#Agustus2022 Baca

“Hari ini agaknya mendung, Pak.” – Anak buah Tuan Gendrik by Pamusuk Eneste

Bulan Agustus mengejar buku tebal, lebar, non fiksi Teori Sosiologi Modern. Kubaca 15 halaman sampai 25 halaman per hari. Konsisten dan berat, makanya menggerus bacaan lain. Hanya 6 buku yang tuntas, itupun rerata tipis. Dan memang kembali santuy, tak ada yang dikejar sekalipun daftar antri sangat amat banyak.

#1. The Robe of Skulls by Vivian French

Kisahnya berkutat oleh lima tokoh utamanya, berganti-ganti sudut pandang: pertama Gracie Gillypot yang dikurung di ruang bawah tanah, dihukum oleh sudara tirinya yang jahat Foyce. Kedua, Pangeran Marcus yang bandel dan suka petualang, memiliki saudara kembar Arry yang punya wibawa dan jelas sudah ditunjuk sebagai penerus takhta. Ketiga, Marlon sang kelelawar yang membantu Gracie kabur ke Pitarah Purba. Keempat keponakan Marlon, kelelawar Millie. Dan terakhir trolls ratusan tahun Gubble yang pasif dan malesi, tapi punya peran bagus untuk memengaruhi sang penyihir.

“Aku hanya punya dua nasihat, satu jangan jauh-jauh dari peta, jangan sampai hilang. Kedua, jika kau terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan dan segalanya salah, pergilah ke rumah Pitarah Purba. Mereka tahu segala jawaban segala pertanyaan..”

#2. Tuan Gendrik by Pamusuk Eneste

Semua cerpen memakai judul karakter utama. Semuanya pendek, belum ‘in’ sama cerita sudah selesai. Namun hebatnya, semua ending menggantung. Keputusan akhir diserahkan ke pembaca. Dari kepala media yang diminta ceramah kepahlawanan, tak tahu ngomong apa. Karyawan yang diancam, diperas duit sebab istrinya diculik, dan kita tak tahu apakah ia melapor polisi atau memenuhi tuntutan dengan uang pinjaman. Lalu Tuan Gendrik, bos kantor yang baik hati dan tak sombong, yang suatu hari kehilangan semua karyawannya, misterius. Hingga warga baik-baik yang dituntut untuk menikahi perempuan yang tiba-tiba mampir ke apartemennya, lalu menyatakan hamil anaknya. Semua diramu dengan tanda tanya di akhir. Begitulah, sederhana nan memikat. Tak sampai meledak-ledak, tapi sungguh efektif meluluhkan hati pembaca.

“Terus terang, aku tak tahu harus menyapamu dengan apa. Mas, dengan kau, dengan kamu, atau dengan Anda. Tapi itu tak penting bagiku, yang terlebih penting adalah persoalan yang akan kubeberkan di bawah ini.”

#3. To Live by Yu Hua

Tragis. Ini adalah cerita kehidupan warga biasa di China di abad 20. Dari keturunan kaya raya, miskin karena judi, lalu bertahan hidup menjadi petani. Dan ditengah gempuran zaman, mereka dibantai kekejaman kehidupan. Satu demi satu tempaan cobaan disajikan, hingga sisa-sisa akhir. saya yang biasanya suka cerita dengan akhir yang kelam, bahkan sampai berharap, harapan terakhir Kugen, tak sampai dimatikan. Mengerikan memang, era China yang bergolak, pantas bukunya dilarang terbit. Mungkin seperti buku-buku Indonesia era Orde Baru yang membredel buku-buku yang menyerang Pemerintahan. Atas nama kestabilan, banyak sekali pengorbanan diapungkan.

“Dulu kala nenek moyang keluarga Xu cuma pelihara seekor ayam, ayamnya besar jadi angsa, angsanya besar jadi kambing, kambing dipiara terus sampai besar jadi sapi. Beginilah keluarga Xu hingga menjadi kaya.”

#4. Room by Emma Donoghue

Novel dan film sama saja. Dibuat dalam dua babak utama, di dalam kamar dan adaptasi di kehidupan sesungguhnya. Dengan cerdas mengambil sudut pandang seorang anak lima tahun yang polos dan menggemaskan. Pendidikan itu penting, tapi lingkungan jauh lebih penting. Bagaimana sifat dan karakter dibangun di ruang sekecil itu. Dari lahir dan pada akhirnya kabur, bagaimana Jack beradaptasi sama hidup baru. Polos dan tampak sangat menyentuh. Seperti filmnya, menurutku bagian pertama luar biasa. Keren abnget, ide memenjara dan dengan segala keterbatasannya. Bagian kedua menurut drastis. Itulah mengapa orang suka drama pahit, sebab cerita pahit selalu mematik penasaran. Nah, untungnya, ending buku ini bagus banget. Pamit itu menampar teori-teori sosiologi, mengukuhkan betapa sempat dan lega itu sangat subjektif.

“Dan tempat-tempat itu juga nyata, seperti ladang dan hutan dan pesawat dan kota-kota…”

#5. Aruna dan Lidahnya by Laksmi Pamuntjak

Novel pertama Laksmi Pamuntjak yang kubaca, keren banget. Pemilihan kata, nyaman dan puitik. Salah satu novel lokal dengan liukan kata terkeren yang kubaca. Cerita mungkin agak kurang, sebab memainkan orang-orang kalangan atas yang tak relate sama jelata. Pilihan dengan makanan sebagai tunggangan utama, baru pilihan bagus. Berapa banyak sih novel dengan citarasa makanan sebagai tema dicipta di Indonesia? Tak banyak. Apalagi dibuat dengan gemuruh diksi sekeren ini. Pengalaman pertama yang akan mematik karya-karya berikutnya untuk dilahap.

“Kuah babat karena memberi bodi dan aroma, kacang kedelai karena membuat ekstra renyah, timun karena menambah asam dan segar.”     

#6. Islam tanpa Toa by Jamaah Milis KAHMI Pro

Buku yang dinukil dari milis, bahasanya bebas. Seperti zaman sekarang melihat debat online terbuka di twitter atau facebook. Temanya bagus, polemik yang sudah lama ada, masih ada, dan akan selalu ada. Tentang toa atau pengeras suara di masjid-masjid kita. Pro kontra wajar, alasan yang disampaikan juga sangat wajar, dan masuk di akal. Yang pro, biasanya karena sudah kebiasaan.

“Ini sudah fitrah. HMI itu tidak mempersoalkan apakah kamu salat pakai qunut atau tidak. Apakah kamu tahlil atau tidak. Yang salah adalah yang tidak salat dan menutup telinga saat azan.”

Karawang, 020922 –  Sherina Munaf – Ada

Happy birthday to me.

#Mei2022 dan #Juni2022 Baca

Catatan baca kali ini saya rekap langsung dengan Juni sebab Juni lalu saya fokus 30 hari menulis review buku.

