
Kemudian ia bertanya, Apakah “Perubahan hidup” tidak akan kulakukan dan kujawab, seseorang tidak pernah mengubah cara hidupnya; satu cara hidup akan sama baiknya dengan yang lain dan cara hidupku adalah cocok betul dengan diriku.
Luar biasa. Salah satu ciri buku bagus adalah berhasil membuat pembaca terus terpaku untuk terus membaca kisahnya hingga kalimat terakhir. Buku ini kubeli kemarin dalam kunjungan ke rumah Bung Acuk, sesepuh Laziale Cikarang yang kemudian mampir ke Mal Lippo Cikarang untuk belanja buku. Tak butuh waktu lama untuk menuntaskannya, di hari Ahad yang mendung dengan dua cangkir kopi pahit dan iringan lagu Sherina Munaf – album My Life (hah Beruang madu? Haha…) buku langsung selesai. Kisahnya absurd. Sungguh dunia ini memang aneh karena ada ya cerita aneh tentang orang aneh.
Ini adalah buku pertama Albert Camus yang kubaca dan sukses menghipnotis. Kisahnya tentang seorang pekerja kantor yang suka menyendiri. Pendiam dan terasa sekali dia cuek akan keadaan sekeliling, dan artian hidup itu sendiri. Dibuka dengan pilu bahwa Meursault mendapat kabar ibunya meninggal. Melalui telegram, ia tahu ibunya telah tiada dan akan dimakamkan besok. Setelah mendapat izin libur dua hari dari bosnya ia menuju wisma panti wreda – Wisma orang jompo (The home for aged persons).
Dari penuturan di hari duka itu kita tahu bahwa Meursault adalah orang aneh yang dimaksud. Tak ada air mata, tak ada bela sungkawa. Ia menganggap bahwa hidup ini hanya menunggu mati. Kematian semacam agen perubahan jadi apa yang ditangisi? Ketika ibunya siap untuk dimakamkan pun ia tak melihat wajahnya untuk terakhir kali, padahal ada kesempatan. Ketika pulang ke apartemen bahkan ia baru sadar bahwa cuti dua harinya itu menyambung dengan libur Sabtu Minggu sehingga total empat hari ia tak masuk kerja. Sesuatu yang sederhana gini aja ia tak peduli!
Sekembali ke apartemen, Sabtunya jalan dengan mantan rekan kerja Marrie. Nonton bioskop, makan malam dan tidur. Bayangkan, setelah kematian ibunya ia masih sempat bersenang-senang dengan pacarnya! Minggunya ia habiskan di tempat, bangun siang, merokok, baca koran memandang langit di tepi jendela menyaksikan aktivitas sekeliling. Tetangganya Tuan Salamano, orang tua dengan anjingnya. Subplot kisah tentang orang tua dan anjingnya sendiri dibuat sangat menyentuh. Mungkin karena terus-menerus hidup dalam kamar yang sempit bersama anjingnya, tampak padaku seakan-akan tuan Salamano tampak serupa dengan anjingnya. Nantinya kisah ini menemui titik yang pilu, sekalipun tuan dan peliharaannya sering saling ganggu ada duka tak terperi ketika berpisah. Lalu tetangga satunya lagi, orang tak baik karena Raymond yang temperamental, yang apesnya malah menjadi sohib. Bercerita bahwa gadis tetangga mereka adalah teman tidurnya, ia memberikan uang 20 frank untuk makan dan 25 frank setiap hari serta ia membayarkan sewa kamarnya. Raymond baru saja berkelahi dengan saudara gadis itu, orang Arab hingga tangannya harus diperban.
