November2022 Baca

Karena kau perempuan, Nduk. Cah ayu yo kudune menikah, punya suami lantas mengabdi. Kuwi kodrate wong wedhok.” – Tabula Rasa, Ratih Kumala

Bulan Anniversary ini dilewati dengan banyak degub mengkhawatirkan. Pekerjaan menuntut untuk keluar kota hampir setiap minggu. Piala Dunia sudah dimulai, kini memasuki partai-partai akhir grup, hingga kesibukan di rumah yang memang butuh perhatian. Yang paling menyedihkan, teman istriku divonis sakit parah, #GWSAbu sakit kepalanya ternyata tak sekadar sakit kepala.

Lalu keputusan mengambil sepeda listrik (4.4 juta tunai, dari koperasi) merupakan langkah maju untuk membantu transpotasi, tapi langkah mundur dengan cicilan sejutaan di koperasi, makin banyak utangnya.

Dan hilangnya Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) 2022, setelah kepergiaan Richard Oh, belum ada yang meneruskan. Sehingga November yang biasanya rekap baca buku lokal melimpah, kini sedikit sekali. Saat menyadarinya, baru baca fiksi lokal 21 buku. Jauh dari rekap tahunan, makanya Desember ini saya fokus mengejarnya. Namun tetap, semuanya mengalir sahaja…

#1. A Dash of Magic by Kathryn Littlewood

Kisahnya tampak klise. Kompetisi masak Internasional di Paris dengan sihir menyertai, dan peserta finalnya adalah saudaraan. Kemungkinan seperti itu sangat amat kecil terjadi di dunia nyata. Seperti kompetisi catur dunia, apakah pernah terjadi final dalam satu keluarga? Atau mungkin satu Negara? Sekalipun fiksi, tetap pijakan utama adalah kehidupan kita. Sekalipun sihir, tetap logika kehidupan harus dijadikan acuan. Dan banyak sekali trik yang disampaikan juga tak se-majic yang diagungkan, atau seseru buku satu. Trik-trik curang demi menjadi nomor satu, disajikan dengan plot kanak-kanak. Cara pemilihan pemenang juga begitu sederhana, tak serumit kompetisi Chef memasak tingkat RT, apalagi tingkat TV Nasional yang lebai. Jelas, kisah di buku ini sebuah penurunan. Dengan bekal kata, “Mengalir saja”, semuanya memuncak di Paris yang glamor. Nyaris tak ada kejutan berarti. Mungkin keunggulan utama buku ini adalah cover yang ciamik. Enak dipandang mata saat disusun rapi di rak.

“Kita selesaikan masalah satu-satu, Mi Hermana, pertama kita dapatkan bunyi lonceng dulu.”

#2. How the World Works by Noam Chomsky

Lega. Itulah perasaanku setelah bertahun-tahun coba menyelesaikan baca buku ini. Kubeli tahun 2015, sempat menggebu membaca di awal. Down di tengah jalan,. Tahun 2016 sempat pula coba kulanjutkan, dan kembali tertunda. Dan begitulah, tertimbun buku-buku lain. Terlupakan. Memang bukan buku yang santuy, bahasannya berat. Politik, dan begitu kritisnya banyak ungkapan-ungkapan yang bikin pemerintah panas.

“Ada kasus yang sangat solid untuk didakwa setiap presiden Amerika sejak Perang Dunia Kedua bertanggung jawab atas berbagai peristiwa berdarah di seantero dunia. Mereka semua merupakan penjahat perang atau setidaknya dalam kejahatan perang yang serius.”