Mei 2022

#1. Melihat Pengarang tidak Bekerja by Mahfud Ikhwan

Menurutku buku ini setara bagusnya dengan Cerita, Bualan, Kebenaran. Tips-tips menulis yang dibalut bukan tips menulis. Nyaman dan terasa sangat masuk akal. Jelas lebih keren dari Menumis itu Gampang yang bertema umum. Poinnya sama, Cak Mahfud bercerita kesehariannya. Buku ini terasa lebih asyik sebab bahasannya fokus ke proses kreatif, yang setelah ditelaah, tak kreatif juga, tak banyak nasehat, atau petuah membumbung. Benar-benar cerita bagaimana ketahananan menulis buku itu perlu, pengalaman dari Penulis pemenang DKJ dan KSK. Dua penghargaan sastra paling bergengsi tanah air. Walau judulnya provokatif, bagaimana penulis menganggur, percayalah, itu hanya jeda. Judulnya biar tampak eksotik. Itu hanya masa santuy, sejatinya menulis memang kudu tahan banting, konsistensi, dan dipaksa.

“Jadi, sekali lagi, mood itu eksis. Ia bukan mitos. Ia ada, dan beberapa orang betul-betul memerlukannya untuk mencipta. Ia, membentuk sejenis pola bagi orang-orang tertentu…”

#2. No Comebacks by Frederick Forsyth

Luar biasa. Keren banget. Kumpulan cerpen yang langka, di mana semua cerpennya mengandung kejutan. Twist. Dituturkan dengan sabar dan muram, telaten. Hingga pukulan telak disiapkan di akhir. kesepuluhnya wow, jelas ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah kubaca, setelah menyelesaikan baca langsung terbesit menyusun 100 buku kumpulan cerpen terbaik, dan ini akan kumasukkan 10 besar. Efek yang murni bagus, dan dengan senang hati saya rekomendasikan untuk kalian.

“… Aku juga sudah berkesempatan menggunakan jasa seorang agen sangat terhormat untuk melacak ahli waris yang hilang. Kini nampaknya para ahli waris hadir, tetapi harta tetapnya yang hilang. Namun…”

#3. The Belly of Paris by Emile Zola

Kisah panjang berliku, padahal intinya hanya berkutat di sebuah pasar di Paris abad kesembilan belas. Politik, gosip, percintaan, diaduk sampai lumer dalam keseharian orang-orang pasar. Pijakan kisah memang kuat, keluarga yang berbeda karakter itu, dipecah oleh pandangan politik. Acara ngopi tiap pekan malam hari malah jadi ajang diskusi terlarang, orang-orang lurus merasa terusik. Ditambah drama persaingan dua pedagang besar, politik dalam di sini malah seolah jadi tunggangan. Makanya ending-nya seperti itu. Tepuk tangan untuk itu.

“Dia boleh makan dan tidur di sini dan merepotkan kita kalau mau; kita bisa menghadapi itu, tetapi yang tidak akan kutoleransi adalah kalau dia membuat kita terlibat urusan politik… Kita memerlukan tiga belas tahun agar tabungan kita cukup untuk mandiri, kita tidak pernah terlibat politik, kita hanya ingin membesarkan anak kita dengan baik dan memastikan usaha kita lancar. Kita orang baik dan jujur!”

#4. The Buried Giant by Kazuo Ishiguro

Buku pembunuh naga dimana naganya tidak muncul-muncul bahkan hingga halaman 400 hari 480! Ada tiga konfliks utama sejatinya, dijabarkan dengan sabar dan telaten. Buku bagus memang harus sabar, tak tergesa. Pertama, pasangan tua yang ingin mengunjungi anak mereka di desa seberang, untuk bisa mencapainya butuh waktu lama, tak memiliki kuda, hanya jalan kaki. Warga Briton yang sudah damai dengan warga tetangga. Kedua, seorang kesatria yang diberi mandat membunuh naga betina tua, ia adalah seorang Saxon. Kedua desa sejatinya sudah berdamai tapi percikan amarah masih kadang muncul. Dan ketiga kesatria tua yang menjadi kepercayaan Raja Arthur yang juga mendapat tugas membunuh naga yang sama. Karena ini buku sastra, jangan harap mudah dicerna, bahasanya berpanjang-panjang, meluik-liuk tak tentu arah, sampai akhirnya setiap karakter menemukan titik akhir takdir cerita.

“Kami hanya dua pengelana yang tersesat, kedinginan dan lelah, pakaian kami basa karena air dungai tempat kami diserang baru saja oleh peri-peri yang bisa…”

#5. Mrs Dalloway by Virginia Woolf

Njelimet, novel tak biasa. Tak ada bab, tak ada keterangan tambahan, ndelujur saja dari awal hingga garis finish. Melelahkan memang, tapi seringkali buku yang ditantang mikir, melelahkan, tak biasa, adalah buku yang ok. Mrs. Dalloway jelas tak sekadar ok, ini novel memberi nuansa imaji tersendiri. Pembaca diajak jalan-jalan ke pesta, yang pestanya bahkan masih dalam rancangan, rancang bangun itu lantas diputar ke masa lalu sang penyelenggar. Hari-hari indah dengan mantan kekasih, harapan-harapan yang kandas, hingga semacam penyesalan kesalahan memilih pasangan hidup. Lingkar kawan memang sangat penting mencipta nasib, dan nasib dibentuk dari nukilan-nukilan kejadian sehari-hari.

“Setiap orang merelakan sesuatu ketika mereka menikah.”

#6. The Road by Cormac McCarthy

Bagaimana yang tidak akan pernah ada berbeda dari tidak pernah ada? Buku tanpa tanda petik. Semua, baik kalimat langsung atau sebuah kata yang perlu kutip, tak ada tanda petiknya. Benar-benar ya, mana ceritanya juga antah pula. Sejatinya, setelah menyelesaikan baca, inti kisah tak rumit amat. Duo ayah anak yang melakukan perjalanan dari kota ke kota, bergerak terus untuk mencari perlindungan berujung di pantai di zaman masa depan yang kelam. Itu saja, dari awal sampai akhirnya terjadi tragedi itu, segalanya dicerita datar. Tak ada yang perlu diperdebat lebih, selain kenapa ini terjadi. Jadi pertanyaan filosofisnya, mengapa bumi bisa sedemikian mengerikan. Ini jelas penggambaran hitam, mengerikan kurang pas, hhmm… porak poranda mungkin lebih pas. Sebuah masa suram dunia yang kita tinggali.

Jadi, katakan kepada kami, menuju ke mana dunia ini?

