Akhirnya kesampaian juga. Salah satu buku yang paling saya buru itu akhirnya di rak saya tahun lalu. Saya beli online dari teman di Klaten, buku klasik dari Amerika ini selesai baca dalam semalam. Kisahnya sederhana, namun tak sesederhana kelihatannya. Kekuatan buku ini ada tiga, pemilihan diksi yang tepat sehingga kisah digulirkan dengan runut, dua karakter yang berlawanan yang disajikan dengan indah, dan ending yang berani. Poin ketiga adalah poin terpenting yang membuat Amerika bahkan melarang novel ini dibacakan untuk anak-anak. Poin utama yang membuat keseluruhan isi jadi mencengangkan. Saya tak membaca bocoran apapun dari forum diskusi buku dan film, jadi feel mengejutkan itu benar-benar terasa banget. Beruntung sekali kan. Makanya karena saya merasa beruntung tak kena bocoran, setiap saya menulis review inti cerita tak kan pernah saya beberkan.
Kisahnya abadi. Dua orang beda karakter dipersatukan oleh Steinbeck. Dengan cerdas kisah langsung ditaruh di tengah konflik. Lennie adalah lelaki berbadan besar, namun mempunyai sifat kekanak-kanakan. Pelupa, dungu, polos, yang ada di pikirannya adalah hewan ternak yang akan dipeliharanya. Kelinci-kelinci masa depan. Di sakunya ada tikus mati yang selalu dibelainya. Sementara George adalah lelaki kurus yang membantu Lennie keluar dari masalah satu ke masalah yang lain. Otaknya encer, dirinya selalu melindungi Lennie dan selalu menasehatinya untuk selalu pasif dan berkata, “aku tidak akan bilang apa-apa, aku tidak akan bilang apa-apa, aku tidak akan bilang apa-apa…”
Mereka baru saja melarikan diri dari masalah yang dibuat Lennie. Sampai di sebuah sungai yang airnya mengalir tenang. Sunga Salinas yang menjadi titik utama awal dan akhir cerita ini, kelak akan jadi saksi bisu sebuah twist. Mereka dalam perjalanan menuju peternakan di Soledad, tempat kerja baru. “tetapi kita tidak seperti itu! Mengapa begitu. Karena aku punya kau yang selalu menjagaku, dan kau punya kau yang juga selalu menjagamu, yah itu sebabnya. Kita akan mendapatkan uang, memiliki sebuah rumah kecil, beberapa area tanah, seekor sapi, beberapa ekor ayam, dan hidup dari tanah yang subur itu. Dan punya kelinci-kelinci…”
Belajar dari pengalaman sebelum-sebelumnya, George berwasiat kalau nantinya di peternakan Lennie bermasalah lagi. Dirinya diminta untuk sembunyi di semak-semak sungai ini dan menantinya datang menjemput. Dan saat esok menjelang, mereka sudah bekerja di rumah peternakan. Bersama pekerja lain, awalnya Lennie tak banyak membuat masalah. Namun karena dirinya yang gugup, tak bisa menjawab apapun saat ditanya, orang-orang mulai curiga, ada yang tak beres. Termasuk anak juragan, Curley yang katanya jago tinju di atas ring. Curley yang bertubuh kecil merasa kesal karena Lennie yang tubuhnya besar hanya plonga-plongo saat ditanya. Inilah awal mula segala masalah. Lennie memang sumber masalah, dan kali ini masalah yang dibuatnya sungguh besar. Akankah George berhasil lagi menyelamatkan Lennie? Dua pengelana yang tak punya apa-apa selain diri mereka dan impian-impian kelinci itu akankah digerus kenyataan? Bagaimana akhir petualangan mereka, akankah mereka berpisah? John Steinbeck dengan brilian membuat cerita sederhana ini menjadi luar biasa memikat.
“Untuk apa berandai-andai, tidak ada yang boleh berandai-andai George terluka” (halaman 156)
“Aku suka membelai-belai sesuatu yang manis, tetapi tidak jika aku bisa mendapatkan yang lebih baik.” (halaman 193)
Curley dan Carlson menatap kepergian mereka. Lalu Carlson berkata, “sekarang kau pikir apa yang terjadi pada kedua orang itu?” (halaman 233)
Of Mice And Men | by John Steinbeck | copyright 1937, renewed 1965 | Penerjemah Isma B Koesalamwardi | Penerbit Ufuk Press | cetakan I: Desember 2009 | ISBN 978-602-8224-72-7 | skor: 4.5/5
Karawang, 210615 – Sponge out of water
#20 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku