Pandangan Positif bisa Mengubah Pengalaman Hidup

The Positif Approach by Peter Shepherd

“Empat manifestasi ini menunjukkan mekanisme dasar umat manusia ketika mereka terlibat secara reaktif: kebohongan, delusi, emosi negatif, dan obrolan kompulsif.”

Pelajaran positif adalah wawasan yang kamu temukan saat menyadari bahwa kamu telah memilih satu arah dan bisa berbalik jika mau. Buku self-improvement dengan tema positif thinking sudah banyak, sudah beberapa kubaca. Intinya sama, anjuran untuk memandang hidup lebih optimis, untuk mengapresiasi keadaan, syukur dan sabar, hingga bagaimana respons kita bila sedang terjatuh. Kubaca dengan nada pesimistis sebab buku-buku sejenis ini biasanya hanya berinti pada anjuran hidup bahagia. Namun setelah setengah buku, saya menemukan riak-riak yang bagus dan bermanfaat. Buku ketiga terbitan Bright Publisher yang kubaca, dan ini yang terbaik. Pertama berisi kutipan-kutipan dan itu jadi buku terburuk tahun itu yang kubaca, kedua tentang kekuatan sugesti. Lumayan bagus. Dan ketiga ini, bagus. Keempat dst, feeling skor naik terus nih. Hehe…

Per bab-nya pendek-pendek berisi dua hingga sepuluh lembar. Beberapa ditutup dengan latihan, beberapa ditantang secara nalar. Dan seperti buku tema bahagia lainnya, selalu ada kebaikan di tiap lembarnya.

Sebagai pekerja, rutinitas bisa jadi tekanan. Hidup yang monoton dan terasa membosankan. Tekanan sebenarnya tidak muncul dari keberadaan musuh atau dari pihak luar, tetapi dari seseorang yang memiliki maksud berbeda lalu mengungkapkannya secara persuasif sehingga kita merasa tertekan, depresi, dan stress. Orang menyebutnya suara hati, suara dari dalam diri bisa menjerumuskanmu dalam pelbagai masalah, tetapi juga bisa memunculkan pandangan positif yang mengubah pengalaman hidup.

Kesalahan merupakan bagian esensial dari proses pembelajaran. Pelajaran tentang masa lalu, dan kita semua tentunya punya kesalahan di masa itu. Masa lalu memang tak bisa diulang kembali, tetapi kita dapat mengubah penafsiran atas masa lalu. Dan tentu saja bisa beroleh beberapa pelajaran berharga dari pengalaman itu. Ketika pengalaman masa lalu tersebut distimulasi kembali oleh kondisi serupa di masa kini, keputusan lama pun kembali oleh kondisi serupa di masa kini, keputusan lama pun kembali berfungsi. Rasa bersalah tak boleh dicampuradukkan dengan tanggung jawab atas masa lalu. Tanggung jawab berarti membuat usaha terencana untuk mengubah pola perilaku yang muncul dari kesalahan tindakan. “Saya memang tidak kuasa mengubah masa lalu, tetapi saya mampu mengubah maknanya. Penafsiran saya terhadap peristiwa merupakan pilihan dan tanggung jawab saya sendiri.”

Maka sangat penting untuk meningkatkan penghargaan atas diri sendiri.

Kamu tidak bertanggung jawab atas segala yang terjadi (meski Anda mungkin ikut terlibat), tetapi bertanggung jawab atas reaksi Anda terhadap peristiwa-peristiwa tersebut, bagaimana Anda menjalaninya dan bangkit. Reaksi ada tiga aspek:

#1. Reaksi mental, cara menafsir situasi.

#2, reaksi emosional yang muncul dari penafsiran tersebut dan membuat Anda merasa senang, marah, sedih, atau frsutasi.

#3. Reaksi perilaku, reaksi didasar pada perasaan sehingga Anda memperlihatkan sikap-sikao tertentu.