#7. The Bookseller of Kabul by Asne Seierstad

Apa yang pertama terlintas saat Negara Afganistan disebut? Perang? Islam? Osama bin Laden? Atau Negara Islam yang tata kelolanya semrawut? Saya lebih ingat bagian terakhir ini. Sebuah kudeta tahun 1970-an mengubah Negara ini. Lebih tepatnya Zahir Shahm raja yang memerintah selama empat puluh tahun yang boleh dikatakan aman dan damai, didepak tahun 1973. Lalu serangan Uni Soviet selama sedekade, lantas perang saudara, dan Taliban mencipta kekeruhan politik, hingga akhirnya perang tak kunjung usai, dari satu kekuasaan ke kuasaan lain. Saat ada pengumuman perang telah usai. Itu hanyalah perang baru yang akan dimulai – perang yang melindas semua keceriaan. Bahkan hingga kini, terbaru tahun lalu saat Amerika pergi, berita mancanegara bersliweran kepanikan warga, pembersihan politik, hingga kekhawatiran krisis terjadi.

Kutipan penyair favorit Fedusi, “Untuk bisa berhasil, kadang kita harus menjadi serigala dan kadang domba.”

#8. The Frog Princess by E. D. Baker

Cerita pangeran yang dikutuk jadi katak, lalu mendapat ciuman putri sehingga bisa kembali normal mungkin sudah melegenda, sehingga sudah dikenal banyak orang. Cerita asli karya Grimm Brother itu sudah sangat umum. Jadi dasar buku ini adalah legenda itu. Ya, namun jelas modifikasi dicipta, sebab judulnya saja Sang Putri Katak, bukan Pangeran Katak. Yang jadi katak ceweknya dong? Yup, yang nyium Pangerannya? Ah tidak juga, ini adalah kisah pelintiran, jadi sang penulis bebas mengotak-atik pijakan. Dan karena ini terbitan Atria, di mana jaminan mutu sudah melekat, harapan itu tetap terwujud! Luar biasa. Hebat, buku kelima tahun ini dari Atria yang selesai kubaca ini tetap memuaskan. Saya suka cerita sederhana Putri Emma yang menggemaskan.

“Tentu saja. Mengubah manusia-jadi-katak adalah mantra yang sangat sderhana dan mduah diingat. Aku sendiri sudah pernah mempraktikkannya beberapa kali. Kenapa kau bertanya?”

Juni 2022

Juni ini program #30HariMenulis #ReviewBuku menghadirkan tribute untuk para penjual buku atau orang-orang yang meminjami atau menghadiahiku. Agak sulit memilahnya, sebab ada ratusan orang/toko yang telah kusentuh.

#1. The Tales of Beedle the Bard by J.K. Rowling

Luar biasa. Cerita sederhana diramu, menjadi pendukung cerita Potter yang sudah melegenda. Saya sudah menginginkan buku ini jauh hari, tapi ga gegas terwujud. Untuk ada teman film menawarkan. Semua Potter mania tahu, cerita ditutup happy ending, dan dongeng ini menyisakan beberapa pijakan penting. Tiga Saudara dengan tiga benda sihirnya. Hanya bisa bilang wow untuk JK Rowling.

“Jadilah pemberani teman-teman, dan jangan menyerah.”

#2. A Room of One’s Own by Virginia Woolf

Buku yang (rasanya) sulit dipahami, terutama saat awal mula. Namun setelah berhalaman-halaman yang melelahkan, kita akhirnya diajak memasuki maksud utama sang penulis. Lima bab awal, seolah esai ini berputar-putar tak keruan, curhat panjang lebar kehidupan, mengelilingi dunia pustaka di London, sulit dicerna mau ke arah mana. Dan bab penutup, bab Enam menjelaskan segalanya. Gamblang, bahwa untuk menjadi penulis, Virginia Woolf mensyaratkan dua: Jika kau ingin menulis fiksi atau puisi perlu memiliki uang lima ratus pound per tahun dan kamar beserta kuncinya tergantung di pintu. Lima ratus pound setahun berarti kekuatan untuk merenung bahwa kunci yang tergantung di pintu berarti kekuatan untuk berpikir mandiri, tetap saja kau dapat mengatakan bahwa pikiran harus naik di atas hal-hal seperti itu; dan bahwa penyair yang hebat seringkali adalah orang-orang miskin.

“Kebodohan akan mengalir dari bibirku, tetapi mungkin ada beberapa kebenaran tercampur dengannya; tugasmu mencari kebenaran ini dan memutuskan apakah ada bagian yang layak disimpan.”

#3. The Parable of the Pipeline by Burke Hedges

Saluran-saluran pipa merupakan saluran-saluran kehidupan, karena saluran-saluran ini mampu memasok diri sendiri. Saluran itu memang perlu diperbaiki dan dirawat sewaktu-waktu, bahkan kadang perlu membangun kembali, tapi jelas saluran-saluran pipa mampu memompa keuntungan terus-menerus, dari tahun ke tahun.

John Naisbitt bilang, “Semakin banyak kita menggunakan teknologi canggih semakin perlu pula kita mengembangkan sentuhan kemanusiaan.”

#4. Quidditch Through the Ages by J.K. Rowling

Buku penunjang kisah Harry Potter lainnya. Setelah menikmati Fantastic Beast and Where to Find Them, dan The Tales of Beedle the Bard, kali ini kita memasuki tema olahraga. Sejatinya sama saja, ini adalah kisah rekaan, jadi semua yang ada di sini juga rekaan dari modifikasi keadaan sebenarnya. Fantastic mengambil hewan-hewan yang ada dengan menambahkan berbagai mitologi, ada yang berbahaya ada yang jinak nan imut. The Tale begitu juga, mengambil dongeng-dongeng yang ada, dimodifikasi. Dari Cinderella hingga Putri Tidur, jadi kisah penyihir yang baik hati. Dan sama, yang baik akan menerima karma baik. Nah, di Quidditch, olahraga sapu terbang, kita menemui modifikasi dari basket dan sepakbola, lebih kental sepakbola bila merujuk historinya. Begitulah, kiga diajak berjalan-jalan di antara ring dan desingan udara di atas lapangan.

“Tindakan-tindakan Stooging sudah semakin sering saja dilakukan. Kami menganggap peraturan baru ini akan mencegah terjadinya cedera berat pada Keeper…”

#5. Puisi-Puisi Terpilih Catullus by Catullus

Catullus 7: Kautanya berapa banyak ciuman milikmu / Yang cukup, bahkan lebih, bagiku, Lesbia? Sebanyak jumlah butir-butir pasir Libia.

#6. Meet Your Maker by Jacob Julian

Cerita horror tanpa hantu. Sebenarnya pembuka hingga adegan ditemukan kejanggalan, buku ini bagus sekali. Pengenalan karakter dan penggambaran suasana lelaki jomblo menyendiri, jauh dari keluarga dan rekan-rekan, dan karakter pemalas tapi tak malas seperti ini bijaknya dikembangkan jadi karakter umum, dengan problematika kebutuhan sehari-hari. Sayang, sejak adegan terkunci, jendela macet, dan ditemukan banyak darah di luar kamar, kisah jadi ala film kelas C, yang suka mengkaget-kagetkan penonton. Mencoba filosofis, tapi tak sepenuh hati.

