Menjalankan Wejangan Ray Bradbury #35

Mulai agak malesi, beberapa kubaca di paginya, bahkan pernah siang hari berikutnya. Namun tak mengapa, saya terus berusaha melanjutkan komitmen ini, seribu itu banyak, dan ini baru 3.5% perjalanan, masih sangat panjang…

Hari 26

#1. Cerpen: Kepala Kantor Pos (Rabindranath Tagore)

Seorang petugas pos dikirim ke kantor cabang di pelosok untuk jadi kepala kantor pos. Desa yang sederhana ini memberi cerita mengharukan.

#2. Esai: How the World Work Bab Yang Kaya Sedikit dan Yang Gelisah Banyak (Noam Chomsky)

Amerika yang digdaya pasca Perang Dunia Kedua melakukan banyak invasi, menjaga harga minyak untuk menyuplai warganya. Bersekutu dengan Negara-negara ketiga, atau membumihanguskannya.

#3. Puisi: Ingin Menghilang (Triyanto Triwikromo)

Jauhilah Aku sesaat agar kau tahu betapa kita / begitu dekat. Aku ingin sendiri. Aku tak ingin kausentih / dengan cinta dan doa paling lembut sekalipun. Aku / ingin menghilang…

#4. Kata: Indonesia

Afdal: lebih baik, lebih utama; lengkap, komplet

Hari 27

#1. Cerpen: Ule Sondok So-Len (Al El Afif)

Cerpen buruk, entah kumpulan cerpen di sini makin tak jelas.

#2. Esai: Etika Dasar bab Suara Hati (Franz Magnis-suseno)

Ketika bermsyarakat kita sering memertanyakan kebebasan, tapi tak bisa seenaknya sendiri juga. Ada batasan, dan suara dalam hati berfungsi menjaganya.

#3. Puisi: Jika Kau Rupa Stasiun (Yopi Setia Umbara)

:Widzar Al-Ghifary

Jika kau serupa stasiun / merasa senantiasa ditinggalkan / lalu bagaimana dengan mereka / yang silih berganti datang / bawa wajah-wajah kisah / bukankah keberangkatan dan kedatangan / adalah rel melintang / pada dadamu / seperti garis takdirmu / terjaga dalam sunyi / jam menempel pada dinding hatimu / mencatat pada mereka yang datang dan pergi / bersama pilihannya / dalam risalah hidupmu / sebagai stasiun / kau layak menyediakan lobi sunyi / bagi segara keriuhan kisah / yang mereka bawa / juga mereka / tinggalkan padamu – 2007

#4. Kata: Indonesia

ambulans: kendaraan yang dilengkapi peralatan medis untuk orang sakit, korban kecelakaan, dll

Hari 28

#1. Cerpen: Budayut (Tony Lesmana)

Bunuh diri, gundul, masa depan yang aneh.

#2. Esai: Membangun Koperasi (Moh. Hatta)

Ceramah sang proklamator untuk kesekian kalinya untuk membangun ekonomi rakyat, membangun koperasi, dasarnya kuat.

#3. Puisi: Sang Guru (Yopi Setia Umbara)

:Riski Lesmana

Dan kau ucapkan selamat tinggal / pada keremajaan jalan / di sepanjang cekungan / yang tercipta dari kisah para hyang

di bawah garis merah lembayung / pada langit matamu / kau berjalan menuju sunyi satu kota / di mana hujan selalu turun lebih deras

mungkin di sana / namamu akan mengenang / pada tanah merah serupa tujuan hujan / yang resap ke dalam hati ibu bumi – 2007

#4. Kata: Indonesia

amendemen: usul perubahan undang-undang; penambahan pada bagian yang sudah ada

Hari 29

#1. Cerpen: Obat Mujarab (Mo Yan)

Seram. Hukuman mati dilakukan di atas jembatan di fajar yang baru merekah, satu keluarga ditembak algojo dan mayatnya dilempar di kolong jemabatan. Bapak anak menunggu di sana, untuk mencari obat mujarab.

#2. Esai: Apakah Kita Masih Perlu Ngantor? (Andina Dwifatma)

Selama pandemi kita dihadapkan nama baru: Work From Home (WFH). Banyak kantor melakukannya, juga sekolah online. Banyak keuntungannya, tanpa mandi, tanpa perlu make-up, bahkan 15 menit sebelum jam masuk kita masih bisa rebahan! Nantinya kalau sudah enddemi, apakah masih dilakukan?

#3. Puisi: Catatan Masa Kecil, 4 (Sapardi Djoko Damono)

Ia tak pernah sempat bertanya kenapa dua kali dua hasilnya sama dengan dua tambah dua sedangkan satu kali satu lebih kecil dari satu tambah satu dan tiga kali tiga lebih besar dari tiga tambah tiga. Sejak semula ia sayang pada angka nol. Dan setiap kali ia menghitung dua tambah tiga kali empat kurang dua ia selalu teringat waktu terjaga malam-malam ketika ibunya sakit keras dan ayahnya tidak ada di rumah dan di halaman terdengar langkah-langkah bakiak almarhum nenek dan ia ingin kencing tetapi takut ke kamar mandi yang dekat sumur itu dan lalu kencing saja di kasur.

Sungguh, sejak semula ia hanya mempercayai angka nol.  

#4. Kata: Indonesia

amonia: gas tak berwarna, baunya menusuk, terdiri atas unsur nitrogen dan hidrogen, mudah larut dalam air, dll

Hari 30

#1. Cerpen: Lelaki Tua di Jembatan (Ernest Hemingway)

Lelaki tua yang mendaku sebagai penggembala, pemelihara binatang. Ia diminta segera pergi sebab akan ada serangan, tenang saja binatang-binatang itu akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi kucing. Benarkah?

#2. Esai: Filsafat Administrasi bab Planning (Dr.S.P. Siagiam, MPA)

Rencana adalah separuh keberhasilan.

#3. Puisi: Jarak (Triyanto Triwikromo)

Aku sudah di balkon. Kau masih di tanah becek. / Aku sudah jadi semacam burung. Kau masih jadi / semacam kecoa. Aku sudah asap. Kau masih api. Aku / hujan. Kau awan. Aku lima kaki. Kau dua kaki. Aku / topeng. Kau wajah busuk. Aku meninggalkan neraka / lima hari lagi. kau berjalan tertatih-tatih ke neraka / hingga tujuh hari. Aku sedih. Kau menari-nari.