Prinsip dasar dari ajaran Buddha menegaskan bahwa kepemilikan akan menurunkan pada penderitaan sehingga untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dalam hidup, kita harus mengganti rasa takut dengan penerimaan. Dan pangkal paling kuat atas rasa takut ialah kemampuan untuk menerima.

Hidup tak bisa terus berlanjut jika kita menyesali masa lalu atau merasa jijik kepada diri sendiri. Hidup merupakan sebuah proses pembelajaraan, dan pelajaran paling berharga berasal dari pengalaman pribadi. Memaafkan diri sendiri akan membuat kita mampu menangkap energi yang selama ini digunakan untuk merasa bersalah dan melawan masa lalu. Proses ini akan membebaskan kita untuk kembali menjadi diri sendiri – seseorang yang baru, lebih bahagia dan lebih bijaksana.

Apabila kita merespons kondisi kesadaran kreatif, berarti kita telah menghargai diri sendiri apa adanya, bukan karena apa yang sedang atau sudah kita lakukan. Dengan kata lain, diri kita akan tetap berharga meski kita tidak bisa melakukan sesuatu atau telah melakukan kesalahan. Gagasan instrinsik mengenai perasaan berharga ini merupakan kekuatan dasar dari harga diri yang sesungguhnya.

Nasehat ini bagus. Pengalaman pertama, atau awal berjumpa dengan kekasih. Maka, ingatlah kembali saat-saat pertama kali kamu bersama sama pasangan, apa yang kamu lihat dalam diri satu sama lain, apa yang dulunya menyenangkan dan menarik. Tumbuhkan perasaan-perasaan yang kamu alami bersama ke masa kini.

Masalah merupakan esensi kehidupan. Kesulitan muncul ketika Anda berkubang dalam efek masalah, yakni ketika masalah menguasaimu, bukan kamu yang menguasai masalah. Ini membuatmu stress dan cemas.

Biarkan masalah menjadi tantangan dan permainan yang dapat kamu nikmati. Sebagian besar masalah mempunyai jalan keluar yang sederhana: kamu dapat mengurangi berat badan dengan melakukan diet sehat, bisa berhenti merokok hanya dengan berhenti merokok. Cukup sedehana, tetapi sulit dilakukan karena jika tidak, pasti sudah melakukannya.

Cara mengatasi perasaan, memusatkan pikiran pada masalah, merasakan dengan sepenuhnya, lalu merelakannya – melepas dan mengeluarkannya. Perelaan membutuhkan penerimaan; penerimaan terjadi ketika kita tak lagi melakukan perlawanan – tidak lagi melihat segala sesuatu secara hitam putih, tidak lagi bersikap menghakimi – dan ketika kita membuka jalan untuk mencintai orang lain tanpa syarat, termasuk diri kita sendiri.

Kesadaran bisa ditingkatkan dengan menanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang kusadari saat ini?”, “Perasaan apa yang kuciptakan saat ini?” Manusia selalu berpura-pura mengetahui banyak hal, tentang diri sendiri, Tuhan, kehidupan dan kematian, alam semesta, evolusi, politik, seks, segalanya. Namun kenyataannya, manusia bahkan tidak tahu siapa dan apa diri mereka yang sebenarnya.

Hidup merupakan sesuatu yang serius, padu, dan berat. Segala sesuatu dalam kehidupan diperbarui setiap kali dialami. Bahkan, mesti itu sesuatu yang hampir tidak didasari sekalipun.

Salah satu trik yang kudapat ini bagus, walau bukan hal baru sebab sudah pernah kudengar dari inspirasi pagi di kantor. Tentang menanamkan kata positif.