“Ketika aku menjelaskan bahwa serangan itu bukan perang, memang itu benar. Manusia tidak perlu perang untuk menjadi monster… kita adalah monster yang berada di dunia yang salah, saat oenghakiman pertama datang sampai penghakiman terakhir muncul…”

#7. Projo & Brojo by Arswendo Atmowiloto

Novel unik. Tukar orang yang dipenjara, dan katanya buku ini merupakan terinspirasi dari pengalaman Arswendo selama dipenjara? Apakah beliau pernah melakukan tukar posisi seperti ini? Ataukah ini pure imajinasi, seandainya punya jabatan penting, bisa seenaknya saja kabur secara tersirat dari jeruji besi? Menarik, walau ditemukan beberapa kejanggalan. Seperti, bagaimana bisa istri tak mengenali suami yang menyamar? Atau perubahan sifat karakter secara tiba-tiba akibat kepergok, seolah materi tak penting? Seakan di otaknya dipasangi rem yang kelewat pakem. Atau bagian, kepolosan perempuan desa yang luar biasa sederhana, polos. apa adanya, dan begitu sabar. Mungkin ada orang-orang seperti itu, di sini diumbar dengan pesonanya sendiri.

, “Kenapa sih kamu ini, apa hidup ini urusannya hanya saruuuung melulu. Ini dunia hampir kiamat.”

#8. 5 Detik dan Rasa Rindu by Prilly Latuconsina

Apa yang bisa diharapkan dari seorang artis yang menulis buku, menulis puisi? Hanya sedikit artis yang sukses menapakinya, sayangnya debut Prilly ini tak sukses. Tertatih, dan biasa sekali. Harapan yang rendah, dan sesuai. Puisi memang sulit dipahami, susah diprediksi, kutipan-kutipan yang pantas di-sher di sosmed biasanya yang berhasil menautkan emosi pembaca, emosi pendengar, penikmat syair. Di sini, tak banyak, atau malah tak ada yang untuk dibagikan. Mengalir saja. Tema cinta dan kerinduan, jatuh cinta memang indah, akan lebih sangat indah bila tak bertepuk sebelah. Mencipta rindu, dan kenangan, yang tak sertamerta merangkul erat para pecinta.

Kamu: Kamu sangat populer di kepalaku / Bahkan saat aku tidur / kepalaku tetap disibukkan olehmu. / Karena kamu selalu singgah dalam mimpiku. / Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku / tak pernah berhenti.

#9. Yang Tersisa Seusai Bercinta by Cep Subyan KM

Kesannya malah terjatuh. Seolah-olah bilang, “saya keren”, “saya gaul”, atau “begitu nyastra”. Jatuh. Kembali saya teringat catatan lama saya, dengan menyebut nama-nama keren, kamu tak otomatis keren. Dengan menyebut Gabriel’s Palace: Jewish Mystical Tales, Lo-shu, Montase Retrofilis, Venus in Furs, Hannibal Lecter, The Golden Bough, Dante’s Dream, Sappho’s Lyre, hingga Septem Sermones of the Dead, tak serta merta kamu wow. Malah janggal, novel mengutip para orang hebat sebelumnya terlampau sering, atau terlalu banyak. malah memuakkan dan pengen muntah.

“Pandu Dewana tak akan mati sepanjang dia tidak melanggar larangan bersetubuh dengan Dewi Madri.”

#10. Bokis 2 by Maman Suherman

Apa yang bisa diharapkan dari buku gosip? Sambil lalu, lalu menghilang. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah buku yang isinya curhat, cerita kebobrokan dunia selebrita? Tak muluk, walaupun ditulis oleh seorang jurnalis pengalaman, CV-nya merentang dari hiburan cetak sampai visual. Buku yang tak terlalu berfaedah, buku sekadar hiburan, yang kurang relate sama jelata macam saya. Jauh dari hingar bingar infotaiment, jelas ini akan gegas terlupakan, hanya mampir di memori sementara. Bokis, tahu artinya? Enggak? Sama. Baik saya ketik ulang Prabokis-nya ya.

. “… sudahlah, nggak usah dipaksakan. Bikin yang seperti biasa saja. Yang sensasional-sensasional. Masyarakat kita suka gosip sensasional.”

#11. Aliansi Monyet Putih by Ramadya Akmal

Bagus. Cerpen yang bagus itu, memberi efek kejut di akhir. dengan keterbatasan kata-kata, prosedur cerita kudu dicipta. Karena saya sudah membaca buku Franz Kafka hingga Jack Kerouac, standar cerpen naik. Dan sebagian cerpen di sini memenuhi, saya bilang sebagian sebab hanya beberapa saja yang laik disandingkan. Cerita Tuan yang Paling Mulia misalkan, kita baru tahu motif Pak Joachim dengan anjingnya pada halaman terakhir, setelah diajak berputar panjang kali lebar, ternyata itu to maksudnya. Cerita utama, Aliansi Monnyet Putih juga menyimpan kejutnya, bagaimana kekecewaan dan harapan disandingkan, lalu mengapa seorang WNI yang migrasi itu berada di sana, bagus.

“Ternyata kamu pejudi sampai ke darah, ya.”

#12. TLotR: The Fellowship of the Ring by J.R.R. Tolkien

Akhirnya salah satu novel yang sangat ingin kubaca ini terkabul juga, di rak sudah komplit tiga seri. Sudah punya sejak September 2020, baru kubaca tahun lalu dan butuh waktu setengah tahun untuk menuntaskan. Memang tak muda, sebab fantasinya kompleks. Kalau dibanding Narnia yang lebih santai dan tipis, atau Harry Potter yang walau tebal tapi kocak, dan genrenya remaja. The Lord of the Rings sungguh berat. Banyak kosotaka baru, perlu settle dulu memulai pengembaraan. Dan jelas, ini salah satu novel fantasi terbaik yang pernah ada, atau malah yang terbaik?

“Bilbo pergi untuk menemukan harta, lalu kembali tapi aku pergi untuk membuang harta, dan tidak kembali, sejauh yang kupahami.”

#13. Potongan Tubuh by Pyun Hye-young, dkk

Luar biasa, memesona. Beginilah seharusnya cerita pendek dicipta. Dicerita dengan abu-abu tapi tetap mencipta penasaran. Dunia yang sejatinya di sekitar kita, dibuat rumit untuk membuat pembaca penasaran. Pintar sekali yang bikin kisah, kita tak dibiarkan tenang. Nama-nama penulisnya asing, tak satupun kenal. Namun tak ragu saat kubeli bukunya, sebab kualitas terbitan Baca yang beberapa kali kulihat mengalihbahasakan buku-buku Korea, bagus. Ini sama saja, sama kerennya. Tak perlu jadi fans BTS untuk bisa masuk ke dunia literasi Negeri Gingseng.

