
The Positif Approach by Peter Shepherd
“Empat manifestasi ini menunjukkan mekanisme dasar umat manusia ketika mereka terlibat secara reaktif: kebohongan, delusi, emosi negatif, dan obrolan kompulsif.”
Pelajaran positif adalah wawasan yang kamu temukan saat menyadari bahwa kamu telah memilih satu arah dan bisa berbalik jika mau. Buku self-improvement dengan tema positif thinking sudah banyak, sudah beberapa kubaca. Intinya sama, anjuran untuk memandang hidup lebih optimis, untuk mengapresiasi keadaan, syukur dan sabar, hingga bagaimana respons kita bila sedang terjatuh. Kubaca dengan nada pesimistis sebab buku-buku sejenis ini biasanya hanya berinti pada anjuran hidup bahagia. Namun setelah setengah buku, saya menemukan riak-riak yang bagus dan bermanfaat. Buku ketiga terbitan Bright Publisher yang kubaca, dan ini yang terbaik. Pertama berisi kutipan-kutipan dan itu jadi buku terburuk tahun itu yang kubaca, kedua tentang kekuatan sugesti. Lumayan bagus. Dan ketiga ini, bagus. Keempat dst, feeling skor naik terus nih. Hehe…
Per bab-nya pendek-pendek berisi dua hingga sepuluh lembar. Beberapa ditutup dengan latihan, beberapa ditantang secara nalar. Dan seperti buku tema bahagia lainnya, selalu ada kebaikan di tiap lembarnya.
Sebagai pekerja, rutinitas bisa jadi tekanan. Hidup yang monoton dan terasa membosankan. Tekanan sebenarnya tidak muncul dari keberadaan musuh atau dari pihak luar, tetapi dari seseorang yang memiliki maksud berbeda lalu mengungkapkannya secara persuasif sehingga kita merasa tertekan, depresi, dan stress. Orang menyebutnya suara hati, suara dari dalam diri bisa menjerumuskanmu dalam pelbagai masalah, tetapi juga bisa memunculkan pandangan positif yang mengubah pengalaman hidup.
Kesalahan merupakan bagian esensial dari proses pembelajaran. Pelajaran tentang masa lalu, dan kita semua tentunya punya kesalahan di masa itu. Masa lalu memang tak bisa diulang kembali, tetapi kita dapat mengubah penafsiran atas masa lalu. Dan tentu saja bisa beroleh beberapa pelajaran berharga dari pengalaman itu. Ketika pengalaman masa lalu tersebut distimulasi kembali oleh kondisi serupa di masa kini, keputusan lama pun kembali oleh kondisi serupa di masa kini, keputusan lama pun kembali berfungsi. Rasa bersalah tak boleh dicampuradukkan dengan tanggung jawab atas masa lalu. Tanggung jawab berarti membuat usaha terencana untuk mengubah pola perilaku yang muncul dari kesalahan tindakan. “Saya memang tidak kuasa mengubah masa lalu, tetapi saya mampu mengubah maknanya. Penafsiran saya terhadap peristiwa merupakan pilihan dan tanggung jawab saya sendiri.”
Maka sangat penting untuk meningkatkan penghargaan atas diri sendiri.
Kamu tidak bertanggung jawab atas segala yang terjadi (meski Anda mungkin ikut terlibat), tetapi bertanggung jawab atas reaksi Anda terhadap peristiwa-peristiwa tersebut, bagaimana Anda menjalaninya dan bangkit. Reaksi ada tiga aspek:
#1. Reaksi mental, cara menafsir situasi.
#2, reaksi emosional yang muncul dari penafsiran tersebut dan membuat Anda merasa senang, marah, sedih, atau frsutasi.
#3. Reaksi perilaku, reaksi didasar pada perasaan sehingga Anda memperlihatkan sikap-sikao tertentu.
Prinsip dasar dari ajaran Buddha menegaskan bahwa kepemilikan akan menurunkan pada penderitaan sehingga untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dalam hidup, kita harus mengganti rasa takut dengan penerimaan. Dan pangkal paling kuat atas rasa takut ialah kemampuan untuk menerima.
Hidup tak bisa terus berlanjut jika kita menyesali masa lalu atau merasa jijik kepada diri sendiri. Hidup merupakan sebuah proses pembelajaraan, dan pelajaran paling berharga berasal dari pengalaman pribadi. Memaafkan diri sendiri akan membuat kita mampu menangkap energi yang selama ini digunakan untuk merasa bersalah dan melawan masa lalu. Proses ini akan membebaskan kita untuk kembali menjadi diri sendiri – seseorang yang baru, lebih bahagia dan lebih bijaksana.
Apabila kita merespons kondisi kesadaran kreatif, berarti kita telah menghargai diri sendiri apa adanya, bukan karena apa yang sedang atau sudah kita lakukan. Dengan kata lain, diri kita akan tetap berharga meski kita tidak bisa melakukan sesuatu atau telah melakukan kesalahan. Gagasan instrinsik mengenai perasaan berharga ini merupakan kekuatan dasar dari harga diri yang sesungguhnya.
