“Akan tersaji keelokan istana dengan taman agungnya di langit kuasa bagi mereka yang meniti hidup tanpa keputusan.”
Buku kedua terbitan Euthenia yang kubaca. Hasilnya sama saja, datar. Isinya hanya berputar tentang seorang anak cerdas kelas 3 SMP dengan pelbagai probematikanya. Dituturkan dengan monoton, tanpa konflik, tanpa membuat penasaran Pembaca. Benar-benar cerita sederhana.
Jamus, sebuah nama bukit. Memiliki arti yang tersirat penuh ‘kawruh’ atau pengertian suci akan makna hidup, untuk dibaca setiap hamba dengan baik agar tak ‘kemeruh’ atau tidak merasa tahu.
Awan adalah anak tunggal, asli Ngawi, Jawa Timur. Ayahnya pekerja buruh dengan penghasilan pas-pasan. Ibunya seorang guru yang kakinya sakit sampai harus beberapa kali operasi. Mereka dari keluarga sederhana. Awan diceritakan sangat cerdas, dapat rangking satu terus. Berotak encer. Yanu, teman akrabnya berkebalikan. Ia selalu dapat nilai rendah dalam akademik. Ayahnya minggat. Ibunya mengadu nasib jadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Malaysia. Ia tinggal sama neneknya. Dengan kesederhanaan wong ndeso, kita diajak mengenal seluk beluk Ngawi, sebuah lereng Selatan Gunung Lawu yang legendaris itu.
Seperti yang saya sampaikan di awal, ceritanya datar. Sangat monoton, mungkin karena penututurannya yang biasa jadi pembaca tidak diajak terlibat. Kita hanya seperti baca selebaran iklan kota Ngawi dengan keramahannya. Padahal ini kan sebuah buku cerita, tertulisnya novel lho bukan pamflet.
Seperti asal mula nama kota Ngawi. Itu entah karena penuturannya yang ga bagus atau memang susunan sajinya ga oke? Padahal itu jadi potensi tambahan vitamin ilmu buat pembaca. Saya sendiri baru tahu. Yah walaupun ketika kita googling akan dengan mudah menemukan banyak jawab.
Ngawi, berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu awi yang berarti bambu lalu mendapat tambahan huruf sengau, yaitu ‘ng’ sehingga jadi Ngawi. Bambu yang banyak tumbuh di sekitar sungai Bengawan Solo. Bambu bagi masyarakat desa mempunyai peranan penting, apalagi dalam masa sekarang. Banyak orang butuh bambu.
Ada juga yang bilang Ngawi dari kata ‘ngawiwiti’ artinya memulai. Semua hal memang selalu ada permulaan, disitulah awal semua perjuangan kehidupan. Ada juga yang bilang ‘ngawiyat’ yang berarti tempat yang tinggi. Kita berada di tempat yang tinggi, bahkan ditinggikan pada saatnya nanti sama Gusti Allah.
Pada suatu Minggu pagi, duo ini Awan dan Yanu ingin ke Museum Trinil dengan nebeng paklik Darmo. Setelah di-drop di jalan mereka melanjutkan perjalan dengan jalan kaki. 3 Km bro. Dibuatlah skenario itu, Yanu diserempet mobil VW (Volks Wagen) Beetle. Namanya juga cerita, mereka berdua pun diajak sekalian naik itu mobil mewah karena ternyata dua bule Londo itu juga mau ke museum. Arga yang mengendari, Berg dan Alva duo bule. Setelah dari museum Trinil mereka lanjut ke Benteng Pendem dan kebetulan lagi Awan dan Yanu juga ingin ke sana. Udah gitu ditraktir pecel, dikasih uang transport buat pulang. Boleh sih bercerita tentang keberuntung yang terus menghampiri gitu, asal dituturkan dengan seru. Sayang sekali di sini tidak.
Sesampai di rumah, mereka dapat kabar duka. Sang ayah kecelakaan sampai akhirnya meninggal dunia. Kronologinya, beliau ingin membeli gitar KW 2 untuk kado prestasi Awan dapat rangking kelas. Dengan menggadaikan motor bututnya, ia pun beli alat musik itu. Sayang sekali, terjadi insiden. Kehilangan orang yang dicinta tentu saja penuh duka. Seminggu penuh mereka terpuruk. Kehidupan harus terus berjalan. Kini ibu-anak itu mengarungi kerasnya hidup. Dengan penghasilan yang pas-pasan sebagai guru berhasilkah Awan Rojo Panemu menyelesaikan pendidikannya?
Mendaki bukit selalu berawal dari lereng sini untuk bisa mencapai puncaknya. Buku itu bukan hanya jadi jendela dunia, namun juga akan jadi sayapmu untuk terbang mengangkasa, menjelajah dunia.
Buku seperti dengan cepat akan terlupakan. Sekali cetak, menghilang. Lebih layak disebut novelet karena tipis. Sekali baca, lupakan. Nyaris semua pengetahuan (yang mungkin jadi tujuan ditulisnya buku ini) yang disampaikan dengan mudah ditemukan di internet. Asal usul kota Ngawi. Sejarah museum Trinil, Sangiran, Benteng Pendem, arti lambang kota Ngawi. Wait, arti lambang kota Ngawi dituturkan juga? Yup, kalian sedang belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan?
Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman. Urip iku urup.
Surga Kecil Di atas Awan | oleh Kirana Kejora | editor Cahyaning | Penerbit Euthenia | Cetakan I, 2015 | III, 184 hlm | 13×19 cm | ISBN 978-602-1010-45-7 | Skor: 1,5/5
Karawang, 200416 # TheAdams – Gelisah