#4. Kata: Indonesia

andal: dapat dipercaya, memberi hasil yang sama pada ujian atau percobaan berulang

Hari 31

#1. Cerpen: Kejadian di Michigan (Ernest Hemingway)

Cinta buta. Jill Gilmore dicintai Liz dengan membabibuta di pedesaan yang lengang, hanya lima rumah di sana. Liz tak bisa tidur saat Jill dan para lelaki berburu di hutan, dan saat kembali, terjadilah apa yang selama ini diidamkan Liz, tapi tak sepenuhnya sama.

#2. Esai: Filsafat Administrasi bab Organizing (Dr.S.P. Siagiam, MPA)

Atasan dan bawahan diatur dalam organisasi yang tepat, saling menghargai dan menjalankan tugas sesuai perannya.

#3. Puisi: Kurang Ajar (Triyanto Triwikromo)

Ada makhluk-makhluk yang kurang ajar pada-Ku. / Di laut penuh hantu, ada seekor paus yang selalu / menganngap aku hanyalah beruang kutup. Galak. / Berjalan sendirian. Di langit penuh merpati, ada seekor / rajawali yang menganggap Aku hanyalah cacing / di tanah gembur. Rapuh. Diabaikan oleh siapa pun.

“Kau hendak menghukum makhluk-makhluk itu? Katamu

#4. Kata: Indonesia

antre: berdiri berderet-deret di belakang menunggu giliran, antrean

Hari 32

#1. Cerpen: Meninggalkan Maverley (Alice Munro)

Gadis tukang sobek tiket bioskop yang lucu menghilang. Dibawa pemain musik, yang mencipta geger kota kecil Maverley. Waktu terus bergulir dan kabar itu tertimpa kabar-kabar lainnya. Namun saya tak kan melupakannya.

#2. Esai: Perkara Nama (Andina Dwifatma)

Nama anak zaman sekarang memang unik dan panjang-panjang. Saya mau complain, tapi kok ya anakku juga sebelas dua belas. Wajar, nama adalah doa. Justru yang mengagetkanku motifnya. Tak ada keinginan untuk mencipta web dengan nama anak.

#3. Puisi: Sunyi yang Lebat (Sapardi Djoko Damono)

Sunyi yang lebat: ujung-ujung jari / sunyi yang lebat: bola mata dan gendang telinga / sunyi yang lebat: lidah dan lubang hidung / sunyi yang dikenal sebagai hutan: pohon-pohon roboh, / margasatwa membusuk di tepi sungai kering, para / pemburu mencari jejak pencaindra…

#4. Kata: Indonesia

asas: dasar, dasar cita-cita, hukum dasar

Hari 33

#1. Cerpen: Kerikil (Alice Munro)

Bekas tambang di samping rumah yang kini menjelam danau sebab ditempa hujan. Keluarga ini pindah ke sana, kehidupan baru yang lebih berat. Dan tragedy dicipta dengan penuh intimidasi.

#2. Esai: Manusia Indonesia Bab Dunia Kini (Mochtar Lubis)

Modernitas yang rumit. Indonesia ingin seperti dunia barat, tapi orang-orang Eropa malah mengingin hidup sederhana seperti orang timur.

#3. Puisi: Membangun Kata (Deddy Arsya)

Memang ada kota yang didirikan dari gerutu / dari derap omong-kosong rak sudah-sudah!

Lalu mereka berkata: kita mesti atur itu siasat / masa depan hanya dapat diraih dengan gelegak hasrat / harus kau pilih jembatan antar selat atau kapal pengankut segala / pesawat-pesawat semakin sering jatuh dan orang-orang takut terbang / padahal kelak ato dan sepit akan diberi sayap / “tapi maaf, ya, penyair partikelir seperti Anda susah dibawa serta!”

Penyair-penyair mabuk menguping dari biliknya yang pengap / sebab tak punya bini, hanya bisa menggerutu pada diri sendiri. / mereka kira kata-kata seperti sak-sak semen / dan setumpuk batu-bata yang bisa bangun gedong bersusun / mereka kira puisi bisa menyelamatkan kita dari amok-murka?

Memang ada kota yang dibangun dari lentingan kata-kata?

#4. Kata: Indonesia

astronaut: antariksawan, kosmonaut

Hari 34

#1. Cerpen: Surga (Alice Munro)

Perbedaan pandangan kepercayaan, mencipta perdebatan antar keluarga. Sang dokter tak ingin mengenal kakaknya yang musisi, dan istrinya begitu taatnya.

#2. Esai: Jalan Pintas Menuju Cinta (Andina Dwifatma)

Sudah nonton film The Tinder Swindler yang menegangkan itu, dan sepakat sama tulisan di sini betapa manusia memang menyukai yang instan, bahkan cinta.

#3. Puisi: Di Radio Lokal (Deddy Arsya)

Di radio lokal / ia menunggu / menjelang akhir lagu / hujan dan waktu

Ke langit lengang ia bersuara / Kapan kau akan segera tiba?

Serupa kilau / mata kucing / hatinya nyala

Di radio lokal / Ia menunggu / menjelang datang sepi / dan mendesak ragu

Kau entah di mana berada

#4. Kata: Indonesia

autentik: dapat dipercaya; asli, tulen; sah

Hari 35

#1. Cerpen: Harga Diri (Alice Munro)

Riwayat hidup gadis bernama unik. Melewati masa perang dunia dan mencoba bertahan hidup, menjadi piatu saat remaja, kini ia yatim piatu. Dan sang aku melewatkan hari bersama, saling mengisi.

#2. Esai: Hidup yang Saling Bersinggungan (Andina Dwifatma)

Cerita burung nuri yang akan dicuri tetangga. Triknya lucu, dan seperti itulah hidup, terkadang lucu. Tetangga menjadi orang terdekat yang bersinggungan dengan kita.