#3. Marxisme, Seni, Pembebasan by Goenawan Muhammad

Penuh dengan kutipan. Sampai-sampai tak tahu mana pemikiran asli penulis, mana kutipannya. Buanyaaaak banget. Aneh rasanya membaca kutipan bertumpuk-tumpuk dalam satu paragraph panjang. Menelusur masa lalu dengan Marx sebagai pusatnya, didedah dan diuji ketahanannya oleh masa. Dan setelah lebih seabad Marx rasanya abadi, dilihat dari sudut manapun, layak didiskusikan. Sosialisme mengklaim, reliji juga, seni, ideology hingga manzhab lebih tinggi terkait tafsirnya sungguh liar. Dan buku ini hanya sebagian kecil darinya. Apalagi saya sedang baca Teori Sosiologi Modern, di mana Marx menyita halaman (otomatis perhatian) sangat tinggi.

“… keindahan yang benar-benar, yang tertinggi adalah keindahan yang dijumpai oleh manusia di dalam dunia kenyataan dan bukanlah keindahan yang diciptakan seni.” – Chernishevski

#4. The Hundred Secret Sense by Amy Tan

Ini jelas lebih mudah dicerna ketimbang The Joy Luck Club yang plot-nya berlapis. The Hundred Secret Senses sekalipun menyertakan dunia yin yang absurd dan mengundang arwah untuk berdiskusi, mengunjungi hantu-hantu masa lalu untuk membantu memahami masa kini, setidaknya alurnya masih runut. Sudutnya fokus pada Olivia, yang lainnya hanya sempalan, atau kalaupun keluar jalur, hanya mencerita detail yang menunjang. Kwan jelas begitu dominan menemani, sebagai kakak-nya yang paling setia, Kwan justru tokoh terpenting, terutama aspal cerita yang padat, dan eksekusi kunci di endingnya yang tak terduga.

“Janji mengajakku ke bioskop atau kolam renang akan mudah terhapus dengan dalih lupa, atau lebih buruk lagi, variasi-variasi licik mengenai apa yang dikatakan dan dimaksud.”

#5. The Art of Novel by Milan Kundera

Kundera menulis dengan semangat merayakan lelucon. Dari judul-judulnya sudah terlihat. Harus membaca buku-bukunya dulu untuk bisa menikmati secara maksimal buku ini. Saya baru membaca empat: Pesta Remeh Temeh, Kitab Lupa dan Gelak Tawa, Identitas, dan Kealpaan. Dan itu tak cukup. Selain mengupas novel-novelnya, kita juga diajak bersafari ke novel-novel hebat sebelumnya. “Kita sering mendengar trinitas suci novel modern: Proust (belum baca), Joyce (Ulysses belum baca), Kafka (sudah baca). Menurut saya, trinitas itu tak ada. Kafka memberikan orientas baru, yaitu orientas post-Proustian. Caranya memahami diri sungguh-sungguh mengejutkan.” Ya, ketiganya sangat dominan dikupas, ditambah Cervantes (belum kubaca), Schweik (sudah kubaca), hingga Balzac. Sayangnya, hanya sebagian kecil yang kunikmati. Ada tiga kebijakan utama yang wajib dikembangkan manusia: toleransi, humor, dan imajinasi.

“Novel memiliki kekuatan untuk menggabungkan puisi dan filsafat, bukan sebaliknya.”

#6. Menyingkap Rahasia Akhirat by Al Ghazali

Luar biasa. Karena ini hal yang baru, saya terpesona. Alam akhirat yang misterius itu dijelaskan dengan gamblang, bagaimana kehidupan setelah kematian. Dari mulai detik-detik kematian, hingga putusan akhir penghakiman pada-Nya. Ini versi Islam, artinya segalanya bersumber pada Al Quran dan Hadist sehingga, diluar itu tak disinggung sama sekali.

“Tak ada yang bisa menyingkap rahasia-rahasia akhirat kecuali orang yang menguasai ilmu-ilmu keakhiratan.”

