Pemufakatan Jahat dalam Penjara

The Brethren  by John Grisham

“Momentum adalah binatang aneh dalam politik… Uang mengikuti momentum”

Diluardugaku, ini jadi buku pertama John Grisham yang selesai kubaca tahun ini, padahal tahun lalu dan sebelumnya sangat antusias dan banyak menyelesaikannya. Di rak juga numpuk buku-buku beliau. Untuk kali ini, tak ada twist. Lebih sederhana, tak rumit, dan mengalir tenang. Mungkin karena tokoh utamanya, para kakek-kakek, penghuni penjara yang membentuk majelis kejahatan, sementara di luar sana sedang hiruk pikuk menuju pemililhan Presiden USA. Dan dua tiga kepentingan itu bersinggungan, di tengahnya ada pengacara yang galau, dan terhimpit berbagai masalahnya sendiri.

Kisahnya terfokus pada sebuah majelis dalam penjara, terdiri atas tiga mantan hakim, di mana mereka melakukan kesalahan sehingga terjerumus di dalam jeruji besi. Mereka adalah Joe Roy Spincer, Finn Yarber, dan Hatlee Beech. Mereka melakukan sidang sederhana Pengadilan Rendah North Florida, lebih dikenal engan Majelis di Trumble. Keamanan di sana minimum, tak terlalu ketat sehingga banyak celah untuk melakukan negosiasi persekongkolan.

Dengan pengalaman melimpah, mereka tahu di luar sana ada noda yang bisa dimanfaatkan. Metodenya selalu sama, menjerat lelaki dengan memasang iklan di Koran, memancing lelaki dengan umpan pemuda yang depresi, tampan, dan butuh teman. Memasang kotak surat, dan berikutnya penghubungnya adalah L. Trevor Carson, pengacara dan penasihat hukum. Dia menjual etiknya, normanya, bahkan moralnya demi uang. Setelah terjerat, para korban lalu diancam akan disebarkan identitasnya ke publik bahwa dia gay. Ancaman dan permintaan uang tutup mulut itu lalu diolah oleh Carson, dibagi empat. Dalam sebulan ia memperoleh  sekitar $800.000 dalam bentuk uang gelap bebas pajak. Bisakah kecepatan datangnya uang ini berlanjut? Korban-korban majelis tidak buka mulut karena malu. Mereka tidak melanggar hukum, mereka cuma takut. Mangsanya adalah nafsu manusia dan imbalannya diperoleh dari perasaan takut.

Mereka merencanakan serangan mereka dengan baik, yang selalu merupakan unggulan nereka, karena mereka punya begitu banyak waktu. Tiga pria yang sangat pintar, dengan waktu kosong. Tidak adil memang, tapi begitulah. Gerakan ini menuntut ketelitian dan pengalaman. Sampai akhirnya mereka menemukan korban kelas kakap.

Amerika jelang pemilihan presiden. Direktur CIA Teddy Maynard yang kejam mengatur strategi untuk kemenangan kandidat yang ia pilih, Aaron Lake. Mengupaya segala siasat dengan menebar ancaman terorisme, Amerika butuh dana lebih, membutuhkan anggaran perang plus plus. Lake dimanipulasi untuk menang, maka segala yang mengganggu disingkirkan. “Saya rasa Anda sebaiknya mengumumkan dua hari setelah New Hampshire. Biarkan para pemenang menikmati kemenangannya dan biarkan para pecundang ribut sendiri dulu, lalu umumkan.”

Begitulah, luapan kampanye jelang pilpres, itu suatu hari harus tersandung noda. Sebab Sebuah surat sederhana bisa menghancurkan tatanan papan catur. Lalu Argrow ditugaskan Teddy melacak surat-surat Lake, dan menuntun ke Carson. Begitulah, akhirnya nasib mempertemukan mereka. Entah bagaimana caranya majelis harus disingkirkan, dank arena Majelis memiliki nilai tawar, mereka lantas menantang balik. “Tiga hakim kotor di penjara federal di Florida dapat mempengaruhi keamanan nasional? Aku ingin mendengar pembicaraan kalian.”

Sebuah kesepakatan win-win solution dilontarkan, dan segalanya lantas berakhir tenang dan tenteram.

Karena saya sudah berkali-kali baca buku Grisham, endingnya agak mengecewakan. Masih hebatan The Partner yang mengejutkan. Majelis seolah menjadi obat tawar untuk para manula yang pensiun, memberinya bekal di hari tua dengan jutaan dollar, lantas menikmati sisa hidup dengan fun. Walau di ujung sekali permufakatan jahat tetap dilakukan, dan beda regional, tetap saja ending-nya kurang OK.

Hal-hal yang diangkat juga umum. Kampanye perang contohnya, sudah pernah ada dan walau tampak jahat, logikanya seolah benar. Atau tentang aborsi, yang mana perdebatan masih relevan. “Anda dicecar soal aborsi, tapi Anda bukan yang pertama.”

Saya justru malah merasa simpati sama hakim tua yang apes. Seolah sudah tak ada guna. Tak seorang pun membela Yang Mulia Hatlee Beech. Ia dihukum, diceraikan, dipecat, dipenjara, dituntut, bangkrut. Beech kehilangan begitu banyak, jatuh begitu dalam. Maka terasa wajar mereka melakukan penawaran tinggi, “Mr. Lake punya uang yang lebih banyak uang daripada yang bisa dihabiskan. Enam juta dollar Cuma setetes air dalam ember.”

Untuk Lake, mungkin kalian muak. Bergitulah politik, kejam dan seringkali menghilangkan kemanusiaan. Saat kempanye, penuh senyum “Lake memeluk orang-orang yang belum pernah ditemuinya dan melambai pada orang-orang yang belum pernah ditemuinya lagi, lalu menyampaikan pidato kemenangan yang menggelora tanpa teks.” Pilpresnya sendiri, duel antara Gubernur Wendell Tarry melawan Congressman Aaron Lake tak disebutkan banyak, hanya sepintas lalu setelah segala gemuruh usai.

Memamg bukan buku terbaik Grisham, tapi jelas keunggulannya adalah plot yang sangat rapi, baik, dan begitu hidup. Masih, Grisham adalah penulis terbaik masalah pengadilan menurutku. Piawai memainkan kata, memainkan emosi pembaca, sampai-sampai kita percaya kasus seperti ini bisa terjadi. Pemufakatan jahat ini bisa berjalan. Kita tak tahu, di luar sana banyak sekali orang jahat, sehingga kejahatan turut update mengikuti perkembangan teknologi. Entah, buku-buku Grisham yang di atas 2010-an apakah juga memainkan kejahatan sesuai era sekarang.

Maka Majelis menurutku adalah sebuah tribute dari Grisham untuk para hakim. Memberi ending nyaman dan adil: materi, bebas, menuruti hobi di hari tua. Bukankah kita semua menginginkan tiga hal itu? Keadilan yang coba ditegakkan.

Dunia akan jadi jauh lebih gila, dan kita harus kuat untuk melindungi cara hidup kita.

Majelis | by John Grisham | Diterjemahkan dari The Brethren | Copyright 2000 by Belfry Holding, Inc. | Alih bahasa Diniarty Pandia | GM 402 00.651 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Maret 2000 | 496 hlm.; 18 cm | ISBN 979-655-651-0 | Skor: 4/5

Karawang, 290922 – 211022 – The Cranberries – Loud and Clear

Thx to Kahima Mahima, Jkt