Senin kembali beraktivitas. Kerja yang membosankan di kantor. Istirahat makan siang di kedai langganan tuan Celeste. Pulang malam, menghabiskan waktu di apartemen hingga istirahat dan esoknya kembali ke rutinitas. Suatu malam Raymond meminta nasehat pada Meursault tentang memberi pelajaran pada gadisnya. Memintanya untuk menuliskan surat agar datang ke sana namun karena memang hubungan Raymond dengan gadisnya sedang memanas, esok malamnya mereka berantem hingga seisi penguni apatemen terganggu, polisi datang dan melerai. Dengan waspada Raymond minta bantuan Meursault bila suatu ketika kakak gadisnya mengajak berantem.
Kehidupan rutinitas bujang yang umum ini suatu ketika rusak. Dimulai dari sebuah rencana ajakan Raymond untuk menghabiskan akhir pekan ke bungalow temannya di pantai. Dengan mengajak Marrie dan bayang-bayang diikuti orang Arab, mereka berlibur. Sempat akan terjadi perkelahian namun mereda. Malang bagi Meursault. Ketika ia berjalan sendiri ke pantai dan berpapasan dengan orang Arab lagi, hal tak terduga terjadi. Satu tembakan di awal serta empat tembakan mengakhiri satu nyawa. Apa yang terjadi?
Bagian pertama novel ini ditutup dengan menyedihkan. Tembakan itu berarti menutup pintu kemungkinan ia ke Paris, kemungkinan menikahi Marrie, kemungkinan masa depan cerah di depan. Bagian kedua lebih menyoroti karakter Meursault lebih dalam. Mempermainkan psikologis, pertaruhan kepercayaan dan memaknai hidup ini. Setelah jalur pengadilan yang berliku, bagaimana nasib ‘si orang aneh’ di klimak kisah tak wajar ini?
Interpretasi novel ini sebenarnya sangat luas. Buku ini ditulis untuk menentang Camus akan hukuman maksimal untuk terpidana di Perancis yang saat itu sedang marak. Pandangan bahwa hidup ini sebuah penderitaan, hidup ini adalah masalah seperti di kisah Yunani kuno tentang Sisifus yang dihukum dewa. Hukuman tak terperi di mana Sisifus mengangkut batu ke puncak gunung lalu batu itu menggelinding kembali ke dasar. Kemudian Sisifus mengambil lagi batu itu dibawa ke puncak dan jatuh lagi ke dasar. Begitu terus tanpa akhir. Sebuah pandangan Camus bahwa manusia adalah makhluk sia-sia, hidup tanpa harapan, berusaha terus-menerus namun hampa. Menggapai sebuah titik ketika titik itu sudah terlihat dekat, ternyata titik ia tak tergapai malah menjauh. Hingga manusia harus kembali mengejar titik itu. Hidup absurb.
Pandangan ini terus terang sempat menggugahku. Tahun lalu saat saya ke taman Safari, Bogor dalam rangkaian acara outing Perusahaan saya melihat berbagai binatang dari dalam kendaraan. Melihat binatang itu seolah bebas – padahal tidak, ada yang memadu kasih, berebut makan, berkelahi, sampai cuma tiduran dan saya langsung terbesit akan makna hidup. Jangan-jangan manusia juga seperti itu nasibnya? Hewan itu tak bisa keluar dari kawat berduri, ruang lingkup terbatas menunggu mati. Bukankah manusia di bumi juga seperti itu?
Camus dalam esai filosofisnya Mite Sisifus lebih dalam menjabarkan tentang pandangan hidup yang tak lazim. Konsep absurb bergitu kental. Novel ini jelas adalah implementasi dari esai itu. Tokoh bernama Meursault, mer = laut, dan soleil = matahari. Di mana kita akan sering sekali menemukan kalimat tentang langit dan laut seperti ‘langit yang menyilaukan’, ‘kesunyiannya menantang curahan cahaya dari langit’, ‘langit yang penuh cahaya matahari’, ‘membatasi cahaya matahari dan langit’ sampai ‘panasnya menekan ke bumi’. Dan seterusnya dan seterusnya.