“Bagiku, kawasan rumahku dan Pecinan merupakan buritan kapal yang sudah dimasuki air dan akan segera tenggelam.”

#14. Tiga by retagalih.pHe

Novel remaja lagi, hufh… sekalipun kubaca saat remaja, buku sejenis ini takkan kusuka. Banyak hal tak relate, terlalu lebai, terlalu lo gue end, terlalu sinetron. Atau malah persis sinetron, plot, karakter, cara penyampaian. Sungguh tak enak dibaca. Cari duit segampang itu, cari pacar seindah itu, cari penyakit sesederhana itu. Sekalipun buku remaja, banyak hal tak pantas disebarkan ke remaja, persis sinetron kita kan. Sayangnya, hal-hal buruk sejenis ini laku, cerita tak mendidik yang meracuni generasi muda. Miris.

“Apa yang diberikan dunia fotografi bagi hidup Anda?” / “Kepuasan, uang dan kebebasan.”

#15. Aisyah Putri 2: Chat On-Line! by Asma Nadia

Merupakan lanjutan Operasi Milenia, kali ini kita diajak berchatting ria. Semua tokoh seri pertama masuk lagi, tak banyak tambahan. Hanya permasalahan dan konfliksnya berbeda. Di tahun 2000, online tentunya belum semudah sekarang. Belum sebanyak dan senyaman saat ini. masih harus di warnet, tarif yang mahal, hingga tak sesederhana sekarang bila ingin lanjut ke chat berikutnya, atau hingga akhirnya kopi darat. Dalam singkatnya, zaman itu untuk chat butuh perjuangan lebih. Tak seperti sekarang, bisa rebahan dan murah.

“Kalau mau lebih aman lagi, ngajak ahwat lain pas buka internet atau chatting. Jadi kalau satu niatnya nyeleweng, yang lain bisa ngelurusin.”

#16. Mengarang Novel Itu Gampang by Arswendo Atmowiloto

Ini adalah sekuel dari Mengarang itu Gampang. Saya belum baca, akan kukejar cari. Kali ini fokus ke novel, di mana pengarang butuh perjuangan ekstra. Ini mengarang novel yang lebih membutuhkan napas yang panjang. Tak seperti cerpen yang spint, novel adalah bentuk lari marathon.

“Akan tetapi realita bukan hanya yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang berdialog. Realitas itu juga merupakan realitas keseharian.”

#17. Bertanam Cabai dalam Pot by Redaksi Trubus

Buku tipis yang bermanfaat. Kubaca sekali duduk siang tadi pas istirahat kerja, langsung kelar. Sejatinya sudah beberapa kali memiliki tanaman cabai di pot depan rumah, sudah berulang kali panen pula. Secara praktek sudah, niat membeli buku adalah tahu teorinya. Dan terpenuhi, benar-benar bermanfaat. Simple, sederhana, ngena. Contoh, pemilihan bibit, dulu saya selalu mengambil biji cabai yang busuk, tidak dimasak, sehingga ketimbang dibuang, bijinya saya tabor di pot. Tumbuh, dan berbuah. Di sini dijelaskan, bibit biji cabai harus yang prima, yang bagus. Benar-benar cabai yang fresh, itupun tak sembarangan. Dipilah dengan disebar di air, yang melayang apalagi terapung, itu bibit buruk, pilih bibit yang tenggelam. Lalu pilih yang segar, tak keriput atau ngeruntel. Sederhana ya, tapi penting.

“Hasil penelitian IPB tahun 1997 membuktikan, harga cabai lebih banyak dipengaruhi oleh suplai. Bila suplai kurang maka harga langsung naik. Bahkan dengan kecanggihan komunikasi saat ini, harga cabai di pasar induk bisa berubah dalam hitungan menit, sesuai ketersediaan barang di sentra produksi.”

#18. Captain Corelli’s Mandolin by Louis de Bernieres

Tebal dan lebar, butuh waktu intens selama sebulan ini untuk menuntaskannya. Filmnya sudah pernah kutonton, tapi agak lupa. Samar saja tentang tentara Italia yang ditugaskan ke sebuah pulau di Yunani di masa penjajahan, kala Perang Dunia Kedua, lalu jatuh hati sama penduduk lokal. Maka saat kutelusuri kata-kata, makin takjub detailnya. Langsung browsing pulau Cephallonia, setelah saya googling, nama pulaunya sekarang Kefalonia, terletak di Yunani Barat, dinamai dari mitologi Cephalus, meskipun artinya ‘Pulau dengan Kepala’. Bahkan air laut sekalipun lebih tembus pandang daripada udara di tempat lain mana pun. Orang bisa terapung di air dan memandangi dasarnya yang jauh, dan dengan jelas melihat ikan-ikan pari, yang entah mengapa selalu disertai ikan-ikan flasfish mungil.

“Aku mencintai Pelagia, tapi aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menjadi laki-laki sejati sampai aku melakukan sesuatu yang penting, sesuatu yang hebat, sesuatu yang bisa kubanggakan, sesuatu yang berharga. Itulah sebabnya aku berharap perang akan pecah.”

#19. Neraca Kebenaran  by Al Ghazali

Buku tipis, dicetak mungil. Bagus sekali, saya menemukan cara pandang baru terhadap Al Quran. Banyak hal memang tak bisa dilogika, maka terhadilah percakapan antara si Fulan (F) dengan al Ghazali (G). Membahas kebenaran kitab suci. Bagian terbaik adalah Ijtihad. Sebuah upaya mencari jalan keluar, karena tidak tercantum dalam Al Quran dan Hadist. Butuh ilmu dan akal sehat, dan tertimbangan matang. Mencari arah kiblat contohnya, setiap individu bisa lain, maka butuh ilmu, walau sekarang dengan mudah dengan kompas, kita bisa bayangkan beerabad-abad lalu tanpa alat itu.

“Bertakwalah kepada Allah dan jangan lalim dengan menggunakan ta’wil dalam penafsiran.”

Karawang, 020622 – 080722 – Rihanna –Take a Bow

September2021 Baca

Adolf Eichmann: “Saya tahu hukuman mati telah disiapkan untuk saya.” Kata-katanya saat ditangkap dan diinterogasi awal oleh intelejen.