#3. Puisi: Surat dari Ibu (Asrul Sani)

Pergi ke dunia luas, anakku sayang / pergi ke hidup bebas! / Selama angin masih angina buritan / dan matahari pagi menyinar daun-daunan / dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayang / pergi ke alam bebas! / selama hari belum petang / warnasenja belum kemerah-merahan / menutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudar / dan elang laut pulang ke sarang / angina bertiup ke benua / Tiang-tiang akan kering sendiri .  dan nahkoda sudah tak pedoman, / boleh engkau dayang padaku

#4. Kata: Indonesia

azan: seruan mengajak untuk salat berjemaah

Karawang, 040422 – M2M – The Day You Went Away

130 Buku Rentang Setahun

Orang-orang dari masa lalu ini memang benar-benar berkomplot untuk membingungkanku.”Mahfud Ikhwan dalam Anwar Tohari Mencari Mati

Tahun 2020 saya buat daftar terbaik-terbaik dalam dua versi: Fiksi dan Non-Fiksi. Kali ini akan saya pecah lagi untuk fiksi jadi lokal dan terjemahan, kalau tidak kupecah yang terjemahan terlalu mendominasi.
130 buku yang kulahap dengan nyaman. Padahal kalau mau hitung belanja bukunya bisa empat kali lipat, artinya hanya seperempat yang selesai. Betapa banyak yang numpuk. Tahun ini, saya coba rem belanja buku, yah beberapa toleransi tetap gas, tapi kalau rutin tak akan segila. Berikut rekap baca 2021.

*I. Januari – 10 buku
Awal tahun sengaja kumulai dengan bacaan bagus, Pi memenuhi ekspektasi itu.

#1. The Life of Pi by Yann Martel

Tentang bertahan hidup di tengah samudera.

#2. Dari Kekalahan ke Kematian by Mahfud Ikhwan

Tentang Timnas kita yang payah.

#3. Oliver’s Story by Erich Segal

Tentang pilihan pasangan setelah menduda.

#4. My Beautiful Feeling by Walter & Ingrid Trobisch

Tentang remaja dan kegalauannya.

#5. Mata dan Riwayat Semesta by Wija Sasmaya

Tentang puisi dan pewayangan.

#6. Memoar Ronny Patinasarany by Andreas J. Waskito

Tentang perjuangan sang legenda.

#7. Pembunuh by Rayni N Massardi

Tentang jiwa yang marah.

#8. Kuntilanak Pondok Indah by Lovanisa

Tentang rumah angker di tanah elite.

#9. Zarathursta by Frederick Nietschie

Tentang falsafah hidup sang petualang.

#10. Si Lugu by Voltaire

Tentang pertaruhan hidup di penjara.
*II. Februari –10 buku
Terbaik, memoar Bung Karno akhirnya berhasil kutuntaskan. Tentu saja jadi terbaik bulan ini.

#11. Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat by Cindy Adams

Tentang riwayat sang proklamator.

#12. Menumis itu Gampang, Menulis Tidak by Mahfud Ikhwan

Tentang sulitnya menulis. Apa saja.

#13. Mencari Setangkai Daun Surga by Anton Kurnia

Tentang sastra dan ruang lingkupnya.

#14. White Tiger by Aravind Adiga

Tentang sopir kere yang merdeka.

#15. Tanah Tabu by Anindita S. Thayf

Tentang Papua yang bergolak.

#16. Pribadi Mempersona by La Rose

Tentang tips-tips wanita menghadapi pria.

#17. Rahasia Nama-nama Islam by Annemarie Schimmel

Tentang sejarah nama-nama bangsa Arab.

#18. Lockwood and Co. by Jonathan Stoud

Tentang fantasi mengatasi hantu.

#19. The Joy Luck Club by Amy Tan

Tentang imigran Amerika dalam perkumpulan.

#20. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer by Jujun S. Suriasumantri

Tentang filsafat dibuat fun.
*III. Maret – 10 buku
Maret ini baca ulang Narnia 4 yang luar biasa sama Hermione, dan sekuel Dawuk yang dahsyat.

#21. The Chronicles of Narnia: The Silver Chair C.S. Lewis

Tentang perjalanan ke Utara jauh.

#22. Anwar Tohari Mencari MatiMahfud Ikhwan

Warto Kemplung kembali membual.

#23. The Last JurorJohn Grisham

Tentang pemilihan juri, ada warga kulit hitam pertama.

#24. Negeri SenjaSeno Gumira Ajidarma

Tentang negeri antah surantah.

#25. The Alchemist Paulo Coelho

Tentang perjalanan ke Mesir mencari harta karun.

#26. Dubi Dubi DumaEsthy Wika

Tentang tata kelola mengasuh buah hati.

#27. Tasawuf Dipuja Tasawuf DibenciMukhlis, S.Pd.I., M.Ag

Tentang para sufi dari masa ke masa.

#28. Pendeta YonasLa Rose

Tentang pendeta muda yang tergoda janda.

#29. Kuda Kayu TerbangYanusa Nugroho

Tentang keluh kesah naik bianglala.

#30. Q & ASherina Salsabila

Tentang romansa anak SMA.
*IV. April – 4 buku
Penuh salju, tebal, keren, lelah.

#31. Kitab Writer Preneur by Sofie Beatrix

Tentang perjalanan penyair pulang kampung Turki, dan efeknya.

#32. Pinky Promise by Kireina Enno

Tentang perempuan-perempuan tegar.

#33. Snow by Orhan Pamuk

Tentang syair yang dingin dan beku.

#34. Belajar Mencintai Kambing by Mahfud Ikhwan

Tentang pilihan sepeda atau kambing?
*V. Mei – 11 buku
Haruki Murakami tetap melaju dengan nyaman dan indah.

#35. Luka Batu by Komang Adyana

Tentang tradisi dan keseharian di Bali.

#36. Angel of Darkness (Sheldon’s Series) by Tilly Bagshawe

Tentang pembunuhan berantai dengan tertuduh si innocent.

#37. Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya by Haruki Murakami

Tentang cinta lama dan persahabatan, selamanya.

#38. Renungan Kloset by Rieke Dyah Pitaloka

Tentang kritik dan opini yang dihasilkan dari toilet.

#39. Civilization and Its Discontents by Sigmund Freud

Tentang budaya dan muatannya.

#40. The Man Who Loved Books Too Much by Allison Hoover Bartlett

Tentang pencuri buku yang gila.

#41. Aku dan Film India Melawan Dunia Buku I by Mahfud Ikhwan

Tentang kegemaran film India, melawan arus.

#42. Kritikus Adinan by Budi Darma

Tentang pengadilan yang tak adil.

#43. Seni Menulis by Haruki Murakami

Tentang tips menulis dari maestro.

#44. Cinta Bagai Anggur by Syaikh Muzaffer Ozak

Tentang sufi awal ke Amerika.