Banyak sekali pandangan Meursault yang menyatakan pesimisme akan hidup. Salah satu yang begitu menohokku dan bikin gemes adalah ketika ia didatangi Marrie suatu malam..
Malamnya Marrie datang dan bertanya, apakah aku mau menikahinya? Aku tak keberatan, kalau ia memang sudah yakin akan hal itu, kami akan segera menikah. Ia bertanya lagi, apakah aku mencintainya, aku sangat mencintainya seperti sebelum-sebelumnya. Kukatakan pertanyaan itu tidak ada artinya bila diajukan, atau apalah. – halaman 56
Lihat betapa cuek dan ga jelasnya ini orang. Pantas saja disebut orang aneh. Namun ini hanya segelintir. Sikap dan keputusan aneh yang ia ambil nantinya akan begitu menentukan nasibnya. Begitu pula segala keputusan kita saat ini, jelas akan sangat berpengaruh takdir kita di masa depan.
Kutipan-Kutipan
Dan kini baru kusadari bahwa kebisuan suasana itu malah menggangu sarafku. Ada suara satu-satunya yang masuk ke ruangan, tapi terdengar aneh. Datangnya terputus-putus dan aku jadi pusing dibuatnya. – 14
Aku tak mengerti kenapa orang bilang ia berasal dari orang baik-baik dan menikah dengan seorang perempuan biasa. – 29
Sungguh, seakan-akan tidak ada perubahan berarti dalam hidupku. – 32
“Usahakan kamu jangan bersedih dan murung”. Mula-mula aku tidak mengerti apa yang dimaksud. Barulah kumengerti setelah ia jelaskan bahwa ia telah mendengar berita tentang kematian ibuku, walau bagaimanapun – katanya – kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, kapan saja. Aku menghargai ucapannya. – 44-45
Ia memandang tepat padaku, “Apakah kau tidak ingin mengetahui apa yang akan kukerjakan malam ini?” – 58
Tapi karena hidup anjing lebih pendek dibanding hidup manusia, keduanya menjadi tua bersama-sama. – 61
Aku tahu keseimbangan dan kedamaian hari itu telah kuhancurkan, sesungguhnya menghancurkan kedamaian yang meliputi pantai di mana aku pernah merasa bahagia. – 79
Semua orang normal – kataku menambahkan – tentu memiliki perasaan akan berpisah dengan orang-orang yang dicintai berupa kematian suatu hari nanti. – 84
Kadang-kadang aku berfikir apakah aku ini dipaksa hidup dalam tubuh sebatang pohon mati tanpa sesuatu kerja lain selain memandangi langit. – 101
Aku telah menjadi orang yang hanya memikirkan masa sekarang atau masa depan dan bukan masa yang telah lampau. – 135
Memang seseorang selalu membesar-besarkan sesuatu yang ia tidak tahu. – 151
Lalu aku tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Aku merasa seperti ada sesuatu yang pecah dalam diriku dan mulai berteriak sekeras-kerasnya. 163
Novel L’Etranger atau The Stanger atau The Outsider atau Orang Aneh atau Orang Asing ini sangat amat layak dibaca. Rekomendasi tingkat tinggi dariku. Dan jelas masuk dalam jajarang 100 novel terbaik sepanjang masa, versiku.
Orang Aneh | by Albert Camus | diterjemahkan dari L’Etranger | Published by Penguin Classics | copyright 1942 Albert Camus | Penerjemah Abdurrahman | Penyunting Qin Mahdy | Penata isi TB Production | Penata sampul Morenk Beladro | Cetakan I, Oktober 2015 | 176 hlm; 13 cm x 20 cm | Senja Publishing | ISBN 978-602-16830-4-0 | Skor: 5/5
Karawang, 251216 – Green Day – Minority
Catatan dibuat tanggal 25-Dec-16 namun baru sempat diedit dan diposkan tanggal 29-Dec-16
Menyukai ini:
Suka Memuat...