The Incredible Journey #26

image

Berani taruhan, kalian (mayoritas) belum baca buku ini. 9 dari 10 pecinta buku bilang tak tahu ini buku tentang apa. Padahal bukan buku snob, bukan buku cult atau sebuah karya ilegal. Ini buku sederhana cetakan Gramedia yang umum. Tapi kenapa banyak yang belum baca padahal ini novel sudah diadaptasi ke film dengan judul Homeward Bound: The Incredible Journey. Dengan embel-embel seri klasik harusnya buku ini masuk jajaran hebat, sudah melewati waktu sampai lebih dari lima dekade. Namun untuk kali ini saya kurang suka kisahnya. Tentang perjalanan binatang-binatang: Luath, anjing Labrador muda bermata cokelat. Tao, si kucing Siam yang cantik dan Bodger, anjing Bull Terrier yang tua dan mata kirinya nyaris buta.

Ketiga sahabat ini melintasi hutan belantara dan berjuang mencari jalan pulang kepada orang-orang yang mereka cintai. Luath yang setia dan pemberani selalu berjalan di sisi kiri Bodger untuk menandunya. Budget sangat menyukai manusia, terutama anak-anak dan meski sudah tua dia masih tetaplah anjing petarung yang tak kenal takut. Sedangkan Tao, meski bertahan hidup sendiri dia tak mau meninggalkan kedua anjing itu dan kehadirannya sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka.

Buku dibuka dengan sebuah kutipan dari Leaves Grass, “Song of myself”, 32 karya Walt Whitman: Kurasa aku bisa pindah dan tinggal dengan binatang, mereka begitu tenang dan mandiri. Aku berdiri memperhatikan mereka lama sekali. Mereka tak ribut dan berkeluh kesah tentang kondisi mereka; Mereka tak berbaring nyalang dalam gelap dan meratapi dosa-dosa mereka; Mereka tak membuatku muak dengan celotehan tentang kewajiban kepada Tuhan; Tak satu pun tidak puas, tak satu pun kerajingan materi; Tak satu pun tunduk pada yang lain atau pada leluhurnya yang hidup ribuan tahun lalu; Tak satu pun terbebani atau giat menguasai bumi.

Sebuah patokan bahwa kisah ini akan memperlihatkan para binatang bisa berfikir dan mengambil tindakan. Sebuah fabel? Ternyata bukan. Kisah ini tetap mengacu pada fakta bahwa para binatang itu tetaplah hewan dengan segala nalurinya. Jadi, tetap mengacu pada habit. Perjalanan ini terjadi di wilayah Kanada di provinsi Ontario yang membentang lebar. Wilayah itu dipenuhi hutan lebat serta aliran danau-danau dan sungai-sungai yang tak putus. Ribuan mil jalanan-jalanan desa, jalur pengangkutan kayu serta jalan-jalan setapak penuh ilalang yang mengarah ke tambang terbengkelai, lintang-melintang di wilayah itu.

John Longridge tinggal beberapa mil dari salah satu kota kecil, dengan rumah batu tua milik keluarganya dari generasi ke generasi. Lajang berusia 40 tahun seorang Penulis. Rumahnya diurus oleh pasangan Mrs. Oakes dan suami Bert yang tinggal di pondok kecil sekitar 1 kilometer. Mr. Longridge memiliki dua anjing dan satu kucing. Suatu hari ia akan melakukan perjalanan jauh, sebagai penulis yang butuh riset lokasi ia sering bepergian. Ia menelpon Mrs. Oakes untuk memberitahunya, sayang jaringan telpon sedang bermasalah dan suara yang disampaikan kurang jelas serta terputus sebelum semua maksud tersampaikan.

Mr. Longsridge akan melakukan perjalanan ke Danau Heron yang sepi. Sebelum berangkat ia menulis pesan di buku memo kecil. “Dear Mrs. Oakes tolong pesan kopi dan ganti makanan kaleng yang kuambil. Aku akan membawa anjing-anjing (dan tentunya Tao)…” Kertasnya habis dan Longridge melanjutkannya di kertas memo lain, “….keluar untuk lari-larian sebelum aku pergi, dan jangan memberi makan mereka. Jadi jangan biarkan teman putih rakus kita mengaku kelaparan! Tidak usah terlalu repot mengurusi mereka – aku tahu mereka akan baik-baik saja.”

Dia meninggalkan kertas itu di meja, di bawah pemberat kertas dari kaca. Esoknya ia berangkat meninggalkan peliharaannya. Ia tak pernah mengkhawatirkan mereka karena percaya bahwa Mrs. Oakes bisa menjaganya selama pergi. Ketika pergi ia melambai pada para binatang dan merasa sedikit konyol melakukannya, “Memangnya aku berharap mereka berbuat apa? Balas melambai? Atau berteriak ‘Selamat tinggal’? Masalahnya aku sudah terlalu lama tinggal sama mereka dan menjadi terlalu tergantung dengan mereka.” Mungkinkah ini sebuah pertanda ia akan berpisah sama perliaharaan tercinta?

