Who Moved My Cheese? #20

Karena orang mau semuanya seperti dulu dan mereka berpikir perubahan akan merugikan mereka. Saat satu orang bilang perubahan itu adalah ide buruk, yang lain akan berkata sama.”

Buku motivasi lagi. kali ini tema utama adalah perubahan dan keniscayaan bahwa yang tak ikut berubah akan ketinggalan dan terlindas zaman. Sejatinya tema semecam ini sudah usang, atau sudah sangat banyak disebut dan dibahas, bahkan berulang kali kita dengar di seminar-seminar, sudah sering pula disampaikan, juga sudah banyak contohnya. Nokia, Blackberry, Bluebird, Fujifilm, dan seterusnya. Produk yang dulu merajai, bisa tenggelam saat ini. Dan tentu saja, mereka yang saat ini terasa raja suatu saat bisa ambruk. Semuanya butuh adaptasi. Nah itulah, topik utamanya, perubahan dan cara mengantisipasinya. Dibawakan dengan fun dan cerita yang nyaman diikuti.

Buku dibuka dengan banyak puja-puji dan endorse dari banyak pihak. Satu kata di kover buku, ‘A Gem’ dari Small and Valuable tentu saja seolah mengada-ada, tapi bolehlah yang namanya respon guna menjual. Lalu ada dua kutipan bagus, saya ketik ulang.

“Rencana terbaik tikus dan manusia sering kali menyesatkan.” – Robert Burns (1759-1796)

“Kehidupan bukanlah jalan yang lurus dan mudah dilalui di mana kita bias bebas bepergian tanpa halangan, namun jalan-jalan yang simpang siur membuat kita harus mencari-cari, tersesat, dan kebingungan, dan kini sekali agi kita sampai di jalan tak berujung.  Namun, apabila kita selalu memiliki keyakinan, pintu pasti terbuka bagi kita, mungkin bukan pintu yang selama ini kita dambakan, dakan tetapi pintu yang pada akhirnya terbukti justru paling baik bagi kita.”A.J. Cronin.

Terdiri atas tiga bab, pertama adalah pertemuan teman-teman lama di Chicago, reuni sekolah dan bertukar pikiran. Dipimpin oleh Michael.  Kedua adalah intinya cerita Who moved my cheese? Dan terakhir adalah diskusi yang menghasilkan bahwa keempat tokoh mewakili bagian dari diri kita – yang sederhana dan rumit – dan tentu Anda akan lebih beruntung jika kita bertindak secara sederhana menghadapi perubahan. Semuanya bergantung pada apa yang kita percayai.

Kisahnya sederhana tentang empat karakter utama, dua tikus dua kurcaci. Si tikus: Sniff (Endus), Scurry (Lacak), dan si kurcaci: Hem (Kaku), Haw (Aman). Personifikasi manusia, baik dari sisi yang sederhana maupun rumit tanpa membedakan usia, jenis kelamin, ras, atau suku bangsa. Kadang kita seperti Sniff yang mampu mencium adanya perubahan dengan cepat, atau Scurry yang segera bergegas mengambil tindakan, atau Hem yang menolak dan mengingkari adanya perubahan karena takut apabila perubahan itu menfatangkan hal yang buruk, atau Haw yang baru mencoba beradaptasi jika ia melihat perubahan ternyata mendatangkan sesuatu yang lebih baik. Yang manapun bagian diri kita, kita memiliki ciri yang sama: kebutuhan untuk menemukan jalan di dalam labirin dan kesuksesa dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Ini adalah perumpamaan tentang hal-hal yang kita inginkan dalam hidup ini, baik itu pekerjaan, hubungan, uang, rumah yang besar, kebebasan, kesehatan, pengakuan, kedamaian batin, atau bahkan kegiatan ringan seperti lari pagi atau golf.

Jadi empat karakter itu selalu menemukan keju di sebuah stasiun C di pagi hari, dua tikus selalu antusias dan memperlakukan pagi dengan semangat. Terus memantau keadaan dan siap sedia andai terjadi hal-hal di luar kendali. Dua kurcaci menghadapi pagi dengan santai, meyakini keju itu memang hak mereka dan sudah semestinya ada, jadi tiap pagi berangkat tanpa gairah, nyaman saja.

Setiap orang tahu bahwa tidak setiap perubahan itu baik atau bahkan diperlukan. Namun di dunia yang terus-menerus berubah kita harus mengambil bagian untuk belajar begaimana beradaptasi dan enikmati sesuatu yang lebih baik.