“Ketika melakukan penegasan, Anda seharusnya hanya mengunakan bahasa positif, bukan (misalnya) “Aku tidak akan makan secara berlebihan.” Karena pikiran akan menafsirkannya “Secara positif” sehingga hasilnya ialah, “Aku akan makan secara berlebihan”. Namun, mengapa omongan yang negative seperti “Aku tidak akan pernah berhasil” tidak ditafsirkan oleh pikiran menjadi “Aku akan berhasil”? sebab otak kanan yang menjadi penentu perasaan sekaligus motivasi/tindakan yang ditimbulkan (di mana Alam Semesta mencerminkannya melalui kekuatan Jiwa), menafsirkan pikiran sesuai dengan perasaan sesungguhnya yang tak disadari sehingga tidak mampu membedakan antara resistensi dengan penerimaan sadar. Otak kanan mengabaikan kata ‘tidak’ atau ‘tidak pernah’, ini merupakan pengamatan yang sesungguhnya.”

Fisika kuantum menyatakan, memandang sesuatu akan membuat sesuatu itu terbentuk, dan bahwa material kuantum bisa berada dalam kondisi yang berbeda pasa saat yang bersamaan, yakni benda dan energi. Kita memiliki realitas subjektif yang berbeda, yang saling melengkapi dengan realitas objektif (dan realitas objektif orang lain) pada tingkat yang lebih tinggi atau rendah.

Buku ditutup dengan snagat bagus, dengan tiga kutipan pendekatan positif. Pertama dari Peace Pilgrim, kedua sebuah peribahasa Cina, dan ketiga ini: “Kejahatan (ketidaktahuan) sama seperti bayangan – tak mempunyai substansi nyata, hanya saja tidak memiliki cahaya…” penutup jitu dari Shakti Gawain.

Berkat buku ini, saya jadi kembali semangat mengejar buku-buku Bright (Shira Media) dengan stempel Greatest Self-Improvement Books Series. Membangkitkan aura untuk hidup lebih hidup.

Manfaat Berpikir dan Bersikap Positif | bt Peter Shepherd | Diterjemahkan dari The Positif Approach | Penerjemah Laila Qadria | Penyunting Zilkarnaen Ishak | Penyelaras akhir Puput Alvia | Tata letak Werdiantoro | Ilustrasi sampul Sekar Bestari | Rancang sampul Katalika Project | Cetakan ke II, 2018 | ISBN 978-602-5868-06-1 | 198 hlm.; 13.5 x 20 cm | Penerbit Bright Publisher | Skor: 4/5

Karawang, 150922 – Ella Fitzgerald – Indian Summer (Live)

Thx to Ghatan Torik, Tangerang

Meet Your Maker #11

“Ketika aku menjelaskan bahwa serangan itu bukan perang, memang itu benar. Manusia tidak perlu perang untuk menjadi monster… kita adalah monster yang berada di dunia yang salah, saat oenghakiman pertama datang sampai penghakiman terakhir muncul…”

Cerita horror tanpa hantu. Sebenarnya pembuka hingga adegan ditemukan kejanggalan, buku ini bagus sekali. Pengenalan karakter dan penggambaran suasana lelaki jomblo menyendiri, jauh dari keluarga dan rekan-rekan, dan karakter pemalas tapi tak malas seperti ini bijaknya dikembangkan jadi karakter umum, dengan problematika kebutuhan sehari-hari. Sayang, sejak adegan terkunci, jendela macet, dan ditemukan banyak darah di luar kamar, kisah jadi ala film kelas C, yang suka mengkaget-kagetkan penonton. Mencoba filosofis, tapi tak sepenuh hati.

Jazz Timor, desainer freelance kere yang tinggal sebuah apartemen murah Capital Malrose, siang itu bangun tidur dengan kepala pening tak keruan. Belum sarapan, dan saat gegas berangkat kerja, ia terjebak. Tinggal di lantai tiga kamar 3B, dan tak terlalu mengenal para tetangga, mereka semua dihantui para pembunuh mengerikan.