September ini menjadi bulan yang benar-benar normal lagi dalam menikmati buku. Bulan yang sebenarnya kuantisipasi munculnya para nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) tapi ternyata baru muncul di jelang bulan berganti, maka hanya baca satu kandidat. Yang lainnya benar-benar ngalir normal tanpa banyak embel-embel prioritas mana yang pengen segera dituntaskan dan diulas. Paling buku-buku yang kubeli dari Buku Vide, Yogyakarya yang tepat setahun lalu kubeli, bulan September lunas baca ulas.
Tahun ini di bulan ulang tahunku juga diwarnai pecah telur, beli buku bejibun. Ada satu transaksi 41 buku sekali beli. Idep-idep hadiah ulang tahun. Boros, tamak, rakus. Ini buku, ini kertas koleksi.

#1. Breaking Poetry – Antologi Kumpulan Puisi

Kumpulan puisi mbeling yang payah. Tampil beda tak selalu keren. Buku ini mencerita segala aktivitas dan kritik sosial di ibu kota, dibawakan dengan aneh dan nyeleneh tapi dalam konotasi negatif. Entah maunya apa, puisi yang sudah kita ketahui itu memang agak sulit dimaknai, walaupun memang taka da yang salah. Mau dirubah dengan gaya gaul, oh tidak. Puisi tuh ga gini om. Sungguh buruk.

#2. The NotebookNicholas Spark

Cinta yang agung. Kisah yang mendayu-dayu. Kasih suci yang menyelimuti hingga di ujung senja. Benar-benar menyentuh, benar-benar indah uraian asmara abadi mereka. Sungguh sulit diterima nalar, betapa cinta sejati tak akan mati, kecuali kena penyakit. Kenanganan-kenangan lain hanya berupa fragmen-fragmen belaka, potongan-potongan masa kecilnya di sana-sini, tapi hanya sedikit yang dapat menggugah perasaannya.

“Senja hanya ilusi semata, karena matahari pasti berada di atas garis cakrawala atau di bawahnya.”

3. Eichmann in Yerusalem Hannah Arendt

Ini buku liputan sidang pengadilan atas Adolf Eichmann di Jerusalem pada tahun 1961 untuk New Yorker, dan hasil liputan dimuat berseri pada Februari hingga Maret 1963. Buku yang sangat kueeereeeen. Salah satu buku non-fiksi terbaik yang pernah kubaca. Kisahnya berliku. Walau intinya satu, pengadilan Adolf Eichmann yang berakhir dengan hukum gantung. Pengadilan Jerusalem ini dikupas tuntas, ditelusur dari awal mula proses ini menemukan kik, bahkan ditarik mundur terlampau jauh di mana tersangka lahir dan tumbuh kembang. Eichmann lahir pada 19 Maret 1906 di Solingen.

“Setelah beberapa saat ini, Tuan-tuan kita akan bertemu kembali. Demikianlah nasib semua orang. Hidup Jerman! Hidup Argentina! Hidup Austria! Aku tidak akan melupakan mereka.”

4. Identity Milan Kundera

Buku tentang cinta dan obsesi membahana. Pasangan dua orang terluka, yang satu kehilangan anak dan bercerai dua kali, yang lainnya drop out kuliah kedokteran, menjadi pekerja kasar dan kere. “Berhenti kuliah bukan suatu kemunduran, yang aku lepas sat itu adalah ambisi. Aku tiba-tiba jadi orang tanpa ambisi…” Dua hati yang terluka itu bersatu, di awal mula sungguh cinta yang membara. Bertemu dalam seminar di sebuah hotel, terpanah asmara, lantas meletupkannya dalam birahi. Namun, seperti cinta dengan pondasi yang tak kuat pada umumnya, lantas hubungan ini goyah. Mereka kehilangan identitas sejati sebagai manusia.

“Aku kecewa dan sedih karena aku merasa tidak kecewa dan sedih.”

#5. The Silence of the LambsThomas Harris

Memecahkan masalah tak ubahnya berburu. Kenikmatan liar dan kita memburunya sejak kita lahir. Ini jenis buku yang butuh kesabaran, menahan tak muntah sebab pembunuh serial ini menyiksa calon korban. Dikurung seminggu, lantas dikuliti hidup-hidup untuk diambil kulitnya, mayatnya dibuang di sungai dengan kepompong disangkutkan di tenggorokan. Blusnya ditemukan dalam keadaan tersayat di punggung. Serangga muda yang belum sempurna, di dalam chrysalis – kepompong yang membungkusnya selama proses metamorphosis dari larva ke serangga dewasa. Jenis bacaan dapat label 18+ untuk kekejaman yang disajikan. Karena saya belum baca buku serial Hanibal, maka terasa sekali plotnya fresh. Filmnya juga belum tonton tuntas, makanya bayangan itu samar, serta mood baca butuh tinggi, beberapa kali ketiduran.

“Kami telah berusaha mewawancarai dan memeriksa ketiga puluh dua pembunuh berantai yang ada dalam tahanan, untuk mengembangkan database guna menyusun profil psikologi bagi kasus-kasus yang belum terpecahkan…”

#6. Think Like a FreaksSteven D. Levitt & Stephen J. Dubner

Tentang pikiran kritis akan masalah aktual dunia saat ini dilihat dari kacamata orang aneh, orang yang beda. Pemecahannya juga aneh, walau saat ditelaah lebih dalam terlihat malah sungguh sederhana. Contoh, injeksi kotoran manusia untuk pengobatan. Itu hal yang terdengar ganjil, tapi saat ditelaah ternyata bisa dan ada. Atau pemikirannya untuk berhenti protes pemanasan global sebab menipisnya lapisan ozon. Karena percuma. Berani menentang arus.

#7. The Return of the Young Prince AG Roemmers

Ini lanjutan tak resmi buku legendaris The Little Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Sang pangerang sudah tumbuh remaja dan terdampar di padang yang jauh dari perkotaan. Sang aku menawarkan tumpangan, dan sepanjang perjalanan berdiskusi masalah kehidupan dan segala misteri di baliknya. Menurutku, lanjutan ini agak merusak sebab isinya malah penuh petuah. Penuh dengan kata-kata bijak, terlalu positif juga kurang baik. Dan di sini melimpah ruah.

#8. Bibir – Krishna Mihaedja

Kumpulan cerpen yang diterbitakan untuk pendidikan Bahasa Indonesia. Cerpennya pendek-pendek, mudah dipahami dan dicerna. Masalah sehari-hari yang umum dihadapi. Misal, pekerja buruh di ibukota yang berasal dari desa, sebab istrinya hamil lagi dan ia kekurangan uang dan tak tahu harus bagaimana. Atau kritik sosial tentang pejabat yang menghamburkan dana pemerintahan Cuma buat karnaval. Atau judul Bibir, yang memuncalkan mengakuan dan pengaduan.