#7. Tabula Rasa by Ratih Kumala

Kisah sedih di Rusia, kisah sedih di Yogyakarta, kisah sedih di Kanada. Asmara yang yang melilit para karakter. Temanya berat, sebab melibat homo dan lesbi serta kematian-kematian orang terkasih. Mainnya jauh, sampai Benua Amerika dan Eropa. Bagi jelata macam saya, jelas tak relate. Banyak kejanggalan, atau mungkin tak nyaman dinikmati orang kebanyakan. Mahasiswa pintar yang mengikuti kemanapun ayahnya ditempatkan bekerja, tak main-main antar kota, tapi sudah melintang ke Rusia. Dan sesuai catatan sejarah di awal 1990-an terjadi perebutan kekuasaan yang mengambil banyak nyawa warga, termasuk sang kekasih. Lalu masa merentang sedasawarsa di Yogya, kini ia sudah dewasa dan menjadi dosen. Menemui rasa cinta lagi kepada salah satu mahasiswinya. Gayung seolah disambut, tapi enggak juga sebab, sang kekasih memiliki penyimpangan seksual. Dan begitulah, aliran kisahnya berkutat di masalah hati, dan tindakan. Mengikuti kata hati ataukah menjadi warga kebanyakan yang legowo?

“Kamu jangan mondar-mandir aja, kayak setrikaan.”

#8. Jejak Sufi Modern by Abu Fajar Alqalami

Lucu. Mungkin tak seberat buku-buku sufi kebanyakan, mungkin pula dan sak-klek sama aturan Islam yang kaku. Ini malah jadi sejenis diskusi, seorang awam agama, bertanya kepada pendiri pondok pesantren. Rasanya tepat, sebab biar ahlinya yang menjawab. Maka kiai Badrun memberi petuah-petuah hidup, yang mungkin bagi kita sudah umum (atau malah usang). Dasar agama, tuntunannya, hingga rasa syukur. Yang menarik, diskusi itu mengalir nyaman, dan apa adanya.

“Hujan sudah reda, kita jalan lagi.”

#9. Poison by Sara Poole

Novel renaisans di Italia. Tentang hari-hari menuju penunjukan Paus baru. Ini bisa jadi fiksi di sisian sejarah. Paus lama, yang sudah tua dan sakit-sakitan segera mengeluarkan dekrit yang sama dengan perintah dari Spanyol bahwa warga Yahudi akan dimusnahkan, atau diusir dari negerinya, tapi sebelum dektrit itu dirilis, drama terjadi di dalam istana. Racun menjadi alat bunuh yang umum, dan begitulah Francesca Giordano, ahli racun itu melaksanakan tugasnya. Di Roma yang panas, dan sejarah mencatat Rodrigo Borgia menapaki puncak kekuasaan.

“Apakah kauyakin ingin melakukan semua ini?”

#10. Wasripin & Satinah by Kuntowijoyo

Tak menyangka arah buku ini akan ke sana. Ini adalah novel kedua Kuntowijoyo yang kubaca, setelah Pasar yang fenomenal itu. Yang ini tampak lebih kompleks dengan ending yang lebih berani. Kritik politik dari arus bawah hingga pusaran pusat yang njelimet. Pasangan yang saling mencinta, dengan segala kekurangan dan segala kehebatan masing-masing, di puncak ketenaran dan kegemilangan, segalanya berbalik. Wasripin yang bak nabi, dan Satinah yang secantik merak, akhir yang tak terduga. Benar-benar dibawakan dengan sangat bagus, mengalir dengan sangat nyaman dan begitu rapinya. Ah, rasa itu, kenapa terlambat disampaikan, dalam lamaran aneh dengan hasil pancing di pantai sepi ikan, dan jelmaan indah, lantas dihempaskan.

“Ah, pasti kura-kura dalam perahu.”

#11. Logika Falus by Tomy F Awuy

Kumpulan cerpen dari penebit Metafor yang legendaris. Temanya lebih banyak menelusup di area psikologi. Dari hubungan lesbi, pemikiran liar para lelaki, hingga kehidupan malam para Jakartan. Sebagai cerpen yang diambil judul, Logika Falus justru malah yang paling biasa, di mana dua pria mendebat seorang penyanyi kafe yang elok. Lalu berjudi, dan bagaimana diakhiri dengan antiklimaks.