#45. Narsisme by Sigmund Freud

Tentang kebiasaan menampakkan diri ke publik.
*VI. Juni – 14 buku
Banyak baca, sebab melakukan isoman. Mayoritas ternyata tipis-tipis, pantas banyak. Terbaik jelas Pasar, buku pertama Bung Kontowijoyo.

#46. The Street Lawyer by John Grisham

Tentang kebaikan memihak para gelandangan dengan jadi pengacara mereka.

#47. Kanuku Leon by Dicky Senda

Tentang kehidupan mistik di tengah modernitas.

#48. Pasar by Kuntowijoyo

Tentang orang-orang pasar dan pusarannya.

#49. The Mummy by Anne Rice

Tentang mumi yang bangkit di masa kini setelah tertidur panjang.

#50. Putri Cina by Sindhunata

Tentang legenda putri Cina dan keturunannya di Indonesia.

#51. Isinga: Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany

Tentang cinta diputus paksa dan dirajut ulang.

#52. Mati Bahagia by Albert Camus

Tentang pencarian makna hidup yang lapang.

#53. Lotre by Shirley Jackson

Tentang kebiasaan main lotre di tengah masyarakat yang manjemuk.

#54. Bisik Bintang by Najib Mahfuz

Tentang orang-orang Mesir dalam berbagai silang pendapat.

#55. Komune Paris 150

Tentang masa revolusi, kudeta gagal dan efek panjangnya.

#56. Misa Ateis by Honore de Balzac

Tentang kematian yang abadi.

#57. Sumur by Eka Kurniawan

Tentang cinta bersemi di sumur lalu ditenggelamkan masa.

#58. 100 Film by Ibnu M. Zain

Tentang rekap film terbaik sepanjang masa.

#59. Therese Desqueyroux by Francois Charles Mauriac

Tentang cinta dan kegilaan, pasangan aneh saling mengisi.
*VII. Juli – 5 buku
Terbaiknya tentu Geisha, tapi memang tertebak kan. Yang mengejutkan Pseudonim, lokal yang bagus. Rekomendasi.

#60. Memoirs of Geisha by Arthur Golden

Tentang memoar geisha zaman sebelum dan sesudah Perang Dunia II.

#61. Who Moved my Cheese? By Spencer Johnson

Tentang keberanian melawan kebiasaan, berani mengambil tindakan radikal.

#62. The March by E.L. Doctorow

Tentang perang saudara Amerika.

#63. Pseudonim by Daniel Mahendra

Tentang penulis galau yang jatuh hati sama calon dokter.

#64. Kampus Kabelnaya by Koesalah Subagyo Toer

Tentang pengalaman kuliah di Rusia.
*VIII. Agustus – 12 buku
The Dante Club terbaik, lika-liku proses alih bahasa buku legendaris.

#65. The Summons by John Grisham

Tentang panggilan mendadak orangtua untuk mudik, dan misteri besar di baliknya.

#66. Malapetaka Indonesia by Max Lane

Tentang sejarah kelam ’65.

#67. Dari Belakang Gawang by Mahfud Ikhwan & Darmanto Simaepa

Tentang rona-rona bola dalam esai duet.

#68. Sosiologi by Drs. Soedjono D. SH

Tentang teori sosiologi yang panjang merentang.

#69. Upacara Bakar Rambut by Dian Hartati

Tentang adat dan efeknya.

#70. Jalan Udara by Boris Pasternak

Tentang gejolak Rusia di masa perang dingin.

#71. The Dante Club by Matthew Pearl

Tentang Amerika yang mencoba menerima puisi Dante, biasalah selalu ada yang menentang, atau terinspirasi?

#72. Kota Kucing by Haruki Murakami

Tentang kota antah misterius, kereta berhenti di negeri aneh.

#73. Penyair Revolusioner by Deddy Arsya

Tentang syair-syair meledak.

#74. Firebelly by J.C. Michaels

Tentang katak yang menekuri hidup.

#75. Zahiya by Najib Mahfuz

Tentang kafe dan masyarakat di sekitarnya.

#76. The Things They Carried by Tim O’Brien

Tentang perang Vietnam, barang-barang seberat itu dibawa menjelajah.
*IX. September – 10 buku
Buku-buku bagus, terbaik Eichmann in Yerusalem. Dibuat dengan intensitas ketegangan proses pengadilan.

#77. Breaking PoetryAntologi

Jelex.

#78. The NotebookNicholas Spark

Tentang manula yang hilang ingatan, dan coba dingatkan pasangan.

#79. Eichmann in YerusalemHannah Arendt

Tentang proses pengadilan kejahatan perang di tubuh Nazi.

#80. IdentityMilan Kundera

Tentang pasangan galau, krisis identitas.

#81. The Silence of the LambsThomas Harris

Tentang pembunuh berantai membantu memecahkan kasus pembunuhan berantai.

#82. Think Like a FreaksSteven D. Levitt & Stephen J. Dubner

Tentang pemikiran aneh untuk hasil luar biasa.

#83. The Return of the Young PrinceAG Roemmers

Tentang pangeran dan sopirnya dalam perenungan di jalan.

#84. BibirKrishna Mihaedja

Tentang ucapan yang mencipta dengung apa saja.

#85. Perkara Mengirim Senja –Tribute untuk SGA

Tentang senja dan segala isinya.

#86. Haniyah dan Ala di Rumah TeterugaErni Aladjai

Tentang kehidupan di kebun teh.
*X. Oktober – 14 buku
Rerata bacaan Kusala Sastra, terbaiknya tetap Haruki. Akhirnya buku 900 halaman itu selesai baca.

#87. Damar KambangMuna Masyari

Tentang adat Madura yang keras.

#88. Yogya YogyaHerry Gendut Janarto

Tentang nostalgia ke Yogya.

#89. Rekayasa BuahRio Johan

Buku jelex lagi.

#90. Looking for AlaskaJohn Green

Tentang pencarian jati diri remaja.

#91. Semesta MurakamiJohn Wray, dkk

Tentang kehidupan yang idola.

#92. Anak Asli Asal MappiCasper Aliandu

Tentang pengalaman mengajar di Papua.

#93. Jalan MalamAbdul Wachid B.S

Tentang muhasabah dan ziarah dalam bait.

#94. Segala yang Diisap LangitPinto Anugrah

Tentang Islamisasi di Sumatra.

#95. Revolusi NuklirEko Damono

Tentang masa depan yang misterius.

#96. Bunga Kayu ManisNurul Hanafi

Tentang pasangan saling menghargai.