#9. Perkara Mengirim Senja –Tribute untuk SGA

Yang ini ditulis keroyokan oleh orang-orang yang mengagumi Seno Gurira Adjidarma (SGA). Semua orang sayang Seno. Karyanya merentang sejak zaman Orde Baru hingga mentas di zaman sekarang. Penghargaan melipah ruah, pengakuan di mana-mana. Ada satu bukunya yang identik dan akan dikenang sepanjang masa, mungkin seratus tahun lagi masih akan dibicarakan dan dijadikan kurikulum pendidikan di sekolah formal. Yaitu, Sepotong Senja untuk Pacarku. Bukunya tipis, kumpulan cerita dengan segala ke-absurd-annya. Dan buku ini semacam tribute untuk cerita itu. Keren sih, keroyokan dengan tema senja. Romantis abis!

#10. Haniyah dan Ala di Rumah TeterugaErni Aladjai

Pembukanya jitu sekali, hok yang keras dan menghantui. Pembunuhan sepasang keluarga yang (kemungkinan) dilakukan oleh anaknya sendiri. Pembunuhan sadis itu membuat warga sekitar ketakutan berhubungan dengan pelaku, muncul desas-desus ia memiliki ilmu hitam, kebal sakit, manusia yang melakukan perjanjian dengan iblis, sampai kesaktian mandraguna dengan penghuni dimensi lain. Hal-hal sejenis itu, sungguh sangat mujarab openingnya, mencipta tanya, lantas kehidupan berlari kencang di tahun 1990-an.

“Tanaman bertenaga-baik membuat manusia yang memakannya berjiwa baik.”

Karawang, 161021 – Sherina Munaf – Sahabat Sepanjang Masa

#Februari2021 Baca

Sekolah ke luar daerah kemudian mencipta rutinitas baru, dan menempatkan rutinitas lama sebagai nostalgia.”Mahfud Ikhwan dalam ‘Menumis itu Gampang, Menulis Tidak’

Bulan kedua tahun ini kulalui dengan 10 buku lagi. Berjalan dengan tenang dan semestinya. Biografi Bung Karno yang sudah sangat lama kuinginkan akhirnya kuselesiakan, buku terbaru Cak Mahfud berisi kumpulan esai di kolom Mojok, White Tiger yang diadaptasi film, kumpulan artikel Anton Kurnia di berbagai media, hingga cerita filsafat dengan fun. Buku kedua Schimmel yang biasa saja hingga cerita tentang Papua. Mari kita amati.

#1. Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Cindy Adams

Buku legendaris yang banyak dijadikan acuan tentang riwayat Bapak Pendiri Bangsa. Terutama adegan pasca proklamasi yang legendaris itu, akhirnya kulahap dengan tenang dan antusias, pesan sate!

Bagian istri-istri juga mengungkap banyak hal, ternyata sebelum sama Inggit beliau sudah menikah dengan putri Pak Cokro. Bagaimana proses menikah lagi sama Fatmawati yang sesak, ia tak mau dimadu, dan walaupun sudah memberinya anak yang diidam-idamkan, ia menikah lagi dan lagi. salah satu pengakuan yang agak mengejutkan (bagiku) adalah posisi saat ia masih menjadi suami orang, tapi jatuh ke pelukan istri orang lain. Inilah Bung Karno, apa adanya.

Sudah menjadi pembawaanku untuk mencoba tetap gembira menghadapi keadaan apa pun.”

#2. Menumis itu Gampang, Menulis Tidak Mahfud Ikhwan

Banyak hal mewakili pengalamanku sendiri, otomatis banyak hal pula menjadikannya ironi hidup. Sepakbola, buku, Muhammadyah, resign di tahun 2009, males keluar rumah (apapun modanya), kopi melimpah dst. Lazio, Chelsea, La Coruna rasanya hanya tim gurem yang tak ada apa-apanya dalam sejarah Eropa dibanding gelimangbgelar AC Milan, Liverpool, dan eehhheemmm Madrid. Saya benar-benar mencintai bola lebih belakangan, baru di Piala Dunia 1998 kala Italia bersama aksi Vieri-nya. Sepakat sekali segala apa yang dikisah panjang lebar dalam ‘Menunggu”, yang menyata bahwa kecintaan pada permainan ini sungguh absurd.

Walau terkesan sombong, seperti yang terlihat dalam wawancara di Youtube, “saya punya buku baru lagi…” atau ketika mengunggah gambar di sosmed saat membubuhkan untuk momen pra-pesan. Keterangan yang tertera, ‘resiko penulis produktif’ bagiku, Cak Mahfud adalah pribadi rendah hati. Dalam esai yang diproduksi untuk kolom Mojok selama 2020 ini, kita bisa mengenal Sang Penulis, sebagian besar lucu, sebagian besarnya lagi ngomong ngalor ngidul nostalgia masa lalu. Apa yang disampaikan adalah hal-hal umum, kegiatan sehari-hari, hal-hal yang biasa kita hadapi. Tak ada yang muluk-muluk, ngawang-ngawang, atau seperti yang sering disebut sama beliau, “tak rumit dan tidak ngakik-ngakik”.

Menyukai sepakbola, seperti benang yang susah payah dirajut dan kemudian dibongkar, adalah rasa sakit dan sulit yang dinikmati, kebahagiaan yang fana dan dengan cepat memudar, dan ia lakukan berulang-ulang. Dan saya kira karena itulah, saya tak membutuhkan rasa sakit yang lain.”

#3. Mencari Setangkai Daun SurgaAnton Kurnia

Kumpulan artikel dengan banyak tema. Dari sastra sampai olahraga, dari filsafat sampai ke sejarah, dari ilmu sosial sampai politik. Benar-benar paket komplit. Tulisan singkat-singkat, tiga empat halaman jadi bisa dibaca santai. Hanya beberapa yang lebih panjang, dan tulisan singkat seperti ini terasa kurang dalam. Namun cukup bervitamin, karena memang isinya diambil dari tulisan di media massa, kita menempatkan diri pada pembaca umum.

Tugas seorang penulis adalah menyuarakan pembelaan terhadap mereka yang tertindas di bagian dunia mana pun, itu tercermin dalam karya-karyanya.Nadine Goldminer

#4. White Tiger Aravind Adiga

Drama India yang menyentuh. Terasa berat menyongsong kisah pilu, tapi terasa tak adil. Betapa kehidupan fana ini menjelma emosional saat kita menyaksi, menjadi saksi kisah perjalananan yang tak adil. Sopir miskin yang diangkat, sedikit diangkat derajatnya malah menjadi pembunuh sukses secara finansial, menjadi monster keluarga setelah disekolahkan, bisa baca tulis. Menjelma macan panas, mencaplok mangsa apa saja yang ada. Dan tak tersentuh hukum, bahkan menyuap hukum untuk memuluskan rencana-rencana bisnis. Lantas apa bedanya ia dengan para koruptor yang di cerita muak? Orang-orang datang dan pergi. Pekerja yang baik tidak pernah menetap.

Kau bagaikan harimau putih di tengah hutan.”