“Ayahmu converso. Apakah kau tidak tahu itu?”

#12. Ranah 3 Warna by A. Fuadi

Buku lanjutan Negeri Lima Menara yang sungguh biasa sekali. Sebuah penurunan drastis, ini seperti orang yang menceritakan pengalaman hidupnya, dari lulus pesantren hingga meraih impian keluar negeri. Kuliah di jurusan Hubungan Internasional, ke Kanada impian itu diwujudkan. Tersebab saya sudah membaca Laskar Pelangi dan lanjutan, seolah ini pengulangan. Dan, karena ini lebih mapan, lebih tampak menjaga image. Artinya, orang pesantren yang alim ini tak banyak mencipta konfliks, sungguh main aman. Jadi tentu saja, membaca novel dengan minim konfliks adalah sebuah pengalaman standar.

“Logika bahasa penutup kau tidak jalan, terlalu lemah. Tapi yang lain sudah baik.”

#13. Prey by Michael Crichton

Keren banget. Partikel dan bakteri dicipta, dengan kamera berukuran nano, dan jadilah penemuan dahsyat. Awalnya jinak, lalu lepas, dan pada akhirnya mereka dengan cepat beradaptasi, menjadi makhluk hidup yang menuntut eksistensi. Di sebuah lab di tengah gunung, Jack sang perancang program, seorang IT expert itu tercengang sebab kode yang ia cipta kini menjadi liar dan mengancam umat manusia. Ternyata penyebabnya justru istrinya sendiri yang juga seorang penemu, Julia yang beberapa hari tak waras. Pasangan ini saling silang, dan sebelum makhluk itu membunuh orang lebih banyak, harus dimatikan, harus dimusnahkan.

“Jadi kesimpulannya sederhana. Mengelompoklah dan jangan menonjol.”

#14. Sepotong Hati di Sudut Kamar by Pipiet Senja

Buku harian yang jadi buku. Luar biasa. Kita tahu kehidupan pribadi Pipiet Senja yang menderita leukemia. Namun detail bagaimana kehidupannya dari kecil, remaja, hingga awal mula meraih impian membuat buku, jelas tak banyak yang tahu, kecuali lingkar pertemanan/saudaranya. Nah, dari buku inilah kalian akan menemukan banyak hal pribadi beliau. Kehidupan keluarga, percintaan awal, hingga perkenalan dalam dunia teater, sandiwara nulis novel, dst. Di era Orde Baru yang minimalis, konvesional, di mana karya ditulis tangan atau diketik di mesin ketik, perjuangan seorang penderita leukemia menjadi penulis sungguh sangat inspiratif.

Karawang, 011222 – Bon Jovi – Always

November2021 Baca

“Kecerdikan yang berlebihan akan menghilangkan akal sehat.”Seneca

Bulan ulang tahun pernikahan. Hampir saja terlambat masuk kerjaku menyentuh batas maks. Wanti-wanti, berangkat lebih pagi, ada banyak demo buruh, Hermione mulai sekolah offline, mengantar dalam ketergesaan sebab susah bangun tidur, waktu baca seperti biasa, sebelum subuh sudah bangun, setengah jam istirahat kerja, dan pulang kerja. Hari libur dihajar waktu luang banyak. Sempat anak istri flu, sehingga ikut repot, apalagi aku juga dua tiga hari ketularan. Waktu baca, tak perlu mencari waktu luang, kitalah yang menciptakan waktu luang itu. 15 buku tuntas, lumayan banyak ‘kan.

Setelah hanya mendengar nama besar Terry Pratchett, akhirnya ada buku fantasinya yang tuntas kubaca dan ulas, memang sekeren itu. Moby Dick juga akhirnya kelar juga, walaupun versi pendek. Edgar Allan Poe dan Eva Ibbotson juga akhirnya pecah telur, kuulas di blog ini. Dale Carnegie, nama besar berikutnya berhasil kutuntaskan.