Setelah beberapa saat berlalu. Si anjing muda berjalan keluar, diikuti si tua. Dan Tao, si kucing setia mengekor. Mereka bertiga berjalan melakukan petualangan mencoba mengikuti tuannya menuju Danau Heron. Kita semua tak tahu apa yang ada di pikiran para binatang karena memang kita hanya akan mengikutinya dalam Bahasa ‘meong’ dan ‘guk guk’. Permasalahannya Mrs. Oakes menemukan catatan memo itu hanya di lembar pertama yang bertuliskan, “… Aku akan membawa anjing-anjing (dan tentunya Tao)…” jadi dia cuek saja saat mengurus rumah tak menemukan satu binatang pun. Dengan pemikiran Mrs. Oakes bahwa binatang dibawa tuannya dan Mr. Longridge berfikir peliharaan ditinggal, miss komunikasi ini memberi konsekuensi trio ini sepertinya terabai. Nah kisah ini menjelaskan perjalanan panjang mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra, berpetualang bersama kawan. Berhasilkah mereka menemui tuannya? Dengan selamat? Ataukah ada yang tewas? Tersesat? Kelelahan terutama di tua Bodger.

Template cerita sih bagus, sayangnya tak banyak konflik yang membuat jantung berdebar. Beberapa bagian mengingatkanku pada kisah anjing Hachiko yang setia pada taunnya, beberapa membuatku ingat peliharaanku si Brown, anjing masa kecilku. Beberapa lagi datar dan tak memberi daya kejut. Yah, standar kisah hewan-hewan manis yang tersesat.

Satu kutipan yang bagus layak dibagikan: Pada tengah malam, si anjing tua duduk tegak dan gemetar hebat karena kedinginan. Ia mengangkat kepala tinggi-tinggi dan melolong, melantunkan duka cita serta kesepiannya ke arah langit yang menangis, dan sampai akhirnya si anjing muda bangkit dengan berat dan memimpinnya menjauh dari sungai melintasi bukit ke arah barat, jauh sebelum fajar tiba. – halaman 68

Yang hebat dari buku ini based on true event, artinya segala tindakan cinta kasih hewan itu nyata. Mereka bahu membahu, saling setia saling manjaga. Luar biasa. Jadi ide cerita bisa dari mana saja, sudut pandang aja saja, bahkan dari persahatan binatang. Ingat, ini bukan fabel jadi tetap manusialah yang menghidupkan alur, ketika kisah diambil dari sudut pandang binatang, Tao misalkan kita hanya bisa mengikuti gerak-geriknya tanpa tahu apa yang ada di dalam kepalanya. Hhhmm… hebat juga ya. Sayangnya secara keseluruhan kisahnya klise, tak banyak letupan tak ada yang wow dalam jalinan kisah. Yah, setidaknya tak ada blunder konyol si Bodger tua berdansa dan bernyayi ala film-film Madagaskar, kan?!

The Incredible Journey | by Sheila Burnford | copyright The estate of Sheila Burnford, 1961 | Diterjemahkan ke Perjalanan Pulang | Alih Bahasa Rosemary Kesauly | GM 402 01 12 0033 | Design ilustrasi sampul Satya Utama Jadi | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | cetakan pertama, Juni 2012 | 144 hlm; 20 cm | ISBN 978-979-22-8171-2 | Skor 3/5

Ruang HR NICI – Karawang, 290616 – Sherina Munaf – Sing Your Mind

#26 #Juni2016 #30HariMenulis #ReviewBuku

Drogba Pulang, Chelsea ke 8 Besar Liga Champions

Gambar

(sahabar lama bertemu lagi)

Untuk pertama kalinya Didier Drogba kembali berkunjung ke Stamford Bridge sebagai lawan. 8 tahun membela Chelsea, akhirnya pagi dini hari tadi Drogba yang sekarang memakai seragam Galatasaray melawan rekan-rekannya. Pada pertandingan sebelumnya di Turki Chelsea berhasil menahan tuan rumah 1-1. Drogba tampil relative bagus sepanjang laga. Dan saat dia pulang ke Londong, sambutan fan The Blues begitu meriah. Salah satu banner yang paling disorot adalah gambar Drogba dengan tulisan: always in our hearts.

Pertandingan berlangsung seru, Chelsea unggul cepat seperti harapan saat laga baru berjalan 4 menit. Melalui skema serangan balik cepat Eto’o mengantar Chelsea unggul 1-0. Kemudian jual beli serangan terjadi. Fokus kepada sang legenda Drogba.

The Blues berhasil menggandakan keunggulan menjadi 2-0, 3 menit seblum rehat melalui Cahil. Melalui sepak pojok, Terry berhasil menyundul bola ke gawang. Sempat di blok oleh Muslera, Cahil yang berdiri bebas melesakkannya dengan keras. Babak pertama Chelsea unggul agg. 3-1, situasi yang sangat nyaman.

Babak kedua relative tenang, tuan rumah begitu dominan. Nyaris tanpa peluang berbahaya, karena setiap pemain Chelsea mereka mencoba menahan bola lebih lama, bahkan saat serangan balik pun bola tidak dengan segera dieksekusi. Di menit ke 67’ terjadi duel, Drogba mendapatkan kartu kuning. Terlihat begitu santainya dia, bahkan sering tersenyum walau dilanggar. Tak ada gol lagi tercipta, sehingga skor 2-0 ini sudah cukup untuk mengantar Chelsea ke babak 8 besar.

Terima kasih Drogba. Di mana pun Anda berada, Anda selalu di hati kami.

Gambar

(aksi yang seru)

Gambar

(banner yang istimewa)

Karawang, 190413