#97. Cerita-cerita yang Sedih dan MenakjubkanRaudal Tanjung Banua

Tentang masa lalu dalam dongeng.

#98. Kronik Burung PegasHaruki Murakami

Tentang suami yang ditinggal istri.

#99. Ramuan Penangkal Kiamat Zelfeni Wimra

Tentang dahwah yang hakiki.

#100. The Homeless BirdGloria Whelan

Tentang remaja janda yang kehilangan rumah.
*XI. November – 15 buku
Nama besar Terry Pratchett, ini novel pertamanya yang kuselesaiakan. Memang warbiasa.

#101. Moby DickHerman Merville

Tentang perburuan paus istimewa.

#102. The Great Guest RescueEva Ibbotson

Tentang penyelamatan hantu-hantu terusir.

#103. The Black CatEdgar Allan Poe

Tentang mitos dan horror tersaji.

#104. Pria Cilik MerdekaTerry Pratchett

Tentang perjuangan menyelamatkan saudara di negeri berantah.

#105. BuddhaDeepak Chopra

Tentang riwayat Buddha dari lahir hingga mencapai nirwana.

#106. Melipat JarakSapardi Djoko Damono

Tentang waktu yang relatif.

#107. Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi OrangDale Carnegie

Tentang upaya membuat takjub orang lain.

#108. Kembang SepasangGunawan Maryanto

Tentang budaya Jawa dalam pentas.

#109. Klik!Nick Hornby, dkk

Tentang kamera bergenerasi berikut.

#110. 1 Perempuan 14 Laki-lakiDjenar Maesa Ayu

Tentang kopi dan cipta karya per kalimat.

#111. Arang PerempuanArini Hidajati

Tentang perempuan tegar dan sendu.

#112. Seekor Anjing Mati di Bala MurghabLinda Christiany

Tentang perang dan efeknya.

#113. Puisi Baru Sutan Takdir Alisjahbana

Tentang puisi lama tahun 40-an ke bawah.

#114. A Golden WebBarbara Quick

Tentang dokter perempuan pertama yang menemukan alir darah dalam tubuh.

#115. DepresiDr Paul Hauck

Tentang tata cara menghadapi stress.
*Desember – 15 buku
Akhir tahun terbaik sekuel Little Women. Keren abis.

#116. Kau Gerimis dan Aku Badai by Wahyu Heriadi

Tentang puisi kehidupan.

#117. Rumah Mati di Siberia by Fyodor Dostoevsky

Tentang orang-orang terpenjara di sana.

#118. The March’s Captain by Geraldine Brooks

Tentang detail ayah/suami di medan perang.

#119. Jatisaba by Ramadya Akmal

Tentang kehidupan desa yang keras dalam pemilihan Lurah.

#120. Asal Muasal Pelukan by Candra Malik

Tentang pelukan melibat dua individu, ada sejarahnya.

#121. Nama Saya Tawwe Kabota by Mezra E. Pellondou

Tentang pria nakal yang menyesali banyak hal.

#122. Adu Jotos Lone Ranger dan Tonton di Surga by Sherman Alexie

Tentang kehidupan di revervasi.

#123. Cinderella Man by Marc Cerasini

Tentang petinju 30-an yang fenomenal.

#124. The Runaway Jury by John Grisham

Tentang pemilihan juri dan kasus rokok heboh.

#125. Sang Belas Kasih by Haidar Bagir

Tentang tafsir surat Ar-Rahman.

#126. Manajemen Strategik Koperasi (kolabs)

Tentang koperasi dan strategi pengembangan.

#127. My Grandmother asked me to tell you She’s Sorry by Frederick Backman

Tentang cucu yang memiliki tugas menyampaikan surat-surat Sang Nenek.

#128. My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Tentang Si Bungsu yang melawan.

#129. Penjual Bunga Bersyal Merah by Yetti A. KA

Tentang penjual bunga di pinggir jalan.

#130. Malam ini Aku Tidur di Matamu by Joko Pinurbo

Tentang rona-rona dalam bait.

Lakukan apa yang kamu senangi, selama tak menyusahkan orang lain itu baik. Membaca buku jelas ada di urutan atas daftar kenikmatan hidup. Saya takkan mengeremnya, saya jalani dengan nyaman dan damai. Bagaimana tahun ini? sepertinya tak akan jauh beda. Sehat-sehat semuanya. Salam Literasi dari Karawang, dengan cinta.

Karawang, 030221 – Steve Goodman – The Dutchman

Terima kasih buat seluruh penjual buku, kalian luar biasa, kalian keren!

Orang-orang di Masa Lalu yang Telah Meninggalkan Cerita ke Masa Mendatang


Segala yang Diisap Langit oleh Pinto Anugrah

“Tatapanmu, tatapan pesimis dan penuh amarah! Tidak baik memelihara tatapan seperti itu! Setan-setan akan senang di dalamnya, mereka akan berpesta pora di matamu!”

Ringkas nan memikat. Hanya seratusan halaman, kubaca sekali duduk selama satu setengah jam pada Sabtu, 16 Oktober 2021 selepas Subuh. Langsung ke poin-poin apa yang hendak dituturkan. Tentang Islamisasi di tanah Sumatra di masa Tuanku Imam Bonjol. Mengambil sudut pandang sebuah keluarga lokal yang kalah dan tersingkir. Segalanya jelas, tapi akan mencipta keberpihakan abu-abu.

Kisahnya di daerah Batang Ka, negeri di tenggara Gunung Marapi, Sumatra. Dibuka dengan pasangan suami istri yang absurd. Bungi Rabiah mendamba anak perempuan sebagai penerus sebagai pelanjut lambang kebesaran dari Rumah Gadang Rangkayo, suaminya Tuanku Tan Amo yang gila perempuan sudah punya banyak istri, Bungo Rabiah sebagai istri kelima. Memang ingin dimadu sama bangsawan. Terjadi kesepakatan di antara mereka, bagaimana masa depan generasi ini harus diselamatkan.