Pertama, monster dengan kepala terbelah. Kedua, monster dengan pedang besar. Dan ketiga, monster dengan tangan besar. Mereka membantai para penghuni apartemen. Satu per satu dibunuh seolah tanpa motif, sampai banjir darah. Jazz lantas mencoba menyelamatkan tetangganya Tania dan Kate dengan mengalihkan konsentrasi, ke lift yang terbuka, hingga meluncur turun. Namun ia tak mati, sebab bersama monster tangan besar bak adegan Bruce Willis di Die Hard, dengan tali lift terjerebab di lantai basement. Ternyata di bawah-pun semua tertutup. Gerbang, pintu, jendela, segala akses keluar benar-benar rapat.

Di lobi, Jazz bertemu Hans dan Richard yang juga kebingungan. Dicerita bagaimana pagi itu memang tak wajar, segalanya remuk redam mencari pertolongan. Bergabung pula di lobi, para penghuni yang selamat. Dari Cindy, Rosi, Linda, Matt, sampai sang samurai Ryusuke dan anaknya. Karena HP tak ada sinyal.. HT juga tak bisa menghubungi keluar, lalu bisa meminta tolong bagaimana? Usulan Jazz untuk ke lantai atap untuk mencari sinyal, terdengar konyol sebab, kudu naik lagi, yang berarti ketemu para monster lagi, dan begitulah, memang tak ada opsi yang lebih bijak.

Kenekadan mereka, perjuangan mereka untuk bertahan hidup, hingga fakta-fakta yang terungkap lantas disajikan. Siapa selamat?

Ekspektasi saya memang tak tinggi dan terpenuhi, buku-buku horror atau sejenis bukan genre saya. Sembari mengisi waktu sahaja menikmatinya. Kubaca cepat, dan begitulah. Kasha-kisah mistis kalau diramu benar memang menarik, dan ini hampir diramu benar. Namun nyatanya malah tak mistis, hehe. Teringat Thanos malah, atau The Maze Runner, atau film-film serial yang booming kemarin: Alice in Borderline atau Squid Game. Hebatnya, ini diramu tahun 2014, jadi Meet Your Maker bukan mengekor, malah mendahului. Tetap saja, idenya tetap sebuah ATM. Hanya, sayangnya tergesa. Akan beda penilaian overall, kalau jumlah halaman jadi 500 atau lebih, sehingga ada penjelasan bagaimana Pak Tua mencipta skema, bagaimana para monster bermotif, hingga makna hidup dijelaskan secara filosofis.

Pertama, nama-nama karakter yang kebaratan. Hampir semuanya, kecuali tentu saja karakter dari Jepang. Kedua, horror yang memiliki beban. Temanya berat, tapi eksekusinya sederhana. Terlalu cepat, kalau tema melawan populasi misalkan, penjabarannya tak bisa sekadar dua bab belasan lembar. Tanggung jadinya. Atau tema uji coba, harus ada riset yang njelimet, penelitian ilmiah yang panjang kali lebar. Bukan penjelasan duduk manis dengan ulasan, mengapa. Namun tenang saja, saya juga tak suka pondasi The Maze Runner. Ketiga, ini seperti sinetron horror dengan bujet minim. Tergesa, mengada, suka yang kaget-kagetan. Boleh saja kalau bentuk visual, untuk menghibur abege labil, tapi tak  kan ini tulisan. Modalnya tarian tangan di atas keyboard, tak perlu mencipta tata setting mahal untuk ditampikan di layar, kenapa tak dicipta wow sekalian. Penjelasan naik turun gedung misalkan, mudah sekali. Jejerit para karakter malah merusak suasana.

Ini adalah buku pertama yang saya baca dari Jacob Julian, sobat lama yang pernah tidur bareng di Kemah Sastra 2011. Dari Jatim naik kereta, dijemput di stasiun gaas naik angkot ke Cibubur. Beliau adalah satu dari sekian teman yang berhasil menelurkan karya, salah duanya adalah Ari Keling dari Bekasi. Berteman di sosmed, walau tak sering bersapa, malah di grup film BM yang sering berinteraksi. Genre bukunya tak hanya horror, komedi dan percintaan juga ada. Satu lagi bukunya sudah ada di rak juga sudah tersedia, siap santap. Well, awal yang bagus untuk JJ di blog ini, selamat. Halla Madrid, Bravo Benzema!

