh, maaf sekali. Duet perdana dua aktris istimewa sebagai dua peran utama Lively dan Kendrick berakhir bencana. “Anna and Blake are forces to be reckoned with.” Moga ada lagi film mereka berdua sebagai pasangan utama. Jangan kapok yes.

Sisi positifnya adalah, cerita detektif akan memudahkan plot dengan menemukan mobil yang diperosokan ke danau, catat jua dengan sengaja. Searching juga gitu. Bahkan ini kejadian nyata, sang ratu cerita criminal Agatha Christie kita tahu, beliau memainkan peran nyata sandiwara hilangnya demi meraih simpati, atau lebih tepatnya meraih perhatian dari kekasih tercinta karena kekecewaan hidup. Jadi kalau mau bikin cerita penyelidikan, coba taruhlah mobil dalam danau, pastinya menarik perhatian pembaca, pers dan sel-sel kelabu.

Cerita ditutup bak sebuah kasha nyata dengan menampilkan tilisan singkat nasib para karakter utama. Credit title-nya kreatif sekali, layak dinikmati sampai ujung walau tak ada adegan apapun. Selama tulisan berjalan ke atas, potongan adegan, foto-foto karakter sampai sekelumit gambar warna-warni ditampilkan dengan gaya slash miring dan potongan garis yang indah. Siapa yang bisa menolak keseksian Lively? Siapa yang ga penasaran selipan foto-fotonya? Coba kalau credit title film-film dibuat gini, pastinya banyak yang bertahan hibngga detik akhir. Ditambah soundtrack-nya bagus-bagus. Dari Mambo #5 (A Little Bit of…) dari Lou Bega, Les Passants nya Zaz sampai Bonnie and Clyde nya Brigitte Bardot dan Serge Gainsbourg. Meriah.

Berdasarkan novel karya Darcey Bell dengan judul yang sama yang merupakan novel debut, bukunya belum rilis saat film sudah sepakat dibuat. Walau akhirnya beberapa hal diubah, seperti Sean yang sebenarnya kerja di Wallstreet di film menjadi dosen. Atau untuk penyederhanaan, dalam novel Stephanie bukan Vlogger tapi Blogger, dst. Salah satu konsep uniknya adalah pembuatan martini, Blake Lively bahkan berlajar langsung dan mendemonya saat CinemaCon.

Mungkin agak terselamatkan di ujung sekali ending, kala vlog-nya Stephanie menyentuh view sejuta. Sungguh bahagia, menyampaikan cerita yang bisa dinikmati banyak kalangan, apalagi ini hanya dari seorang ibu rumah tangga. Hati-hati saat sobat kamu nanya, apa hal paling gila yang pernah kamu lakukan, rahasia biarkan tetap menjadi rahasia. Ssstttcan You keep A Secret?

Well decent, until it wasn’t. The movie was quite enjoyable for the longest time. Well and tricky. Then the conclusion happened. Drop till the end, so disappointed. Is it a joke baby? Hufh… gone girl gone bad. Nah… nah… nah…

A Simple Favor | Year 2018 | Directed by Paul Feig | Screenplay Jesicca Sharzer | Cast Anne Kendrick, Blake Lively, Henry Golding, Ian Ho, Joshua Satine | Skor: 3.5/5
Karawang, 170419 – Nikita Willy – Ku Akan Menanti – 190419 – Andre Previn, Herb Ellis, Ray Brown, Shelly Mann – I Know You So Well

#PemiluDay #TheGoodFriday