Rabiah memiliki hubungan gelap dengan saudara kandungnya Magek Takangkang/Datuk Raja Malik, satu ibu beda bapak. Dorongan yang begitu besar dari dirinya untuk tetap menjaga kemurnian darah keturunan Rangkayo. Ia tak mau darah keturunan Rangkayo ternoda dengan darah-darah yang lain. Mereka memiliki anak Karengkang Gadang yang bandelnya minta ampun, sejak tahu hamil, Rabiah langsung mencari suami, seolah asal ambil, ia menikah dengan pekerja kasar saat Magek Takangkang sedang dalam perjalanan bisnisnya. Pilihan langsung jatuh kepada Gaek Binga, bujang lapuk yang bekerja sebagai pemecah bukit pada tambang-tambang emas di tanahnya. Sudah bisa ditebak, pernikahan ini kandas dengan mudah, memang hanya untuk status sahaja. Rabiah lalu menikah lagi dengan Tan Amo, seperti yang terlihat di adegan pembuka.

Karengkang Gadang tukang mabuk dan judi. Hidupnya kacau, sakaw karena narkoba dan nyaris mati. Tan Amo mabuk perempuan, menggoda sana-sini walau sudah punya banyak istri. Kesamaan keduanya adalah judi, ia sering kali memertaruhkan banyak harta, termasuk perkebunan. Suatu hari desa mereka kena serang. Seranganya yang memporakporandakan wilayah sekitar itu kini menyambangi mereka. Satu lagi, Jintan Itam yang merupakan anak pungut yang dibesarkan seolah anak sendiri, mengabdi tanpa pamrih. Ia mewarnai kekacauan keadaan dengan pelayanan memuaskan.

Pasukan putih, tanpa menyebut secara terbuka ini adalah pasukan Tuanku Imam Bonjol yang terkenal itu, kita tahu ini adalah Jihad penyebaran agama Islam. Mereka juga memakai sebutan Tuanku untuk orang-orang terhormat bagi mereka. Nah, di sinilah dilema muncul. Magek kini jadi bagian dari pasukan ini, Magek Takangkang, Datuk Raja Malik yang mengganti nama Kasim Raja Malik, ia menjadi panglima yang paling depan mengangkat pedang dan menderap kuda. Pilihan bagi yang kalah perang hanya dua: mengikuti ajaran baru, atau mati. Ia tak pandang bulu meratakan daerah manapun.

Sebagian warga yang sudah tahu, memilih kabur. Yang bertahan luluh lantak, adegan keluarga Bungo ini ditaruh di ujung kisah. Drama memilukan, tak perlu kita tanya apakah Sang Kasim tega membinasakan keluarganya demi agama baru ini? Ataukah hatinya tetap tersentuh. Jangankan keluarganya, pusaka pribadinya yang mencipta dosa sahaja ia siap musnahkan. Dunia memang seperti itu, penuh dengan makhluk serba unik dan aneh. Kalau sudah ngomongin prinsip hidup, segalanya memang bisa diterjang, segalanya diisap langit!

Tanpa perlu turut mendukung pihak manapun, pembunuhan adalah salah. Apalagi pembunuhan dengan membabi buta, dengan bengis dan amarah memuncak. “Kau! Kelompokmu! Tuanku-tuanku kau itu! Hanya orang-orang kalah pada kehidupan, lalu melarikan diri kepada Tuhan!”

Tanpa bermaksud mendukung atau menhujat pihak manapun, selingkuh adalah salah, hubungan incen juga salah, judi, mabuk, narkoba jelas salah. Lantas bagaimana kita menempatkan diri? Dunia memang seperti itu, mau zaman dulu dan sekarang sama saja, hanya teknologinya saja yang berubah. Kalau mau objektif, semua karakter ini pendosa, dan saat bertaubat, ia memilih jalan yang keras, dan yah, salah juga mengangkat pedang. Kalau zaman sekarang, menyandang bom untuk menegakkan bendera agama dengan meledakkan diskotik misalkan, tetap saja salah. “Atas nama agama, katanya!”

Perjuangan melawan semacam kutukan juga terlihat di sini. Rabiah! Ingat, kau adalah keturunan ketujuh dan kutukan kepunahan pada keturunan ketujuh akan menghantuimu. Munculnya karakter minor yang ternyata memiliki peran penting dirasa pas. “Apakah orang-orang mencatat apa-apa yang pernah terjadi pada masa lampau kita, Jintan?” Maka akhir yang manis dengan api berkobar sudah sungguh pas.

Overall ceritanya bagus, tak njelimet, jadi sungguh enak dilahap. Benar-benar clir semuanya, apa yang mau disampaikan juga jelas, silsilah di halaman depan mungkin agak membantu, tapi untuk kisah seratusan halaman, rasanya tak diperlukan. Mungkin salah satu saran, jangan terlalu sering menggunakan tanda perintah (!) terutama untuk kalimat langsung. Mungkin maksudnya marah, atau meminta, atau memerintah, tapi tetap kubaca jadi kurang nyaman. Atau semuanya berakhiran dengan tanda itu dan tanda tanya (?)? contoh kalimat-kalimat langsung yang sebenarnya bisa dengan tanda titik (.), atau ada yang salah dengan tanda ini. (1) “Memang kita tidak akan mengerti, jika mengerti berarti kita selamat di ambang zaman ini!”; (2) “Sebentar lagi kita akan punah! Semuanya akan habis! Saya lebih peduli akan hal itu. Saya dan Rumah Gadang ini, tidak ingin hilang begitu saja, makanya perlu ada yang mencacat! Perlu dicatat!” (3) “Saya telah memilih jalan ini, Tuanku! Maka, saya pun akan berjuang sampai titik darah penghabisan, Tuanku!”; dst…

Prediksiku, buku ini laik masuk lima besar. Kisahnya sudah sangat pas, tak perlu bertele-tele, langsung ‘masuk’ ke intinya. Kursi goyang yang mewarnai kenyamanan hidup hanya selingan bab mula, masa kolonial yang keras bahkan tak disebut dan tak dikhawatirkan. Pasukan Padri, pasukan lokal yang perkasa malah justru yang mencipta khawatir. Rasanya banyak hal yang disampaikan, dan memang sepantasnya tak disampaikan sebab bersisian sejarah. Lihat, cerita bagus tak harus njelimet dan melingkar mumet bikin pusing pembaca, inti cerita yang utama.

Aku tutup catatan ini dengan kutipan dari Matthew Pearl, penulis The Dante Club ketika diwawancarai terkait cerita fiksinya yang bersetting sejarah Amerika, ia menjawab; “Saat Anda menulis fiksi sejarah, Anda harus tahu detail-detail tokohnya: makanan apa yang mereka santap ketika sarapan, apa jenis topi yang mereka kenakan, bagaimana cara mereka beruluk salam ketika saling bertemu di jalan.”