Nasehat ini bagus. Pengalaman pertama, atau awal berjumpa dengan kekasih. Maka, ingatlah kembali saat-saat pertama kali kamu bersama sama pasangan, apa yang kamu lihat dalam diri satu sama lain, apa yang dulunya menyenangkan dan menarik. Tumbuhkan perasaan-perasaan yang kamu alami bersama ke masa kini.
Masalah merupakan esensi kehidupan. Kesulitan muncul ketika Anda berkubang dalam efek masalah, yakni ketika masalah menguasaimu, bukan kamu yang menguasai masalah. Ini membuatmu stress dan cemas.
Biarkan masalah menjadi tantangan dan permainan yang dapat kamu nikmati. Sebagian besar masalah mempunyai jalan keluar yang sederhana: kamu dapat mengurangi berat badan dengan melakukan diet sehat, bisa berhenti merokok hanya dengan berhenti merokok. Cukup sedehana, tetapi sulit dilakukan karena jika tidak, pasti sudah melakukannya.
Cara mengatasi perasaan, memusatkan pikiran pada masalah, merasakan dengan sepenuhnya, lalu merelakannya – melepas dan mengeluarkannya. Perelaan membutuhkan penerimaan; penerimaan terjadi ketika kita tak lagi melakukan perlawanan – tidak lagi melihat segala sesuatu secara hitam putih, tidak lagi bersikap menghakimi – dan ketika kita membuka jalan untuk mencintai orang lain tanpa syarat, termasuk diri kita sendiri.
Kesadaran bisa ditingkatkan dengan menanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang kusadari saat ini?”, “Perasaan apa yang kuciptakan saat ini?” Manusia selalu berpura-pura mengetahui banyak hal, tentang diri sendiri, Tuhan, kehidupan dan kematian, alam semesta, evolusi, politik, seks, segalanya. Namun kenyataannya, manusia bahkan tidak tahu siapa dan apa diri mereka yang sebenarnya.
Hidup merupakan sesuatu yang serius, padu, dan berat. Segala sesuatu dalam kehidupan diperbarui setiap kali dialami. Bahkan, mesti itu sesuatu yang hampir tidak didasari sekalipun.
Salah satu trik yang kudapat ini bagus, walau bukan hal baru sebab sudah pernah kudengar dari inspirasi pagi di kantor. Tentang menanamkan kata positif.
“Ketika melakukan penegasan, Anda seharusnya hanya mengunakan bahasa positif, bukan (misalnya) “Aku tidak akan makan secara berlebihan.” Karena pikiran akan menafsirkannya “Secara positif” sehingga hasilnya ialah, “Aku akan makan secara berlebihan”. Namun, mengapa omongan yang negative seperti “Aku tidak akan pernah berhasil” tidak ditafsirkan oleh pikiran menjadi “Aku akan berhasil”? sebab otak kanan yang menjadi penentu perasaan sekaligus motivasi/tindakan yang ditimbulkan (di mana Alam Semesta mencerminkannya melalui kekuatan Jiwa), menafsirkan pikiran sesuai dengan perasaan sesungguhnya yang tak disadari sehingga tidak mampu membedakan antara resistensi dengan penerimaan sadar. Otak kanan mengabaikan kata ‘tidak’ atau ‘tidak pernah’, ini merupakan pengamatan yang sesungguhnya.”
Fisika kuantum menyatakan, memandang sesuatu akan membuat sesuatu itu terbentuk, dan bahwa material kuantum bisa berada dalam kondisi yang berbeda pasa saat yang bersamaan, yakni benda dan energi. Kita memiliki realitas subjektif yang berbeda, yang saling melengkapi dengan realitas objektif (dan realitas objektif orang lain) pada tingkat yang lebih tinggi atau rendah.
Buku ditutup dengan snagat bagus, dengan tiga kutipan pendekatan positif. Pertama dari Peace Pilgrim, kedua sebuah peribahasa Cina, dan ketiga ini: “Kejahatan (ketidaktahuan) sama seperti bayangan – tak mempunyai substansi nyata, hanya saja tidak memiliki cahaya…” penutup jitu dari Shakti Gawain.
Berkat buku ini, saya jadi kembali semangat mengejar buku-buku Bright (Shira Media) dengan stempel Greatest Self-Improvement Books Series. Membangkitkan aura untuk hidup lebih hidup.
Manfaat Berpikir dan Bersikap Positif | bt Peter Shepherd | Diterjemahkan dari The Positif Approach | Penerjemah Laila Qadria | Penyunting Zilkarnaen Ishak | Penyelaras akhir Puput Alvia | Tata letak Werdiantoro | Ilustrasi sampul Sekar Bestari | Rancang sampul Katalika Project | Cetakan ke II, 2018 | ISBN 978-602-5868-06-1 | 198 hlm.; 13.5 x 20 cm | Penerbit Bright Publisher | Skor: 4/5
Karawang, 150922 – Ella Fitzgerald – Indian Summer (Live)
Thx to Ghatan Torik, Tangerang