Meet Your Maker | by Jacob Julian | Penyunting Dian Nitami N. | Proofreader Irwan Rouf | Ilustasi isi Indra Fauzi | Desain cover Budi Setiawan | Penata letak Di2t | Penerbit Mediakita | Cetakan pertama, 2014 | iv + 188 hlm.; 13 x 19 cm | ISBN 979-794-459-X | Skor: 3/5

Karawang, 110622 – Gregory Porter – Don’t Lose Your Steam

Thx to Anita Damayanti, Jakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #11 #Juni2022

Happy Birthday Sinna Sherina Munaf 32 Tahun. Best wishes…

Mata Penuh Darah #3

“Aplikasi-aplikasi adalah bagian dari peradaban yang tak dapat ditolak. Yang juga menjelma racun dalam obat.”Eko Triono, Kukirimkan Padamu Sebuah Hari dari Masa Depan

Kumpulan cerpen yang maaf, so so. Mencerita masa depan itu sulit. Kumpulan cerpen yang diterbitkan untuk merayakan 10 tahun penerbit Shira Media, dari berbagai penulis, dan karena nama Faisal Oddang dipajang, ia adalah penulis paling sukses dan menjual. Sayangnya banyak bagian cerita menulik masa depan yang gelap, tak bisa diterima, hanya memprediksi, beberapa bahkan ada yang luar biasa buruk. Hufh…

#1. Mata Penuh Darah: Dua Peristiwa, 1966 – 2033 by Faisal Oddang

Presiden Soeharto diadili atas kejahatan tahun 1966, sebuah masa kelam negeri kita akan pembersihan PKI. Tahun 2033 pengadilan fiktif itu dilakukan oleh keturunan yang tersangkut kejadian 1966.

“Anda di sini untuk menjawab, bukan bertanya.”

#2. Siasat Jitu Membunuh Mantan Kekasih by Adam Yudhistira

Cerita aneh tentang cinta, tikus, hingga pembunuhan terencana. Ini Amerika yang gegap gempita, dan presiden beserta pasangannya menghilang.

“Kenapa sih urusan cinta selalu lebih pelik dari urusan politik.”

#3. Siapa yang Membawa Lesatan Ingatan ini Bermula? by Teguh Dewangga

Memainkan waktu dan ruang, lesatan ingatan dan sejarah bangunan masjid. Melalui lorong di bawah tanah, memasuki dimensi lain. Hutan-hutan, bamboo itu berubah jadi bangunan beton di kemudian hari.

#4. Venesia by Pringadi Abdi Surya

Jakarta di masa depan tenggelam, menjadi Venesianya Indonesia. Transpotasi dengan kapal, K berangkat kerja dan begitulah. Ia berangkat dari Bogor. Generasi Vetsin, tak terikat tahun kelahiran.

“Selamatkan generasi kami dari vetsin!”

#5. Mengenang Olea by Wi Noya

Banyak cara mengenang orang terkasih meninggal dunia. Di masa depan dengan virtual, mengundang teman-teman lama, dan Olea bangkit dalam hologram untuk merakayakn ulang tahun. Namun tak semua puas.

“Pulang? Kan baru mulai, Mas.”

#6. Secangkir Kopi Ethanolic by Ahmad Ijazi

Dylan di tahun 2111, masa depan yang tak pasti itu disajikan dengan pernikahan… robot? Helena yang bisa berpikir dan menentukan keputusan.

“Tapi.. aku tak memiliki ayah dan ibu.”

#7. Perempuan dari Jalan Kuno Lingkar by Pilo Poly

Lanskap tak terbatas para Guardian di negeri antah.

“Yang berlari ke gunung membunuh harimau, dialah penguasa Lenin. Yang bertempur ke masa depan, dialah pahlawan Lenin.”

#8. Ule Sondok So-Len by Al El Afif

Cerita dari Makassar dengan banyak kata daerah.