Segala yang Diisap Langit sukses menerjemahkannya.

Segala yang Diisap Langit | oleh Pinto Anugrah | Cetakan pertama, Agustus 2021 | Penyunting Dhewiberta Hardjono | Perancang sampul Bella Ansori | Pemeriksa aksara Yusnida, Nurani | Penata aksara Labusian | Penerbit Bentang | vi + 138 hlm.; 20.5 cm | ISBN 978-602-291-842-4 | ISBN 978-602-291-843-1 (EPUB) | ISBN 978-602-291-844-8 (PDF) | Skor: 4/5

Terima kasih untuk istri tercinta, Welly Zein

Karawang, 181021 – Fourplay (feat. El Debarge) – After the Dance

*Enam sudah, empat gegas.

**Thx to Titus, Karawang. Thx to Stanbuku, Yogyakarta.

***Judul catatan kuambil dari ucapan terima kasih penulis di halaman awal berbunyi: “Dan, terima kasih untuk orang-orang di masa lalu yang telah meninggalkan cerita ke masa mendatang.”

Kisah Dalam Satu Jam

Dunia yang palsu, mengapa pendanganmu menyilaukan kami.”

Kumpulan cerpen Penulis dunia. Nama-namanya sudah mendunia, sebagian besar sudah akrab di telinga. Pas memutuskan beli ya karena karya mereka adalah jaminan kualitas. Jarang saya beli kumpulan cerpen dengan sistem keroyokan gini, iseng ambil pas di Zona Kalap IIBF 2018.

#1. Kerangka – Rabindranth Tagore
Kisah pembuka yang luar biasa. Kisah sederhana di tangan Tagore menjadi wow. Tentang balas dendam, tentang cinta yang tak sampai. Ditulis dengan halus, tanpa menggebukan amarah arti kesumat itu sendiri. Ada ruang berisi kerangka, dengan sudut orang ketika kita disajikan cerita berlapis bagaimana kisah tragis menjadi dahsyat. “Apakah kau masih di sini?

#2. Kasus Pembunuhan – Graham Greene
Pembunuhan ganjil dengan sebutan ‘Kasus Peckham’. Di dini hari yang remang pembunuhan terjadi. Menghadirkan beberapa saksi salah satunya Nyonya Salmon yang melihat jelas dari sibak tirai jendela. Begitu sidang pengadilan telah berjalan dan niscaya Anda pun akan berpendapat pastilah si penjahat, Adams akan dihukum gantung. Namun sebuah bukti lain mengejutkan sehingga segala yang tampak yakin menjadi kabur. Kisah dengan cerdas melontarkan pilihan ketiga, dan ending yang mengerikan. “Anda lihat orang itu sekarang ada di sini.”

#3. Perkampungan Indian – Ernest Hemingway
Orang Indian akan menyukai sesuatu jika diberi kesempatan. Tentang persalinan di seberang dermaga. Nick dan ayahnya dijemput orang Indian untuk membantu kelahiran, pasangan sang ibu hamil kemarin sakit parah sehingga saat persalinan berlangsung ia mendekam dalam kamar dengan erangan sakit tiada tara. Lebih nyaring dank eras ketimbang proses persalinan itu sendiri. Akhirnya sendiri menyedihkan. Ironi bagaimana sang Penulis akhirnya malah berakhir dengan bunuh diri. “Apakah banyak manusia yang bunuh diri?

#4. Burung Bulbul – Marxim Gorky
Cerita keempat tetap luar biasa, bagaimana siulan burung bulbul menjadi penanda. Bagaimana orang dengan teknik khusus bisa mencipta siulan burung bulbul. Trik dan segala keahlian itu mengecoh para penumpang kapal. Kesedihan merambat di atas sungai yang tampak lesu. “Ketika saya sudah mahir meniru kicau burung, orang-orang desa mengatakan kepada saya. Teruskan bersiul, Misha…” Kita telah mendengar kicau burung bulbul, burung yang menjadi mahsyur karena penyair, bukan karena anak desa penjiplak tadi. Ternyata mengetahui kenyataan tak lebih indah dari ilusi.

#5. Kisah Dalam Satu Jam – Kate Chopin
Bagaimana dengan kita, akankah kita ke surga nanti?” Sebagai cerita yang diambil sebagai judul utama, kisah ini benar-benar keren. Tragis, unik dan sungguh diluar duga. Nyonya Mallard yang mengidap penyakit jantung diberi tahu dengan tenang oleh Josephine, adiknya bahwa Brently Mallard sang suami ada dalam daftar orang ‘meninggal’ dalam musibah. Mereka mengatakan mencoba sehalus mungkin. Sedih, dan mencoba menyangkalnya Nyonya Mallard menyendiri dalam kamar. Ia muda dan cantik, kesedihan ini tak bisa dibiarkan berlarut, sampai akhirnya kisah menemui titik kejut yang dahsyat. “Bebas, bebas, bebas.”

#6. Rumah Di Jalan Buntu – Mahesh Bhargava
Empat Sekawan: Biman Guha, Paritosh Sen, Mayank Cahtterji dan Surajit Gangguly selalu tampak bersama di kampus sebagai para penikmat seni, sastra dan cerita petualangan. Keempatnya melakukan perjalanan ke Calcuta, mereka harus istirahat bermalam di sebuah rumah di jalan buntu. Dan sesuatu yang tak terduga terjadi. “Jika sungai Gangga melimpah airnya, orang-orang miskin yang tinggal di sepanjang tepi-tepinya akan kehilangan barang-barang dan tempat tinggalnya.”

#7. Sumur Thakur – Prem Chand
Cerita klasik dari Banaras. Gangi yang membutuhkan air bersih untuk minum Jokhoo yang lemah, hanya tersedia air lumpur. Ada sebuah sumur di keluarga kaya tuan Thakur. Kebimbangan, kenekadan, atau sebuah tindakan buruk dalam menentukan pilihan? Malam itu Gangi melakukan sesuatu yang sungguh liar. “Kami hanya berpikir lebih baik bekerja keras dan mandiri.”