Nah suatu pagi, tak ada keju di sana. Dua tikus sudah meyakini dan sekarang terjadi, mereka mengantisipasi dengan cepat, menggunakan metode trial dan error untuk menemukan stasiun baru tempat keju berada. Gerak cepat dalam labirin yang tak pasti dan masa depan yang misterius. Sniff mengendus, Scurry berlari. Kegagalan beberap kali ada, dan mudah ditebak. Manusia, eh tikus akan berhasil bagi mereka yang mau berusaha. Benar saja, mereka menemukan keju di stasiun  N. Selamat.

Sementara dua kurcaci menghadapi keadaan dengan loyo. Rasa takut yang membuatnya tetap berada di tempat yang sama hingga saat ini. Haw yang tahu bahwa masa keju di stasiun C sudah berakhir, dipaksa keadaan untuk mencari di tempat lagi. Haw yang menyadari perbedaan antara aktivitas dan produktivitas. Sedang Hem menggerutu dan pasrah, tiap pagi masih saja ke sana dan memang tak ada keju. “Perasaan kosong seperti ini sudah sering kurasakan.” Sampai di sini juga kita pasti sudah bisa menebak, Haw akan menemukan keju dan Hem tewas mengenaskan. Mengandalkan angan saja tak cukup bos. Ia melukiskan suatu gambaran di pikirannya. Ia melihat dirinya sendiri berkelana ke dalam labirin dengan senyum mengembang…

Begitulah, sebagian cerita lalu fokus pada usaha pencarian yang dilakukan Haw. Haw pun sadar bahwa perubahan tidak akan mengejutkan jika ia memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya dan mengantisipasi perubahan. Menulis banyak kata mutiara di dinding labirin, mengingat keadaan dan kemungkinan, menjadikan kesalahan masa lalu menjadi pelajaran, dan tentu saja berhasil. Ia bertanya-tanya mengapa sebelumnya ia selalu berpikir perubahan akan mengarah ke sesuatu yang lebih buruk. Sekarang ia menyadarinya bahwa perubahan juga bisa mengarahkan ke sesuatu yang lebih baik.

Ia menyadari cara tercepat untuk berubah adalah menertawakan kebodohan diri sendiri, setelah itu kita bisa bergerak dan terus bergerak. Endingnya menggantung, entah Hem apakah mengikuti saran Hew ataukah mati mengenaskan karena gagal adaptasi. Apa yang akan kita lakukan kalau kita tidak takut?

Lihat, bukan tema baru bukan? Sudah sangat banyak sekali dibedah, lantas kenapa buku ini menarik dan tampak istimewa? Cara pembawaan dan pemilihan kata yang bagus. Ada unsur cerita yang mudah dicerna, ada pengandaian yang tak sulit untuk dipahami. Jelas buku ini sejatinya berisis nasehat-nasehat umum, tapi dikemas dengan aduhai dan enak dibaca. Buktikan!  

Ketakutannya disebabkan karena keyakinan-keyakinannya yang menakutkan. Aku melihat bahwa para Sniff, Scurry, Hem, Daw perlu diperlakukan dengan cara yang berbeda. Cheese di sini bisa apa saja. Salah satunya ya karyawan. Maka karena individu memang unik dan keempatnya pasti ada di Perusahaan, kita harus memperlakukan mereka berbeda. Hidup di dalam air yang selalu bergolak juga mendatangkan stes kecuali jika kita punya pegangan untuk memahami perubahan yang terjadi.

Saat cheese itu dipindahkan mereka merasa sebagai korban dan mulai menyalahkan orang lain. Penyakit mereka menjadi lebih parah dibandingkan mereka yang mengikhlaskan dan segera bertindak. Mungkin akan lebih baik jika ada yang memulai perubahan daripada hanya bereaksi dan menyesuaikan diri.

Ini buku kedua dari Spencer Johnson ang kubaca setelah ‘Yes or No’ yang polanya sama, buku motivasi dengan cerita sebagai benang merah. Bedanya yang pertama nasehatnya umum, temanya tak spesifik walau intinya adalah ketegasan mengambil keputusan tapi melebar ke mana-mana, yang kedua ini benar-benar fokus bagaimana menghadapi perubahan. Keduanya bagus, tapi Who Moved my Cheese? Jelas terasa lebih lezat.

Bergerak bersama cheese dan menikmatinya!

Who Moved My Cheese? | by Spencer Johnson, M.D. | Published by G.P. Puttnam’s Sons Publishers since 1838 a member of Penguin, New York | Copyright 1998, 2002 | ISBN 0-399-14446-3 | Alih Bahasa Antonius Eko | Penerbit Media Komputindo | 236122201 | ISBN 978-602-02-0197-9 | Skor: 4/5

Karawang, 200721 –ABBA – Dancing Queen

#30HariMenulis #ReviewBuku #20 #Juli2021