“Dikenangnya suatu senja yang lalu, kala angin berputar di atasnya…”

#9. Budayut by Tony Lesmana

“Negeri ini kosong!”

“Negeri ini gosong!”

“Negeri ini bolong!”

“Seperti kumbang yang memburu angin.”

#10. Program Pembaca Nasib by Muhammad Aan

Bagaimana weton di Jawa dijadikan ramalan. Sebuah ramalan untuk menentukan jodoh, pasangan ideal, tanggal baik. Dipadukan teknologi, jadilah ladang bisnis.

“Laksi, menurutmu, seberapa besar kesabaranmu?”

#11. Sembilan yang Kedelapan by Asmi

Perayaan penikahan, tapi sudah tak menikah dengan pasangan. Perayaan yang dilanda kebimbangan. Loka dan Moze yang mengenang hal-hal yang selayaknya masih bisa dikenang.

“Ka, kita ini lucu ya. Kita datang ke sini untuk ulang tahun pernikahan kita yang bahkan rasanya nggak layak dirayakan.”

#12. Perihal Mesin dan Peristiwa Setelahnya by Galeh Pramudianto

Area-area yang saling bersinggungan menentukan tindakan dan hal-hal yang layak dilakukan.

“Aku ingin membuat cerita, tanpa harus bersusah payah memikirkan sebuah judul.”

#13. Bagaimana Kita Menulis Cerita Pendek 20 Tahun dari Sekarang by Ardy Kresna Crenata

Di tahun 1998 dan 20 tahun kemudian, cara menulis cerpen jelas berbeda. Dan cerpen yang bagus sering kali muram, gelap, busuk, tragis, dan hhhmm… menjijikan.

“Manusia bertanggung jawab atas punahnya sejumlah mamalia besar di bumi…”

#14. Nosarara Nosabatutu by Budi Saputra

Negeri Zamrud yang berubah, di musim panas dan kenangan abadi.

“Ya, menjadi mahasiswa di negeri ini adalah pilihan, agent of change…”

#15. Adam-Hawa, Iblis, dan Eksperimen Ali Mugeni by Ken Hanggara

Sejarah manusia, sebelum duo Adam Hawa turun ke bumi, iblis sudah duluan. Dan masa melesat di tahun 2381 Masehi, kotak raksasa ditemukan.

“… seiring dengan itu, anak-cucu Ali Mugeni pun berbuat hal yang sama, yang tak kalah hebat dari iblis dan anak-cucunya…”

#16. Katakombe Santa Fallecia by Agus Noor

Kepercayaan dan kontradiksi. Rahasia sakit yang diderita, dan pengorbanan untuk anak memang sepanjang masa.

“Bila pun kamu tak percaya doa, tak ada salahnya bila kamu mendoakan ibumu.”

#17. Percintaan Terakhir M by Bernard Batubara

Tinder, dan gelagat aneh M. Cinta dan nafsu di dunia digital, seinstan itu.

“Mantan mertuaku juga menganggapku alien…”

#18. Kukirimkan Padamu Sebuah Hari dari Masa Depan by Eko Triono

Kiriman masa dari masa depan yang bahagia.

“Hasrat kadang seperti haus yang diberi air laut.”

Mungkin karena usia juga, selera saya sekarang memang yang sederhana-sederhana saja. Makanya saya malah memilih cerpen Sembilan yang Kedelapan karya Asmi sebagai yang terbaik. Cerita ketemu mantan pasangan, yang dirayakan dengan sederhana dan aneh pula. Tak perlu muluk-muluk, tak perlu pakai kata futuristic nan fenomenal untuk membuat takjub pembaca. Hal-hal yang umum dan dekat dengan pembaca dan berhasil meletup emosi adalah bukti keberhasilan cerita, dan Sembilan yang Kedelapan tentu saja sangat membumi, dan dekat. Semua orang makan, semua orang berpesta di rumah makan, semua orang pernah mengalami cinta, memeluk kekosongan yang buat fun.