#8. Glushenko Dan Bunga Aster – Hellen Melpomene Brown
Tentang dialog-dialog panjang di meja makan. Para bangsawan Ukraina, Prancis dan beberapa utusan menikmati malam dengan santai sampai akhirnya bunga aster yang dimaksud butuh ‘pertolongan’. “Pernahkah kau membaca kisah Star Rover karya Jack London? Pengalaman-pengalamannya di penjara.” Mereka selalu bilang jangan habiskan untuk pesta pernikahan atau jangan habiskan uang untuk pemakaman. Walau begitu, ayahku bukanlah seorang ahli kayu, melainkan seorang ahli sihir.

#9. Pendosa – Sherman Alexie
Tentang mimpi buruk Jonah akan perang. Kepanikan melanda, sebagian menyangkal, sebagian peduli dan bersiap. Ini kisah anekdot sebelum perang saudara pecah di Amerika, dan seperti yang sudah kita ketahui, pertempuran akhirnya terjadi, mimpi Jonah benar. “Ibu, akan terjadi perang.” Kami memasuki cahaya terang, aku memasuki cahaya terang.

#10. Bayi Dalam Bak Sampah – Donne Bartholomew
Cerpen dari Singapura dengan judul asli, ‘The Baby in the Rubish Bin’. Seorang anak yang selalu menghindari bak sampah saat pulang karena sebal ada Froggy, kodok berisik. Namun suatu hari ia menemukan bayi dalam bak sampah, dan esoknya koran-koran memberitakan penyelamatan itu. “Seorang pahlawan.

#11. Kain Kafan – Prem Chard
Pasangan miskin yang aneh, Madhava dan Budhiya. Budhiya sakit keras. Lalu Gheeso sang pengerajin kulit, memberi saran pada sobatnya agar menengok istrinya. Madhava yang juga aneh keberatan. Mereka melarat dan sungguh menderita. Bahkan saat Budhiya esoknya meninggal mereka ga kuat beli kain kafan. Sumbangan datang, terkumpul dan mereka pun mencoba mencari kain ke pasar. Sungguh mengejutkan uang receh itu malah habis buat mabuk. “Kita bilang saja uangnya jatuh dari sarung yang kita pakai. Mereka tak akan percaya, tapi mereka akan memberi kita uang lagi.” Duh, berengsek!

#12. Selembut Tangan Ibuku – Robert Fontaine
Suami istri tua yang masih saja terkejut akan tingkah pasangannya. Hidup memang untuk dinikmati, tetapi apa yang kita impikan lagi jika sudah berumur 80 tahun dan sudah menikah lebih dari 50 tahun. Bukankah semua jalan sudah dilewati, semua laut sudah diseberangi? Sang aku, sang anak menjadi pencerita bagaimana kedua orang tuanya dengan tingkah aneh melewati malam. Ayahnya pergi dan tak kembali, kekhawatiran melanda, dan pencarian terjadi. Esoknya saat ayah mereka pulang, dengan santai menjawab. “Aku pergi ke bioskop.” Oh. Dan fakta-fakta kasih sayang yang abadi tersaji. Saat dia menggenggam kedua jari tangannya dalam berdoa atau menepuk tangannya, jarak antara bumi dan bulan bisa berubah.

#13. Harta Terpendam – Alberto Moravia
Kisah tak lazim bahwa dari obrolan di rumah makan sebuah penginapan memicu kriminal. Si tua Marinese melontarkan sebuah kabar bahwa ia memiliki emas yang terpendam di pekarangan. “Suatu hari kelak saat tua renta dan tak mampu bekerja, aku akan menggalinya.” Maka sang aku, pelayan dan Remigio merencana merampok, meminta paksa petunjuk tempat penyimpanan emas. Dengan berbekal sekop, linggis dan sepucuk pistol malam itu kejahatan tercipta. “Dan apa yang kau lakukan dengan pistolmu?”

#14. Gadis Pintar – Margaret Bonham
Ia ingin menarik perhatianmu, dan kamu memberinya perhatian.” Penutup yang bagus. Kisah tentang penulis yang mengirim naskah ceritanya ke media. Koran The English Review dipimpin oleh lelaki bernama Stendel, dibantu sekretaris laki-laki Mark Pellini. Suatu hari seorang tukang pos mengantar sebuah kiriman naskah cerita bagus sekali, benar-benar narasinya hebat sampai-sampai apa yang dikisahkan tampak nyata. Sang pengirim gadis introvert yang freak. Cerpen berikutnya ‘Ruang Tunggu’ sama hebatnya, sampai-sampai Stendel terbawa cekam saat naik kereta dan di ruang tunggu seolah muncul karakter cerpen, mengancamnya. Penutupnya nge-twist bagaimana cerpen sang gadis berkisah pembunuhan oleh sopir taksi, siapa korbannya, kalian akan begidik. “Aku tidak bohong Mark! Karangan Nona Anna itu benar-benar terjadi pada diriku.”

Harbolnas, menikmati Mizan Store

Ditemukan banyak typo, editing yang buruk, layout berantakan. Entah bagaimana semua itu diloloskan untuk dicetak, dan betapa menyedihkan untuk dijual! Sebuah penerbit kecil, penerbit indi sekalipun hal-hal dasar harus tetap diperhatikan. Proof reader, cek and ricek, sumber yang valid dst. Bahkan setiap profil Penulis seharusnya ada foto, ada yang kelewat kosong. Seolah editingnya memang tak tuntas, atau malah mencari foto Penulis ga ketemu? Di era digital gini? Alamak!

Sayang sekali, tulisan sebagus ini dibawakan dengan ala kadarnya. Ibarat makan udang rebus kualitas restoran bintang lima disajikan dalam semangkuk plastik berdebu. Sulit untuk cetak ulang bila sajiannya penuh minor gini. Namun saya percaya, 30, 40, atau 50 tahun lagi buku terbitan kecil gini akan langka dan menjadi cult. Dan saya berpendapat Kisah Dalam Satu Jam bakalan menjelma cult, cocok untuk kolektor!

Kami akan melaksanakan apa yang menjadi tugas kami, dan kami akan melaksanakan tugas dengan cepat dan tanpa menimbulkan rasa sakit.”

Kisah Dalam Satu Jam | Kumpulan Cerpen Penulis Dunia, diterjemahkan dari berbagai sumber | Cetakan I, Februari 2015 | Diterbitkan oleh Penerbit Literati | Penerjemah dan Editor Edi Warsidi | Lay out Rozal Rabas | Desainer sampul M. Shodiq N. | 242 hlm.; 13 x 19 cm. | ISBN 978-602-8740-41-8 | Skor: 4/5

Karawang, 121218 – Nikita Willy – Ku Akan Menanti