Dan puisi bagus, hufh… ternyata rasanya seperti ini ya baca puisi indah tuh. Pengalaman memang tak bohong.

#1. Moby DickHerman Merville

Buku tipis yang selesai kubaca sekali duduk. Kutuntaskan jelang tidur pada hari Rabu, 3 Okt 21. Jumlah halaman tak lebih dari seratus. Beli buku ini sebab cari teman beli buku KSK aja, makanya jadi sisipan. Pas pertama rilis, sempat ragu mau beli atau nunggu edisi lengkapnya. Sebagai sastra klasik yang diringkas, rasanya kurang gereget, kurang mantab hanya baca sebagian dengan detail-detail dihilangkan. Nah, prasangka itu dibahas panjang lebar di pengantar oleh Cep Subhan KM. Itu sudah mewakili perasaanku.

“Berburu paus adalah pekerjaan yang sangat berbahaya. Malaikat maut selalu menyertai kita.”

#2. The Great Guest RescueEva Ibbotson

Ini bukan buku pertama Eva Ibbotson yang kubaca, tapi ini adalah buku pertamanya yang kuulas. Dulu pernah baca satu atau dua, tapi karena terjadi di era multiply segalanya hilang, di masa wordpress akhirnya berhasil kutuntaskan. Khas tentang dunia penyihir dan segala fantasi imaji yang dikelola dengan fun. Mungkin masalah yang ditawarkan agak berat, menyangkut pemerintahan Inggris yang membantu mencari suaka hantu, tapi jelas ini benar-benar sekadar hiburan remaja. Tak ada rasa takut atau khawatir tokoh-tokoh baik akan kalah, maka saat eksekusi akhir di mana, segalanya berakhir bahagia, terasa pas untuk bilang, ‘nah kan, aku bilang juga apa.’

“Setelah semua yang dikatakan dan terjadi, gigi tetaplah gigi.”

#3. The Black CatEdgar Allan Poe

Keren sekali. Kukira Edgar Allan Poe ini masternya cerita misteri, hantu-hantuan saja. Ternyata ia juga jago sekali mencerita detektif. Dibagi dalam dua bagian, misteri dan detektif. Terasa sungguh klasik, cara menghadapi masalah, cara penelusuran, cara memecahkannya. Buku abad 19, salah satu pioneer kisah-kisah sejenis.

“Lagu apa yang disenandungkan para putri duyung, atau nama apa yang dipakai Achilles saat dia bersembunyi di antara para perempuan, meskipun membingungkan, sebenarnya bisa diterka.” – Sir Thomas Browne

#4. Pria Cilik MerdekaTerry Pratchett

“Beberapa hal terjadi sebelum hal-hal yang lain.” Kalimat pembuka yang jitu dan bagus sekali. Ini adalah kisah Tiffany sebelum dan saat-saat menjadi penyihir. Nama Tiffany sendiri terdengar norak saat disebut ‘Penyihir Tiffany’, maka ia ingin mengubah nama sihir nantinya. Kucingnya bernama Ratbag, kirain bakal punya peran ternyata ia benar-benar kucing biasa. Di sebuah tanah pertanian berkapur yang dipimpin oleh Baron yang kehilangan anaknya Roland. Di pertanian ini, masih ada orang-orang yang punya kebiasaan mengagumi dan menyimpan barang-barang indah yang tidak berguna.

“Aku akan mengambil adikku, dan pulang.”

#5. BuddhaDeepak Chopra

Terbagi dalam tiga bagian: Siddartha sebagai snag pengeran, Gautama sebagai petapa dan Buddha sebagai sang pencerah. Bagian-bagian ini memberi segmen yang pas. Beberapa bagian mungkin terdengar aneh, persis pas kubaca Young Messiah di mana Yesus sudah menunjukkan keajaiban di masa kecil, Buddha dinaungi banyak keajaiban, selamat dari berbagai godaan setan Mara.