Oiya, mayoritas cerpen ini saya masukkan dalam program Menjalankan Wejangan Ray Bradbury. Dibaca nyaman satu cerpen satu hari. Sebuah kehormatan sejatinya, bahkan saya isi di sela kumpulan cerpen dunia, dan buku tebal cerpen Ernest Hemingway, yang juga kubeli dari Warung Sastra. Mengalir dan nyaman…

Mata Penuh Darah: Dua Peristiwa, 1966 – 2033 | by Faisal Oddang, dkk. | Penyunting Tim Redaksi | Rancang isi Tim Redaksi | Ilustrasi isi Marwa Pipit, Mutiara Arum K.S. | Ilustrasi sampul Bambang Nurdiansyah | Rancang sampul Katalika Project | ISBN 978-602-6657-98-4 | 206 halaman | 14×20 cm | Cetakan pertama, April 2018 | Penerbit Shira Media | Skor: 3/5

Karawang, 030522 – Tasya – Ketupat Lebaran

Thx to Warung Sastra, Yogyakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #3 #Juni2022

Media Cetak

Dari zaman SD sampai sudah berkeluarga sekarang ini ada beberapa majalah / Koran / tabloid yang rutin saya baca. Media cetak tersebut mewarnai saya baik beli secara rutin ataupun eceran. Berikut media cetak yang paling sering saya baca:

1. Bobo

Gambar

(sekarang lebih komersial penuh iklan, tapi tetap saya terpesona daya tahan Bobo)

Bisa jadi majalah Bobo adalah bacaan wajib anak-anak di era saya. Dengan tagline ‘Teman Bermain dan Belajar’, Bobo berhasil bertahan lintas generasi. Waktu saya SD ini majalah saya baca bekas yang kubeli di warung depan Sekolah. Dari yang harganya saat itu Rp 1.200,- saya bisa dapat membelinya seharga Rp 100,-. Artikel favorite saya waktu itu adalah cerpen dan cerita bergambar seri yang rutin ada seperti Bona Gajah Kecil Belalai Panjang, Negeri Nirmala, sampai sempalan cerita film anak yang diulas secara acak. Serial Ksatria Baja Hitam adalah yang paling disuka. Sampai saat ini majalah ini tetap terbit, terakhir baca dan beli adalah tahun 2007 saat covernya Harry Potter. Ditengah gempuran pesaing dan era internet, Bobo termasuk luar biasa.

2. Annida

Gambar

(saat ini web Annida-online.com mulai promo mau cetak lagi, cuma ga rutin. Mungkin butuh waktu berbenah guna tampil lagi)

Oke, ini adalah majalah Islam untuk remaja perempuan. Saya secara tak sengaja membacanya ketika liburan sekolah berkunjung di perantauan kakakku di Cikampek. Saat ini satu rumah ada beberapa penghuni teman kerja kakak saya. Salah satunya ternyata suka baca dengan banyak koleksi buku, salah satunya majalah Annida. Dari keisengan membaca Annida itu saya akhirnya ketagihan, setelah liburan sebulan (era Gus Dur Ramadhan libur full sebulan) saya malah rutin beli. Isinya bagus, cerpen Islami yang dibuat oleh pembaca. Dari ini majalah saya mengenal Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Pipiet Senja (alm), Samsa Hawa dll. Sayang Annida gagal bersaing dalam percetakan dan akhirnya stop produksi. Saat ini Annida merambah internet dan kalau saya merindunya saya buka di web: annida-online.com. Isinya masih ‘Inspirasi Tak Bertepi’.

3. Bola

Gambar

(Bola terakhir yang saya beli edisi special EPL)

Tabloid Bola bisa jadi adalah yang paling lama bertahan kunikmati. Dari SMP saya sudah membacanya. Saat itu Lazio, klub favorite saya lagi bagus-bagusnya. Saat itu ada 2 tabloid olahraga yang terbit secara bersamaan seminggu dua kali. Saling sikut dan bersaing, namun dalam perjalanan tabloid GO akhirnya KO dan tutup usia. Sampai saat ini saya masih sesekali membelinya. Bahkan kini Bola selain terbit seminggu dua kali juga terbit harian. Hebat juga masih bertahan di era digital yang serba update.