#5. Tanah TabuAnindita S. Thayf

Dari novel pemenang DKJ tahun 2008, kisah tentang tanah Papua (lagi). Mendayu-dayu dalam balutan kritik sosial, bagaimana tanah kaya raya ini menempa kemiskinan dalam kesederhanaan.

Kisahnya tentang Leksi, anak asli Papua yang ditemani binatang peliharaannya dalam mengarungi rutinitas. Pum, si anjing tua yang sudah menemani generasi lama, seolah bisa berpikir. Kwee, si babi yang menyaksi banyak peristiwa penting keluarga ini. Keduanya lucu, dan menggemaskan kecuali endingnya. Hiks, fufufu… “Keberanian itu hal biasa. Ketabahan itu hal biasa. Tapi kepahlawanan memiliki unsur filosofis di dalamnya.” (Segala-galanya Ambyar, Mark Manson). Dan Aku, si Leksi kecil, menjadi tumpuan harap keluarga. Setiap berganti sudut pandang, akan ada nama mereka cetak tebal di tengah. Selain sudut mereka, narasi mengalir dari sisi pencerita terutama saat masa lalu, jadi mengalir dinamis, banyak di Aku, tapi sejatinya tak ada yang dominan. Mace, ibunya dan Mabel neneknya. Para perempuan, di mana lelaki saat diperlukan? Simak saja, mungkin akan jadi novel tema feminism tapi tak sepenuhnya. Dan karena kisah utamanya adalah tentang Leksi, maka kita akan melihat banyak hal tentangnya dari masa lalu orangtua hingga masa kini sebagai harapan keluarga, terutama pendidikan setinggi-tingginya. “Berjanjilah kepadaku untuk rajin bersekolah hingga kau kelak menjadi anak pintar yang akan membanggakan Mace dan Mabel-mu…” Leksi-ku sayang. Leksi-ku tercinta.

“… Tidak diperjualbelikan. Tanah kami keramat, Nak. Tabu. Diciptakan yang Mahakuasa khusus untuk kita, tahukah kau kenapa? Sebab dia tahu kita bisa diandalkan untuk menjaganya.”

#6. Pribadi MempersonaLa Rose

Ini adalah buku pertama La Rose yang say abaca, dan lumayan bagus. Nasehat dan tutur bahasanya enak, benar-benar dari orang yang pengalaman dan pandai merangkai kata. Bulan lalu say abaca satu lagi, Pendeta Yonas juga bagus. Penulis generasi orangtua kita, yang sukses memberi petuah. Sesungguhnya setiap orang adalah pribadi mempesona. Setiap orang, seperti mutiara punya pesona dalam dirinya.

Pesonanya adalah cahaya mutiara kepribadiannya. Akan tetapi banyak orang tak sadar akan pesonanya yang tak memancar! Seperti mutiara, ia terpendam dalam ‘lumpur kehidupan’ yang bernama kesibukan sehari-hari, ketidakpedulian pada lingkungan, ketidakpedulian pada kekasih, juga ketidakpedulian pada diri sendiri. Atau seperti mutiara ia lupa mengasah dirinya.

Adaptasi itu sangat penting. Saya menyadari perubahan drastis dari lajang ke menikah. Kebebasan seolah dibelenggu. Dan mereka yang sukar menyesuaikan diri adalah orang-orang yang mudah sekali menjadi tidak bahagia. “Kepatuhan” adalah unsur yang paling utama dari pengikut yang baik.

#7. Rahasia Nama-nama IslamAnnemarie Schimmel

Buku yang umum sekali, karena buku ini sebenarnya diperuntukkan untuk Orang Barat yang mendalami Asia, atau Timur Dekat mereka menyebutnya. Makanya sangat biasa saat kubaca, sangat umum dan akrab.

Memberi nama seorang anak dengan orang suci lokal adalah kebiasaan yang menyebar di semua agama, contoh orang Muslim yang sangat terkenal yang menjadi anak Raja akbar Salim, yang kemudian menjadi raja bergelar Jahangir…

#8. Lockwood and Co.Jonathan Stoud

Kisahnya mengambil sudut pandang Lucy Carlyle, ia menjadi penyelidik paranormal sejak kecil. Punya pendengaran tajam akan keberadaan makhluk halus. Dalam kisah ini ada dua tingkat: tingkat satu adalah makhluk lemah yang mudah diabaikan, cere, Cuma pengganggu iseng. Jenisnya: Cold Maiden, Gibbering Mist, Grey Hazel, Lurker, Raw Bone, dll. Tingkat Dua berbahaya, ia bisa membunuhmu bisa saat penanggulangan salah. Jenisnya: Dark Spectre, Changer, Phantasm, Poltergeist, Screaming Spirit, dll. Tingkat Tiga adalah legenda, sejauh ini belum ada, hanya kabar kabur bahwa Marissa Fittes pernah menaklukkannya.

Orang bilang Marissa Fittes bercakap-cakap dengan hantu-hantu Tipe Tiga di masa lalu, dan bisa mempelajari banyak hal. Tapi itu kekuatan langka, dan hantu-hantu semacam itu juga langka. Kita semua harus puas dengan informasi remeh apa pun yang bisa kita dapatkan…”

#9. The Joy Luck ClubAmy Tan

Joy Luck Club adalah suatu ide yang diingat ibuku dari masa perkawinan pertamanya di Kweilin, sebelum masuknya Jepang. Kami orang-orang yang beruntung. Lalu kami mengobrol sepanjang malam sampai pagi, menceritakan kisah-kisah yang menyenangkan di masa lalu, dan di masa yang akan datang.

Karena perempuan adalah yin, kegelapan yang tersembunyi, tempat nafsu yang tak terkendali bersarang. Dan laki-laki adalah yang, kebenaran yang bersinar, menerangi pikiran kita.”

#10. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer Jujun S. Suriasumantri

Makin pandai seseorang dalam bidang keilmuan maka harus makin luhur landasan moralnya. Ilmu pengetahuan tidak bisa disangkal merupakan agama yang paling efektif karena ini adalah agama pertama yang mampu berevolusi dan memperbaiki dirinya sendiri. Buku ini diterbitkan agar masyarakat lebih mencintai filsafat. Kubaca santai sejak bulan September tahun lalu, setelah dengan terjal mencoba tuntaskan, akhirnya selesai juga. Sempat menghantuiku berbulan-bulan, sebab saat itu menemukan pengetahuan yang tak lazim tentang filsafat. Jelas buku ini memesona sekali, terutama separuh awal, tema serius disampaikan fun, dengan gambar-gambar lucu dan potongan kutip filsuf dari berbagai era. Sempat pula kubilang, wow. Ini ditulis oleh Penulis lokal, penuh gaya dan akrobat kata yang disodorkan luar biasa nyaman. Belajar filsafat tak melulu pening.

Maka kata Einstein: “Ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh… mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita?”

Karawang, 230321 – 090421 – Ebiet G. Ade – Kupu-kupu Kertas