“Aku yang berurusan dengan dewa-dewa, kau tak perlu memikirkan mereka.”

#6. Melipat JarakSapardi Djoko Damono

Luar biasa. Salah satu kumpulan puisi terbaik yang pernah kubaca. Ternyata ini semacam The Best of The Best, jadi puisi-puisi dari buku-buku lama, dipilih dan dipilah. Keren banget euy, begini to rasanya membacai puisi bagus. Narasinya kental, banyak hal umum yang disajikan, sederhana temanya, yang luar biasa memang diksinya. Ditulis dengan pilihan-pilihan kata sebagus dan seromantis mungkin.

#7. Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi OrangDale Carnegie

Buku self-improvement yang luar biasa. Salah satu yang terbaik yang pernah kubaca. Sangat inspiratif dan menggugah. Tips-tips jitu, sebenarnya beberapa sudah kupraktekkan, terutama saat konseling karyawan, tapi dengan mambaca buku, saya mendapat teori yang lebih pas. Betapa menghargai orang lain itu sangat amat penting. Orang suka ditanyai pendapatnya dan gagasan-gagasannya.

“Jika ada rahasia mengenai sukses, maka rahasia itu ialah kecakapan untuk melihat melalui kacamata orang lain.”

#8. Kembang SepasangGunawan Maryanto

Kubaca dalam sekali rebahan pada malam jelang tidur 22.11.21. Tak tebal jadi memang bisa cepat kelar. Terbagi dalam lima bagian, berisi puisi-puisi dengan satu dua halaman. Banyak kata-kata ‘asing’ bahasa Jawa alus atau bahasa seni Jawa, yang bagiku tak akrab.

Karena secara bersamaan aku lagi baca kumpulan puisi maestro Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak. Rasanya ternyata baca puisi bagus tuh seperti ini, sempat berujar gitu. Maka baca Kembang Sepasang, terasa biasa saja. Kebanting kali ya. Membaca puisi menjadi rutintas 12 buku tiap tahun mulai 2021 ini, dan mulai terpilah dan terasa mana puisi yang berhasil tune in mana yang terlihat biasa, bahkan mana yang buruk juga sudah ada feel-nya. Progress yang bagus ‘kan?!

“Belukar menjalar hingga luar pagar / seperti mencari bapaknya / Sementara tunas bamboo menetas…”

#9. Klik!Nick Hornby, dkk

Keren. 10 cerita dibuat 10 penulis dan berkelanjutan. Satu bab/cerita mengambil sudut pandang satu karakter, lalu dilanjutkan oleh penulis lain. Bebas mencerita, asal ada benang merah sama cerita sebelumnya, lalu ketiga aturan juga sama, cerita berkaitan terus sampai total 10. Ditulis oleh orang-orang yang memang memberi jaminan kualitas, semua sudah memiliki buku best seller. Hanya dua yang kukenal dan sudah kubacai bukunya, Nick Hornby dalam About a Boy dan Eoin Colfer dalam Artemis Fowl. Memang alasan keduanya aku membeli buku ini, dan terbukti Ok.

“Aku selalu terkejut dengan apa yang bisa dilakukan orang.”

#10. 1 Perempuan 14 Laki-lakiDjenar Maesa Ayu

Idenya terdengar gila. Menulis cerpen keroyokan, tapi menulisnya bergantian per kalimat. Kuulangi, “PER KALIMAT!” Bayangkan, kita tak tahu apa yang ada di kepala partner kita. Kita mau ke Barat, tapi dia malah ke Utara. Ga nyambung cuk. Namun nyatanya bisa ada 14 cerpen. Ternyata hasilnya juga biasa saja. Sulit sekali membuat cerita sejenis itu, apalagi hanya dibuat beberapa bulan. Kalau ditulis beberapa tahun, dengan pendalaman, editing, dan diskusi lanjut pasti beda. Akan lebih matang, ini seolah bikin mis instan, hanya semalam dikerjakan sampai subuh untuk satu cerita, janjian ngopi lalu mencipta karya. Sah-sah saja, tapi tetap tak bisa sebagus itu.