4. Bola Vaganza

Gambar

(sempat mau beli ini edisi, cuma pegang doang ga jadi)

Majalah ini sebagai penunjang tabloid Bola yang sudah kubaca, terbit sebulan sekali. Puncaknya adalah saat Italia juara Piala Dunia 2006. Tulisannya enak, ulasannya bagus. Sempat coba 442 Indonesia yang lugas. Pasca Italia juara saya tak membelinya lagi. Kurasa membelinya kurang bermanfaat. Jadi koleksinya hanya setahun beli, 2005-2006.

5. Cinemags

Gambar

(ini mungkin salah satu edisi terbaik Cinemags, di mana interaksi editor dan pembaca masih seru-serunya ga segaduh sekarang)

Di saat kuliah saya satu kos sama seorang maniak film, dia yang pertama beli ini majalah. Waktu itu harganya Rp 32.500,- terlihat mahal. Cuma gara-gara isinya bagus dengan bonus poster gede yang dipasang di kos akhirnya saya malah kepincut membelinya rutin. Dari majalah Cinemags lah saya akhirnya menemukan banyak teman untuk kopi darat guna nonton bareng. Sebelumnya saya ga terlalu movie freak tapi gara-gara kena virus kini film adalah hiburan wajib.

6. TotalFilm Indonesia

Gambar

(ini edisi pertama kali saya beli, mana bisa menolak pesona Leo?)

Ini majalah adopsi UK yang terbit tahun 2009 di Indonesia. Waktu kemunculan pertama, pengemar setia Cinemags mencibirnya. Tak sedikit yang memprediksi akan senasip dengan First yang adopsi Singapure yang layu di perjalanan. Ulasannya pada wah, teman-teman yang waktu itu setia Cinemags pada iseng beli. Saya penasaran dan ikutan coba beli di edisi ke 3. Ternyata memang ulasannya padat dan superb. Sempat beli 2 majalah film bersamaan tapi lama-lama tekor juga karena sesekali-pun beli majalah yang lain macam M2 atau Showblitz (KO juga). Dan akhirnya kualitas memang tak bohong. Sampai sekarang saya rutin membelinya. Membandingkan 2 majalah tersebut seperti membandingkan kualitas film local kita dengan Hollywood, jauh.

7. Kompas

Gambar

(salah satu artikel favorite saya: Kompas Kita. Interaksi dengan orang ‘penting’ tanya jawab via email)

Baru 3 bulan lalu saya berhenti langganan, selain alasan sudah pindah rumah, kurasa koran Kompas mulai kewalahan dengan informasi digital yang lebih cepat macam web: detik, okezone, merdeka, yahoo!, dll. Apalagi di kantor juga langganan makanya mending baca di kantor saja pas sebelum mulai kerja atau pas istirahat 10 menit ngopi. Paling yang utama dituju adalah artikel bola, opini, metropolitan, sudoku dan headline-nya. Oiya, Kompas Minggu saya masih beli walau eceran. Saya masih belum bisa lepas baca cerpen Minggu dan sosialita. 😀

Selain ke 7 nya saya memang sesekali membaca majalah lain seperti Intisari, tabloid Soccer, koran Republika, atau majalah Rolling Stone Indonesia tapi ga serutin ke 7 nya. Kita sudah merambah dunia digital dimana segala informasi sebegitu cepatnya sampai kepada pembaca. Era masa depan yang tak lama lagi, (mungkin) segalanya akan begeser dari media cetak ke media elektronik. Walau sejujurnya saya masih menyukai bau kertas saat menikmati tulisan. Or is it just me?

 Note: semua gambar diambil dari google.

Karawang, 240913