Pembukanya lumayan bagus. Begitu juga penutupnya, tapi tengah-tengahnya entahlah. Mawut pokoknya. Heran juga, bisa pede merilis cerita semawut ini.

“Aku akan selalu mencintaimu, kekasihku…”

#11. Arang PerempuanArini Hidajati

Ini kumpulan esai, tapi terasa membaca puisi. Kata-kata disusun dengan mendayu-dayu, meluap-luap seperti soda pecah. Temanya beragam, tapi mengedepankan reliji. Pengalaman penulis dalam menghadapi perubahan hidup. Proses pernikahan misalnya, adalah contoh langkah besar manusia menuju jenjang berikutnya. Malam, senja, hujan, cinta, bermunculan lebih sering. Perenungan kehidupan, dari sudut pandang perempuan.

#12. Seekor Anjing Mati di Bala MurghabLinda Christiany

Bukti bahwa nama besar tak selalu menjamin bukunya selalu bagus. Kumpulan cerpen ini, dimula bagus, di tengah agak menurun, dan akhir yang malah biasa saja. Apalagi ada blunder bahwa Superman adalah pahlawan keluaran komik Marvel. Ketika kubagikan di grup film jadi bahan bully, mereka tak tahu bahwa penulisnya adalah penulis yang sudah menang penghargaan sastra bergengsi. Dengan setting bervariasi, dari Jepang, Eropa, Timur Tengah, hingga pantai-pantai lokal. Kita diajak melalang buana dalam bernarasi. Paling bagus cerita kedua, cerita sederhana tentang mengantar barang tapi dibumbui mistik. Paling biasa cerita terakhir.

“Laut memang sama di mana-mana. airnya asin. Tapi ini Atlantik. Lain. Bagaimana?”

#13. Puisi BaruSutan Takdir Alisjahbana

Judulnya Puisi Baru, tapi buku ini dicetak 1946. Baru memang selalu dinamis, selalu ada pembaruan dengan bergulirnya waktu. Beruntung sekali aku punya buku ini. klasik, penulis/penyair Indonesia yang karyanya sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Sumatra paling dominan, banyak sekali orang hebat dari sana. Hebat.

#14. A Golden WebBarbara Quick

tentang Alessandra Giliani dari Persiceto, Italia, perempuan pertama ahli anatomi. Ia terlahir di abad 14, di mana perbedaan gender masih sangat kental. Terlahir perempuan, tak bisa menempuh pendidikan tinggi, menikah di usia yang sungguh belia, haid pertama berarti masa untuk mencarikan pasangan hidup, perang terjadi di berbagai tempat, para penyihir dibakar hidup-hidup, dan dunia medis masih sangat kuno. Di masa itulah cerita buku berkutat.

“Ini artinya semacam ‘Hal-hal itu disebut ambigu’, ketika meskipun mereka bernama sama, mereka memiliki arti yang berbeda.”

#15. Depresi Dr Paul Hauck

Ini adalah buku tipis tentang tips-tips menghadapi stress, sebelum berubah jadi depresi kita harus mencegahnya. Rasa bersalah jadi dominan, rasa minder, tekanan hidup, hingga rasa kasihan. Bukan hanya terhadap diri sendiri, juga terhadap orang lain. Keadaan itu harus ditekan, stress mau diobati atau tidak, masalah masu dipecahkan atau tidak, yang jelas waktu terus bergulir jadi relaks saja. Maka tak perlulah sampai depresi. Ada berbagai cara mengatasinya, dari psikoanalis, konseling, curhat, memindahkan beban ke tempat yang tepat, dst. Cocok dibaca untuk semua orang, khususnya yang mau belajar psikologi.

Karawang, 011221 – Nina Simone – Wild is the Wind